2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberi kesehatan kepada penulis dan selalu memberikan Berkat, rahmat dan
hidayah-Nya. Karena penulis dapat menyelesaikan makalah nya tepat waktu.
Makalah yang berjudul “ Kaidah Penskalaan dan Penentuan Skor ” ini diajukan
untuk memenuhi tugas matakuliah Kontruksi dan Pengukuran BK. Sholawat serta
salam senantiasa kita limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Penulis
mohon kritik juga saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak yang
berkepentingan dengan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi, pengetahuan serta
wawasan bagi pembaca dan juga penulis.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
Latar Belakang ................................................................................................................1
Rumusan Masalah ..........................................................................................................1
Tujuan Masalah ..............................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................2
A. JENIS SKALA UNTUK ASESMEN DALAM PELAYANAN BK ............................................2
B. PENDEKATAN DALAM PENSKALAAN ..........................................................................8
C. PENENTUAN SKOR. ..................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................16
Kesimpulan...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Skala Likert memiliki tujuan untuk meletakkan respon yang diberikan oleh subjek
di sebuah kontinum. Untuk melakukannya, akan dilakukan scoring terlebih dahulu
untuk item-item yang diukur, hingga kemudian akan bisa diperoleh rerata dari skala
yang dibuat.
2. Skala Semantik Diferensial
Charles Osgood (1957) yang memperkenalkan teknik pengukuran ini menekankan
pada aspek semantik sebuah kata Teknik SD yang merupakan penyempurnaan dari
Skala Likert. Menurutnya, Skala Likert tidak mampu mengukur respon yang
sifatnya multi dimensi, misalnya sikap standar nilai UAN.
Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk
mengukur sikap/karakteristik tertyentu yang dipunyai oleh seseorang. Skala ini
berbeda dengan skala likert yang menggunakan checklist atau pilihan ganda, pada
skala ini responden langsung diberi pilihan bobot hal yang dimaksud dari yang
positif sampai negatif.
Semantik Diferensial memiliki 3 dimensi dalam pengukurannya, yaitu dimensi
evaluasi (baik atau buruk), dimensi potensi (kuat atau lemah), dan dimensi aktivitas
(aktif atau pasif). Untuk dimensi evaluasi, subjek akan dinilai dengan baik atau
buruknya topic stimulus yang disajikan, termasuk perasaan, kualitas dan moral
yang dimiliki oleh subjek. Dimensi potensi akan menilai kekuatan yang dikandung
oleh stimulus. Sementara itu, dimensi aktivitas akan menilai muatan aktivitas yang
dikandung stimulus, seperti cepat atau lambat, acak atau teratur dan lain
sebagainya.
Contoh skala semantic defferential
Contoh penggunaan skala semantik mengenai gaya kepemimpinan ketua OSIS
suatu sekolah
• Cerdas 7 6 5 4 3 2 1 Bodoh
• Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
• Ramah 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Ramah
Pada contoh diatas, responden memberikan tanda (x) pada nilai yang sesuai dengan
persepsinya. Skala diferensial semantik digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap suatu konsep atau objek tertentu, misalnya kinerja pegawai, gaya
kepemimpinan, penilaian suatu pelajaran dan sebagainya.
3
3. Skala Thrustone
Skala Thurstone adalah skala yang susunan butirnya membentuk skala interval.
Setiap butir yang disusun akan membentuk urutan dan setiap butir tersebut memiliki
selisih yang sama. Skala Thurstone memiliki tujuan untuk meletakkan stimulus di
sebuah kontinum. Untuk melakukannya, pernyataan-pernyataan yang dikumpulkan
disusun sesuai dengan konstrak yang diukur. Sebagai contoh skala Thurstone ini
adalah pembuatan skala untuk beberapa kata emosi berdasarkan intensitas
emosinya.
4. Skala Impulsivitas Barrat
Skala impulsivitas Barrat ini sangat umum untuk dipergunakan dalam pengukuran
yang menghasilkan 6 urutan pertama factor-faktor impulsive, antara lain attention,
motor, self control, cognitive complexity, perseverance, dan cognitive instability
impulsiveness. Disamping keenam factor utama tersebut, juga ada 3 faktor
berikutnya, yaitu attentional, motor, dan non-planning impulsiveness. Skala
impulsivitas Barrat ini sering dipergunakan untuk mengukur kepribadian impulsive
seseorang.
5. Penskalaan Subjek
Penskalaan subjek memiliki tujuan untuk meletakkan individu dalam sebuah
kontinum. Misalkan, kita akan membandingkan individu berdasarkan tingkat
intelegensinya, maka kita akan menggunakan penskalaan subjek ini.
6. Skala Guttman
Skala guttman adalah metode analisis data menginginkan tipe jawaban benar-benar
tegas. Seperti halnya dengan jawaban benar atau salah, ya atau tidak, pernah atu
tidak pernah, positif atau negatif, tinggi atau rendah, baik atau buruk, dan
seterusnya. Sehingga pada proses pengukura untuk skala guttman ini hanya ada dua
data interval, yaitu setuju dan tidak setuju.
Skala Guttman, atau juga sering disebut sebagai teknik kumulatif, adalah skala yang
memiliki satu dimensi tunggal. Dengan menggunakan skala Guttman ini, kita bisa
menentukan jika sikap subjek yang diteliti hanya mencakup satu dimensi saja.
Maka, skala ini memiliki sifat undimensional karena hanya akan mengukur satu
dimensi saja dari variabel yang multi dimensi. Skala ini juga sering disebut sebagai
metode Scalogram atau analisa skala.
4
7. Skala Rating
Skala rating merupakan cara penafsiran data mentah berupa angka ke dalam
pengertian kualitatif. Dalam penggunaan skala rating, responden tidak perlu
memilih salah satu pilihan jawaban kualitatif yang disediakan, melainkan akan
menjawab pilihan jawaban kuantitatifnya. Maka, dengan menggunakan skala
rating, kita tidak hanya bisa mengukur sikap, melainkan juga bisa mengukur
persepsi responden terhadap suatu fenomena.
Ciri Skala Rating
Sedangkan untuk karakteristik rating scale, diantaranya;
1) Dapat digunakan dalam pengumpulan informasi komparatif , Rating scale
merupakan metode pengumpulan data umum yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi komparatif tentang subjek penelitian tertentu.
2) Lebih dari sekedar memberikan informasi Yaa tau Tidak, Pertanyaan survei
rating scale dapat dibandingkan atau dikomparasikan dengan pertanyaan kotak
centang (checkbox question), tapi skala peringkat memberikan lebih banyak
informasi daripada sekadar Ya/Tidak.
3) Opsi jawaban disusun secara bertingkat, Rating scale merupakan alat
pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku/sifat
yang disusun secara bertingkat.
4) Lebih fleksibel , Rating scale bisa dikatakan lebih fleksibel karena tidak
hanya mengukur sikap, tapi bisa juga digunakan untuk mengukur persepsi
responden terhadap suatu fenomena, seperti skala untuk mengukur status sosial,
ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.
5) Dapat menerjemahkan opsi jawaban responden, Rating scale mampu untuk
menerjemahkan alternatif terhadap jawaban yang dipilih responden. Misalnya
responden memilih jawaban angka 3, tapi angka 3 yang dipilih oleh si A belum
tentu sama dengan angka 3 bagi si B yang juga memiliki jawaban angka 3.
5
8. Skala Ordinal
Skala ini menunjukkan urutan yang berurutan dan juga berfungsi untuk
mengelompokkan. Pada skala ordinal, selisih antara nilai tidak memiliki arti atau
makna apapun, melainkan hanya merupakan urutan saja. Penggunaan skala ordinal
tidak memungkinkan untuk dijadikan perhitungan statistik yang didasarkan pada
perhitungan rata-rata dan simpangan baku.
Skala yang mana tidak hanya membedakan variabel menurut kategori akan tetapi
Skala ini juga memberikan rangking diantara kategori tersebut. Untuk variabel yang
berkaitan dapat dirangking dari yang paling baik sampai yang paling buruk ( atau
dari rangking pertama sampai rangking terakhir). Skala ordinal menyajikan
informasi mengenai bagaimana responden membedakan variabel berdasarkan
rangking nya. Namun, Skala Ordinal tidak memberikan penjabaran mengenai
seberapa besar perbedaan diantara rangking tersebut.
