Anda di halaman 1dari 2

Mendeskripsikan hambatan-hambatan psikososial

1. Self disclosure

merupakan tindakan untuk mengungkapkan tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang
terhadap situasi yang terjadi saat ini, dan memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan, yang
dapat menjelaskan reaksi yang kita perbuat saat ini.

Hal tersebut akan membuat kita berbagi perasaan dan informasi dengan orang lain. Keterbukaan diri
bersifat deskriptif dan evaluatif. Keterbukaan diri deskriptif adalah kegiatan melukiskan berbagai fakta
mengenai diri individu yang belum diketahui oleh orang lain yang berada di lingkungan sekitarnya.
Keterbukaan diri evaluatif adalah kegiatan mengungkapkan pendapat atau perasaan invidividu seperti
mengungkapkan perasaan mengenai orang- orang yang disukai ataupun tidak disukai.

Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan,
emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran
dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada
orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya
menampilkan sisi yang baik saja.

2. Self-loathing atau self-hatred

adalah keadaan yang menggambarkan terjebaknya seseorang dalam belenggu kebencian diri sendiri.
Kebencian dapat terjadi ketika “keadaan diri sekarang” tidak bisa memenuhi standar, mimpi, atau
keinginan dari “diri yang ideal”. Dirinya selalu merasa tidak cukup baik dan melihat orang lain jauh lebih
baik. Selalu mencari kesalahan dan lupa menghargai diri. Merasa gambaran impian diri selalu sulit untuk
diraih dan tidak puas dengan keadaan saat ini.

Seseorang yang terjebak dalam self-loathing tidak selamanya karena memiliki self-esteem (harga diri)
yang rendah. Akan tetapi, lebih kepada tidak mampu mengenali dan menyadari kemampuan diri yang
dimiliki. Kalaupun diri tidak cukup meyakini bahwa kita membenci diri sendiri, ada saja dorongan dari
lingkungan yang membuat kita membenci diri sendiri. Seolah-olah kita adalah bahan tawa dan candaan
orang-orang di luar sana.

Seseorang yang tidak menyukai diri sendiri sebenarnya menyadari adanya atribut positif dalam diri.
Namun, kehadiran atribut positif itu semua terkaburkan karena pengaruh emosi yang muncul akibat dari
ketidaksukaan itu sendiri. Emosi-emosi negatif terlalu kuat menyelimuti sampai sulit untuk melihat
kehadiran atribut positif dalam diri.

Ketika membiarkan diri terjebak dalam self-loathing, maka sesungguhnya kita membiarkan diri
terpengaruh oleh keyakinan bahwa kita akan selalu gagal, berbuat salah, dan tidak cukup berarti untuk
melakukan apapun dalam hidup kita.

3. Personalism

adalah filosofi yang menyatakan bahwa martabat pribadi manusia dinilai dari norma dasar etika
.Pandangan ini memperlihatkan secara jelas bahwa norma dasar langsung dan konkret moralitas bukan
otoritas luar (Moralitas Ekstrinsik), kesenangan (Hedonisme), manfaat terbesar bagi jumlah terbesar
orang (Utilitarisme), kebahagiaan (Eudaimonisme), kebebasan yang menciptakan nilai (Eksistensialisme
Humanistis), kewajiban (Formalisme Kant), tetapi Martabat Pribadi Manusia, baik martabat pribadiku
sendiri dan martabat pribadi orang lain, harkat intrinsik setiap orang.

Menurut Imanuel Kant, manusia harus dihormati karena manusia adalah satu-satunya makluk yang
merupakan tujuan dalam dirinya sendiri. Sikap hormat tak bersyarat ini dituntut oleh kodrat atau harkat
pribadi manusia yang intrinsic sebagai persona, pusat kemandirian, makluk berakal-budi dan
berkehendak. Untuk menegaskan kemutlakan nilai manusia dan sikap hormat yang tidak bersyarat atas
manusia, Kant membedakan antara “harga” (Preis) dan “martabat (Würde). Harga dan martabat
manusia ini memang menjadi tujuan, tetapi prinsipnya, hal yang memiliki “harga” selalu bisa
tergantikan, selalu tersedia alternative, substitusi. Tetapi sesuatu yang memiliki “martabat” selalu unik,
tak tergantikan oleh alternatifnya. Karena itu, untuk manusia yang memiliki martabat, Kant memberikan
inperatif moral: “Hendaklah memperlakukan kemanusiaan, baik dalam diri Anda maupun dalam diri
orang lain, selalu sebagai tujuan pada dirinya sendiri dan tidak pernah sebagai sarana”.

4. Listening

Mendengarkan adalah salah satu komponen kecakapan yang dimiliki oleh seseorang ketika mereka
memiliki kecakapan interpersonal skills yang baik. Sebuah komunikasi yang efektif dapat dilakukan oleh
seseorang bila memiliki kemampuan mendengarkan yang baik pula. Dan kemampuan mendengarkan
menjadi hal yang pokok harus dimiliki seseorang bila menginginkan terjalinnya komunikasi secara efektif

Layaknya sebuah komunikasi. Dalam proses komunikasi ada komponen sender, channel, message,
reciever, effect yang menjadi satu kesatuan komponen ketika proses komunikasi berlangsung. Salah
satu komponen dari proses komunikasi adalah menerima pesan. Bagaimana menerima pesan dengan
baik adalah salah satunya dengan cara mendengarkan dengan baik.

Mendengarkan bukan hanya secara harafiah menggunakan alat pendengaran ( telinga ), tetapi memiliki
arti yang lebih luas dengan penggunaan alat penerima pesan lainnya. pembedaan istilah mendengarkan
dengan mendengar adalah untuk membedakan pengertian seperti halnya dalam bahasa ingris antara
kata listening dengan hearing

Anda mungkin juga menyukai