Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INOVASI DALAM PENILAIAN DAN EVALUASI BK

Mata Kuliah : Inovasi BK


Dosen Pengampu : Tiara Agustine, S.Pd., M.Ed. St

Disusun Oleh : Kelompok 5 B1 BK

Mahmud Rahmadi 20010328


Mardliyah Azda Putri Basyari 20010250
Mutoharo 20010009
Putry Mustika Pratama Soleh 20010288
Sonia Depi Wahyuni 20010197
Wiwin Marwiyah 20010088
Indriawan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULKTAS ILMU PENDIDIKAN

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Inovasi dalam Penilaian dan Evaluasi
Bimbingan dan Konseling”. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT. Yang selalu memberikan kesehatan lahir bathin dan memberikan
kelancaran kemudahan dalam penyusunan makalah ini.
2. Ibu Tiara Agustine, S.Pd., M.Ed.St selaku dosen mata kuliah Inovasi dalam BK yang
banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan baik secara materi
pembelajaran, moral maupun spiritual.
3. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu kami sangat mengharapakan adanya kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun
dari rekan-rekan untuk penyempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Pembahasan..................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1. Bentuk Inovasi dalam Penilaian dan Evaluasi Bimbingan dan Konseling
menggunakan Teknologi ........................................................................................................ 5
2.1.1. Bentuk Inovasi Penilaian dalam BK .................................................................... 8
2.1.2. Model-model Evaluasi dalam Pendidikan ........................................................... 9
2.2. Efektivitas Penggunaan Teknologi dalam Inovasi Penilaian dan Evaluasi Bimbingan
dan Konseling ...................................................................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan teknologi pada saat ini telah memainkan peran penting dalam
bimbingan dan konseling. Misalnya inovasi penilaian dan evaluasi Bimbingan dan
Konseling yang dulu masih banyak yang bersiafat manual, sekarang dapat dilakukan
melalui kecanggihan teknologi saat ini. Misalnya, aplikasi berbasis teknologi dapat
digunakan untuk mengumpulkan data secara otomatis, melacak kemajuan siswa, dan
memberikan umpan balik yang terpersonal seperti google form, quizizz, dll. Apalagi saat
ini sedang berkembangnya “AI” atau Artificisl Intelligence yang biasa disebut sebagai
kecerdasan buatan. Ternyata itu banyak dampak positif yang dapat dimanfaatkan sebagai
layanan dalam bimbingan dan koseling.
Semua kemajuan tekonologi saat ini membantu mempercepat dan mempermudah
proses penilaian serta memungkinkan pemantauan yang lebih akurat. Dengan kecanggihan
teknologi informasi saat ini memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat
tanpa hambatan ruang dan waktu. Termasuk inovasi dalam penilaian dan evaluasi
Bimbingan dan Konseling. Namun evaluasi harus sensitif terhadap keanekaragaman
budaya, latar belakang sosial, dan kebutuhan individu siswa. Penilaian yang adil dan
inklusif memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang setara untuk
mendapatkan dukungan dan layanan yang tepat. Evaluasi dalam Bimbingan dan Konseling
tidak hanya berfokus pada pengukuran hasil akhir, tetapi juga pada pemahaman yang lebih
menyeluruh tentang perkembangan siswa.
Dalam setiap perencanaan dan kegiatan selalu membutuhkan evaluasi , tujuannya
adalah untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan sebuah perencanaan atau kegiatan
tersebut. Tetapi, tidak semua orang menyadari bahwa setiap kita selalu melakukan
pekerjaan evaluasi. Ada benarnya apa yang dikatakan oleh Ramayulis bahwa evaluasi
sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia sehari-hari, karena disadari
atau tidak, sebenarnya evaluasi sudah sering dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun
kegiatan sosial lainnya. Hal ini dapat dilihat mulai dari berpakaian, setelah berpakaian ia
berdiri dihadapan kaca apakah penampilannya sudah wajar atau belum.
Adapun pengertian evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil
pengukuran dan standar kriteria. Evaluasi juga diartikan sebagai kegiatan atau proses untuk
menilai sesuatu. Sedangkan menurut Marrison evaluasi adalah perbuatan pertimbangan

3
berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam Pendidikan Islam, evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan
Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur
keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan atau proses
pembelajaran.
Dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang bisa digunakan
untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda,
namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi
pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program. Adapun tujuan
dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui model-model evaluasi pendidikan dan
inovasi dalam penilaian dan evaluasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan
teknologi yang ada pada zaman sekarang, dengan tujuan untuk mempermudah dan
mengefektifkan dan mengefisienkan waktu.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam pembahasan


saat ini antara lain :
1.2.1. Seperti apa bentuk pengaplikasian dari inovasi penilaian dan evaluasi dalam
bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan teknologi pada zaman ini?
1.2.2. Bagaimana efektivitas dari inovasi penilaian dan evaluasi dalam bimbingan dan
konseling dengan memanfaatkan teknologi pada zaman ini?

