Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Teknik Pejelajahan Masalah Dalam Konseling (A-C)

Disajikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikro Konseling

Dosen Pengampu :
Fakhruddin Mutakin, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 3
Joti 1903402021030
Lu’lu’a salsabila 1903402021026
Nurma Dwi Cahyaning T 1903402021033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

1
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala  nikmat  dan karunia  Allah yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang, penulis  dapat menyelesaikan tugas mata kuliah mikro konseling
dengan tanpa banyak kesulitan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah mernbawa risalah agama islam yang mengeluarkan umat
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang  islamiyah.

Tugas ini disusun untuk memenuhi  tugas mata  kuliah mikro konseling,  kami


menyadari sepenuhnya bahwa Tugas ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan
semua pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu demi terselesaikannya penyusunan makalah ini. Dengan selesainya Tugas
ini, kami berharap membawa manfaat bagi pembaca dan kami sendiri khususnya.
Mengingat kemampuan penulis dalam menyelesaikan  tugas  ini masih dalam tingkat
belajar, maka  diharapkan  kritik dan saran bagi kesempurnaan tugas ini.
Menyadari bahwa pembuatan Tugas ini masih banyak kekurangannya,  maka penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jember, 30 Mei 2022

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pertanyaan terbuka..............................................................................................6
2.2 Keruntunan..........................................................................................................7
2.3 Konfrontasi.........................................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUP......................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konseling merupakan suatu proses bantuan secara professional antara konselor


dan konseli yang bertujuan membantu individu (konseli) dalam memecahkan
masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai
potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya (Supriyo dan Mulawarman, 2006 : 7).
Agar konseling berjalan dengan baik dan sesuai tujuan, maka konselor harus dapat
memahami dan menguasai keterampilan dasar konseling.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pertanyaan terbuka?
2. Apa yang dimaksud dengan keruntunan
3. Apa yang dimaksud dengan konfrontasi?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pertanyaan terbuka?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud keruntunan?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud konfrontasi?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pertanyaan terbuka


Upaya menggali (mengeksplorasi) masalah yang dialami klien dalam konseling
adalah cara bertanya, dimana konselor mengajukan beberapa pertanyaan yang runtut.
Pertanyaan yang dimaksud untuk mengeksplorasi masalah klien adalah jenis pertanyaan
terbuka konselor dapat untuk mengunggah klien untuk berbicara secara luas tentang apa
yang ia alami, rasakan dan pikiran.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengkhendaki jawaban yang
panjang, lengkap dan tanpa batas untuk mendapatkan informasi. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Yeni Karleni (1999:66) pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang
memungkinkan klien memberikan jawaban yang Panjang dan luas.
Selanjutnya Munro (1979) mencontohkan bentuk pertanyaan terbuka misalnya:
“ Apa yang anda alami?”
“ Apa yang terjadi?”
“ Apa yang anda lakukan?”
“ Dimana hal itu terjadi?”

Adapun keuntungan menggunakan pertanyaan terbuka, antara lain


1. Membantu konselor untuk mulai atau membuka wawancara konseling, melalui
pertanyaan terbuka seseorang bebas untuk berbicara dan memulai diskusi,
misalnya:
“ Apa yang anda pikirkan saat ini?”
“ Apa yang anda ingin bicarakan hari ini?”
“ Bagaimana tindak lanjut pembicaraan kita pada minggu lalu?”
2. Pertanyaan terbuka membantu memperluas dan memperkaya isi wawancara.
Misalnya pertanyaan yang dapat memperluas dan memperkaya adalah sebagai
berikut:
“ Coba anda sam[aikan lebih lengkap tentang pengalaman anda disana?”
“ Bagaimana perasaan anda saat kejadian itu?”
3. Pertanyaan yang diajukan konselor dapat membantu mebawa hal-hal yang
bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dan konkrit. Misalnya:

5
“ Apa maksud anda meresahkan itu?”
“ Apa yang anda lakukan sebelumnya dan sesudah dia marah?”
4. Pertanyaan diperlukan konselor dalam upaya mendiagnosis dan memberikan
penilaian tentang masalah. Siapa klien?, apa masalah klien?, apa detail kejadian
itu?, apay yang terjadi pada dirinya saat itu?.