Berikut karakteristik dari Skala Ordinal :
• Data saling memisah
• Data bersifat logis dan mengikuti aturan
• Kategori data ditentukan oleh skala yang didasarkan pada jumlah karakteristik
yang dimiliki
Ex :
Variabel = Tingkat kebersihan
Peringkatnya :
- sangat bersih
- bersih
- cukup bersih
- tidak bersih
Variabel = Tingkat Kesuksesan
Peringkatnya :
- tidak sukses
- cukup sukses
- sukses
- sangat sukses
Dll
6
9. Skala Interval
Skala yang merupakan penggabungan fungsi dari Skala Nominal, Skala Ordinal
dan Skala Interval sendiri. Mengapa? Karena didalamnya Skala Internal terdapat
pengelompokan Juga ada rangking, akan tetapi ditambah dengan adanya
pengukuran besarnya perbedaan antar kategori yang mana tidak dimiliki oleh Skala
Nominal juga Skala Ordinal. Skala Interval juga merupakan Skala yang mana
pengoperasiannya menggunakan matematik tertentu pada data yang ada. Skala
Interval merupakan Skala yang lebih Pro kedalam Statistik, kenapa? Karena dapat
menetapkan nilai numerik untuk penilaian sewenang-wenang, seperti penilaian
yang melibatkan persaan dan sentimen. Dalam artian Skala Interval ini lebih logis,
jelas dan tentunya akurat itulah kenapa Interval cocok untuk analisis dan strategi
bisnis, sosial dan ilmiah.
Berikut karakteristik dari Skala Interval :
• Data bersifat saling memisah
• Data bersifat logis
• Data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya
• Angka “0” hanya menggambarkan titik dalam skala, tetapi sebenarnya tidak
memiliki nilai nol absolut
(Fun fact nya Skala nominal juga skala ordinal merupakan skala kualitatif
sedangkan skala Interval merupakan skala kuantitatif)
Ex : Suhu > misal " Diketahui suatu daerah mencapai suhu nol derajat (0°), yang
mana artinya daerah tersebut sangatlah dingin "
7
B. PENDEKATAN DALAM PENSKALAAN
Salah satu upaya untuk membuat data menjadi data interval pada hasil pengukuran
psikologi adalah dilakukannya proses penskalaan. Proses penskalaan merupakan
penetapan serangkaian angka dalam matrik atau unit satuan yang sama. Dengan
adanya kesamaan matrik, data setelah diskalakan dapat dikenai operasi matematika
sebagaimana ciri data pada level interval. Dengan proses penskalaan ini dapat
menjadi salah satu alternatif pemecahan perdebatan panjang tersebut.
Pada skala tipe Thurstone, setiap butir disajikan sebagai stimulus yang harus dipilih
oleh subjek. Stimulus apapun yang dipilih merupakan pilihan yang sesuai dengan
minat, kesukaan, dominansi yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Analisis skala
ini terkait dengan masing-masing alternatif jawaban atau stimulus yang
dipasangkan. Proses penskalaan merupakan upaya untuk menempatkan atribut atau
karakteristik pada suatu rentang kontinum, yang didalamnya melibatkan perubahan
nilai atau transformasi skor baik berupa transformasi linear maupun nonlinear.
Dalam penelitian ini penskalaan dikaitkan dengan upaya untuk menempatkan
atribut psikologi dengan mengubah atau mentransformasi data yang semula
berbentuk data ordinal yang tidak memiliki unit pembanding yang sama menjadi
data interval atau rasio yang memiliki satuan pembanding yang sama. Berbagai
macam cara atau metode dilakukan dalam upaya untuk mentransformasi data
menjadi data interval. Metode penskalaan tidak terlepas dari pendekatan yang
digunakan. Terkait dengan pengukuran aspek psikologi, Torgerson (1958)
mengelompokkan metode penskalaan dalam tiga metode, yaitu: (1) metode
penskalaan yang berpusat pada stimulus; (2) metode penskalaan yang berpusat pada
respon dan (3) metode penskalaan yang berpusat pada subjek.