1.3.Tujuan Pembahasan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan pembahasan
makalah ini adalah untuk :
1.3.1. Mengaplikasikan bentuk inovasi penilaian dan evaluasi dalam bimbingan dan
konseling dengan memanfaatkan teknologi pada zaman ini
1.3.2. Mengetahui efektivitas dari inovasi penilaian dan evaluasi dalam bimbingan dan
konseling dengan memanfaatkan teknologi pada zaman ini

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Bentuk Inovasi dalam Penilaian dan Evaluasi Bimbingan dan Konseling


menggunakan Teknologi

Perkembangan teknologi pada saat ini telah memainkan peran penting dalam
bimbingan dan konseling. Misalnya inovasi penilaian dan evaluasi Bimbingan dan
Konseling yang dulu masih banyak yang bersiafat manual, sekarang dapat dilakukan
melalui kecanggihan teknologi saat ini. Semua kemajuan tekonologi saat ini membantu
mempercepat dan mempermudah proses penilaian serta memungkinkan pemantauan yang
lebih akurat. Dengan kecanggihan teknologi informasi saat ini memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi yang cepat tanpa hambatan ruang dan waktu.
Kegiatan assesmen yang juga sama pentingnya dengan kegiatan layanan dalam
bimbingan konseling dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sedang
berkembang. Contohnya, Asesmen Non Tes seperti Alat Ungkat Masalah (AUM), Daftar
Cek Masalah (DCM), Inventori Tugas Perkembangan (ITP), Inventori Kebutuhan dan
Masalah Siswa (IKMS), Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD), Angket atau Kuisioner
dapat menggunakan Aplikasi pengumpul data seperti Google Form, Survei Mongkey, dan
lain sebagainya.
1) ITP
Iinventori Tugas Perkembangan adalah instrumen yang digunakan untuk
memahami tingkat perkembangan individu. ITP dikembangkan oleh Sunaryo, dkk.
Penyekoran ITP dapat dilakukan secara manual. Akan tetapi, penyekoran dan
pengolahan dengan menggunakan komputer dengan Sistem Window 95 atau yang lebih
tinggi, serta program aplikasi khusus ATP (Analisis Tugas Perkembangan) lebih
menguntungkan karena proses penyekoran lebih cepat dan hasil analisis lebih lengkap.
Visualisasi hasil pengolahan skor dalam bentuk grafik akan memudahkan dan
mempercepat calon konselor/ mahasiswa BK dalam menganalisis hasil ITP.
Kenyataan di lapangan pelaksanaan assesmen disekolah yang di dalamnya
termasuk penggunaan ITP dan ATP memerlukan penguasaan pengetahuan, praktik dan
sintesis yang sangat menyita waktu konselor di sekolah. Oleh karena itu dimungkinkan
untuk menggunakan komputer sebagai alat bantu dengan menggunakan software yang
sudah tersedia dan jika konselor mampu maka mereka bisa membuat sendiri software