Melalui pertanyaan terbuka dimungkinkan juga klien menggunakan pikirannya dalam


rangka memhami kejadian-kejadian yang dialaminya atau melihat berbagai peluang
untuk dimanfaatkan bagi upaya penyelesaian masalahnya. Disamping pertanyaan
terbuka, juga ada pertanyaan tertutup yang bisa digunakan konselor. Pertanyaan tertutup
adalah pertanyaan yang mengkhendaki hanya dua alternatif “ YA” atau “ Tidak”, “
Sudah” atau “ Belum”. Karneli (1999:63) mengungkapkan bahwa pertanyaan tertutup
akan mendapatkan respon pendek dan informasi tidak lengkap.

Pertanyaan tertutup sedapat mungkin dipakai secara terbatas dalam konseling,


sebab pertanyaan jenis ini termasuk pertanyaan yang memungkinkan jawabannya
singkat atau sederhana. Contoh pertanyaan tertutup. “ Apakah anda kecewa
dengannya”.

2.2 Keruntunan
Dalam konseling, konselor perlu memahami apa yang klien katakana dan mampu
mengkomunikasikan pemahaman konselor itu kepada klien. Untuk dapat melakukan hal
tersebut koselor harus mengikuti pokok pembicaraan klien. Konselor berusaha untuk
memusatkan perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh klien, tidak menyimpang atau
membelokkan arah pembicaraan klein, atau menambah-nambah pengertian lain
terhadap isis pembicaraan selain yang dimaksud oleh klien. Kerap kali dijumpai dalam
proses konseling pembicaraan klien-konselor menjadi menyimpang dan kehilangan arah
sehingga pokok pembicaraan menjadi “ Kabur”, “ Tidak jelas, dan mengambang. Untuk
mengatasi hal tersebut, konselor dalam pembicaraan harus “ Runtut”. Kerutunan dalam
konseling membawa proses konseling menjadi terarah ( jelas apa yang sedang
dibicarakan) hingga pada akhirnya sampai pada titik temu permasalahan yang dialami

6
oleh klien, keruntunan juga mendorong semakin dalamnya proses penggalian masalah
dalam diri klien, mengembangkan pembicaraan dan memelihara focus konselor-klien
dalam membicarakan materi/pokok masalah klien.
2.3 Konfrontasi
Konfrontasi ialah mempertentangkan dua hal yang berbeda, seringkali klien tidak
menyadari ada berbagai pertentangan dalam dirinya, perilakunya dan sikapnya. Ada
klien yang memiliki keinginan tertentu, namun dia tidak melakukan kegiatan yang
mengarahkan pada pencapaian keinginan tersebut. Ada klien yang tidak konsisten
dalam arti berbeda tentang apa klien yang cendurung mempertahankan diri terhadap
kekeliruan yang dilakukannya, semesntara dia ingin menjadi baik. Kondisi yang
semacam inilah yang perlu dikonfrontasikan oleh konselor.
Untuk melihat hal-hal yang muncul dan terungkap dalam pembicaraan konseling,
konselor dapat melihat kondisi yang perlu dikonfrontasikan ialah sebagai berikut:
1. Isi pertanyaan klien yang berbeda dengan cara ia menyatakannya pada saat itu.
Sesuatu yang disampaikannya berupa pengalaman atau kejadian yang
menyedihkan, sementara dia menyampaikannya berupa pengalaman atau
kejadian yang menyedihkan,, sementara dia menyampaikannya dengan suasana
yang ceria. Misalnya, klien menyatakan bahwa dia merasa sangat kehilangan
saudaranya yang telah meninggal enam bulan yang lalu, namun pada saat
menyampaikan sikap dengan lebih banyak tersenyum
2. Jika bertentangan isi dari hal yang dinyatakan pada saat ini dan yang dinyatakan
pada waktu sebelumnya. Pada saat awal pembicaraan klien menyatakann bahwa
ia sangat ingin membahagiakan orang tuanya. Sementara pembicaraan klien
menyatakan bosan tinggal Bersama orang tua yang sering kali “Yiyir”
3. Apa yang dinyatakan bertentangan dengan yang dilakukan. Misalnya, klien
ingin memperoleh hasil belajar yang tinggi, sementara waktu-waktunya lebih
banyak digunakan untuk keluyuran dengan teman-teman
4. Berbeda dengan klien menyatakan dengan reaksi yang diinginkan konselor.
Misalnya, klien “ mengangguk” akan melakukan perubahan terhadap cara ia
berpakaian, namun keesokan harinya klien masih sehari- harii kemarin.

