Anda di halaman 1dari 20

IDENTITAS RELIGIUSITAS DAN

SPIRITUALITAS KONSELOR

Oleh:
Rinda Juliarani 17713251019
Sosok Utuh Kompetensi
Konselor
a.Mengenal secara mendalam konseli yang
hendak dilayani.

 konselor selalu menggunakan penyikapan yang


empatik, menghormati keragaman, serta
mengedepankan kemaslahatan konseli dalam
pelaksanaan layanan ahlinya.
 Menguasai secara akademik teori, prinsip,
teknik, dan prosedur dan sarana yang
digunakan dalam penyelenggaraan
pelayanan BK.
 Mengemas teori, prinsip, dan prosedur serta
sarana bimbingan dan konseling sebagai
pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur
dalam penyelenggaraan pelayanan BK yang
memandirikan.
 Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan
konseling yang memandirikan. Untuk
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling yang memandirikan (Gysbers, N.C dan P.
Henderson, 2006), seseorang konselor harus mampu:
 Merancang kegiatan pelayanan BK.
 Mengimplementasikan kegiatan pelayanan BK.
 Menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan BK serta
melakukan penyesuaian-penyesuaian sambil jalan
berdasarkan keputusan transaksional selama rentang
proses BK dalam rangka memandirikan konseli.
 Mengembangkan profesionalitas sebagai konselor secara
berkelanjutan.
 Mahasiswa yang berhasil dengan baik
menguasai kompetensi akademik yang
dipersyaratkan bagi calon konselor,
dianugerahi ijasah S-1 Bimbingan dan
Konseling. Ijasah S-1 Bimbingan dan
Konseling merupakan pra-syarat untuk
diperkenankan mengikuti Pendidikan
Profesi Konselor berupa Program
Pengalaman Lapangan selama dua semester.
 Penguasaan kompetensi profesional konselor
terbentuk melalui latihan dalam
menerapkan kompetensi akademik dalam
bidang bimbingan dan konseling yang telah
dikuasai dalam konteks otentik di sekolah
atau arena terapan layanan ahli lain yang
relevan melalui Program Pendidikan Profesi
Konselor berupa Program Pengalaman
Lapangan (PPL) yang sistematis dan
sungguh-sungguh.
 Penguasaan akademik, penguasaan
kemampuan profesional hanya dapat
diverifikasi melalui pengamatan ahli
 Asesmen kemampuan profesional konselor
itu tidak cukup apabila hanya dilaksanakan
melalui pemotretan sesaat, melainkan harus
melalui pengamatan berulang
 Lihat makalah halaman 8
 Kompetensi kepribadian konselor
 Kompetensi sosial budaya konselor
 Religius dilihat sebagai seperangkat praktik
dan keyakinan yang terorganisir atau terpadu
yang memiliki dasar-dasar moral dan
menentukan cara kelompok memahami
dunia (Cipriani, 2007; Mc-Auliffe, 2008).
 Religius berkaitan dengan nilai-nilai dari
kelompok referensi eksternal.
 Spiritualitas dilihat sebagai berada dalam
seseorang, bukan kelompok, dan
mendefinisikan pemahaman seseorang tentang
diri, diri dalam hubungan dengan orang lain, dan
diri dalam hubungan dengan kekuatan yang
lebih tinggi yang ditentukan sendiri.
 Spiritualitas lebih berkaitan dengan proses
internal
 Bagaimana orang akan menasihati seseorang
yang berjuang dengan keprihatinan spiritual
(misalnya, menemukan makna dalam
kehidupan)
 Landasan religius dalam bimbingan dan
konseling mengimplikasikan bahwa konselor
sebagai “helper” pemberi bantuan dituntut
untuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai
agama dan komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya dalam
memberikan bimbingan dan konseling
kepada konseli.
 Konselor hendaknya orang yang beragama dan
mengamalkan dengan baik keimanannya sesuai
dengan agama yang dianutnya.
 Konselor sedapat-dapatnya mampu
mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis
besar yang relevan dengan masalah konseli.
 Pendekatan bimbingan dan konseling yang
terintegrasi didalamnya dimensi agama ternyata
sangat disenangi oleh masyarakat luas.
 Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia
telah memberikan petunjuk tentang berbagai
aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau
pengembangan mental (rohani) yang sehat
 1) memelihara fitrah,
 2) memelihara jiwa,
 3) memelihara akal,
 4) memelihara keturunan.
 Makna Pemberian Bantuan
 Pemberian bantuan merupakan istilah yang sukar
untuk dijelaskan, karena mempunyai arti yang
sangat individual, dalam arti makna sangat
tergantung pada orang yang berkepentingan.
 Peranan Nilai Agama dalam Menghadapi
Kehidupan Global
 Agama merupakan ruang mengikat jiwa untuk
kembali kepada Tuhan.
 Kepercayaan adalah penerapan konkrit nilai-nilai
yang kita miliki
 Agar dapat memberikan bantuan yang dilandasi
nilai-nilai keagamaanya, sangat perlu
mengembangkan kecerdasan diantaranya:
kecerdasan emosi, spiritual, religius, dan akal
 Mengembangkan kecerdasan emosi (EQ)
diharapkan orang mampu mengendalikan tata
pikir yang lebih baik.
 Mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ),
akan mampu menangkap makna kebenaran
dari suatu kebatinan.
 Mengembangkan kecerdasan religius (RQ),
dapat memberikan kekuatan yang mampu
berfikir.
 Mengembangkan kecerdasan akal (IQ) yang
bersifat rasional, logis, dan harus menurut
hukum sebab akibat dan probabilitas serta
predictive.
 Mengapa konselor memerlukan identitas
religius dan spiritual?
 Berikan contohnya bagaimana perilaku
membantu yang dilandasi religiusitas?

Tugas dikumpul minggu depan


Meresum materi kemarin dan sekarang, 2-3
lembar

Anda mungkin juga menyukai