Anda di halaman 1dari 8

A.

Pendekatan Konseling Kognitif Perilaku


Konseling kognitif perilaku merupakan konseling yang
mengkombinasikan pemikikiran dan perilaku untuk menangani masalah
psikologis (Gerald Corey 2017). Beck, dkk. (2015) juga mendefinisikan
bahwa konseling kognitif perilaku adalah model konseling yang bertujuan
untuk mengubah kognitif atau persepsi konseli terhadap dirinya dalam rangka
melakukan perubahan emosi dan perilaku dengan restrukturisasi kognitif.
Proses restrukturisasi kognitif mencakup belief yang berhubungan dengan
pikiran, emosi dan perilaku (Fitriana dkk. 2021). Agar hasil konseling yang
diterapkan oleh konseli dapat bertahan lama, konselor berusaha untuk
memunculkan kesadaran konseli mengenai belief tentang diri dan
lingkungannya (Yulia 2021). Menurut Sharf (2012) tujuan dasar dari
konseling kognitif adalah untuk menghilangkan bias atau distorsi dalam
berpikir sehingga individu dapat berfungsi lebih efektif.
Menurut Beck dkk. (2015) individu yang bermasalah cenderung
memiliki pemikiran otomatis yang disebut dengan distorsi kognitif. Adapun
bentuk-bentuk dalam distorsi kognitif sebagai berikut.
No Distorsi kognitif Deskripsi
1 Arbitary Inference Individu cenderung membuat kesimpulan tanpa
(Berprasangka didukung oleh bukti yang nyata dan relevan.
Buruk) Contoh: temanku sudah tidak peduli denganku,
sebab sudah tidak memberi kabar selama 1
bulan.
2 Selective Pembentukan kesimpulan berdasarkan hasil
Abstraction yang terisolasi dari sebuah kejadian. Informasi
(Pikiran Selektif) yang lain terabaikan, asumsi dari kejadian
penting karena berurusan dengan kegagalan dan
kelemahan. Contoh: seorang siswa percaya
bahwa sahabatnya sudah tidak mengakuinya
sebab ketika bertemu tidak menyapanya.
Namun beberapa kali sahabatnya mengirimkan
makanan ke rumahnya tetap di makan.
No Distorsi kognitif Deskripsi
3 Overgeneralizatio Individu membuat kesimpulan negatif yang
n jauh dari situasi riil, individu memegang
(Overgeneralisasi) keyakinan ekstrim berdasarkan sebuah insiden
tunggal dan menerapkan hal tersebut pada
situasi dan latar yang berbeda. Contoh: untuk
mendapatkan nilai yang bagus saya harus
mencontoh pekerjaan teman saya.
4 Catastrophising Berpikir hal yang paling buruk atau berpikir
(Katastropisasi) terlalu berlebihan dalam suatu situasi. Contoh:
Saya adalah anak yang bodoh dan pernah tidak
naik kelas. Jika teman-teman saya tahu akan hal
itu, pasti mereka tidak mau berteman dengan
saya.
5 Labelling (Label) Distorsi kognitif ini memberi label pada
siapapun; orang lain, ataupun kita sendiri.
Padahal, setiap orang punya banyak sisi dan
tidak mungkin satu label dapat mendeskripsikan
keseluruhan sisi seseorang. Contoh: Saya
adalah orang yang paling hina dan tidak
berguna dimuka bumi ini.
6 Dischotomus Distorsi kognitif ini membuat kita berpikir
Reasoning hanya di dua titik ekstrem. Orang-orang pasti
(Berpikir Hitam- baik atau jahat. Hidup akan berjalan lancar atau
Putih) buruk. Peristiwa yang kita alami hanya terdiri
dari kejadian baik atau buruk. Contoh: hidup
saya selalu berat dan tidak ada baik-baiknya
sama sekali.
7 Negatives Ide yang tegas mengenai keharusan akan segala
Imperatives sesuatu yang ditemui dalam kehidupan. Contoh:
(Keharusan) saya harus mendapatkan nilai yang bagus
bagaimanapun caranya.
Menurut Corey (2017) pelaksanaan konseling kognitif memiliki
beberapa prinsip antara lain: (a) prinsip kognitif; pada prinsip ini setiap
permasalahan psikologis adalah hasil dari emosi dan perilaku yang
dipengaruhi oleh kognisi dari individu; (b) prinsip perilaku; setiap individu
dipengaruhi oleh kognisi dan perilaku yang beriringan; (c) prinsip kontinum;
keterkaitan antara permasalahan mental; (d) prinsip here and now; berfokus
pada kondisi sekarang dan disini; (e) prinsip interaksi antar sistem;
permasalahan muncul karena adanya beberapa interaksi diri dengan
lingkungan; dan (f) prinsip empiris; mengevaluasi teori dan teknik secara
empiris.

