Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

Konseling Lintas Budaya

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Firman,MS. Kons

Oleh :
Zikra Noviyas
18006163

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1
KONSEP DASAR KONSELING LINTAS BUDAYA

A. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.
Koetjaraningrat (1997: 94) menjelaskan budaya dapat dimaknai sebagai
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang diperoleh dari
hasil belajar dalam kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik manusia itu sendiri.
Kemudian David Matsumoto (2004: 6) mengemukakan bahwa budaya dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki
bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi.
Lebih lanjut, beberapa ahli (dalam Djoko Purwanto, 2006: 55)
mengemukakan definisi dari budaya, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, budaya diartika sebagai sekumpulan
pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.
2. Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemograman kolektif atas pikiran
yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.
3. Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas simbol-simbol,
kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-nomra untuk berperilaku
4. Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik
perilaku dalam suatu kelompok.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa Budaya tidak sama dengan
masyarakat, meski keduanya terjalin secara tertutup dan dapat juga diartikan sebagai
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi
B. Monokultural dan Multikultural
1. Monokultural
Monokulturalisme berasal dari kata; mono (satu/tunggal)
dan cultural (budaya atau kebudayaan) dan isme (paham) yang secara etimologi

2
berarti paham budaya tunggal sehingga pada satu wilayah geografis tertentu hanya
ada satu budaya yang dianut.
Secara bahasa monokultural dapat diartikan sebagai budaya tunggal yang
diyakini oleh masyarakat dan pemerintah sebagai acuan dalam menjalani hidup,
atau dapat juga dikatakan bahwa monokultural itu merupakan bentuk adanya
kesatuan budaya yang sifatnya normatif diantara masyarakat dimana setiap lapisan
masyarakat dituntut untuk memakai cara yang sama, saling memahami satu sama
lain dan berbagi aspirasi yang sama serta tidak memunculkan adanya pluralisme.
Dalam konseling monokulturalisme akan memunculkan sikap diskriminasi
yaitu sikap membeda-bedakan antara satu budaya dengan budaya yang lain, sikap
subjektif yaitu sikap memandang, menilai hanya dari sudut pandang sendiri atau
kaca mata sendiri, dan klien juga bersikap adanya keengganan mengikuti konseling
dengan konselor yang berbeda budaya.

2. Multikultural
Sedangkan Multikulturalisme berasal dari dua kata: multi
(banyak/beragam) dan cultural (budaya atau kebudayaan), dan isme (paham)
sehingga secara etimologi berarti paham keberagaman budaya pada suatu wilayah
geografis tertentu terdapat bermacam-macam budaya. Budaya yang mesti
dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami
sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan
melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan
lain-lain.
Multikultural adalah  adanya banyak budaya yang dimiliki oleh masing-
masing masyarakat dengan ciri-ciri dan kekhasanya masing-masing, dan yang
biasanya menggunakan multikultural ini adalah masyarakat majemuk dan
kebanyakan akan bertransisi menjadi pluralisme.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan
akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan
luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap

3
pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu
masyarakat.

C. Makna Lintas Budaya dan Fungsi Lintas Budaya


Lintas Budaya merupakan studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses
mental, termasuk variabilitas dan invarian, di bawah kondisi budaya yang beragam.
Melalui memperluas metodologi penelitian untuk mengenali variasi budaya dalam
perilaku, bahasa dan makna, ia berusaha untuk memperpanjang, mengembangkan dan
mengubah psikologi.
Menurut David Matsumoto (2004: 4), penelitian lintas budaya secara
sederhana berarti dilibatkannya partisipan dari latar kultural yang berbeda dan
pengujian terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya perbedaan antara para
partisipan tersebut. Sedangkan dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan
pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal
(berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture-spesific.
Berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya tertentu).
Konseling lintas budaya (cross-culture counseling) mempunyai arti suatu
hubungan konseling dalam mana dua peserta atau lebih, berbeda dalam latar belakang
budaya, nilai nilai dan gaya hidup (Sue et al dalam Suzette et all 1991; Atkinson,
dalam Herr, 1939).

4
Daftar Kepustakaan
David Matsumoto. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Djoko Purwanto. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai