Metode dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar, yaitu ceramah, demontrasi, diskusi, sosiodrama, eksperimen dan karya wisata (Hasan.2007:32). Karyawisata adalah pesiar yang dilakukan oleh para siswa untuk melengkapi atau mendapatkan pengalaman dengan mengunjungi tempat tertentu yang berhubungan dengan materi pembelajaran (Sagala: 2007). Karyawisata dalam pelayanan bimbingan dan konseling disebut sebagai teknik bimbingan, khususnya teknik dalam bimbingan kelompok, yaitu sebagai teknik bimbingan yang menyenangkan, meningkatkan antusias dan keaktifan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Teknik karyawisata juga dapat menjadikan siswa belajar lebih rileks, menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan kebersamaan (Marzuki, Cenderato, & Marten: 2019). Karya wisata bisa diartikan sebagai cara untuk mempelajari atau menyelidiki obyek secara langsung kaitannya dengan bimbingan dan konseling, seperti laboratorium bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, kegiatan BK di sekolah, bimbingan di panti asuhan dan panti jompo, bimbingan di rumah sakit, bimbingan pernikahan, kegiatan penyuluhan di Lembaga sosial dan kegiatan trauma hilling. b. Tujuan dan manfaat teknik karyawisata Pelaksanaan teknik karyawisata bertujuan untuk: 1. Memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dikunjungi dan dibahas, menghayati tugas/ pekerjaan secara langsung, memperoleh pengetahuan umum, dan mengambil pengalaman dan kesimpulan pemecahan masalah (Roestiyah: 2008), 2. Membantu menyadarkan siswa untuk peduli terhadap lingkungan hidup dengan mengembangkanesikap-sikap positif melalui apa yang mereka lihat secara langsung objek-objek yang dikunjungi (Riyanto, dkk: 2013), dan 3. Mendeskripsikan dan meningkatkan moivasi belajar serta hasil belajar (Dartini, E: 2017). Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam teknik karyawisata, dapat dipahami bahwa tujuan tersebut akan memberikan dampak positif atau manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Teknik karyawisata adalah kegiatan imengunjungi tempat atau obyek tertentu, sehingga sangat bermanfaat memperolehi kesempatan meninjau obyek yang menarik secara langsung sehingga akan memperoleh informasi yang lebih baik, benar dan utuh (Tohirin: 2013), 2. Bermakna penting bagi perkembangan anak yaitu dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal dan memperluas informasi (Isjoni: 2014), dan 3. Dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi, menciptakanikondisi yangimenyenangkan, menyediakan pengalamani belajar dan meningkatkan motivasi (Maulida: 2017). Teknik karyawisata memiliki kelebihan yang dapat dijadikan sebagai keunggulan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok, yaitu: 1. Sebagai wahana perolehan informasi yang relevan dengan kewajiban dan kebutuhan, serta mampu menyelesaikan masalah dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung, (Mahrita: 2018), dan 2. Siswa dapat memperoleh ragam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi dan terpadu, mengamati, menghayati dan memperoleh informasi berdasarkan fakta (Sagala: 2007). Disamping memiliki keunggulan, dalam praktiknya teknik karyawisata juga memiliki kekurangan sebagai kelemahannya, yaitu: 1. Pelaksanaan teknik karyawisata akan memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak, 2. Dapat mengganggu kewajiban lain jika tempat yang dikunjungi jauh dari tempat tinggal, 3. Memerlukan pengawasan yang ketat, dan 4. Memerlukan biaya (Sagala: 2007). c. Pelaksanaan teknik karyawisata Salam, R., (2017), menjelaskan bahwa teknik karyawisata dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Memberikan penjelasan dan gambaran nyata tentang rencana, proses dan hasil kegiatan karyawisata, 2. Dilakukan secara langsung dengan mengamati (observasi) dan wawancara kepada tempat atau pihak sebagai obyek tujuan, sehingga dapat merangsang kepekaan dan melatih tanggung jawab siswa baik secara individu maupun bersama dalam kelompok. Apabila situasi dan kondisi tidak memungkinkan seperti masa pandemi covid-19 seperi sekarang ini, maka sangat memungkinkan untuk dilakukan secara jarak jauh (virtual) dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti zoom meating dan telekonferensi, hal ini tidak akan mengurangi ketercapaian maksud dan tujuan serta substansi kegiatan karyawisata, hal ini sekaligus sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau mengatasi kelemahan yang ada dalam teknik karyawisata itu sendiri, dan 3. Dilakukan dengan prinsip konstruktivisme, yaitu dibangun secara aktif, orientasi proses dan partisipasi bukan hasil, dan guru memfungsikan diri sebagai fasilitator. Berdasarkan kerangka teoritis dan kajian empiris di atas, teknik karyawisata dalam bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dengan tahapan serta langkah-langkah berikut ini. 1. Tahap persiapan a. Penentuan, komunikasi dan penyamaan persepsi terkait dengan obyek tujuan, b. Pemberian penjelasan mengenai maksud dan tujuan karyawisata, dan c. Penjelasan tentang obyek tujuan, proses dan teknis kegiatan, sarana dan prasarana yang diperlukan, serta hak dan kewajiban peserta kegiatan. 2. Tahap pelaksanaan a. Penyesuaian diri dan pengawasan tentang hak dan kewajiban masing-masing peserta, b. Observasi, komunikasi, diskusi dan tanya jawab terhadap obyek tujuan kegiatan, c. Mengembangkan pemahaman dan ketrampilan dengan mencoba atau mempraktikan tentang materi atau obyek kegiatan, dan d. Membuat kesimpulan dan atau rekomendasi hasil karyawisata 3. Tahap evaluasi a. Penyampaian kesan-pesan oleh peserta dan obyek tujuan, b. Kerjasama antara peserta dan obyek tujuan kegiatan, dan c. Kesepakatan tindak lanjut dari hasil kegiatan karyawisata. A. Referensi Agustina, N., Nurmaisara, O., & Anggriana, T.M. (2017). Upaya Meningkatkan Kematangan Pemilihan Karir Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling, Volume 1 Nomor 1, 2017(p195-200).e-ISSN 2580-216X. Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice of Group Counseling (8th edition). Damayanti, N. (2012). Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska Dartini, E. (2017). Peggunaan Metode Karyawisata untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kenampakan Alam. Jurnal DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik, volume 1, nomor 1 (page 43-49), DeVito, Joseph A. 2012. Komunikasi Antarmanusia (Terjemahan Bahasa Indonesia).Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group Fitri, E., Neviyarni & Ifdil. (2016). Efektivitas Layanan Informasi dengan Menggunakan Metode Blended Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, Volume 2 Nomor 2 Juni 2016. Hal 84-92, p-ISSN: 2443-2202 e-ISSN: 2477-2518 Ge, Xun & Land. S.M., 2004. A Conceptual Framework for Scaffolding Ill- Structured Problem solving. Processess Using Question Prompts and Peer Interactions; ETR&D: Vol. 52 (2) pp 5-22 Gibson, RL & Mitchell, M.H. 2010. Bimbingan dan Konseling (Terjemahan Bahasa Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Girl, T.A., Wah, L.K.M., Kang, G.Ng., & Sai, C.L. 2002. New Paradigm for Science Education. A Perspective of Teaching Problem-Solving, Creative Teaching and Primary Science Education; Singapore: Prentice Hall. Gladding, ST. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: PT Indeks Greeno, J.G. 1978. Natures of Problem Solving Abilities. Dalam W.K. Estes (ed)Handbook of Learning and Cognitive Processes. Vol. 5. Human Information Processing; New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Glauber, C. A. (1953). The Conference Method as a Home-room Guidance Technique: A Study in Group Guidance and Counseling. The bulletin of the National Association of Secondary School Principals, 37(193), 52-61 Hamid S.H. (2007). Kurikulum Pendidikan Sejarah Berbasis Kompetensi. (Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Indonesia (IKAHIMSI) Unnes, 16 April 2007 Ifdil, I. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E- konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(1), 15-22 Irwanto, Z. (2016). Pengaruh Teknik Problem Solving dalam Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa. Journal of EST, Volume 2, Nomor 3 Desember 2016, page213-225, p-ISSN:2460-1497, e-ISSN: 2477-3840, Program Pascasarjana Universitas Negeri Makasar Isjoni. (2014). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta Jonnasen, D.H. & Serrano, J.H. 2002. Case-Based Reasoning and Instructional Design. Using Stories to Support Problem Solving; ETR & D: Vol. 50 (2) Kusri, A. M. (2016). Pengaruh Layanan Informasi Peminatan terhadap Kemantapan Pilihan Sekolah Lanjutan. Jurnal Psikologi, Pendidikan, & Konseling. 2 (1), 49-57 Kuswantoro, Sugiharto, DYP., & Purwanto, E. (2020). Efektivitas Bimbingan Kelompok Teknik Homeroom Untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Jurnal Fokus Konseling, Volume 6 Number 2 (2020) page(102-107), DOI: https://doi.org/10.26638/jfk.1239.2099 102 Listianah & Muhari. (2013). Penerapan Layanan Informasi dengan Menggunakan Media Movie Maker untuk Meningkatkan Pemahaman Memilih Studi Lanjut. Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer 1 Tahun Januari 2013, Page 158-165 Mahrita. (2018). The Effectiveness Of Field Trip Technique To Increase Self- Awareness. Jurnal Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Vol. 1 No. 2 Oktober 2018, Http://Jtam.Ulm.Ac.Id/Index.Php/Jpbk Marzuki, Cenderato, & Marten. (2019). Penggunaan Metode Karyawisata Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Edumedia: Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019, (50-55) Issn 2580-5703 Maulida. (2017). Efforts To Increase Entrepreneurial Interest With Field Trip Techniques For Guidance And Counseling Study Program Students Of FKIP ULM 2017. Jurnal Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomor 1, Https://Ppjp.Ulm.Ac.Id/Journals/Index.Php/Jpbk/Index Mutohhari, AS., Mutakin, F., & Kinanthy KY. (2019). Efektivitas Bimbingan Kelompok Teknik Home Room Untuk Meningkatkan Kohesivitas Kelompok. Jurnal Consulenza, Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2019, Halaman 36-41 Prayitno. (2012). Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung BK. Padang: UNP Puluhulawa, M., Djibran, MR., dan Pautina, MR. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok dan Pengaruhnya Terhadap Self-Esteem. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium dan Jurnal Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling Berbasis KKNI, tanggal 4 s.d. 6 Agustus 2017, di UM Malang Ridha, M., & Akbar, Z. (2020). Implementasi Teknik Home Room Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Melatih Kepercayaan Diri. Jurnal Edukasi Jurnal Bimbingan Konseling, Vol. 6, No. 2, 2020 Hal: 180 sd 197 Romlah, T. (2006). Teori & Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UM Malang Rosidah, A. (2016). Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Problem Solving untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa Terisolir. Jurnal Fokus Konseling Volume 2 Nomor 2, p136-143 Salahudin, A., (2010). Bimbingan & Konseling. Bandung: Pustaka Setia Sugiyadi & Kurniati, A. (2021). Pengembangan Model Layanan Terapi Musik Berbasis Lagu Islami. Jurnal Konseling GUSJIGANG UMK Kudus, Tahun 2021, Volume 7, Nomor 1, (1-9), Doi. 10.24176/jkg.v7i1.5188 Sulasamono, BS. (2012). Problem Solving: Signifikansi, Pengertian dan Ragamnya. Jurnal Satya Wacana FKIP UKSW, Volume 28, Nomor 02 (2012), Doi. 10.24246/j.sw.2012.v28.i2 Riyanto, A., Budi, HS., & Triyono. (2013). Penggunaan Metode Karyawisata dalam Upaya PeningkatancPembelajaran. Jurnal Forum Penelitian, volume 1 (nomor 1) hal. 1-8.c Rosetiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Salam, R. (2017). Efektifitas Penanaman Nilai-nilai Kebangsaan Melalui Metode Karyawisata. Jurnal Profesi Keguruan, volume 3, nomor 1 (2017): 105-111, Https://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/Jpk, Tohirin. (2013). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.