5
tersebut demi kelancaran kegiatan pengambilan data tentang tugas perkembangan yang
sedang dijalani para siswa di sekolah.
Kinerja mahasiswa dalam mempelajari penggunaan instrumen ITP dan software
ATP ke sekolah latihan mencapai target 95%. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan
bahwa bahan belajar ITP dan software ATP dapat meningkatkan prestasi belajar
mahasiwa terutama dalam membuat perencanaan program baik tahunan, bulanan,
mingguan, dan harian serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan layanan dasar dan layanan responsif.
2) Sosiometri
Dengan memanfaatkan Sosiometri guru BK menganalisis siswa yang
mempunyai masalah penyesuaian dalam kelompoknya. Sehingga guru BK dapat
merencanakan program yang tepat untuk membantu pemecahan permasalahan siswa
tersebut.
Salah satu inovasi dari sosiometri ada aplikasi yang dapat digunakan adalah
Sosiomentri Shidec. Aplikasi ini merupakan aplikasi yang dapat menyimpan data pola
hubungan sosial kelompok atau kelas secara online. Menggunakan aplikasi sosiomentri
ini dapat memudahkan guru BK dalam menggambar pola interaksi yang rumit hanya
dengan sekali klik. Aplikasi sosiometri sosiogram ini sempat hilang selama 2 tahun,
kemudian diaktifkan kembali oleh pengembang.
3) AUM
Ada dua jenis alat untuk mengungkapkan masalah-masalah siswa dan
mahasiswa secara menyeluruh yang telah dikembangkan,yaitu ; (1) alat untuk
mengungkapkan masalah-masalah umum dan (2) alat untuk mengungkapkan masalah-
masalah khusus yang berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan
belajar. Kedua jenis alat ungkap itu yang dikenal dengan AUM ”Umum” dan
AUM ”Belajar”. AUM ”Belajar” itu lebih khusus lagi dinamakan AUM PTSDL.
Konselor sekolah selama ini melakukan pengungkapan masalah tidak optimal,
kondisi masalah seperti gangguan umum psikologis di sekolah seperti stress,
depresi, self-efficacy rendah dan bahkan lainya seperti karakter anak tidak dapat
diungkapkan dan bahkan secara sederhana pengolahan dan pengadministrasian AUM
dan melakukan pengolahan secara manual, sehingga memakan tenagayang besar
dan waktu yang tidak efisien.
Untuk membantu para konselor akhirnya Tim Pengembang Instrumen atas
izin tim pengusun instrument AUM (Prayitno dkk) berinisiatif untuk mengembangkan
6
sebuah program aplikasi AUM dengan basis program Microsoft Acces (Microsoft Exel),
teknologi e-konseling pada program ini memungkinkan menampilkan lebih banyak
lagi informasi berkenaan dengan masalah-masalah responden dalam hal ini terutama
siswa yang nantinya dapat dijadikan alat bantu bagi konselor dalam menjalankan tugas
profesionalnya.
4) AKPD (Analisis Kebutuhan Peserta Didik)
Tak seperti biasanya yang menggunakan paper test, need assessment dewasa ini
memanfaatkan teknologi smartphone yang dimiliki oleh setiap siswa. Dasar program
yang digunakan cukup sederhana, yakni dengan merubah konsep angket kebutuhan
peserta didik (AKPD) paper test diganti menggunakan layanan google formulir atau
google suite, yang nantinya hasil dapat diunduh dengan format excel oleh guru BK.
Konsep AKPD memalui smartphone dengan memanfaatkan Google form
tidaklah lepas dari alasan bahwa hampir semua siswa mempunyai smartphone. Selain
itu konsep angket kebutuhan peserta didik (AKPD) menggunakan smartphone ini juga
dinilai dapat menghemat ratusan lembar kertas, karena sama sekali tidak memakai
lembar soal maupun lembar jawab. Di samping itu, konsep ini juga dinilai dapat
mempersingkat waktu need assessment, karena guru BK tidak perlu lagi meng-input
hasil angket, jawaban atau respons dari siswa langsung bisa diunduh berupa excel yang
kemudian diproses melalui aplikasi angket kebutuhan peserta didik (AKPD).
Harapannya, konsep need assessment seperti ini dapat ke depannya
dikembangkan lagi menjadi lebih praktis seperti mengubah konsep google formulir ke
konsep aplikasi android, sehingga siswa bisa lebih mudah lagi dalam mengisi angket
kebutuhan peserta didik. Dengan google formulir ini, proses need assessment menjadi
lebih cepat, memangkas proses input jawaban siswa, sehingga masalah dan kebutuhan
siswa segera terungkap, dan bisa segera kita berikan layanan bimbingan dan konseling.
5) DCM (Daftar Cek Masalah)
Pengembangan software DCM menggunakan rancangan penelitian
pengembangan Borg and Gall (1983), yang penerapannya dilakukan adaptasi,
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pengembangan ini berupa aplikasi software
Daftar Cek Masalah (DCM) siswa.
Hasil akhir menunjukan bahwa software ini telah memenuhi syarat ketepatan
dan kelayakan sebagai produk hasil pengembangan. Software ini telah teruji
validitasnya yang dilakukan oleh ahli bahasa, ahli content, dan ahli media serta uji
kelompok kecil untuk mengetahui validitas dan kesesuaian isi pernyataan dengan dasar
7
teori yang digunakan, yaitu modifikasi antara teori dari Hurlock (1978), Piaget (1967
dalam Santrock, 2002), Santrock (2002), Kholberg (1969 dalam Slavin, 2008), dan
Vygotsky (1960).
Penilaian dari ketiga ahli tersebut berupa penilaian terhadap isi, kesesuaian
bahasa, bentuk media dan juga menilai buku petunjuk penggunaan media atau yang
disebut dengan manual book. Aplikasi software Daftar Cek Masalah (DCM) siswa ini
dapat dimanfaatkan dengan menggunakan fasilitas WEB (on-line), termasuk desain
software yang ada sehingga lebih menarik bagi pengguna (Permatasari, 2010).