8
Metode penskalaan berbasis stimulus merupakan metode penskalaan dengan
menempatkan serangkaian stimulus dalam suatu kontinum poin. Metode
penskalaan berpusat pada respons merupakan metode penskalaan dimana respons
subjek dibuat dalam suatu rentang poin tertentu. Metode ini disusun berdasar
distribusi respons subjek. Salah satu contoh metode ini adalah skala Likert. Respons
subjek diberikan dalam taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam berbagai
variasinya. Pada metode penskalaan yang berpusat pada subjek, penyusun tes
meletakkan subjek atau individu yang akan dihadapi pada poin yang berbeda secara
kontinum. Metode ini banyak digunakan, misalnya dalam pengelompokan siswa
menggunakan skor z, persentil, skor IQ.
Penskalaan pada tipe ini berbasis stimulus. Dalam metode ini serangkaian stimulus
diperbandingkan untuk direspons sesuai dengan kondisi subjek. Dengan demikian,
tipe instrumen ini memberikan alternatif pada responden memberikan respons yang
berbeda-beda pada berbagai stimulus yang disajikan, sehingga akan didapatkan
respons yang bervariasi pada berbagai stimulus yang disajikan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Olivares & Brown (2010) yang menyebutkan bahwa tipe ini
terhindar dari jawaban yang sama atau adanya bias dalam memberi respons seperti
respons persetujuan yang ekstrim, atau kelemahannya dalam pemberian respons
yang tidak bervariasi atau halo-effect.
Proses penskalaan Thurstone dilakukan dengan dengan prinsip yang sama yaitu
mengkonversi skor kasar yang didapatkan dengan skor z yang menggunakan
distribusi normal. Dengan proses penskalaan ini jarak antarskor menggunakan
9
satuan yang sama, sehingga data yang didapatkan menjadi data interval.
Pengembangan instrumen ilmu-ilmu sosial terutama psikologi banyak
menggunakan tipe Thurstone ataupun Likert. Begitu pula dengan instrumen
multiple intelligences (MI) yang dikembangkan dalam penelitian disertasi ini. Di
beberapa negara instrumen multiple intelligences sudah dibuat dan dikembangkan
dalam berbagai penelitian. Pada tahun 2007, peneliti juga sudah mengembangkan
instrumen multiple intelligences, namun instrumen yang sudah dikembangkan ini
dalam analisisnya belum dilakukan proses penskalaan. Di samping itu, terdapat
beberapa butir yang muatan faktor yang rendah sehingga perlu diperbaiki. Dengan
demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan instrumen
yang sudah dibuat dengan melakukan proses penskalaan pada data hasil penelitian.
10
C. PENENTUAN SKOR.
Kuesioner atau angket adalah bagian dari teknik pengumpulan data yang
didapatkan dengan cara melakukan survei. Dalam penelitian kuantitatif, angket
digunakan untuk melakukan analisis terhadap respon dari responden sehingga
bisa memprediksi masa depan. Bisa dikatakan seperti wawancara singkat tertulis
karena isinya berupa pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan penelitian.