B. Pendekatan Kognitif Perilaku berbasis Budaya


Penggunaan pendekatan kognitif perilaku memilik potensi yang dapat
digunakan dengan perbedaan budaya konseli (McCluskie 2010). Penggunaan
konseling kognitif berbasis budaya juga harus mempertimbangkan waktu dan
cara dalam penggunaannya. Konselor dituntut untuk peka dengan budaya
konseli dan penguasaan teori konseling dalam penerapannya (Patterson
1996). Konseling kognitif perilaku berbasis budaya akan dapat mengarahkan
konseli untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungannya dengan mengubah
irrational belief konseli (Mufidah dkk., 2022).
Adapun penelitian terdahulu yang menggunakan konseling kognitif
perilaku berbasis budaya, sebagai berikut.
No Judul Penulis Hasil
1 Kepercayaan Susilawati Budaya adalah suatu hal yang
terhadap nenek (2018) terjadi dari proses turun menurun
puyang pada yang menjadi sebuah kebiasaan
penerapan budaya dan juga identitas suatu
lokal Masyarakat kelompok. Pendekatan cognitive
Besemah dan behavior therapy dimana dalam
penerapan endekatan ini konselor harus
Pendekatan CBT memahami pola pikir kognitif
kota Pagaralam masyarakat Besemah
No Judul Penulis Hasil
Sumatera Selatan
2 The Cognitive Suranata Model CBT berkembang pesat
Behavioral (2020) dan terintegrasi dengan berbagai
Counseling konsep. Nilai-nilai yang
(CBT) Model terkandung dalam Tri Kaya
Based on Tri Parisudha memiliki relevansi
Kaya Parisduha tinggi dan terintegrasi dengan
Philosophy konsep dan prosedur CBT. Model
konseling CBT berbasis nilai Tri
Kaya Parisudha ini berorientasi
pada upaya melatih individu
untuk memahami dan menerapkan
pemikiran yang baik (rasional),
ucapan yang baik (normatif), dan
kesejahteraan (adaptif).
3 Implementasi Herfidawati Pendekatan Cognitive Behavior
pendekatan (2018) Therapi merupakan pendekatan
Cognitive konseling yang berfokus pada
Behavior Therapy terapi kognitif berupa keyakinan,
terhadap asumsi dan sikap. Sehingga
peningkatan Pendekatan Cognitive Behavior
perilaku prososial Therapi lebih maksimal untuk
sebagai nilai meningkatkan perilaku prososial.
budaya Perilaku prososial merupakan
masyarakat bentuk perilaku kontak sosial
Pemalang seperti menolong, berbagi, jujur,
kerja sama, gotong royong, saling
menghargai dan sebagainya yang
merupakan perilaku turun
temurun yang telah diajarkan oleh
para leluhur terdahulu dan
No Judul Penulis Hasil
kemudian menjadi suatu
kebiasaan.
4 Urgency Hidayah Perjumpaan budaya konselor-
Cognitive- dkk., (2017) konseli memiliki pengaruh yang
Behavioral besar terhadap keberhasilan
Counseling Based layanan konseling. awa Timur
on Local Wisdom memiliki tujuh etnis yaitu Osing,
for Junior High Tengger, Madura, Jawa, Samin,
School Counselor Materaman, dan Bawean. Dengan
in East Java mengembangkan model konseling
Cognitive-Behavioral berbasis
kearifan lokal dapat membantu
meningkatkan kompetensi
konselor SMP dalam proses
pemberian layanan.

C. Kesesuaian dan Ketidaksesuaian Penggunaan Konseling Kognitif Perilaku


dengan Budaya Masa Kini.
Menurut Sinaga dkk. (2021) budaya mengandung tiga aspek penting:
(1) diwarisi dari satu generasi ke generasi, dalam hal ini budaya dipandang
sebagai warisan; (2) belajar, dalam hal ini budaya bukanlah manifestasi,
dalam tingkat tertentu, kondisi genetik manusia; dan (3) dibagikan secara
kolektif oleh lingkungan. Jika ditinjau dari aspek tersebut, maka terdapat
kesesuaian dan ketidaksesuaian pendekatan konseling kognitif perilaku
dengan budaya masa kini.
Menurut Oktari dan Dewi (2021) saat ini generasi milenial sudah tidak
menjadikan nilai-nilai budaya lokal sebagai pedoman dalam berpikir dan
berperilaku. Lunturnya pemikiran dan keyakinan terhadap budaya lokal
menjadi kelemahan penggunaan konseling kognitif perilaku berbasis budaya.
Proses konseling kognitif perilaku menitik beratkan pada beliefs yang
berpengaruh pada pemikiran otomatis (Beck dkk., 2015). Jika konseli sudah
tidak mengenal nilai-nilai budaya lokal, maka konselor akan mengalami
hambatan dalam proses restrukturisasi kognitif jika menggunakan nilai-nilai
budaya lokal. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya, jika seorang konseli
masih memegang teguh nilai-nilai budaya lokal dalam bertindak, maka pada
proses restrukturisasi kognitif akan lebih efektif menggunakan nilai-nilai
budaya lokal (Hidayah dkk. 2017)
Menurut Farida dan Putra (2021) perkembangan teknologi dan
informasi menciptakan sebuah pola pikir yang kritis pada peserta didik.
Bahkan salah satu tujuan pendidikan adalah menciptakan lulusan yang
memiliki keterampilan komunikasi, berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan
kurasi (Mintasih, 2022). Perkembangan budaya tersebut dapat mendukung
konselor dalam penggunaan konseling kognitif perilaku. Dimana dalam
proses konseling kognitif perilaku dibutuhkan sistem berpikir kritis, sehingga
akan berpengaruh dalam pencapaian tujuan (Lianasari dan Purwati, 2021).
Implementasi konseling kognitif perilaku berbasis budaya tidak dapat
diterapkan pada peserta didik yang memiliki hambatan dalam berpikir. Pada
dasarnya budaya di Indonesia tidak mengenal pengecualian dalam
memandang setiap individu (Putri dan Dewi, 2021), namun dalam proses
konseling pendekatan konitif perilaku sangat menitikberatkan pada
kemampuan berpikir peserta didik (Beck dkk,. 2015; Corey, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Beck, A. T., D. D. Davis, and A. Freeman. 2015. Cognitive Therapy of
Personality Disorders. New York: Guilford Publications.