2.1.1. Bentuk Inovasi Penilaian dalam BK

Terdapat beberapa potensi teknologi komputer berbasis internet dan non-internet


untuk Bimbingan dan Konseling yang dapat digunakan sebagai berikut :
1) E-mail/surat elektronik. Potensi penggunaan oleh konselor/guru BK yaitu untuk
terapi, marketing, screening, surat menyurat untuk penjadwalan janji, monitoring
intersessions, dan tindak lanjut post-therapeutik, transfer rekaman konseling,
referral, masukan, home work, penelitian dan colegial professional.
2) Website/Homepages/Blog. Potensi penggunaan oleh konselor/guru BK antara lain
untuk pemberian layanan informasi, pemasaran, periklanan, diseminasi informasi
dan publikasi.
3) Komputer Konfrensi Video. Potensi penggunaan oleh konselor/guru BK yaitu untuk
konsultasi, referral, home work dan terapi.
4) Sistem Bulletin Board/listservs/newsgroups. Potensi penggunaan oleh
konselor/guru BK yaitu untuk konsultasi, referral, sumber daya untuk informasi
dan kegiatan asosiasi profesional.
5) Simulasi Terkomputerisasi. Potensi penggunaan oleh konselor/guru BK yaitu antara
lain untuk supervisi dan pelatihan kompetensi.
6) Pangkalan Data FTP Sites. Potensi penggunaan oleh konselor/guru BK, yaitu untuk
penelitian, sumber informasi bagi konselor/guru BK, sumber informasi
perpustakaan, transfer rekaman konseli, penilaian dan analisis.
7) Chat Rooms Electronic Discussion groups. Potensi penggunaan oleh konselor/guru
BK antara lain untuk terapi kelompok, membantu diri sendiri dan
assessment/pengukuran.
8) Google
➢ Formulir untuk membuat soal, asesmen, feedback

8
➢ Document untuk membuat laporan dll
➢ Spreadsheet,
➢ Drive untuk menyimpan softfile penting
➢ Calendar untuk membuat jadwal/agenda
Kegiatan assesmen yang juga sama pentingnya dengan kegiatan layanan dalam
bimbingan konseling dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sedang
berkembang. Contohnya, Asesmen Non Tes seperti Alat Ungkat Masalah (AUM), Daftar
Cek Masalah (DCM), Inventori Tugas Perkembangan (ITP), Inventori Kebutuhan dan
Masalah Siswa (IKMS), Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD), Angket atau Kuisioner
dapat menggunakan Aplikasi pengumpul data seperti Google Form, Survei Mongkey, dan
lain sebagainya.
Dan hal yang bersifat face to face dapat menggunakan Aplikasi Video
Teleconference seperti Zoom, Google Meet, Skype. Jika memerlukan interaksi secara
berkelompok dapat menggunakan aplikasi kelas digital seperti Google Classroom, Group
Chat (Whatsapp, Telegram, Line).
Menurut Zamroni (2012) keuntungan dari guru BK menyelenggarakan BK dengan
bantuan teknologi, konselor/guru BK memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber
teknologi lain yang dapat dimanfaatkan dalam bimbingan konseling. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan diri dan konselor/guru BK itu sendiri serta membangun prestasi
dikalangan guru lain disekolah.