Sehingga untuk memudahkan dalam analisis, maka dibutuhkan teknik
pengolahan data dengan baik dan benar. Cara menghitung kuesioner penelitian
diolah sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan sebagai bahan penelitian untuk
menarik kesimpulan. Adapun Cara Menghitung Kuesioner Penelitian Skala
Likerta :
Skala Likert adalah skala untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat
seseorang/kelompok terhadap suatu peristiwa/fenomena sosial, sesuai dengan
definisi operasional yang telah ditentukan oleh peneliti. Sebagai contoh cara
menghitung kuesioner penelitian dalam kasus berikut ini:
11
menggunakan skala Likert. Aspek yang akan diukur yaitu cita rasanya terhadap
100 responden yang akan memberikan jawaban pada angket. Berikut hasil
penilaiannya:
-Rumus perhitungannya : T x Pn
T = Total responden
Jawaban “suka” : 14 x 4 = 56
Jawaban “netral” : 21 x 3 = 63
12
hasilnya menjadi:
Namun sebelum memasukkan pada rumus, kamu perlu mengetahui dulu interval
dan interpretasi persen untuk mengetahui penilaian menggunakan metode
Interval skor persen (I), berikut caranya:
Maka = 100 / 5 = 20
Jadi didapatkan kriteria interpretasi skor berdasarkan interval yang sudah dicari
tersebut, yaitu:
= 247/500 x 100
= 49.4 %,
Hasil cara menghitung kuesioner penelitian skala likert di atas berada dalam
kategori “Cukup/Netral”
Beberapa respon alternatif yang sering digunakan dalam skala likert seperti “SS”
13
= “Sangat Setuju”, “S” = “Setuju”, “R” = “Ragu – Ragu”, “TS” = “Tidak Setuju”
dan “STS” = “sangat tidak setuju”.
Item-item yang kurang atau tidak jelas dalam menunjukkan hubungan dengan
sikap responden masih bisa dimasukkan dalam skala. Sementara pada Thurstone,
hanya item yang sudah disetujui dan jelas saja bisa dimasukkan ke skala.
Likert merupakan skala yang dapat memberikan keterangan lebih jelas dan nyata
karena memiliki jangka respon besar. Namun meskipun memiliki beberapa
keunggulan, cara menghitung kuesioner penelitian dengan metode ini juga
mempunyai beberapa kekurangan. Diantaranya sebagai berikut;
Seperti kita tahu, hingga saat ini angket masih menjadi salah satu instrumen yang
paling sering digunakan. Apalagi cara menghitung kuesioner penelitian juga
terbilang mudah, tidak heran jika selalu jadi andalan dalam pengumpulan data.
Angket disusun sedemikian rupa, kemudian disebarkan kepada para responden.
Dalam penelitian kuantitatif, biasanya responden tersebut diambil berdasarkan
kategori yang relevan dengan penelitian serta bersifat representatif.
14
bersangkutan bisa leluasa mengeluarkan pendapatnya.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk membantu membuat assesmen dalam BK yang berupa kuesioner atau angket
maka perlu menggunakan skala. Ada banyak skala yang dapat digunakan untuk
membantu dalam pembuatan assesmen yang berupa kuesioner atau angket
diantaranya yaitu skala likert, Skala Semantik Difensial, Skala Thurstone, Skala
Implusivitas Barrat, Penskalaan Subjek, Skala Guttman, Skala Rating, Skala
Ordinal, skala Interval. Dari berbagai jenis skala maka guru BK dapat
menggunakan skala yang sesuai dengan kebutuhan. Didalam penskalaan maka
adanya pendekatan yang perlu dilakukan seperti halnya Penskalaan dengan
pendekatan teori modern menggunakan item response theory atau IRT. Penskoran
dengan pendekatan IRT didasarkan pada sebuah model yang mengaitkan
kemampuan orang atau theta (𝜽) dengan probabilitas menjawab benar setiap butir.
Model teori ini meletakkan karakteristik instrumen yang tidak terikat pada
karakteristik kelompok atau sampel, namun pada setiap orang dan setiap butir.
Dengan demikian, pendekatan teori ini dapat memberi estimasi kesalahan pada
masing-masing orang dan butir. Hampir semua skala menggunakan skoring untuk
mengetahui data yang kita butuhkan misalnya hubungan antara game online dengan
motivasi belajar siswa apakah saling berhubungan secara signifikan atau tidak. Oleh
karena itu guru bk perlu mempelajarai pengskalaan untuk membantu membuat
assesmen BK sebelum kuesioner itu di sebarkan ke responden.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://konselor.id/main/tips/10002-macam-macam-skala-pengukuran.html
http://jaludiriboh.blogspot.com/2013/04/menentukan-skor-dan-acuan-
penilaian_5.html
http://ppak.ulm.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/DIKTAT-PERKULIAHAN-
Konstruksi-Alat-Ukur-Psikologi-Ed.-Revisi-2020-fix-3.pdf
17