7
Munro. (1979) mengemukakan bahwa konfrontasi tujuannya adalah untuk menunjukkan
secara terus terang dan langsung kepada klien bahwa dalam dirinya terhadap
kesenjangan. Sejalan dengan itu W.S Winkel (1991) berpendapat bahwa kesenjangan
yang ada dalam diri klien dapat berupa kesenjangan antara ungkapan verbal dan non
verbal. Misalnya, klien mengatakan bahwa ia tidak merasakan apa-apa dengan keadaan
saat itu. tetapi ia mengungkapkan dengan nada suara yang tersendat dan wajah
tertunduk.

Dalam menggunakan Teknik konfrontasi ini, konselor perlu memperhatikan bahwa


yang dikonfrontasikan adalah keadaan klien sekarang atau saat ini, bukan keadaan klien
pada masa lalu. Hal tersebut atas sesuai denga tujuan konfrontasi dilakukan, yaitu untuk
membantu klien menyadari kesenjangan yang ada dalam dirinya dan untuk mendorong
klien dapat menerima keadaan dirinya secara wajar dan positif. Tujuan ini agar konselor
dapat mewujudkan ketidak logisan berfikir klien dan membawa klien kearah kembali
berfikir logis.

Untuk melakukan konfrontasi, seseorang konselor perlu melakukan berbagai


pertimbangan. Pertimbangan tersebut mencangkup saat yang tepat untuk melakukan
konfrontasi, suasana hubungan konselor dengan klien dan cara melakukan konfrontasi
berbagai pertimbangan tersebut ialah:

1. Adanya kesenjangan yang digunakan klien, kesenjangan tersebut merujuk pada


butir 1 di atas
2. Konselor telah memahami masalah klien secara mendalam, pemahaman masalah
ini adalah sangat penting, dan apabila pemahaman masih belum dalam,
dikhawatirkan konfrontasi yang diberikan untuk mengena, sehingga cara
keseluruhan klien menganggap konselor tidak mengerti dengan masalah yang
dialaminya dan bahkan akan dapat merusak hubungan konselor
3. Telah terbinanyakeakraban yang mendalam antara konselor dan klie, keakraban
yang masih dengkal dapat mengakibatkan klien menjadi terpojok dan melakukan
pertahanan diri saat dikonfrontasi oleh konselor
4. Bertujuan merendahkan ketegangan yang ada dalam batin klien

8
5. Disampaikan dalam Bahasa yang singkat, tepat jelas dan mudah dipahami oleh
klien, Bahasa yang terlalu Panjang dan tidak jelas mengakibatkan konfrontasi
tidak mengenai sasaran yang dinginkan.