Corey, Gerald. 2017. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.


Canada: Nelson Education.

Farida, Nurul, and Kadek Aryana Dwi Putra. 2021. “Upaya Menumbuhkan
Kemampuan Literasi Kritis Oleh Berdikari Book.” Lentera Pustaka:
Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan 7(1):51–64.

Fitriana, Fitriana, Yenda Puspita, Neviyarni Suhaili, Netrawati Netrawati, Yeni


Karneli, and Yahanan Yahanan. 2021. “Analisis Konseling Cognitive
Behavior Therapy Untuk Mengatasi Social Anxiety Siswa.” Cerdika:
Jurnal Ilmiah Indonesia 1(4):349–56.

Herfidawati, Intan. 2018. “Implementasi Pendekatan Cognitive Behavior Therapy


Terhadap Peningkatan Perilaku Prososial Sebagai Nilai Budaya
Masyarakat Pemalang.” Pp. 338–45 in Prosiding Seminar Nasional
Bimbingan dan Konseling. Vol. 2.

Hidayah, Nur, M. Ramli, and Husni Hanafi. 2017. “Urgency Cognitive-


Behavioral Counseling Based on Local Wisdom for Junior High School
Counselor in East Java.” Advances in Social Science, Education and
Humanities Research 118(9th):923–28.

Lianasari, Dewi, and Purwati Purwati. 2021. “Konseling Kelompok Cognitive


Behaviour Teknik Thought Stopping Untuk Mengurangi Anxiety
Academic Terhadap Skripsi.” Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling 11(2):117–26.

McCluskie, K. 2010. “Aquiring Counseling Skills: Integrating Theory,


Multicultulralism, and Self-Awerness.”

Mintasih, Diah. 2022. “Mengembangkan Literasi Bagi Calon Pendidik Dalam


Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Melalui PBL Berbasis Kehidupan.”
Jurnal Akhlaqul Karimah: Jurnal Pendidikan Islam 1(1):21–37.

Mufidah, Elia Firda, Jahju Hartanti, and Aulia Fahreza Zahro. 2022. “Konseling
Multibudaya Dengan Pendekatan CBT Dalam Menghadapi Konformitas.”
PD ABKIN JATIM Open Journal System 2(2):63–67.

Oktari, Devyanne, and Dinie Anggraeni Dewi. 2021. “Pemicu Lunturnya Nilai
Pancasila Pada Generasi Milenial.” JURNAL PEKAN: Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan 6(1):93–103.

Patterson, Cecil H. 1996. “Multicultural Counseling: From Diversity to


Universality.” Journal of Counseling & Development 74(3):227–31.
Putri, Lesi Oktiani, and Dinie Anggraeni Dewi. 2021. “Kedudukan Bhineka
Tunggal Ika Untuk Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia
Di Masa Pandemi.” De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan 1(10).

Sharf, Richard S. 2012. Theories of Psychotherapy And Counseling Concepts and


Cases. 5Th Edition. United States of America: Cengage Learning.

Sinaga, Fajry Subhaan Syah, Emah Winangsit, and Agung Dwi Putra. 2021.
“Pendidikan, Seni, Dan Budaya: Entitas Lokal Dalam Peradaban Manusia
Masa Kini.” Virtuoso: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik
4(2):104–10.

Suranata, Kadek. 2020. “The Cognitive Behavioral Counseling (CBT) Model


Based On Tri Kaya Parisduha Philosophy.” Bisma The Journal of
Counseling 4(3):232–41.

Susilawati, Susilawati. 2018. “Kepercayaan Terhadap Nenek Puyang Pada


Penerapan Budaya Lokal Masyarakat Besemah Dan Penerapan Pendekatan
CBT Kota Pagaralam Sumatera Selatan.” Pp. 113–17 in Prosiding
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling. Vol. 2.

Yulia, Cici. 2021. “Efektivitas Konseling Cognitive Behavior Therapy Dalam


Meningkatkan Kontrol Diri Siswa.” Consilium: Berkala Kajian Konseling
Dan Ilmu Keagamaan 8(1):9–18.

Anda mungkin juga menyukai