C
DOSEN PENGAMPU :
Burju Ruth, M.Pd., Kons
D
DISUSUN OLEH :
Ita Rosita
201801500099 E
X6A-BK EKSTENSI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI F
2021
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
B
1 KONSELING SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN
2 KONSELOR SEBAGAI PENDIDIK PROFESIONAL
C
A
KONSELING SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN
B
Konseling yang dilakukan oleh konselor sebagai bentuk upaya pendidikan, karena kegiatan
konseling selalu terkait dengan pendidikan dan keberadaan konseling di dalam pendidikan
merupakan konsekuensi logis dari upaya pendidikan itu sendiri. Secara fungsional, konseling
sangat signifikan sebagai salah satu upaya pendidikan untuk membantu individu C
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan
lingkungan.
Konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang D
memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang
tepat berkenanaan dengan diri sendiri dan lingkungan.
Konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan program pendidikan di sekolah,
karena program-program konseling meliputi aspek-aspek perkembangan individu, khususnya E
menyangkut kawasan kematangan pendidikan, kematangan karir, kematangan personal dan
emosional, serta kematangan sosial. Hasil konseling dalam kawasan ini menunjang keberhasilan
pendidikan umumnya.
F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
Lanjutan… Pelayanan konseling telah mendapat tempat di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang
A
Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Pengakuan ini terus mendorong perlunya tenaga
profesional yang secara khusus dipersiapkan untuk menyelenggarakan layanan konseling, yaitu terdiri
dari : B
1. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan yang harus diperoleh
semua peserta didik telah termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
C
2. ”Konselor” sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor pada Pasal 54 ayat (6) Peraturan D
Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
4. Penilaian kinerja Guru bimbingan dan konseling (konselor) pada Pasal 22 ayat (5) Peraturan bersama
E
Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan
Nomor 14 tahun 2010
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar F
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
A
KONSELOR SEBAGAI PENDIDIK PROFESIONAL
Konselor dapat dikatakan Profesional jika ia memiliki kriteria yang sesuai, yaitu terdiri dari :
B
1. Memiliki Penguasaan Pengetahuan : seorang konselor harus dapat memahami tentang konsep bimbingan
dan konseling, landasan pendidikan, serta memahami kode etik bimbingan dan konseling dalam implementasi
hubungan konseling yang akan dilakukan. Dengan aspek ini, Konselor akan mampu mengelola proses
C
konseling yang tepat terhadap kliennya
2. Penguasaan Emosional. : seorang Konselor harus dapat menguasai emosi di dalam dirinya sendiri terlebih
dahulu, lalu akan merefleksikan kepada kliennya. Dengan memahami emosional kliennya, maka Konselor D
dapat melakukan pendekatan yang tepat dalam proses konseling sehingga dapat memperlancar dalam upaya
memecahkan masalah yang dihadapi kliennya.
3. Memahami Tentang Kepribadian. : seorang Konselor harus dapat memahami tentang penguasaan E
kepribadian yang dimiliki dirinya sendiri dengan baik. Dengan memahami dirinya sendiri, Konselor akan
memiliki pandangan yang tepat terhadap kliennya melalui penguasaan dirinya sendiri (Self-Knowledge)
sehingga ia akan mengetahui apa yang dirasakan kliennya, dengan kata lain dia akan terampil dalam
memahami kepribadian orang lain yang sangat berguna dalam hubungan konseling. F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
Lanjutan…
A
4. Dapat Dipercaya : Seorang Konselor Profesional harus dapat dipercaya oleh semua pihak yang membutuhkan. Agar
dapat dipercaya, Konselor harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu sifat yang terbuka, otentik, dan objektif dalam
pemberian layanannya kepada klien sehingga ada relevansi antara penilaian diri sendiri (Real-Self) dengan penilaian B
orang lain terhadap diri klien (Publik Self).
5. Memiliki Psikologis yang Baik. Seorang Konselor diharuskan memiliki Psikologis yang lebih sehat (baik) daripada
C
kliennya. Kesehatan psikologis Konselor yang prima sangat vital dan berguna selama proses konseling. Karena, jika
Konselor kurang sehat psikisnya, maka akan menghambat prsoes konseling yang dijalankannya. Misalnya, ketika
Konselor mengalami masalah ekonomi dalam kehidupannya, maka hal itu akan memengaruhi psikis Konselor menjadi D
tidak sehat dan akan menyebabkan pemberian pelayanan bimbingan dan konseling yang kurang baik bahkan dapat
menyimpang.
E
Itulah beberapa kriteria menjadi Konselor Profesional. Sebenarnya masih banyak lagi, akan tetapi yang tidak kalah
penting dari itu semua adalah seorang Konselor Profesional harus dapat menghormati harkat pribadi, integritas dan juga
privasi kliennya. Dengan hal demikian akan membuat kliennya merasa menjadi nyaman dan aman ketika menjalani F
proses konseling.
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
A
OPS (OBJEK PRAKTIS SPESIFIK) KONSELOR
Objek praktis spesifik atau yang biasa disingkat dengan OPS yang menjadi fokus B
pelayanan konseling adalah kehidupan efektif sehari-hari (KES). Dalam hal ini, sasaran pelayanan
konseling adalah kondisi KES yang dikehendaki untuk dikembangkan dan kondisi kehidupan
C
efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T). Dengan demikian, pelayanan konseling pada
dasarnya adalah upaya pelayanan dalam pengembangan KES dan penanganan KES-T.
Berkenaan dengan pendekatan dan teknologi, pengelolaan dan evaluasi pelayanan D
konseling, konselor wajib menguasai berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukungnya dengan
landasan teori, standar prosedur operasional (SPO), serta implementasinya dalam praktik E
konseling. Pendekatan dan teknologi, pengelolaan dan evaluasi pelayanan itu perlu didukung oleh
kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi seperti psikologi, sosiologi, teknologi- informasi-
F
komunikasi sebagai “alat” untuk lebih menepatgunakan dan mendayagunakan pelayanan
konseling.
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug
1. http://masudaheducation.blogspot.com/2014/11/bbimbingan-dan-konseling-sebagai-bagia
n.html
2. https://www.kompasiana.com/ridwan_fauzi/59f0b9b3a208c00ad25379a2/bagaimana-krite
ria-konselor-profesional
3. Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah.Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
4. Djumhur dan Surya, Moh (1975), Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Bandung: Cv. Ilmu.
5. Amti, Erman dan Prayitno. 2004. Layanan bimbingan dan konseling kelompok. Padang:
Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
6. Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. PT. Refika Aditama: Bandung.
THANK YOU
FOR ATTENTION