Anda di halaman 1dari 39

No Kode: DAR6.

/PROFESIONAL/006/1/2018

BAHAN KAJIAN 6
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

PENDALAMAN MATERI 6.1


KONSEP DASAR
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

Penulis:

Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons


Sigit Hariyadi, S.Pd., M.Pd

Halaman Judul
PPG DALAM JABATAN
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2018

Hak cipta @ Direktorat Pembelajaran, Dit. Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018


Daftar Isi

Halaman Judul ..................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
A. Pendahuluan ............................................................................................................... iii
B. Capaian Pembelajaran ................................................................................................. v
C. Sub Capaian Pembelajaran .......................................................................................... v
D. Uraian Materi .............................................................................................................. 1
1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok .................................... 1
a. Bimbingan Kelompok ......................................................................................... 1
b. Konseling Kelompok .......................................................................................... 2
2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok .......................................... 4
a. Tujuan Bimbingan Kelompok ............................................................................. 4
b. Tujuan Konseling Kelompok .............................................................................. 4
3. Asas dalam Layanan Bimbingan Kelompok ........................................................... 6
4. Keterampilan Pemimpin Kelompok........................................................................ 8
5. Perbedaan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok ............................... 13
6. Kelebihan dan Kekurangan bimbingan dan konseling kelompok ......................... 17
7. Etik dalam Bimbingan dan Konseling Kelompok ................................................ 22
E. Rangkuman ............................................................................................................... 25
F. Tugas ......................................................................................................................... 28
G. Tes Formatif .............................................................................................................. 29
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 32
Lampiran Jawaban Tes Formatif....................................................................................... 34

ii
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan
berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya
secara optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik
dalam segala aspek kehidupan (Drost, 2001:14). Salah satu upaya pendidikan
adalah pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang memandirikan. Salah
satu layanan yang memilki potensi besar adalah layanan bimbingan dan konseling
kelompok. Bimbingan kelompok merupakan bentuk intervensi layanan kepada
sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang
tepat. Dengan kata lain bimbingan dan konselign kelompok membantu dalam
memperkaya persepsi, wawasan, perasaan dan pikiran anggota tentang siapa
mereka dan bagaimana mengembangkan pribadi untuk kehidupan yang lebih baik.
Sedangkan konseling kelompok dipahami sebagai upaya untuk perlakuan konseling
dengan memanfaatkan dinamik dan proses kelompok untuk membantu anggota
dalam mengatasi masalah yang dihadapi melalui upaya penyesuian diri dan
perkembangan kepribadian
Permasalah di lapangan dari beberapa penelitian diketahui bahwa masih
terdapat beberapa kekurangan baik dalam hal pemahaman praktik layanan maupun
upaya dalam pengoptimalan pengembangan layanan bimbingan dan konseling
kelompok. Hal ini terlihat dari hasil informasi lisan dan data dokumentasi bahwa
pada beberapa laporan layanan diketahui miskonsepsi antara bimbingan kelompok
dan konseling kelompok masih sering terjadi. Selain itu pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling kelompok jarang sekali dikembangkan atau dioptimalkan
dengan penggunaan teknik atau media pendukung yang ada.
Persoalan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok tersebut tentunya
sangat disayangkan apalagi melihat potensi dan pentingnya layanan bimbingan
kelompok dalam membantu mengoptimalkan potensi Siswa. Ditagaskan lagi
bagaimana layanan bimbingan kelompok menjadi salah satu layanan yang penting
untuk menopang perkembangan mereka, terutama perkembangan karier,
perkembangan sosial dan peningkatan kesadaran diri (Gibson & Mitchell, 2011;
Winkel & Hastuti, 2005),.

iii
Modul ini dikemas dalam 7 pokok bahasan yang membahas konsep dasar
bimbingan dan konseling kelompok mulai dari pengertian, tujuan, asas,
perbandingan keduanya, kepemimpinan dalam kelompok, keuntungan dan
kelemahan yang menyertai serta etik dalam bimbingan dan konseling kelompok.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara dapat memahi konsep
dari bimbingan dan konseling kelompok secara lebih komprehensif dan utuh, serta
dapat mengidentifikasi perbedaan yang signifikan antara konsep bimbingan
kelompok dan konseling kelompok. Selain itu diharapkan saudara mampu
menyiapkan diri sebagai pemimpin kelompok yang efektif dan menganlisis
kelemana dan kelebihan yang ada.
Pembelajaran ini dapat berjalan dengan efektif apabila Anda telah
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pelajari modul landasan bimbingan dan konseling terlebih dahulu
karena modul tersebut menjadi karangka dasar pada modul ini
2. Pelajari dengan seksama isi modul ini karena pemahaman Anda akan
berpengaruh kepada pemahaman Anda akan modul bidang kajian
bimbingan dan kelompok lainnya.
3. Keberhasilan pembelajar sangat tergantung pada bagaimana saudara
secara aktif memepelajari dan menambah wawasan yang ada.
4. Apabila ada kesulitan dalam mempelajari model ini silahkan Anda dapat
menghubungi instruktur atau fasilitator yang mengajarkan modul ini.
Selamat belajar dalam mempelajari modul ini semoga apa yang anda
pelajari dapat membantu anda dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling kelompok di lapangan nantinya

iv
B. Capaian Pembelajaran
Mampu mengelola (merancang, menyusun, mengorganisasi, melaksanakan,
memonitor, dan mengevaluasi) layanan dasar, layanan responsif, perencanaan
individual dan peminatan, dan dukungan sistem secara individual, kelompok,
klasikal, dan kelas besar/lintas kelas dengan menggunakan metode, teknik, dan
multimedia yang relevan serta memperhatikan kebutuhan sasaran layanan yang
berasal dari keberagaman sosial budaya pada jenis, jalur dan jenjang satuan
pendidikan

C. Sub Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari modul ini, peserta/mahasiswa dapat menjelaskan
konsep dasar bimbingan dan konseling kelompok.
Tujuan pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian bimbingan dan konseling kelompok.
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling kelompok.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menerapkan beberapa azas yang digunakan
pada layanan bimbingan dan konseling kelompok.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengidentifikasi beberapa kemampuan
yang harus dimiliki oleh pemimpin kelompok.
5. Mahasiswa memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang perbandingan
bimbingan kelompok dengan konseling kelompok
6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan keterbatasan bimbingan
kelompok dan konseling kelompok

v
D. Uraian Materi
1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
a. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu bentuk layanan, dimana siswa diajak
bersama-sama untuk saling bertukar informasi tentang topik-topik yang dibicarakan
dan mengembangkan bersama permasalahan yang dibicarakan pada kelompok.
Senada dengan pemahaman tersebut. Pendapat tersebut diperkuat dengan apa yang
disampaikan oleh Gazda (Prayitno & Amti, 2004) bahwa “bimbingan kelompok
merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun rencana dan keputusan yang tepat”. Selanjutnya ditegaskan bahwa
layanan bimbingan kelompok mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok
merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar
dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan,
bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi
kelompok (Romlah, 2006).
Dijelaskan pula bahwa bimbingan kelompok lebih berfokus kepada
bagaimana meningkatkan pemahaman diri, serta upaya mendukung individu dalam
perkembangan baik yang bersifat intrapersonal maupun interpersonal. Kegiatan
bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan pembahasan topik-topik seperti
pendidikan sex, keterampilan komunikasi, isu mutakhir, isu keragaman dan stress
management (Neukrug, 2011). Dari apa yang dipahami maka bimbingan kelompok
didesain dengan tujuan pembelajaran atau pendidikan serta pemberian dorongan
secara Psikologis kepada setiap anggota kelompok guna mengembangkan diri.
Melalui bimbingan kelompok dimungkinkan bagi setiap anggota atau peserta
mampu membuka diri lebih baik dan melakukan kegiatan berbagi informasi,
berbagi pengamalan Psikologis yang terbentuk dalam suasana kelompok.
Layanan bimbingan kelompok berjalan dengan memanfaatkan dinamika
kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Melalui media dinamika kelompok
anggota akan dapat mencapai tujuan ganda, yaitu mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri untuk memperoleh kemampuan-kemampuan sosial seperti

1
kemampuan beradaptasi, dan diperoleh berbagai wawasan, nilai dan sikap, serta
berbagai alternatif yang akan memperkaya pengalaman yang dapat mereka
pratikkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh Rusman (2010) yang secara singkat dapat dijelaskan bahwa bimbingan
kelompok diartikan suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui
suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi
aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau
ketrampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam
upaya pengembangan pribadi.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik beberapa pokok pengertian
dari bimbingan kelompok yaitu : (a) bimbingan diberikan kepada lebih dari satu
orang pada waktu yang bersamaan, (b) bimbingan dilaksanakan untuk membantu
individu yang mempunyai masalah, (c) merupakan penyediaan informasi melalui
aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi, (d) memungkinkan setiap
anggota kelompok untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dan
berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau
ketrampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam
upaya pengembangan pribadi.
b. Konseling Kelompok
Konseling Kelompok merupakan satu dari beberapa jenis kegiatan
kelompok terapi yang dapat dilakukan oleh para pelaku kesehatan mental disekolah.
Konseling kelompok menjadi salah satu intervensi yang efektif ketika bekerja di
lingkungan sekolah (Pérusse, Goodnough, & Lee, 2009). Banyak orang secara tegas
membedakan kelompok terapi dengan kelompok konseling. Hal ini dikarenakan
konseling kelompok berfokus pada upaya untuk membantu anggota kelompok
dalam mengatasi masalah yang dihadapi melalui upaya penyesuian diri dan
perkembangan kepribadian (Gibson & Mitchell, 2011). Konseling kelompok juga
biasa dikenal sebagai sebuah tindakan konseling untuk membantu menangani
masalah individu melalui dukungan antar pribadi, atau dalam bahasa sederhana
sebagai kelompok pemecahan masalah antar pribadi.

2
Dipahami pula bahwa Konseling kelompok merupakan jenis psikoterapi
yang melibatkan pertemuan dengan sekelompok individu yang semuanya
menghadapi masalah serupa. Sesi grup melibatkan berbagi pengalaman konseli
secara langsung dan mendengarkan pengalaman orang lain. Konseling kelompok
menyediakan lingkungan yang mendukung untuk membahas masalah dan
kekhawatiran dan upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Konseling
kelompok biasa terdiri dari 5 hingga 10 siswa bertemu setiap minggu secara
triwulanan dengan seorang konselor yang memfasilitasi sesi tersebut.
Pendapat lain disampaikan Neukrug bahwa konseling kelompok lebih
berfokus pada upaya prefentif, self-enhancement (peningkatan diri), peningkatan
insight, aktualisasi diri, serta motivasi diri (Neukrug, 2011). Dalam pendapat
tersebut didasari bahwa mungkin anggota kelompok sedang menghadapi persolan
mereka dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi mereka tidak berbicara tentang
konsep patologi yang parah atau masalah Psikologis yang berat. Konseling
kelompok bergerak dengan pandangan konsep perkembangan manusia secara
positif dan normal yang diterapkan melalui strategi-strategi intervensi berbasis
kelompok guna mendorong perkembangan hubungan interpesonal satu sama lain
guna menemukan strategi pemecaham masalah atau kemampuan dalam diri guna
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dijelaskan lebih jauh bahwa konseling kelompok lebih cepat dari pada
kelompok terapi tetapi lebih lama dari pada bimbingan kelompok. Pemimpin dalam
konseling kelompok diwajibkan mampu dan terlatih dalam mengendalikan proses
kelompok dan dinamika yang muncul dalam kelompok. Konsep ini didasari karena
pengelaman teraputik diperoleh setiap anggota dalam kelompok melalui perubahan
dinamika yang ada.
Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa konseling kelompok sebagai
sebuah strategi intervensi teraputik dalam format kelompok guna membantu
anggota dengan masalah serupa melalui dukungan antar pribadi, upaya penyesuian
diri serta perkembangan kepribadian

3
2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
a. Tujuan Bimbingan Kelompok
Gibson & Mitchell (2011), menjelaskan bahwa bimbingan kelompok
dengan isi yang meliputi informasi pendidikan, pekerjaan, pribadi atau sosial
bertujuan menyediakan informasi akurat bagi anggota kelompok yang dapat
membantu mereka membuat perencanaan dan keputusan hidup yang lebih tepat.
Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa tujuan layanan bimbingan secara
kelompok, yaitu supaya konseli yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan
sendiri, memiliki pandangan sendiri, tidak sekedar meniru pendapat orang lain,
mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi
dari tindakan-tindakannya.
Selain itu tujuan yang ingin dicapai dalam bimbingan kelompok yakni
pengembangan pribadi, pembahasan topik-topik atau masalah-masalah umum
secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok sehingga
terhindar dari permasalahan yang berkaitan dengan topik atau masalah yang
dibahas (Wibowo, 2005). Bimbingan kelompok di jenjang pendidikan menengah
mempunyai manfaat, baik bagi tenaga bimbingan profesional maupun bagi para
siswa. Siswa memerlukan bimbingan kelompok yang menopang perkembangan
mereka, terutama perkembangan karier, perkembangan sosial dan peningkatan
kesadaran diri (Winkel & Hastuti, 2005).
Jadi secara umum tujuan bimbingan kelompok ada 2 yaitu pengembangan
pribadi anggota dan pembahasan topik bahasan secara mendalam. Pengembangan
pribadi meliputi pengembangan segala potensi dan keterampilan sosial yang
dimiliki. Sedangkan pembahasan masalah adalah sebagai upaya preventif agar
terhindar dari permasalahan yang dibahas.
b. Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan dari konseling kelompok lebih diarahkan pada bagaimana kelompok
atau anggota mampu mengeksplorasi segala sesuatu yang dapat mendukung dalam
pengembangan diri. Membantu anggota membuat hubungan yang intim atau kuat
antara anggota serta menerima dan mendukung satu sama lain dalam proses
penyelesaian masalah yang dihadapi atau strategi coping yang dilakukan (Schmidt,

4
2013). Selain itu melalui konseling kelompok diharapkan siswa mampu untuk
menangani masalah yang ada bukan sekedar sebuah penyelesaian semata melainkan
sebagai sebuah pengembangan keterampilan dalam menghadapi masalah yang
mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Adapun tujuan lain yang ingin disampaikan melalui pelayanan konseling
kelompok adalah memberikan dukungan dan membuat konseli atau anggota
menyadari bahwa ada orang lain yang mengalami tantangan serupa. Konseli tidak
berbeda atau sendirian seperti yang dirinya pikirkan. Melalui konseling kelompok
akan menumbuhkan perspektif diri yang berbeda pada konseli, hal in karena
semakin banyak individu yang berkumpul maka menciptkan pandangan atau
pemikiran dari sudut yang berbeda.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa konseling kelompok adalah
salah bentuk “theraputic sharing experience”. Melalui proses ini setiap anggota
tidak hanya sekedar berbagi pengelaman tetapi belajar untuk mendengarkan
pengelaman orang lain dari berbagai latarbelakang yang berbeda. Hal ini akan
mampu menumbuhkan insight bagi setiap personal anggota yang terlibah sebagai
upaya penungkatan dan pengembangan diri secara lebih baik.
Konseling kelompok menawarkan ruang bagi siswa untuk mengembangkan
kesadaran diri dan kesadaran orang lain. Pengalaman semacam ini akan dapat
mengurangi perasaan-perasaan negatif seperti kesepian atau sendiri, menormalkan
pengalaman konseli, mendorong perubahan dengan cepat dan bermakna, serta
membantu konseli atau anggota belajar dan memproses keterampilan baru .
Apabila bimbingan kelompok mefokuskan kepada pengembangan dan
pemahaman diri secara kognitif, konseling kelompok lebih berfokus bukan semata
dalam penyelesaian masalah. Konseling kelompok mencoba memfasilitasi konseli
dalam perubahan perilaku, mengembangkan kemampuan mengatasi situasi
kehidupan, mengkonstruksi pikiran serta mengambil keputusan bagi dirinya dan
berkomitmen untuk mewujudkan keputusan tersebut melalui media kelompok.
Selain itu Corey (2012) menjelaskan beberapa tujuan yang dapat diperoleh
melalui kegiatan konseling kelompok antara lain;

5
1. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan diri; untuk
mengembangkan rasa identitas unik seseorang
2. Untuk mengenali kesamaan kebutuhan dan masalah anggota dan untuk
mengembangkan rasa keterkaitan
3. Untuk membantu anggota belajar bagaimana membangun hubungan yang
bermakna dan intim
4. Untuk membantu anggota dalam menemukan sumber daya dalam keluarga
besar dan komunitas mereka sebagai cara untuk mengatasi kekhawatiran
mereka
5. Untuk meningkatkan penerimaan diri, kepercayaan diri, harga diri, dan
untuk mencapai pandangan baru tentang diri sendiri dan orang lain
6. Untuk mempelajari cara mengekspresikan emosi seseorang dengan cara
yang sehat
7. Untuk mengembangkan perhatian dan kasih sayang untuk kebutuhan dan
perasaan orang lain
8. Untuk menemukan cara-cara alternatif dalam menangani masalah-masalah
perkembangan yang normal dan untuk menyelesaikan kon fl ik tertentu
9. Untuk meningkatkan pengarahan diri, interdependensi, dan tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan orang lain
10. Untuk menjadi sadar akan pilihan seseorang dan membuat pilihan dengan
bijak
11. Untuk membuat rencana spesifik untuk mengubah perilaku tertentu
12. Untuk mempelajari keterampilan sosial yang lebih efektif
13. Untuk belajar bagaimana menghadapi orang lain dengan hati-hati,
perhatian, kejujuran, dan keterusterangan
14. Untuk memperjelas nilai-nilai seseorang dan memutuskan apakah dan
bagaimana cara mengubahnya
3. Asas dalam Layanan Bimbingan Kelompok
Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling kelompok
seorang pemimpin kelompok perlu memperhatikan beberapa asas yang ada dalam
pelaksanaan layanan. Secara umum 12 asas yang ada dalam pelayanan bimbingan

6
dan konseling haruslah terwujud dalam setiap layanan yang diberikan akan tetapi
beberapa asas yang cukup memiliki nilai besar dalam bimbingan dan konseling
kelompok, antara lain:
1) Asas kerahasiaan
Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa
yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui
orang lain. Asas ini merupakan kunci dalam pemberian layanan bimbingan
kelompok. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau
pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak terutama
penerima bimbingan (konseli) sehingga mereka akan mau memanfaatkan
jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila
konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik maka
hilanglah kepercayaan konseli yang berakibat pelayanan bimbingan dan
konseling tidak dapat tempat di hati konseli dan para calon konseli.
2) Asas keterbukaan
Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran,
tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa
malu dan ragu-ragu. Dengan kata lain dalam pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok sangat diperlukan suasana keterbukaan baik
keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari konseli. Dalam asas ini,
arti dari keterbukaan bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran
dari luar, tetapi lebih dari itu diharapkan masing-masing pihak yang
bersangkuatan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan
masalah individu yang membutuhkan bimbingan dan dapat berbicara sejujur
mungkin dan berterus terang tentang dirinya.
3) Asas kesukarelaan
Proses layanan bimbingan kelompok harus berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari pihak konseli, maupun dari pihak konselor. Oleh
karena itu, pada asas ini diharapkan konseli secara suka dan rela tanpa ragu-
ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya
serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan

7
dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor dapat memberikan
bantuan dengant idak terpaksa atau ikhlas. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa dalah hal ini semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan
tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atau pemimpin kelompok.
4) Asas kenormatifan
Asas kenormatifan diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok. Semua layanan yang
diberikan oleh konselor harus sesuai dengan norma-norma yang ada
termasuk prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang
dari norma-norma yang ada.

4. Keterampilan Pemimpin Kelompok


Dalam pendekatan kelompok baik itu bimbingan kelompok maupun
konseling kelompok merupakan suatu sistem pelayanan yang memiliki struktur
didalamnya. Struktur dalam kelompok meliputi bentuk, tujuan, aturan serta peran
akan anggota dan pemimpin kelompok. Kepemimpinan sendiri merupakan hal
esensial dalam pendekatan kelompok. Banyak sekali persoalan yang menyertai
konsep pemimpin dan kepemimpinan dalam kelompok konseling baik itu meliputi
peran maupun tanggungjawab yang ada. Meskipun karakteristik dari
kepemimpinan yang berbeda menunjukkan keberhasilan dalam lingkup situasi dan
lingkungan spesifik secara umum terdapat beberapa hal yang perlu dikaji lebih jauh.
Beberapa poin secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemimpin menjaga diri tetap jujur, terbuka dan bersikap etis
setiap saat
2. Pemimpin terbuka dan menerima masukan dari semua anggota
kelompok, bahkan opini anggota yang tidak disetujuinya
3. Minat utama pemimpin di sepanjang waktu adalah pertumbuhan
pribadi dan kesejahteraan semua anggota kelompoknya
4. Pemimpin memodelkan nilai dan perilaku yang bisa
menungkatkan kualitas hidup anggota kelompoknya
(Gibson & Mitchell, 2011)

Dari beberapa penjelalasan tersebut dipahami bahwa konselor sebagai


pemimpin kelompok bukan hanya berperan sebagai sorang terapis melainkan juga
live model bagi anggota kelompok tentang bagaimana menghadapi sebuah masalah.

8
Konselor sebagai pemimpin kelompok memlili dua peran dalam prosesnya.
Konselor dituntut menjadi pemicu atau ambil bagian dalam meningkatkan
rangsangan emosional pada diri setiap anggota kelompok. Di sisi lain konselor
memiliki peran eksekutor atau eksekutif sebagaimana dalam pengambilan sikap dan
putusan, norma, atau prosedur yang diperlukan dalam melakukan proses layanan
(Gladding, 2012). Walau demikian sacara umum terdapat 4 kualitas kepemimpinan
yang efektif tanpa mengecualikan masing-masing karakteristik dari tipe-tipe
kepemimpinan yang ada (Morran, Stockton, & Whittingham, 2004; Stockton &
Morran, 1982; Yalom, 1995), ke-empat hal tersebut antara lain:
1. Moderat dalam memberikan rangsangan emosi dalam hal ini meliputi
pengungkapan diri, pengambilan resiko, konfrontasi, penyingkapan
perasaan, refleksi perasaan dll)
2. Pemimpin yang efektif dapat memberikan perhatian yang cukup.
Konsep perhatian dalam hal ini layaknya memberikan dukungan,
penguatan, proteksi dll. Akan tetapi perlu dipahami bahwa kontek cukup
artinya perhatian yang diberikan sesuai dengan kubutuhan yang ada
tidak kurang ataupun berlebih-lebihan.
3. Hubungan yang bermakna atau dapat memanfatkan atribusi pemaknaan.
Seorang pemimpin kelompok harus dapat memahamkan anggota
kelompoknya tentang apa yang dirasakan, dialami serta apa yang harus
dipahami. Oleh karenya kemampuan dalam penjelasan, klarifikasi,
memberikan kerangka kerja kognitif guna perubahan serta melakukan
intepretasi sangatlah dibutuhkan.
4. Mengekspresikan fungsi eksekusi yaitu aturan, norma, batasan,
manajemen waktu, prosedur dan lain-lain.
Ditegaskan pula bahwa seorang pemimpin kelompok perlu memliki
kemampuan dalam menganalisis dan mengidentifikasi arah kelompok yang artinya
konselor mampu memberikan penilian apakah kelmpok telah berjalan sesuai
dengan nilai-nilai teraputik atau tidak. Apabila tidak maka konselor hendaknya
dapat mengembil strategi intervensi dari awal agar kelompok berjalan sebagaimana
tujuan konseling kelompok yang benar (Yalom, 2005).

9
Pemimpin kelompok yang berkualitas tidak saja dilihat dari seberapa efektif
keterampilan yang dimiliki melainkan pada kualitas pribadi atau karakteristik
pribadi yang baik. Corey (2012) menjelaskan terdapat 9 karakteristik yang harus
dimiliki seorang konselor sebagai pemimpin antara lain
a. Presence (kehadiran)
Kehadiran tidak hanya berbicara tentang keberadaan fisik. Kehadiran juga
dimaknasi secara emosional seorang pemimpin terlibat secara suka cita
terhadap kelompok, mampu merasakan rasa sakit yang dialami oleh orang
lain. Kemampuan pemimpin untuk mengekspresikan emosi dan
perasaannya akan mempermudah terlibat secara emosional dengan orang
lain. Kehadiran juga memiliki arti “being there”untuk anggota kelompok.
Artinya mereka tulus bersama dengan anggota kelompok tidak terpecah
dengan kegiatan atau fikiran lain dan menyatu bersama kelompok.
b. Personal power (kekuatan pribadi)
Kekuatan pribadi melibatkan kepercayaan diri dan kesadaran akan pengaruh
seseorang terhadap orang lain. Jika pemimpin kelompok tidak merasakan
kekuatan dalam kehidupan mereka sendiri (atau jika mereka tidak merasa
mengendalikan nasib mereka), sulit bagi mereka untuk memfasilitasi
kebutuhan dari anggota ke arah pengembangan yang diharapkan.
Singkatnya, tidak mungkin memberikan sesuatu jika kita tidak memilikinya.
Perlu ditegaskan bahwa kekuatan dalam hal ini bukan sesuatu yang bersifat
mendominasi atau mengatur anggota, tetapi bagaimana kekuatan dalam hal
ini mempengaruhi anggota secara bersama-sama untuk menuju pada
pengembangan diri.
c. Courage (keberanian)
Pemimpin kelompok yang efektif menunjukkan keberanian dalam interaksi
mereka dengan anggota kelompok dan tidak bersembunyi di balik peran
khusus mereka sebagai konselor. Mereka menunjukkan keberanian dengan
mengambil risiko dalam kelompok dengan mengakui kesalahan, dengan
menjadi lemah, dengan bersedia menantang anggota dengan cara yang
terhormat, dengan bertindak berdasarkan intuisi dan keyakinan, dengan

10
mendiskusikan segala sesuatu bersama kelompok akan pikiran dan perasaan
mereka tentang proses kelompok, dan bersedia membagikan kekuatan
mereka dengan anggota kelompok. Pemimpin dapat memodelkan pelajaran
penting kepada anggota dengan mengambil sikap terhadap kehidupan dan
mengambil sikap terlepas dari fakta bahwa mereka tidak sempurna. Ketika
anggota mendorong diri mereka untuk meninggalkan pola yang normatif
dan aman, mereka sering merasa cemas dan takut. Pemimpin kelompok
dapat menunjukkan, melalui perilaku mereka sendiri, kesediaan mereka
untuk bergerak maju meskipun kadang-kadang merasa takut.
d. Wilingness to confornt oneself (kesediaan untuk mengkonforntasi diri
sendiri)
Salah satu tugas utama pemimpin adalah menunjukkan identifikasi diri
kepada anggota. Kesadaran diri memerlukan kesediaan untuk melihat
dengan jujur siapa diri kita dan pemimpin kelompok harus menunjukkan
bahwa mereka bersedia mempertanyakan diri mereka sendiri. Karakteristik
ini mencakup kesadaran tidak hanya tentang kebutuhan dan motivasi
seseorang tetapi juga konflik dan masalah pribadi, serta potensi pengaruh
semua ini pada proses kelompok. Pemimpin yang sadar diri mampu bekerja
secara terapeutik dengan tranferensi yang tercipta dalam seting kelompok,
baik terhadap diri mereka sendiri maupun terhadap anggota lain. Lebih jauh
lagi, para pemimpin kelompok sadar akan kelemahan mereka sendiri,
terutama akan potensi dan bagaimana mereka bertanggung jawab atas reaksi
mereka sendiri.
e. Sincerity and Authenticity (ketulusan dan autentik)
Salah satu kualitas terpenting seorang pemimpin adalah minat yang tulus
terhadap terpenuhinya kebutuhan dan pertumbuhan anggota. Bagi seorang
pemimpin kelompok, kepedulian berarti mengajak para anggota untuk
melihat bagian dari kehidupan mereka sehingga mereka menolak dan
mengecilkan segala bentuk perilaku tidak jujur dalam kelompok.
Memberikan anggota umpan balik yang bermanfaat membutuhkan nilai

11
ketulusan dan rasa hormat dalam arti bahwa memenuhi kebutuhan terbaik
klien adalah yang terpenting bagi pemimpin
Keaslian adalah bentuk ketulusan. Pemimpin kelompok yang otentik tidak
hidup dengan kepura-puraan dan tidak bersembunyi di balik pertahanan.
Otentisitas mensyaratkan kesediaan untuk mengungkapkan diri secara tepat
dan berbagi perasaan serta reaksi terhadap apa yang sedang terjadi di dalam
kelompok. Keaslian tidak berarti secara sembarangan berbagi setiap
pemikiran, persepsi, perasaan, fantasi, dan reaksi, bagaimanapun. Sebagai
contoh, meskipun seorang pemimpin mungkin awalnya tertarik pada
seorang anggota, tidak akan bijaksana untuk mengungkapkan kenyataan ini
pada sesi awal. "tidak diuangkapkan" semacam itu tidak menyiratkan
ketidak-autentisitas; sebaliknya, ini menunjukkan rasa hormat dan
pertimbangan bagi anggota pada tahap awal grup ini.
f. Sense of Identity (rasa identitas)
Jika pemimpin kelompok membantu orang lain menemukan siapa mereka,
para pemimpin harus memiliki jati diri yang jelas. Ini berarti mengetahui
apa yang pemimpon hargai dan hidup dengan standar-standar yang ada,
bukan berdasarkan apa yang diharapkan orang lain. Itu berarti menyadari
kekuatan, keterbatasan, kebutuhan, ketakutan, motivasi, dan tujuan sendiri.
Itu berarti mengetahui apa yang Anda mampu menjadi, apa yang Anda
inginkan dari kehidupan, dan bagaimana Anda akan mendapatkan apa yang
Anda inginkan. Menyadari warisan budaya Anda, etnis Anda, dan identitas
seksual dan gender Anda adalah komponen penting dari rasa identitas ini.
g. Belief in the Group Process and Enthusiasm (percaya akan/pada proses
dalam kelompok dan antusias)
Keyakinan mendalam pemimpin dalam nilai proses kelompok sangat
penting bagi keberhasilan kelompok. Praktisi yang memimpin kelompok
hanya karena mereka diharapkan, tanpa diyakinkan bahwa intervensi
kelompok membuat perbedaan, tidak mungkin menginspirasi anggota
kelompok. Mengapa para anggota percaya bahwa pengalaman kelompok
akan bernilai bagi mereka jika pemimpin tidak antusias terhadapnya? Para

12
pemimpin kelompok antusias membawa kelompok dapat memiliki kualitas
infeksi. Para pemimpin perlu menunjukkan bahwa mereka menikmati
pekerjaan mereka dan seperti berada bersama kelompok mereka. Minimnya
antusias seorang pemimpin umumnya tercermin pada kurangnya
kegembiraan anggota tentang datang ke sesi grup dan ketidakmampuan
anggota untuk melakukan peran dan tugas yang signifikan.
h. Inventiveness and Creativity (daya cipta dan kreatif)
Pemimpin harus menghindari terjebak dalam teknik ritual (monoton dan
berulang) dan presentasi yang diprogram. Mungkin tidak mudah untuk
mendekati setiap kelompok dengan ide-ide baru. Pemimpin yang kreatif dan
inovatif terbuka untuk pengalaman baru dan pandangan dunia yang berbeda.
Salah satu keuntungan utama kerja kelompok adalah bahwa Ia menawarkan
banyak peluang untuk menjadi inventif.
i. Portrait of Highly Effective Therapists (gambaran akan terapis yang sangat
efektif)
Karakteristik yang mungkin dapat menggambarkan terkait dengan potret
terapis yang ahli adalah termasuk menjadi hidup, kongruen, berkomitmen,
bertekad, intens, terbuka, ingin tahu, toleran, vital, reflektif, sadar diri,
murah hati, dewasa, optimis, analitik, menyenangkan, cerdas, energik, kuat,
inspiratif, dan bersemangat. Tentu saja, 9 dari 10 terapis tidak memiliki
semua sifat ini sepanjang waktu, tetapi hal ini menjelaskan karakteristik
pribadi terapis yang dianggap penting dimiliki untuk menunjukkan
bagaimana karakteristik tersebut dimanifestasikan dalam kerja profesional
terapis.

5. Perbedaan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok


Membahas tentang bimbingan kelompok dan konseling kelompok tidak
jarang terjadi tumpang tindih diantara keduanya. Bimbingan kelompok dan
konseling kelompok merupakan dua proses pelayanan yang berbeda. Perbedaan
yang cukup esensial dari kedua layanan ini salah satunya adalah bagaimana
konseling menciptakan kerahasiaan dan hubungan personal yang sarat nilai-nilai

13
teraputik. Sedangkan bimbingan kelompok lebih instruksional dan informatif
dalam upaya pengembangan diri anggota (Schmidt, 2013). Dalam arti lain secara
umum bimbingan kelompok berfokus pada pengembangan melalui konsep belajar
sedangkan konseling kelompok mencoba menyelesaikan persoalan yang dihadapi
berbasis hubungan interpersonal.
Pendapat yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Gladding (2012)
bagaimana konseling kelompok lebih langsung dari pada bimbingan kelompok
dalam upaya melakukan perubahan perilaku. Konseling kelompok menekankan
keterlibatan afektif dari peserta/anggota sedangkan bimbingan kelompok lebih
berkonsentrasi kepada pemahaman kogitif dari para anggotanya.
Gazda, Ginter, & Horne (2001) membuat beberapa perbedaan antara
bimbingan kelompok dan konseling kelompok sebagai berikut :
1. bimbingan kelompok disarankan untuk semua individu (siswa) sekolah
atas dasar terjadwal dengan teratur, konseling kelompok hanya
disarankan untuk mereka yang mempunyai masalah sesaat atau
berkesinambungan;
2. bimbingan kelompok membuat usaha tidak langsung untuk mengubah
tindakan dan tingkah laku dengan memberi informasi dan menekankan
fungsi kognitif atau intelektif, sementara konseling kelompok memberi
usaha langsung untuk memodifikasi tindakan atau perilaku dengan
menekankan keterlibatan yang bersifat afektif;
3. bimbingan kelompok bisa diterapkan untuk kelompok seukuran kelas
(pengertian lama),sementara konseling kelompok lebih bisa diterapkan
pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 3 sampai 4 siswa (6-10
siswa).
Selain itu perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok
dapat dijelaskan melalui kelompok dikotomi berdasarkan struktur yang menyertai
dalam konsep pelayanan kelompok mulai dari keanggotaan, tujuan, peran
pemimpin serta yang lainnya sebagaimana digambarkan pada matrik sebagai
berikut.
Matrik perbandingan bimbingan kelompok dan konseling kelompok

14
Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok
Tujuan • Pengembangan pribadi. • Pengembangan pribadi
• Pembahasan masalah • Pembahasan dan
atau topik-topik umum pemecahan masalah
secara luas dan pribadi yang dialami
mendalam yang oleh masing-masing
bermanfaat bagi para anggota kelompok
anggota kelompok
Jumlah Anggota Bisa kurang atau lebih dari Dibatasi 10 orang
15 orang
Aspek kondisi dan Homogen/Hiterogen Homogen
karakteristik
anggota
Format Kegiatan Kelompok kecil Kelompok kecil
Peran Anggota Aktif membahas Aktif membahas
permasalahan atau topik permasalahan (masalah
umum tertentu yang hasil pribadi) dalam membantu
pembahasannya itu berguna memecahkan masalah setiap
bagi para anggota anggota dalam kelompok :
kelompok : a. Berpartisipasi aktif
a. Berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi
dalam dinamika sosial
interaksi sosial b. Menyumbang bagi
b. Menyumbang bagi pemecahan masalah
pembahasan masalah pribadi kawan
c. Menyerap berbagai sekelompok
informasi untuk diri c. Menyerap berbagai
sendiri informasi, saran, dan
berbagai alternatif untuk

15
memecahkan
masalahnya
Suasana interaksi • Interaksi multiarah • Interaksi multiarah
• Mendalam dengan • Mendalam dan tuntas
melibatkan aspek dengan melibatkan
kognitif aspek kognitif, afeksi,
dan aspek kepribadian
lainnya
Sifat dan isi Umum dan Tidak rahasia Pribadi dan rahasia
pembicaraan
Lama frekuensi Kegiatan berkembang Kegiatan berkembang sesuai
kegiatan sesuai dengan tingkat dengan tingkat pendalaman
pembahasan dan dan penuntasan pemecahan
pendalaman yang masalah
dilakukan
Evaluasi • Evaluasi proses • Evaluasi proses
keterlibatan anggota keterlibatan anggota
• Evaluasi isi kedalaman • evaluasi isi kedalaman
pembahasan dan ketuntasan
• Evaluasi dampak pembahasan masalah
pemahaman dan • Evaluasi dampak :
dampak kegiatan sejauh mana anggota
terhadap anggota yang masalah pribadinya
dibahas merasa
mendapatkan alternatif
pemecahan masalah
Pelaksana • Guru pembimbing • Guru pembimbing
(konselor sekolah) (konselor sekolah)

Walaupun demikian baik bimbingan kelompok maupun konseling


kelompok merupakan konsep yang saling melengkapi satu sama lain. Dengan

16
bimbingan kelompok siswa akan lebih mudah dan terbiasa dalam membuat struktur
kognitif akan informasi yang didapat. Sedangkan konseling kelompok memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mendiskuiskan serta merasakan pengalaman akan
nilai-nilai psikologis tentang apa yang dialami dan orang lain alami sebagai
serangkaian emosi yang kompleks.
6. Kelebihan dan Kekurangan bimbingan dan konseling kelompok
Pendekatan kelompok memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Banyak penelitian yang telah dilakukan yang menggambarkan pendekatan
kelompok dan secara statistik memaparkan kelebihan dan kelemahan yang
ditemukan.
1. Dari hasil penelitian yang ada konseling kelompok diperoleh hasil bawah
konseling kelompok efektif dalam meningkatkan efikasi diri anggota
kelompok (Widaryati, 2013). Hal ini juga ditegaskan oleh Dykeman &
Appleton (2002) bagaimana konseling kelompok mampu dan secara
sitematis bermanfaat dalam peningkatan efikasi diri anggota kelompok.
2. Pendekatan kelompok dalam konseling juga menemukan hasil yang positif
terhadap upaya mengurangi perilaku agresi pada konseli (Gibbs, Potter,
Barriga, & Liau, 1996; Horne, Stoddard, & Bell, 2007)
3. Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan karir dari
anggota (Clark, Severy, & Sawyer, 2004; Sullivan & Mahalik, 2000),
selain itu kelompok juga dapat digunakan secara efektif untuk
merencanakan karir pada kelompok minoritas dengan permasalahan yang
spesifik (Peterson & González, 2000)
Masing banyak lagi hasil penelitian lainya yang menjelaskan bagaimana
pendekatan kelompok memberikan acuan dan temuan baru dalam perkembangan
pelayanan bimbingan dan konseling berbasis kelompok.
Kelebihan atau keuntungan konseling kelompok
Beberapa keuntungan atau kelebihan dari pelayanan konseling kelompok
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Konseling kelompok menjadi bagian dari seting sosial bagi murid/anggota
untuk mempelajari perilaku atau tingkah laku baru, dan mendukung satu sama

17
lain. Dalam kelompok anggota dapat berbagi dan bertukar ide, asumsi, dan
membandingkan sudut pandang satu dengan yang lain sebagai sebuah
kesempatan untuk memperoleh pegalaman dan mengubahnya.
2. Dengan fokus berbagi pada kelompok anggota dapat belajar tentang identitas
diri satu sama lain termasuk isu yang menyertai. Proses identifikasi ini
menjadikan anggota lebih meningkatkan kohesivitas dan meningkatkan
pemahaman yang utuh akan dirinya.
3. Konseling kelompok mendorong dan memfasilitasi setiap anggota satu sama
lain dalam memperoleh penerimaan diri, empati, tolong menolong,
solidaritas, dan keterampilan sosial lainnya.
4. Control kelompok atau anggota kelompok yang lain dapat meningatkan
dorongan sekaligus tolak ukur bagi konseli dalam menentukan arah
perubahan perilaku dan atau tujuan serta strategi yang akan diambil untuk
melakukan perubahan tersebut.
5. Melalui konseling kelompok individu-individu mencapai tujuannya dan
berhubungan dengan individu-individu lain dengan cara yang produktif dan
inovatif. Keadaan nyata yang dihadirkan dalam kegiatan konseling
kelompok, merupakan keunggulan yang tidak dijumpai dalam konseling
individual.
Jacobs, Harvill, & Masson (1994) juga mengemukakan tujuh keuntungan
yang dapat diperoleh berkaitan dengan konseling kelompok, yaitu :
1. perasaan membagi keadaan bersama,
2. pengalaman merasa memiliki,
3. kesempatan untuk berpraktik dengan orang lain,
4. kesempatan untuk menerima berbagai umpan balik,
5. belajar seolah-olah mengalami berdasarkan kepedulian orang lain,
6. perkiraan untuk menghadapi kenyataan hidup, dan
7. dorongan teman guna memelihara komitmen
Dari apa yang dipahami diatas maka dapat dijelaskan bagaimana, seorang
siswa mungkin mengalami kesulitan dalam mengungkapkan permasalahan melalui
konseling individual, tetapi dalam suasana kelompok sangat memungkinkan siswa

18
tersebut dapat mengungkapkan secara leluasa. Melalui suasana kelompok dapat
pula dikembangkan berbagai keterampilan sosial dan sikap-sikap tertentu, yaitu
keterampilan berkomunikasi, keterampilan menghargai pendapat orang lain, kerja
kelompok, membantu orang lain, belajar dari anggota lain dan sebagainya, yang
dalam konseling individual sulit dikembangkan. Mereka akan dapat saling berbagi
pengalaman, dan saling memberikan masukan yang semuanya itu sangat berharga
bagi upaya pengembangan pribadi, pencegahan masalah dan pemecahan masalah.
Melalui suasana konseling kelompok dapat dikembangkan suasana untuk
menumbuhkan rasa toleransi, rasa percaya diri, dan peningkatan tanggung jawab.
Kelemahan atau kekurangan konseling kelompok
Disamping kekuatan atau kelebihan yang ada konseling kelompok juga
memeliki beberapa kelemahan. Beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan oleh
konselor dijelaskan Wibowo (2005) antara lain sebagai berikut.
1. tidak semua siswa cocok berada dalam kelompok, beberapa diantaranya
membutuhkan perhatian dan intervensi individual.
2. tidak semua siswa siap atau bersedia untuk bersikap terbuka dan jujur
mengemukakan isi hatinya terhadap teman-temannya di dalam
kelompok, lebih-lebih bila yang akan dikatakan terasa memalukan bagi
dirinya.
3. persoalan pribadi satu-dua anggota kelompok mungkin kurang mendapat
perhatian dan tanggapan sebagaimana mestinya, karena perhatian
kelompok terfokus pada persoalan pribadi anggota yang lain, sebagai
akibat siswa tidak akan merasa puas.
4. sering siswa mengharapkan terlalu banyak dari kelompok, sehingga tidak
berusaha untuk berubah.
5. sering kelompok bukan dijadikan sarana untuk berlatih melakukan
perubahan, tetapi justru dipakai sebagai tujuan. Oleh karena itu seseorang
merasa terlalu nyaman di dalam kelompok.
6. seringkali kelompok tidak berkembang dan dapat mengurangi arti
kelompok sebagai sarana belajar, karena hanya untuk kepentingan
seorang belaka.

19
7. peran konselor menjadi lebih menyebar dan kompleks, karena yang
dihadapi tidak hanya satu orang tetapi banyak orang. Konselor harus
mampu secara simulasi mengarahkan setiap siswa, memberi respon
interaksi diantara para anggota dan mengamati dinamika dari kelompok
tersebut.
8. sulit untuk dibina kepercayaan, untuk itu dibutuhkan norma dan aturan
main khusus mengenai konfidensialitas.
9. untuk menjadi konselor kelompok dibutuhkan latihan yang intensif dan
khusus. Apabila konselor tidak cukup mempunyai dasar teori dan terlatih
untuk memimpin kelompok, dikhawatirkan justru membuat lebih buruk
keadaan daripada memperbaikinya
Selain itu disampaikan Schmidt (2013) pula beberapa persoalan yang
menjadi kelemahan dalam konseling kelompok antara lain
1. konseling kelompok membutuhkan karakter dan keterampilan
kepemimpinan yang tinggi
2. konseling kelompok membutuhkan tenaga yang besar bagi konselor
untuk memantau dan melihat arah perkembangan kelompok,
menstabilkan atau menguatkan efektifitas dari hubungan yang
terbentuk serta dinamika yang menyertai.
3. Mengatur jadwal dan rencana pelayanan yang lebih susah karena
melibatkan banyak orang. Akan lebih mudah bagi konselor dalam
melakukan konseling individu yang hanya berkerja dengan satu
konseli dibandingkan kelompok
4. Konseling kelompok kadang kala tidak cocok atau kurang sesuai
dengan beberapa karakter konseli. Selain itu konseling kelompok
juga terkadang tidak terlalu cocok untuk beberapa persoalan atau
permasalahan.
Kelebihan atau keuntungan bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok memilik beberapa kelebihan tersendiri dibandingkan
dengan pola atau bentuk layanan konseling lainnya.

20
1. Dalam bimbingan kelompok, konselor dan guru dapat berbagi informasi
dan berkerja dengan banyak murid. Bimbingan kelompok memberikan
ruang yang cukup besar bagi jumlah anggota dibandingkan konseling
kelompok. Hal ini menjadikan nilai tambah bagi anggota untuk saling
berdiskusi dan berbagi satu sama lain akan pengalaman dan pengetahuan
yang dibahas.
2. Dalam bimbingan kelompok tidak terlalu diperlukan kajian dan
keterampilan teraputik mendalam layaknya konseling kelompok karena
cenderung lebih kearah instruktional proses. Konselor yang efektif
adalah mereka yang memiliki keterampilan memfasilitasi kebutuhan
siswa.
3. Bumbingan kelompok dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
interdisipliner. Bimbingan kelompok dapat diintergrasikan dengan
subjek lain dalam lingkungan sekolah misalkan kurikulum, seni,
pembelajaran sosial, pembelajaran olahraga dan lainnya.
4. Bimbingan kelompok memiliki potensii untuk mengubah dan
mengembangkan seluruh lingkungan kelas atau bahkan masyarakat
sekolah dalam aspek positif untuk pengembangan diri dan hubungan
sosial satu sama lain.
Kelemahan atau keterbatasan bimbingan kelompok
1. Bimbingan kelompok lebih berfokus pada pendidikan dan informational
sehingga cukup lemah dalam kaitanya pada proses teraputik dan
pengembangan pribadi dibandingkan dengan konseling kelompok.
2. Dikarekan jumlah anggota yang lebih banyak maka kegiatan bimbingan
kelompok tidak terlalu banyak memberikan waktu bagi setiap anggota
untuk berkomunikasi dan berbagi satu sama lain dengan lebih intens.
3. Saat bimbingan kelompok membahas beberap topik yang ada maka
konselor perlu lebih fokus pada tujuan dari masing-masing anggota dan
kadangkala membuat hal tersebut tumpang tindih dengan kepentingan
kelompok. Padahal dalam kontrak pelayanan dipahami bahwa tujuan

21
dalam layanan bimbingan kelompok adalah untuk memfasilitasi
pengembangan diri anggota kelompok.
4. Dikarekan bimbingan kelompok menggunakan teknik instraksional dan
jumlah anggota yang lebih besar terkadang membuat konselor lebih
bersifat direktif dan terstruktur dalam melakukan pelayanan.
7. Etik dalam Bimbingan dan Konseling Kelompok
Pesoalan etik merupakan standart tingkah laku atau nilai yang diterapkan
sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan atau wewenangnya. Etik dalam
pelayanan bimbingan dan konseling kelompok merukapan standart etik yang
berkaitan dengan tata pelaksanaan layanan, pemimpin kelompok serta anggota
kelompok itu sendiri.
beberapa kode etik secara lebih rinci telah jelaskan secara detail dalam buku
kode etik pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling indonesia (ABKIN, 2006).
Setidaknya terdapat beberap hal yang cukup penting untuk dipahami oleh konselor.
a. Hubungan konseling
Konselor mendorang pertumbuhan dan perkembangan konseli melalui
cara yang dapat meningkatkan minat dan kesejahteraan serta menungkatkan
pembentukan hubungan yang sehat. Konselor berupaya secara aktif utuk
memahami perbedaan latar belakang kultural dari konseli yang mereka layani.
Konselor juga mengeksplorasi identitas kultural sendiri dan begaimana hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi nilai dan keyakinan mereka tentang proses
pelayanan tersebut.
Relasi seorang konselor dengan konseli ada untuk keuntungan konseli
dan bukan untuk keuntungan konselor. Seorang konselor harus terus menerus
bertanya pada dirinya sendiri “Kebutuhan siapakah yang terpenuhi dalam
hubungan ini, kebutuhan konseli atau kebutuhan saya?”. Sehubungan dengan
hal ini ada transimisi dari nilai-nilai pribadi yang tidak dapat dihindari dalam
suatu hubungan teraputik yang dekat. Tetapi yang merupakan isu dasar adalah
bagaimana supaya konseli mengambil manfaat dari hal ini tanpa melupakan
kerentanan konseli.
b. Kepemimpinan kelompok

22
Mempraktikkan kode etik membutuhkan kesadaran, secara personal
maupun profesional. Integritas adalah aset kunci untuk menjadi praktisi kode
etis. Begitu juga dengan penerapan kode etik dalam konseling kelompok,
meskipun kelompok memiliki kekuatan menyembuhkan yang unik yang dapat
digunakan dalam mengubah serta mengembangkan diri, kelompok juga
memeiliki potensi untuk menjadikan masalah menjadi lebih buruk. Sebagai
konselor kelompok kemampuan, gaya, karakter,dan kompetensi pemimpin
kelompok dalam kelompok adalah suatu hal yang penting untuk memberikan
kontribusi dari kualitas hasil dari kelompok yang dipimpin. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam hal ini antara lain.
1) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai kode etik yang
diterima secara umum.
2) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai bukti telah mengikuti
pelatihan yang setaraf dengan praktek kelompok.
3) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai bukti bahwa
kepemimpinannya efektif ( data pasca pelatihan dantindak lanjut
setiap anggota menunjukkan bahwa mereka telah mendapat
keuntungan menjadi anggotapimpinan kelompok tersebut).
4) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai model konseptual
yang baik untuk menjelaskan perubahan-perubahan tingkah laku.
5) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai sertifikat-sertifikat,
surat ijin surat ijin dan bukti kualifikasi lainnya yang di perlukan
yang secara umum diterima oleh disiplin ilmunya.
6) Pimpinan kelompok yang tidak mempunyai surat mandat kerja
(profesional credentials) seharusnya melaksanakan tugas di bawah
pengawasan (supervisi) seseorang yang berkualitas dalam bidang
kerja tersebut.
7) Pimpinan kelompok seharusnya menghadiri / mengikuti kursus –
kursus penyegaran kembali , lokakarya dan sebagainya untuk
meningkatkan keterampilan dan keahliannya serta mendapatkan
evaluasi dari orang lain tentang keterampilan dan kerjanya.
8) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai serangkaian aturan
dasar yang jelas yang menuntunnya dalam melaksanakan tugas
kepemimpinan.
9) Pimpinan kelompok seharusnya paham benar akan undang-undang
dan hukum-hukum yang menagtur segala yang bersifat rahasia dan
mengetahui situasi dan kondisi yang mana rahasia-rahasia tersebut
harus di bocorkan.
10) Pimpinan kelompok seharusnya tidak memihak salah satu anggota
yang mempunyai hubungan yang tidak baik dengan anggota
lainya.
11) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai pemahaman yang
jelas , yang di kembangkan dari literatur-literatur hukum dan kerja,
tentang hak-hak klien dan seharusnya mengetahui bagaimana

23
klien-klien tersebut bisa di lindungi. Pimpinan seharusnya
melindungi anggota dari ancaman-ancaman fisik, intimidasi,
cercaan dan tekanan teman sejawat.
12) Pimpinan kelompok seharusnya mengetahui permintaan dan
harapan lembaga dimana kelompok tersebut berada dengan
memperhatikan loyalitas dan kerahasiaan.
13) Pimpinan kelompok seharusnya mempunyai rencana yang jelas
untuk identifikasi dan intervensi dengan para pasien yang
berbahaya dan berusaha bunuh diri yang memenuhi syarat – syarat
hukum.
(Wibowo, 2005)

c. Anggota Kelompok
1) Persetujuan Konseli
Konseli mempunyai kebebasan untuk memilih apakah dia akan ikut
atau tetap berada dalam hubungan konseling dan membutuhkan informasi yang
memadai mengenai proses konseing dan konselornya. Konselor mempunyai
suatu kewajiban untuk memberikan tinjauan dalam bentuk tulisan dan lisan,
mengenai hak-hak dan tanggung jawab baik dari konselor maupun konseli.
Persetujuan merupakan hal yang penting dalam proses pelayanan
bimbingan dan konseling konselor harusnya mendokumentasikan tentang
persetujuan tersebut baik dalam bentuk tulisan maupun yang lain secara akurat
selama proses pelayanan.
2) Penyaringan
Konselor menyaring peserta konseling/bimbimngan kelompok yang
prospektif. Dalam kisaran yang paling memungkinkan konselor memilih
anggota-anggota sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya kompatibel dengan
tujuan kelompok. Hal ini agar tidak menghambat proses kelompok dan yang
tidak terganggu oleh pengalaman kelompok tersebut.
Konselor saat akan memberikan pelayanan kepada dua orang atau lebih
yang mempunyai hubungan, konselor hendaknya mengklarifikasi sejak awal
siapa yang akan menjadi konseli dan sifat hubungan konseling yang dijalani.
Jika diklarifikasi bahwa konselor akan masuk dalam peran yang berpotensi
konflik maka konselor dapat mengklarifikasi atau mundur dari peran tersebut.

24
Ketika konselor hendak malakukan perekrutan anggota dengan cara
periklanan maka konselor memaparkan kualifikasinya dengan cara yang tepat,
tidak memalsukan, merancukan, menipu ataupun berlaku tidak jujur.
d. Kerahasiaan
Konselor mengakui bahwa kepercayaan adalah batu fondasi dalam
hubungan konseling. Konselor berusaha mendapatkan kepercayaan konseli
dengan menciptakan kemitraan yang berkelanjutan. Membangun dan
mematuhi batasan-batasan yang tepat dan menjaga kerahasiaan. Konselor
mengkomunikasikan parameter kerahasiaan dalam suatu pola yang kompeten
secara kultural serta menghormati hak-hak konseli.
Dalam konseling kelompok konselor menjalaskan pentingnya
kerahasiaan dan parameter kerahasiaan untuk kelompok tertentu yang terkait
disini. Konselor juga perlu mendiskusikan informasi rahasia dalam lingkungan
di mana konselor dapat menjadi privasi konseli. Konselor juga hanya
mengungkapkan informasi kepada pihak ketiga hanya jika konseli telah
memberikan ijin.
e. Penghentian dan tindak lanjut
Kritik utama tentang penghentian tindak lanjut dalam penanganan
konseling kelompok adalah penghentian dalam jangka pendek dan tidak ada
tindak lanjut yang di berikan. Situasi ini seringkali terjadi apabila pimpinan
kelompok berasal dari luar kota yang sedang memberi pelatihan atau terapi
pada suatu lokakarya.

E. Rangkuman
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan suatu proses
yang mana konselor terlibat dalam hubungan dengan sejumlah klien pada waktu
yang sama. Bimbingan dan konseling kelompok memanfaatkan dinamika
kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi
dan/atau pengentasan masalah individu yang menjadi peserta.
Tujuan umum bimbingan kelompok untuk pengembangan kemampuan
sosialisasi terutama berkomunikasi. Sedangkan tujuan khusus bimbingan kelompok

25
adalah pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap dalam
komunikasi verbal maupun nonverbal.
Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi
siswa, serta bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan
dinamika kelompok. Adapun tujuan khusus konseling kelompok pada dasarnya
terletak pada pengentasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan.
Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut
para peserta memperoleh dua tujuan sekaligus yaitu :
1. Terkembangkannya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah
kepada tingkah laku khususnya dalam persosialisasi/komunikasi; dan
2. Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya
imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta
layanan konseling kelompok.
Kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri
merupakan tiga etika dasar konseling (Munro,Matchei dan Small). Pada layanan
bimbingan kelompok dan konseling kelompok ketiga etika itupun diterapkan.
Media dalam bimbingan dan konseling kelompok adalah terwujudnya dinamika
kelompok yang merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu
kelompok; artinya merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat
digerakkan dalam kelompok itu. Dinamika dimaknai juga sebagai suatu metoda dan
proses yang bertujuan meningkatkan nilai-nilai kerjasama kelompok. Artinya
metoda dan proses dinamika kelompok ini berusaha menumbuhkan dan
membangun kelompok, yang semula terdiri dari kumpulan individu-individu yang
belum saling mengenal satu sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan
satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama.
Peranan pemimpin disesuaikan dengan sifat dan tujuan kelompok itu. Setiap
pemimpin kelompok (dalam hal ini konselor) harus menguasai dan
mengembangkan kemampuan (keterampilan dan sikap yang memadai untuk
terselenggaranya proses kegiatan kelompok secara efektif). Pemimpin kelompok
harus terus menerus mengikuti perkembangan kelompok itu dan mengetahui secara
tepat tingkat kesiapan anggota-anggota kelompok. Di samping itu pemimpin

26
kelompok berkewajiban mendengarkan secara aktif segenap apa yang diutarakan
oleh anggota kelompok dan menangkap dengan baik bagaimana anggota itu
memandang dirinya sendiri. Hal itu semua dapat menjadi bahan yang amat penting
bagi pemimpin kelompok dalam menjalankan fungsi dan peranannya. Dengan kata
lain seorang pemimpin kelompok tidaknya hanya membutuhkan keterampilan
melainkan juga kepribadian atau karakter yang berkualitas guna memenuhi
tanggungjaawab dan perannya sebagai konseor kelompok.
Dari pendapat beberapa ahli perbandingan antara bimbingan kelompok dan
konseling kelompok secara garis besar dapat ditinjau dari aspek jumlah anggota,
kondisi dan karakteristik anggota kelompok, tujuan yang ingin dicapai pemimpin
kelompok, peranan anggota kelompok, suasana interaksi, sifat isi pembicaraan,
fungsi dan frekuensi kegiatan.
Kekuatan bimbingan dan konseling kelompok sebagai salah satu layanan,
adalah praktis, sebagai ajang latihan untuk mengubah perilaku dapat digunakan
untuk belajar mengekspresikan perasaan, menunjukkanperhatian pada orang lain,
berbagi pengalaman, dan meningkatkan kepercayaannya pada orang lain, memberi
kesempatan mempelajari ketrampilan sosial, saling memberi bantuan, menerima
bantuan, dan berempati, bertindak atau mempunyai manfaat sebagai miniatur sosial
untuk mempraktikkan dan menguasai perilaku-perilaku baru dalam satu situasi
yang hampir sama dengan lingkungan yang sebenarnya, dengan konseling
kelompok individu mencapai tujuan, dan berhubungan dengan individu-individu
lain dengan cara yang produktif dan inovatif. Dalam konseling kelompok interaksi
antar individu merupakan sesuatu yang khas dan menjadi wilayah penjajakan awal
bagi anggota kelompok untuk memasuki konseling individu.
Di samping memiliki kekuatan, bimbingan dan konseling kelompok juga
memiliki keterbatasan sebagai berikut : tidak semua individu cocok berada dalam
kelompok, tidak semua individu bersedia terbuka dan jujur menceritakan persoalan
pribadinya, kurang mendapat perhatian dan tanggapan sebagaimana mestinya,
individu mengharap terlalu banyak dari kelompok, kelompok sering dijadikan
sarana untuk mencapai suatu tujuan, peran konselor lebih kompleks, sulit terbina
kepercayaan, konselor pada bimbingan kelompok dan konseling kelompok

27
membutuhkan latihan intensif dan khusus, kelompok tidak selalu efektif untuk
semua orang.

F. Tugas
1. Jelaskan pengertian bimbingan kelompok dan konseling kelompok yang
menyebutkan pada unsur-unsur pokoknya!
2. Jelaskan serta bandingkan tujuan dari layanan bimbingan dan konseling
kelompok!
3. Jelaskan perbedaan secara komprehensif antara bimbingan kelompok dan
konseling kelompok!
4. Sebut dan jelaskan ketarampilan serta karakteristik yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpik kelompok!
5. Berikan ilustrasi kekuatan pendekatan kelompok bila dibandingkan dengan
konseling individual!

28
G. Tes Formatif
1. Dijelaskan dalam konsep bahwa kegiatan konseling kelompok merupakan
salah satu layanan untuk membantu siswa dalam mengembangakan diri dan
menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Oleh karana itu layanan konseling
kelompok secara tidak langsung memiliki tujuan....
a. Pemahaman dan pencegahan
b. Pencegahan dan pengentasan
c. Perbaikan dan penyembuhan
d. Pemeliharaan dan pengembangan

2. Pernyataan berikut yang benar, adalah ....


a. Bimbingan kelompok membuat usaha langsung untuk mengubah
tindakan dan tingkah laku
b. Bimbingan kelompok membuat usaha tidak langsung untuk
mengubah tindakan dan tingkah laku
c. Konseling kelompok disarankan untuk semua siswasekolah atas
dasar terjadwal dan teratur
d. Konseling kelompok membahas masalah umum kelompok

3. Pemimpin kelompok yang efektik memliki peranan dan fungsinya tersendiri


baik dalam bimbingan maupun konseling kelompok, kecuali ....
a. Moderat dalam memberikan rangsangan emosi
b. Membantu mengambil keputusan bagi anggota
c. Mengekspresikan fungsi eksekusi
d. memberikan penjelasan, klarifikasi, memberikan kerangka kerja

4. Perhatikan penrnyataan-pernyatan di bawah ini ....


1. mampu melakukan pencegahan masalah
2. memfasilitasi peserta didik/konseli melakukan perubahan perilaku
3. pemeliharaan nilai-nilai
4. mengkonstruksi pikiran
5. pengembangan keterampilan-keterampilan hidup yang. dibutuhkan
6. mengembangkan kemampuan mengatasi situasi kehidupan

Tujuan konseling kelompok ditunjukkan oleh nomor ....


a. 1,2,3
b. 4,5,6
c. 1,3,5
d. 2,4,6
5. Layanan bimbingan kelompok berjalan dengan memanfaatkan dinamika
kelompok untuk mencapai tujuan layanan bimbingan. Anggota secara
langsung terlibat dan menjalani dinamika kelompok dalam bimbingan
kelompok akan dapat mencapai tujuan ganda, yaitu ...
a. kemampuan beradaptasi dan diperolehnya berbagai informasi
b. kemampuan beradaptasi dan diperolehnya berbagai keterampilan

29
c. kemampuan inetraksi dan diperolehnya berbagai kecakapan hidup
d. kemampuan sosialisasi dan diperolehnya cara berpikir tingkat tinggi
6. Asas ini jika benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi
bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak terutama
penerima bimbingan dan konseling (konseli) sehingga mereka akan mau
memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Asas
yang dimaksud adalah ....
a. kerahasiaan
b. kesukarelaan
c. keterbukaan
d. kenormatifan
7. Perhatikan aspek-aspek pada kegiatan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok di bawah ini:
1. tujuan
2. karakteristik anggota
3. jumlah anggota
4. peran anggota
5. suasana dan interaksi
6. sifat dan isi pembicaraan
Perbedaan aspek-aspek kegiatan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok, ditunjukkan nomor-nomor ....
a. 1,2,3
b. 4,5,6
c. 1,3,6
d. 2,4,6
8. Etik dalam bimbingan kelompok dan konseling kelompok terkait dengan
anggota kelompok berkaitan dengan ....
a. persetujuan dan kesepakatan
b. persetujuan dan penyaringan
c. persetujuan dan komitmen
d. persetujuan dan harapan
9. Konselor sebagai pemimpin kelompok bukan hanya berperan sebagai
sorang terapis melainkan juga live model bagi anggota kelompok. Live
model yang dimaksud dalam hal ....
a. cara berpakian

30
b. cara berbicara
c. bagaimana cara berhubungan dengan orang lain
d. bagaimana menghadapi sebuah masalah
10. Konselor sebagai pemimpin kelompok memliki dua peran dalam prosesnya.
Salah satu peran yaitu konselor sebagai eksekutor atau eksekutif dalam
pengambilan ...
a. sikap, putusan, dan kebijakan
b. sikap, putusan, dan norma
c. sikap, kebijakan, dan norma
d. sikap, kebijakan, dan prosedur

31
Daftar Pustaka

Clark, M. A., Severy, L., & Sawyer, S. A. (2004). Creating connections: Using a
narrative approach in career group counseling with college students from
diverse cultural backgrounds. Journal of College Counseling, 7(1), 24–31.
Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling, Eighth Edition.
USA: BROOKS/COLE. https://doi.org/10.1016/B978-012673031-9/50018-6
Dykeman, C., & Appleton, V. E. (2002). Group Counseling: The Efficacy of
Group Work. Introduction to Group Counseling (3rd Ed.). Retrieved from
http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=psyc4&NE
WS=N&AN=2005-02528-005
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Gazda, G. M., Ginter, E. J., & Horne, A. M. (2001). Group counseling and group
psychotherapy: Theory and application. Allyn & Bacon.
Gibbs, J. C., Potter, G. B., Barriga, A. Q., & Liau, A. K. (1996). Developing the
helping skills and prosocial motivation of aggressive adolescents in peer
group programs. Aggression and Violent Behavior, 1(3), 283–305.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2011). Bimbingan dan konseling. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gladding, S. T. (2012). Konseling profesi yang menyeluruh. Jakarta: Indeks.
Horne, A. M., Stoddard, J. L., & Bell, C. D. (2007). Group approaches to reducing
aggression and bullying in school. Group Dynamics: Theory, Research, and
Practice, 11(4), 262.
Jacobs, E. E., Harvill, R. L., & Masson, R. L. (1994). Group Counselling.
Strategies and Skills. Second Edition (Pacific Grove. CA: Brooks/Cole
Publishing Company. 1994).
Morran, D. K., Stockton, R., & Whittingham, M. H. (2004). Effective leader
interventions for counseling and psychotherapy groups. Handbook of Group
Counseling and Psychotherapy, 91–103.
Neukrug, E. (2011). The world of the counselor: An introduction to the counseling
profession. Nelson Education.
Pérusse, R., Goodnough, G. E., & Lee, V. V. (2009). Group counseling in the
schools. Psychology in the Schools, 46(3), 225–231.
https://doi.org/10.1002/pits.20369
Peterson, N., & González, R. C. (2000). Career counseling models for diverse
populations: Hands-on applications by practitioners. Brooks/Cole
Publishing Company.
Prayitno, E. A., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Rineka Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. (2010). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi :
Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Schmidt, J. J. (2013). Counseling in schools: Comprehensive programs of
responsive services for all students. Pearson Higher Ed.
Stockton, R., & Morran, D. K. (1982). Review and perspective of critical
dimensions in therapeutic small group research. Basic Approaches to Group

32
Psychotherapy and Group Counseling, 37–85.
Sukardi, D. K. (2000). Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling
disekolah. Rineka Cipta.
Sullivan, K. R., & Mahalik, J. R. (2000). Increasing Career Self‐ Efficacy for
Women: Evaluating a Group Intervention. Journal of Counseling &
Development, 78(1), 54–62.
Wibowo, M. E. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. UNNES Pers.
Semarang: UNNES Press.
Widaryati, S. (2013). Efektivitas Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Efikasi
Diri Siswa. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 2(2),
94–100.
Winkel, W. S., & Hastuti, M. M. S. (2005). Bimbingan dan konseling di institusi
pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yalom, I. D. (1995). The theory and practice of group psychotherapy. Basic
Books (AZ).
Yalom, I. D. (2005). The theory and practice of group psychotherapy, 5th ed. The
theory and practice of group psychotherapy, 5th ed.

33
Lampiran Jawaban Tes Formatif
1. C
2. B
3. B
4. D
5. A
6. A
7. C
8. B
9. D
10. B

34

Anda mungkin juga menyukai