2.1.2. Model-model Evaluasi dalam Pendidikan

Model evaluasi layanan bimbingan dan konseling telah menjadi kebutuhan dalam
pengembangan layanan bimbingan dan konseling di dunia. Kebutuhan panduan evaluasi
yang efektif semakin dibutuhkan bagi pengembangan profesionalitas konselor/guru BK.
Mengingat harapan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu dikembangkan alat evaluasi
sehingga menghasilkan instrumen model evaluasi yang efektif dan efisien.
Evaluasi terhadap layanan bimbingan dan konseling pada era sekarang ini memiliki
peran yang sangat penting dan menentukan dalam kerangka pendidikan nasional. Layanan
bimbingan dan konseling sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program pendidikan
dituntut untuk memiliki evaluasi terhadap berbagai layanan yang diselenggarakan.
Konselor/guru BK sebagai evaluator dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan
dalam memilih dan mendesain evaluasi terhadap layanan yang diselenggarakan kepada
siswa.

9
Dalam kamus Bahasa Indonesia Model artinya contoh, pola acuan, ragam, macam
dan sebagainya. Secara definisi Model diartikan sebagai a likeness that aid on in
understanding a structure process used by scientist, when the phenomena studied would
otherwise be underscribable (sesuatu yang membantu dalam pemahaman struktur atau
proses yang digunakan oleh ahli, ketika fenomena dipelajari untuk dapat diterangkan).
Sedangkan Evaluasi Pendidikan adalah suatu proses penilaian dalam
mengumpulkan dan menganalisis untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di
dalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan baik untuk pendidik dan
peserta didik. Berdasarkan pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Model-model
evaluasi pendidikan adalah contoh atau pola acuan suatu proses penilaian dalam
mengumpulkan dan menganalisis untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di
dalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan baik untuk pendidik dan
peserta didik.
Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu evaluasi makro (Program)
dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum evaluasi terbagi dalam tiga tahapan sesuai proses
belajar mengajar, yaitu :
a. Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi.
b. Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostik dan monitoring.
c. Evaluasi output mencakup sumatif.
Model evaluasi muncul karena adanya usaha eksplanasi secara berkelanjutan yang
diturunkan dari perkembangan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha
menerapkan prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih abstrak termasuk pada
bidang ilmu pendidikan, perilaku, dan seni. Ada banyak model evaluasi yang
dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam mengevaluasi program
pembelajaran.
Menurut Badrujaman (2011) terdapat berbagai model evaluasi dalam dunia
pendidikan, setiap model evaluasi memiliki karakteristiknya masing-masing berkenaan
dengan konsep dasar, metode, serta fokus evaluasi. Model yang sering digunakan dalam
mengevaluasi program bimbingan dan konseling diantaranya :
1. Goal Oriented Evaluation Model
Model ini merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek
pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang yang sudah ditetapkan jauh
sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus,
mengecek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan
10
program. Model ini dikembangkan oleh Tyler. Proses pembelajaran dikatakan berhasil
menurut para pendukung model yang dikembngkan tyler ini, apabila para siswa yang
mengalami proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses
belajar mengajar.
Tujuan sebagai pedoman untuk dievaluasi secara konsep diajukan oleh Tyler dalam
Basic Principles of curriculum and Instruction, Ia menyatakan bahwa proses evaluasi
esensinya adalah suatu proses dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang evaluator untuk
menentukan pada kondisi apa tujuan bisa dicapai. Usaha memahami tujuan hidup seorang
siswa dalam proses belajar tidaklah mudah. Hal ini karena pada prinsipnya akan selalu
terjadi perubahan, seiring dengan umur, hasil belajar dan tingkat pengalaman hidup seorang
anak manusia.
Dalam proses pembelajaran, tujuan perlu direncanakan oleh seorang guru, dengan
prinsip bahwa untuk menentukan hasil perubahan yang diinginkan dalam bentuk perilaku
siswa, seorang guru perlu melakukan evaluasi. Dengan evaluasi ini diharapkan seorang
guru dapat menentukan derajat atau tingkat perubahan perilaku siswa yang terjadi, sebagai
akibat perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru kepada para
siswa.
Jika dibandingkan dengan beberapa macam model pendekatan lain, pendekatan
Tyler ini memiliki model yang berbeda. Pendekatan Tyler ini pada prinsipnya menekankan
perlunya suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini merupakan
pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang logis.
Dalam implementasinya, model Tyler ini juga menggunakan unsur pengukuran dengan
usaha secara konstan, paralel, dengan inquiry ilmiah dan melengkapi legitimasi untuk
mengangkat pemahaman tentang evaluasi. Pada model Tyler ini sangat membedakan antara
konsep pengukuran dan evaluasi.
Menurut Tyler, pengetahuan pengukuran dan pengetahuan evaluasi terpisah dan
merupakan proses di mana pengukuran hanya salah satu dari beberapa cara dalam
mendukung tercapainya evaluasi. Fokus model Tyler pada prinsipnya adalah lebih
menekankan perhatian pada sebelum dan sesudah perencanaan kurikulum. Di samping itu,
model Tyler juga menekan bahwa perilaku yang diperlukan diukur minimal dua kali, yaitu
sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dicapai oleh pengembang kurikulum.
2. Goal Free Evaluation Model
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat dikatakan
berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan Tyler, evaluator terus-menerus
11
memantau tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah
tercapai, dalam model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari
tujuan.
Menurut mechael scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak
perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam
program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi
penampilan-penampilan yang terjadi baik hal positif (hal yang diharapkan) maupun hal
negatif (memang tidak diharapkan). Alasan mengapa tujuan program tidak perlu
diperhatikan karna ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan
khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan,
tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut
mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya
jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat.
Dari uraian ini dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “evaluasi lepas dari tujuan”
dalam model ini bukannya lepas sama sekali dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan
khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh
program, bukan secara rinci perkomponen.
3. Formatif Sumatif Evaluation Model
Selain model “evaluasi lepas dari tujuan”. Michael Scriven juga mengembangkan
model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjukan adanya tahapan dan
lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih
berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (disebut
evaluasi sumatif). Berbeda dengan model yang pertama dikembangkan, model yang kedua
ini ketika melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat dapat melepaskan diri dari tujuan.
Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif. Dengan
demikian, model yang dikemukakan oleh Michael Scriven ini menunjuk tentang “apa,
kapan, dan tujuan” evaluasi tersebut dilaksanakan. Evaluasi formatif secara prinsip
merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Tujuan evaluasi
formatif tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat
berlangsung, sekaligus dapat mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan
dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini
dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.
Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir.

12
Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program. Fungsi
evaluasi sumatif dalam evaluasi program pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana untuk
mengetahui posisi atau kedudukan individu didalam kelompoknya. Mengingat bahwa
objek sasaran dan waktu pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan sumatif, maka
lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda.
Senada dengan uraian diatas, Ramayulis mengatakan bahwa Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik
setelah ia menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran dalam satu bidang studi
tertentu. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu caturwulan, satu semester, atau akhir
tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.
4. Countenance Evaluation Model
Model ini dikembangkan oleh Stake. Model stake menekankan pada adanya
pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan
(judgments). Model ini juga membedakan adanya tiga tahapan dalam evaluasi program,
yaitu (1) anteseden (antecedents/context), (2) transaksi (transaction/process), dan (3)
keluaran (output-outcomes).
Menurut Stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan,
mereka mau tidak mau harus melakukan dua perbandingan, yaitu:
a. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di
program lain, dengan objek sasaran yang sama
b. Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang
diperuntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan
dicapai.

2.2.Efektivitas Penggunaan Teknologi dalam Inovasi Penilaian dan Evaluasi Bimbingan


dan Konseling
Evaluasi pelaksanaan program BK merupakan suatu kegiatan yang sangat vital
karena berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan pada program BK selanjutnya, bisa jadi ketika program dijalankan sudah
baik dapat dilanjutkan, dan yang kurang dapat dijadikan bahan perbaikan. Evaluasi
program pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana hasil belajar
telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri.

13
Efiktivitas dalam melakukan bimbingan dan konseling dengan menggunakan
Teknologi bagi siswa sebagai subyek yang mendapatkan pelayanan bimbingan dan
konseling diantaramya :
a. Memicu ketertarikan minat siswa untuk memanfaatkan (mengikuti) bimbingan dan
konseling dengan penuh dukungan; minat (interest), sikap (attitude), perhatian
(attention), motivasi (motivation) sehingga merasa betah untuk melibatkan diri
dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan.
b. Siswa memperoleh kemudahan proses, efisiensi waktu dan tenaga dalam kegiatan
bimbingan dan konseling, karena dengan menggunakan media berbasis TI dapat
dihindarkan kebosanan akibat monotonitas penerapan metode konvensional
(Hartono, 2010).
Selain siswa yang mendapatkan keuntungan, konselor/guru BK juga dapat
memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan bimbingan dan konseling berbantuan TI,
yaitu :
1) Menjadikan konselor/guru BK sebagai pribadi yang terlatih, efektif dan efisisen
dalam penggunaan IT.
2) Menjadikan konselor/guru BK sebagai pendidik yang memiliki kepedulian terhadap
pendidikan dan penggunaan teknologi informasi (IT).
3) Menjadikan konselor/guru BK lebih terampil terhadap tren penggunaan teknologi
dalam bimbingan dan konseling.
4) Menjadikan konselor/guru BK memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber-
sumber teknologi lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses bimbingan dan
konseling.
5) Menjadikan konselor/guru BK lebih tertarik untuk mengembangkan perencanaan
penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
6) Meningkatkan kemampuan evaluasi (assesment) terhadap efektifitas penggunaan
media komputer dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Beberapa keuntungan diatas menguatkan pendapat bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling berbasis TI dapat meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling
pada siswa di sekolah.
Berbagai fungsi BK yang dapat diintegrasikan dalam aplikasi/website ini adalah :
a) Fungsi Pemahaman.
Pada fungsi ini, BK mengimplementasikan fungsi pemahaman dalam bentuk
pemberian arahan dan petunjuk kepada siswa atau peserta didik untuk dapat
14
mengenali dirinya sendiri beserta lingkungan yang ditinggalinya, baik itu
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan lainnya. Fitur dalam
website yang akan mendukung merupakan modul yang telah dibuat konselor/guru
BK bagi siswa dan orang tua serta terdapat kuisioner bagi evaluasi pembelajaran
dalam rumah, dan pengawasan orang tua terhadap perkembangan aspek afektif
yang merupakan kesehatan mental dan kejiwaan anak.
b) Fungsi Pencegahan.
Pada fungsi ini, BK mengimplementasikan fungsi pemahaman dalam bentuk
pencegahan kepada siswa agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dapat
menghambat, mengganggu, dan merusak proses perkembangan dirinya.
Konselor/guru BK yang membuat konten dijadikan fitur dalam website/aplikasi
mengenai penyuluhan berbagai keburukan dalam pergaulan bebas di era globalisasi
akan menjadi integrasi fungsi ini menjadi fitur website.
c) Fungsi Pengembangan.
Pada fungsi ini, BK mengimplementasikan fungsi pengembangan dalam bentuk
pressing kepada seluruh peserta didik untuk dapat mengembangkan segala
kemampuan dan potensi yang dimiliki. Pressing yang dimaksud di sini adalah
berupa dorongan kepada peserta didik agar peserta didik dapat mengembangan
kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya. Multimedia dalam konten dan fitur
website/aplikasi akan divariasikan sedemikian rupa dan menyesuaikan jenjang yang
dilayani BK sehingga siswa tertarik dalam mencari minatnya hingga fungsi ini tetap
dapat terlaksana dengan baik dalam jaringan (daring).
d) Fungsi Penyaluran
Pada fungsi ini, BK mengimplementasikan fungsi penyaluran dalam bentuk
pemberian bantuan kepada siswa untuk menguatkan pilihan karir yang sesuai
dengan kemampuan dan potensi dirinya. Penyuluhan dalam webinar, promosi
perguruan tinggi dan miitra kerja sama perusahaan, hingga keduanya dimasukkan
dalam multimedia yang dikembangkan dalam website/aplikasi sangat dapat
membantu fungsi ini, hingga kuisioner evaluasi pilihan karir dan kemampuan yang
dipunyai siswa akan memudahkan BK dalam memandu siswa ke pilihan karier
kedepannya

15
BAB III

KESIMPULAN

Perkembangan teknologi pada saat ini telah memainkan peran penting dalam
bimbingan dan konseling. Misalnya inovasi penilaian dan evaluasi Bimbingan dan
Konseling yang dulu masih banyak yang bersiafat manual, sekarang dapat dilakukan
melalui kecanggihan teknologi saat ini. Dengan kecanggihan teknologi informasi saat ini
memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa hambatan ruang dan
waktu.
Kegiatan assesmen yang juga sama pentingnya dengan kegiatan layanan dalam
bimbingan konseling dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sedang
berkembang. Contohnya, Asesmen Non Tes seperti Alat Ungkat Masalah (AUM), Daftar
Cek Masalah (DCM), Inventori Tugas Perkembangan (ITP), Inventori Kebutuhan dan
Masalah Siswa (IKMS), Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD), Angket atau Kuisioner
dapat menggunakan Aplikasi pengumpul data seperti Google Form, Survei Mongkey, dan
lain sebagainya.
Terdapat beberapa potensi teknologi komputer berbasis internet dan non-internet
untuk Bimbingan dan Konseling yang dapat digunakan dalam pelaksanaan penilaian dan
evaluasi BK seperti E-mail, Google, Zoom, Whatsapp Group, Website dll.
Evaluasi juga diartikan sebagai kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu.
➢ Goal Oriented Evaluation Model adalah Model evaluasi yang dikembangkan oleh
Tyler yang berorintasi pada tujuan suatu program yang akan dilakukan, dengan
dilakukan model evaluasi ini, diharapkan bisa mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan tersebut sudah terlaksana atau tercapai.
➢ Goal Free Evaluation Model (model evaluasi lepas dari tujuan). Model evaluasi ini
dikembang oleh Michael Scriven. Model ini berlawanan dengan pertama di atas
yang orientasinya pada Tujuan, Sementara Model yang kedua ini adalah model
evaluasi yang lepas dari tujuan. Namun, penekanannya di sini bahwa lepas dari
tujuan maksudnya adalah lepas dari tujuan khusus, bukan dari tujuan umum. model
ini masih tetap mempertimbangkan tujuan umum dari sebuah program.
➢ Formatif Sumatif Evaluation Model adalah model evaluasi yang dilaksanakan
dalam waktu yang berbeda, jika melaksanakan evaluasi ketika kegiatan atau
program sedang berlangsung ini disebut evaluasi formatif Sedangkan melaksanakan
evaluasi di akhir kegiatan atau program ini disebut evaluasi sumatif.

16
➢ Countenance Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembagkan oleh
Stake. Model ini menekan pada dua hal pokok, yaitu deskripsi dan pertimbangan.
yang didalamnya ada tiga hal pokok yang menjadi objek atau sasaran evaluasi, dan
bagi evaluator harus mampu mengidentifikasi tiga hal itu, yaitu (1) anteseden - yang
diartikan sebagai konteks (2) transaksi – yang diartikan sebagai proses, dan (3)
Outcomes – yang diartikan sebagai hasil.
Memiliki beberapa manfaat untuk konselor/guru BK dan peserta didik dalam
penggunaan teknologi dalam proses penilaian dan evaluasi BK salah satunya menjadi
efektif dan efisien.
Beberapa keuntungan pelayanan bimbingan dan konseling berbasis TI dapat
meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling pada siswa di sekolah. Melalui
berbagai fungsi BK diantaranya Fungsi : Pemahaman, Pencegahan, Pengembangan dan
Penyaluran

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Desi. (2002). Kamus Bahasa Indonesia Modern. Surabaya: Amelia.


Arikunto, Suharsimi, (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, ed.
Revisi, cet. 7
C.V. Good, (1973). Dictionary of Education. New York: Mc. Graw-Hill Book Company
Hamalik, Oemar, (2007). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Handaka, I. B. (2017). Pengembangan Model Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Untuk Meningkatkan Profesionalisme Konselor. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan (The Progressive & Fun Education
Seminar) ke-2.
http://bk.ppj.unp.ac.id/index.php/aiptekin/indexbelajar
https://diy.kemenag.go.id/1272-bk-man-3-sleman-manfaatkan-smartphone-untuk-need
assesment-.html
http://pasag-merapi.blogspot.co.id/2012/10/prinsip-dasarrencana
https://rothua.web.id/sosiomentri-online-shidec/
Lina, Neneng, (2001). Perencanaan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Lubis, Z. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Perkembangan dengan Menggunakan Aplikasi Software ITP dan ATP dalam Layanan
Dasar dan Dukungan Sistem
Modul Pembelajaran Bimbingan dan Konseling, Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling – Kemenag
Permatasari, A. D. A. (2010). Pengembangan aplikasi software daftar cek masalah (DCM)
siswa Sekolah Dasar (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).
Purwanto, (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ramayulis, (2013). lmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, cet. ke 10
Sudijono, Anas, (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Rusyanti, Hetty http: // www.kajianteori.com /2015 /02/pengertian – teks - eksplanasi.html,
diakses Tanggal 19 September 2016
Suharsimi, Safruddin ,C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis
Bagi Praktis Pendidikan. Jakarta : Bumiaksara.
Sukardi, (2012). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, cet. ke 7
Yuda Fauzi, M. http://yudafauzy.blogspot.co.id/, diakses Tanggal 19 September 2016.

18

Anda mungkin juga menyukai