Syarat-syarat yang ada pada diri konselor menurut Munro (1979) untuk dapat
menggunakan Teknik konfrontasi dengan efektif, konselor harus dapat:

a. Mengenai perasaan-perasaannya sebagai adanya;


b. Menyatakan perasaan-perasaan itu dengan jelas dan sederhana;
c. Memberitahukan kepada klien tentang reaksi yang jujur terhadap tingkah
laku atau pertanyaan klien serta memberikan alasa-alasan yang jelas
berkenaan dengan reaksi itu, dan;
d. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memberikan tanggapan yang
dimaksud butir

Dibawah ini ada beberapa contoh penggunaan konfrontasi yang baik:

1. Kontradiksi antara isi pernyataan dengan cara ia menyampaikannya


Contoh 1:
Konselor: “Apa kabarnya hari ini?”
Klien: “Oh (nada datar) dalam keadaan baik-baik saja pak…” (suara
rendah, posisi tubuh agak gelisah).
Konselor: “Anda katakan anda baik-baik saja, tetapi anda kelihatan seperti
ada sesuatu yang kurang beres”.
Contoh 2:
Klien: “Saya kemarin menjadi juara kelas pak, dan saya sangat senang
karena orang tua memberi saya hadiah”.
Konselor: “Soni, anda tadi mengatakan anda senang sekali mendapatkan
hadiah itu, tapi muka anda pucat. Apakah ini menandakan kalau anda
kurang senang atas pemberian hadiah tersebut?”
2.   Inkonsistensi antara apa yang ia inginkan dan apa yang nyatanya sedang ia
lakukan
Contoh:
Klien: “Pak tolong langsung beritahu saya apa yang harus saya lakukan
tidak usah terlalu bertele-tele.”

9
Konselor: “Anda katakan bahwa bertele-tele adalah suatu problem bagi
anda. Anda ingin langsung ke pokok bahasan. Tetapi saya tidak dapat
menolong untuk memberitahukan anda jika anda terus menerus bertele-tele
dalam sesi ini disini dari tadi.

Kelebihan dan Kelemahan Teknik Konfrontasi 

a. Kelebihan
*Penerapan teknik sangat mudah sekali di aplikasikan dalam konseling.
* Konselor dapat mengetahui perasaan konseli yang sebenarnya.
*Konselor dapat mengukur keberhasilan konseling.
* Konselor dapat mengetahui kejujuran konseli.
* Konseli dapat menyadari perasaan konseli yang sebenarnya.
* Konseli dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kemampuan konseli
setelah konselor melakukan teknik konfrontasi.
b. Kelemahan
Konselor sering terjebak dengan emosinya saat melakukan pertanyaan
konfrontasi karena mekanisme pertahanan diri konseli yang kuat sehingga
menyakitkan hati konseli. Seperti kata-kata atau penekanan suara yang
membuat konseli merasa segan untuk bercerita kembali dari masalahnya

10
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam konseling di harapkan klien lebih banyak mengutarakan isi pemikiran dan
perasaannya, oleh sebab itu jika konselor ingin mendalami permasalahan klien, maka
hendaklah mengajukan pertanyaan terbuka.
Keruntutan dalam pembicaraan konseling adalah adanya sambung menyambung
pembicaraan secara tepat. Konselor harus mendengarkan, memperhatikan serta
memahami setiap pembicaraan yang di kemukqkan klien, sehingga dapat
menyimpulkan pokok pembicaraan yang di kemukakan klien untuk memberikan respon
yang tepat.
Konfrontasi atau mengkonfrontasikan ialah pernyataan oonselor yang menunjukkan
secara terus terang dan langsung kepada klien bahwa apa yang di kekuatannya tentang
dirinya sendiri atau tentang keadaan tertentu tidak sesuai dengan apa yang dilihat
konselor dalam kenyataan yang sama.
1.2 Saran
Terimakasih kepada anggota kelompok yang sudah berpartisipasi dalam membuat
makalah ini dengan baik dan benar. Jika ada kesalahan dari dari kami, kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan barokah Aminnn

11
DAFTAR PUSTAKA

Drs Ahmad Suwandi,M,Pd.,Kons. dkk. (2014). Teknik dan praktik laboratorium


konseling
http://bk112104.blogspot.com. di unduh pada tanggal 29 mei 2022 pukul 19.30 WIB.
https://smkn5batam.sch.id. di unduh pada tanggal 29 mei 2022 pukul 20.00 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai