Portofolio
Teknik-Teknik Konseling
( teori dan contoh aplikasi penerapan )
DAFTAR ISI
Pendahuluan .................................................................................................................. i
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK MODELLING
Selain itu modeling juga terdapat kaitan dengan imitasi/meniru, akan tetapi
meniru tidak sama dengan modeling, karena modeling bukan hanya semata
meniru atau mengulangi apa yang dilakukan orang lain, dalam modeling
melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengalaman dan pengamatan sekaligus sebagai proses
kognitif (Bandura dalam Alwisol, 2006:350).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modeling
merupakan salah satu teknik konseling dimana seseorang belajar membuat dan
menerapkan perilaku baru melalui proses pengamatan, mengobservasi,
menggeneralisir perilaku orang lain (model), dimana dalam modeling ini juga
melibatkan proses kognitif dan kreatif bukan semata-mata meniru/imitasi saja.
B. JENIS
Bandura dalam Pavin&John (1997:472) membagi jenis-jenis modeling
menjadi dua, yaitu:
1. Live modeling with partisipan, penokohan langsung oleh seseorang sebagai
model.
2. Symbolic model, penokohan dengan simbol seperti film dan audio visual.
Corey menjabarkan jenis meodeling menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Live models, pemokohan langsung kepada orang yang dikagumi sebagai model
untuk diamati.
2. Symbolic models, menggunakan penokohan dengan simbol dai film atau audio
visual lain.
3. Multiple model, penokohan ganda yang terjadi dalam kelompok dimana
seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan dipelajari suatu
sikap baru setelah mengamati bagaimana anggota-anggota lain dalam
kelompok bersikap.
Cornier-cornier dalam Abimanyu (1996, 256-257) membagi jenis modeling,
menjadi :
1. Modeling langsung, penokohan langsung kepada seseorang sebagai model.
2. Modeling diri sendiri, menggunakan diri sendiri sebagai model. Dapat disebut
pula pengaturan diri (self regulation), dimana individu dalam kegiatan belajar
mengamati perilakunya sendiri, menilai perilakunya sendiri dengan standar
yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri sendiri bila
berhasil ataupun gagal dam berperilaku (Rifa’i dan Chatarina, 2009:113).
3. Modeling partisipan, dilakukan dengan demonstrasi model, latihan
terpimppin, dan pengalaman-pengalaman sukses orang lain.
4. Modeling tersembunyi, dilakukan dengan meminta klien membayangkan
suatu model melakukan tingkah laku melalui instruksi-instruksi.
5. Modeling simbolis, penokohan dengan simbol seperti film dan audio visual.
6. Modeling kognitif, prosedur konselor menunjuk apa yang dikatakan oleh
orang lain pada diri mereka selagi mereka melakukan suatu tugas/perilaku.
C. TUJUAN
Menurut Bandura terdapat beberapa tujuan dari modeling, yaitu :
1. Development of new skill, artinya mendapatkan respon atau ketrampilan baru
dan memperlihatkan perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh
dari pengamatan dengan perilaku baru.
2. Facilitation of preexisting of behavior, menghilangkan respon takut setelah
melihat tokoh (bagi si pengamat).
3. Changes in inhibition about self axspression, pengambilan suatu respons-respons
yang diperlihatkan oleh suatu tokoh dengan pengamatan kepada model.
D. MANFAAT
Beberapa manfaat dan pengaruh dari modeling adalah sebagai berikut :
Pengambilan respons atau ketrampilan baru dan memperlihatkannya dalam
perilaku baru.
Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang
menimbulkan rsasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan berakibat
positif.
E. TAHAP-TAHAP
Bandura (dalam Syamsu Yusuf, 2009:9) meyakini bahwa modeling
melibatkan empat proses, yaitu sebgai berikut:
1. Attentional, yaitu proses dimana observer/individu menaruh perhatian
terhadap perilaku atau penampilan model. Dalam hal ini sesorang cenderung
memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif, dan populer. Lebih
jauh lagi Jones (2011:435) menyebutkan variabel dari attention adlah,
karakteristik stimuli modeling (mencakup, ketersediaan, kekhasan,
atraktivitas personal, nilai fungsional) dan karakteristik pengamat
(mencakup, kapasitas sensorik, tingkat rangsang, kebiasaan perceptual, dan
reinforcement sebelumnya)
2. Retention, yaitu proses yang merujuk pada upaya individu untuk
memasukkan infomasi tentang model. Baik verbal maupun gmbar dn
imajinasi.
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS
B. JENIS
Lichstein (1988, dalam Luthfi Fauzan, 2009), mengemukakan jenis-jenis teknik
relaksasi antara lain:
1. Autogenic Training
Yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery)
sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala,
dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan
tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau
rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan
pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang
meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, yang
tenang dan sebagainya.
2. Progressive Training
Adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang
agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan
adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada
beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan,
maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan
emosi menurun dan demikian sebaliknya.
3. Meditation
Adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau
perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran
pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan
dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan
C. TUJUAN
Tujuan Relaksasi antara lain untuk :
Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak
tidur,sakit kepala disebabkan tekanan dan asthma.
Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik dan aspek psikologis.
Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian
sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang
menegangkan.
D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan teknik relaksasi
memiliki adalah sebagai berikut:
1. Memberikan ketenangan batin bagi individu.
2. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.
3. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.
4. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi
nyenyak.
5. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
6. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.
7. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan.
8. Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
9. Bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan
tidak enak badan.
10. Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi
merokok.
11. Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan
mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan
kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara atau sebagainya
12. Meningkakan hubungan antar personal.
E. TAHAP-TAHAP
Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan beberapa
persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan yang tenang atau
tidak mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak mengikat, perut yang tidak
sedang kelaparan atau kekenyangan, serta tempat yang nyaman dan tepat untuk
mengambil posisi tubuh. Bisa pula ditambahkan aromatherapy dan alunan musik
klasik dalam pelaksanaan teknik relaksasi.
Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan duduk di lantai atau
kursi, berdiri auatupun berbaring yang penting dapat membawa konseli ke
keadaan rileks atau istirahat serta berguna untuk memperbaiki postur tubuh yang
salah.
Sedangkan Desensitisasi sistematis mempunyai tiga elemen pokok (Jones,
2011:460 ; Thompson, 2003: Corey, 2009) yaitu (1) latihan relaksasi otot dalam (2)
menyusun hierarki/jenjang-jenjang stimuli yang membangkitkan kecemasan (3)
setelah relaks, meminta konseli untuk membayangkan item-item dari hiererki
stimuli yang membangkitkan kecemasan tersebut.
Ketiga pokok tersebut dijabarkan kedalam beberapa langkah seperti berikut :
Melatih relakasasi konseli dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh
dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut,
dada, dan anggota badan bagian bawah.
Konseli mempraktikkan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai
dengan cepat.
Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.
Apabila dilakukan dengan tahap yang benar, teknik relaksasi dapat secara
efesien terbukti menurunkan kecemasan dam ketegangan serta membuat
konseli lebih relaks.
Secara efektif membuat konseli memahami kecemasannya dari kecemasan
yang ringan sampai yang berat.
G. APLIKASI TERBATAS
Tahapan Relaksasi
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasional “ Baiklah, terkait masalah felan yang merasa cemas ketika
felan sedang berjalan mengendarai motor, Bapak
mempunyai suatu cara yang mungkin bisa diterpakan
untuk mengurangi rasa cemas yang felan rasakan. Cara
tersebut dikenal dengan relaksasi, mungkin felan pernah
mendengar kata teresbut, cukup familiar bapak rasa.
Relaksasi tujuannya agar felan merasa lebih rileks, santai
dan tenang. Relaksasi inipun nantinya dapat felen
lakukan pada setiap kondisi dimana felan merasa takut
atau cemas akan suatu hal, konsep yang akan bapak
ajarkan disini terkait relaksasi pikiran dan otot.”
2. Instruksi tentang “perlu felen ketahui juga, dalam relaksasi felan
pakaian diharapkan menggunakan pakaian yang nyaman dan
membuat badan felan juga rileks”
3. Menciptakan “ lingkunganpun usahakan felan berada dalam ruangan
lingkungan yang yang nyaman, tenang, sejuk. Hal itu akan sangat
nyaman mendukung keberhasilan relaksasi yang dilakukan felan.
Jikapun tidak, buatkah diri dan pikiran felan senyaman
dan setenang mungkin”
4. Konselor “ tekait dengan relaksasi pikiran dan perasaan, felan
memberikan contoh perlu membuat pikiran felan setenang mungkin,
latihan relaksasi senyaman mungkin, bisa dengan membayangkan hal-hal
yang membuat felan nyaman.
Selanjututnya untuk relaksasi otot, felan bisa mencoba
untuk mengencangkan dan mengendorkan otot agar
merasakan perasaan yang lebih rileks, felen juga perlu
mengatur ketenangan dalam bernafas”
Tahapan Desensititasi
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. mengidentifikasi “oky felan, terkait masalah kecemasan yang kamu alami
situasi yang tadi, mari kita coba bicarakan lebih dalam lagi terkait
berhubungan dengan situasi yang membuat kamu takut/cemas.”
ketakutan/kecemasan
2. Memilih kecemasan “baiklah, dari apa yang kamu sampaiakan tadi, jika ada
tersebut dari skala 0- skala 0-100 pilihah situasi-situasi yang membuat kamu
100, hierarki cemas, dari yang paling rendah sampai yang palin
kecemasan tinggi, dalam artian kamu mengalami kecemasan
puncak, lalu berikanlah prosentase dan nilai untuk
masing-masing situasi yang kamu alami “
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK ASERTIF TRAINING
B. TUJUAN
Beberapa tujuan penggunaan teknik ini adalah sebagai berikut (Lutfi
Fauzan, 2010) :
a. Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara
sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain.
b. Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa
menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti
apa yang diinginkan atau tidak
c. Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara
sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan dan hak
orang lain
d. Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan
mengekspresikan dirinya dengan enak dalm berbagai situasi sosial
C. MANFAAT
Adapun manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu:
a. Melatih individu yang tidak dapat menyatakan kemarahan dan kejengkelan
b. Melatih individu yang mempunyai kesulitan untuk berkata tidak dan yang
membiarkan orang lain memanfaatkannya
c. Melatih individu yang merasa bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk
menyatakan pikiran, kepercayaan, dan perasaan-perasaannya
d. Melatih individu yang sulit mengungkapkan rasa kasih dan respon-repon
positif yang lain
e. Meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri
f. Membantu untuk mendapatkan perhatian dari orang lain
g. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan
h. Dapat berhubungan dengan orang lain dengan konflik, kekhawatiran dan
penolakan yang lebih sedikit
E. TAHAP-TAHAP
Prosedur dasar dalam asertive training (Lutfi Fauzan, 2010):
1. Mengajarkan perbedaan antara asertif, agresif, non agresif dan sopan.
2. Membantu individu mengidentifikasi dan menerima hak-hak pribadi dirinya
dan orang lain.
3. Mengurangi hambatan kognitif dan afektif yang menghambat aktualisasi sikap
asertif.
4. Mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara langsung melalui
praktek-praktek di dalam pelatihan.
Prosedur dasar dalam pelatihan asertif menyerupai beberapa pendekatan
perilaku dalam konseling. Prosedur-prosedur ini mengutamakan tujuan-tujuan
spesifik dan kehati-hatian, sebagaimana diuraikan Osipow dalam A Survey of
Counseling Methode (1984):
a. Menentukan kesulitan konseli dalam bersikap asertif
Dengan penggalian data terhadap klien, konselor mengerti dimana
ketidakasertifan pada konselinya. Contoh: konseli tidak bisa menolak ajakan
temannya untuk bermain voli setiap minggu pagi padahal ia lebih menyukai
berenang, hal itu karena konseli sungkan, khawatir temannya marah atau
sakit hati sehingga ia selalu menuruti ajakan temannya.
b. Mengidentifikasi perilaku yang diinginkan oleh klien dan harapan-
harapannya.
Diungkapkan perilaku/sikap yang diinginkan konseli sehubungan
dengan permasalahan yang dihadapi dan harapan-harapan yang
diinginkannya.
c. Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
Konselor dapat menentukan perilaku yang harus dimiliki konseli untuk
menyelesaikan masalahnya dan juga mengenali perilaku-perilaku yang tidak
diperlukan yang menjadi pendukung ketidakasertifannya
d. Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan dan yang
tidak dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan masalahnya.
Namun secara garis besar, prosedur dan tahapan penerapan teknik asertif
adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian rasionel penggunaan teknik asertiv.
2. Mendiskusikan perilaku agresif, pasive, dan asertiv.
F. APLIKASI TERBATAS
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasionalisasi “ Baiklah dek atna, terkait masalah dek atna yang tidan
berani mengutarakan keinginannya kepada guru dek
atna untuk meminta kejelasan sikap guru dek atna,
Bapak mempunyai suatu cara yang dapat coba kita
lakukan agar dek atna berani dan mampu mengutarakan
keinginan dek atna tersbut secara baik dan benar”
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK KONTRAK PERILAKU (BEHAVIOR CONTRACT)
C. TUJUAN
Beberapa tujuan dari pemberian kontrak perilaku adalah sebagai berikut:
Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk
digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
diinginkan klien.
Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi belajar individu.
D. MANFAAT
Beberapa manfat dari penggunaan kontrak perilaku adalah sebagai berikut:
Para terapis menyukai Kontrak Perilaku, karena adanya kejelasan dan
adanya catatan yang detil untuk memandu perilaku serta mengatasi salah
paham yang mungkin timbul.
Kesamaran dan ketidakjelasan dapat segera dihapus, dan mengarah pada
tindakan nyata yang dapat diukur dan dievaluasi.
Mengarah pada penghilangan ketidakpastian atau komunikasi yang jelas
antara perilaku yang diingikan dan penghargaan atau hukuman.
Partisipasi aktif konseli untuk menampilkan suatu keikutsertaan dalam
mengolah lingkungan dan perilaku yang sesuai dengan cara yang efektif.
Meningktakan motivasi konseli karena terdapat hal/kontrak yang harus
dipenuhinya.
E. TAHAP-TAHAP
Kontrak perilaku merupakan salah satu jenis jenis strategi pengeolaan diri
(self management), karena perilaku masuk ke dalam kontrak merupakan perilaku
yang dirancang supaya dapat mempengaruhi terjadinya perilaku target di masa
yang akan datang. Pada dasarnya kontrak ditulis oleh individu yang terlibat,
kesepakatan yang telah dicapai, terminologi yang digunakan, dan
ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkaitan. Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam membuat kontrak perilaku adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi perilaku target yang ingin diubah
F. APLIKASI TERBATAS
No. Tahapan Contoh Penerapan Verbatim
1. Rasional kontrak perilaku “ baiklah candra, terkait permasalahanmu tadi
Bapak mempunyai suatu cara agar Candra
dapat semakin semangat dalam usahanya
mencapai rangking 10 besar. Bagaimana kalau
Candra membuat kontrak dengan Bapak apabila
Candra dapat menunjukkan kemajuan dalam
bidang belajar maka Candra akan mendapat
hadiah dari Bapak…”
2. Membuat kesepakatan bersama “ Jika kamu telah setuju membuat suatu kontrak
antara konselor dan konseli dengan Bapak, mari kita bahas bersama-sama
terhadap aturan-aturan terkait terkait aturan-aturan dalam kontrak kita
kontrak perilaku ini….”
3. Pilih tingkah laku yang akan “ Terakait keinginanmu untuk dapat masuk
diubah dengan melakukan analisis dalam sepuluh besar tadi mari kita bicarakan
ABC lebih spesifik lagi terkait apa yang ingin kamu
capai, dan hal-hal apa saja yang sekiranya
mendukung pencapaian keinginanmu tadi…”
4. Tentukan data awal (baseline data) “ kamu ingin mendapat nilai minimal 80 dalam
dan kriteria tingkah laku yang akan MID semester minggu depan, dalam mata
diubah dan dicapai dalam kontrak pelajaran apa saja kamu targetkan nilai tersebut
? atau ada target kriteria yang lain terkait mata
pelajaran yang mungkin sangat kamu kuasai ?
5. Tentukan jenis penguatan yang “ Baik apabila kamu dapat mendapat minimal
akan diterapkan beserta jadwal nilai 80 untuk mata pelajaran fisika, biologi, dan
pemberian penguatannya kimia maka sesuai perjanjian kita Bapak akan
hadiah untukmu”
6. Berikan reinforcement setiap kali “ Bagus. Bagus. Selamat Candra. Kamu
tingkah laku yang diinginkan mendapat nilai yang bagus dan sudah
ditampilkan sesuai jadwal kontrak melampaui targetmu, sesuai dengan kontrak
Bapak akan memberikan hadiah ini untukmu
7. Berikan penguatan setiap saat “ Wah bagus sekali Candra, di ujian semester
tingkah laku yang ditampilkan kamu juga mendapat nilai yang bagus dalam
menetap mata pelajarannmu, selamat ya. Selalu
tingkatkan, semoga harapanmu untuk dapat
menjadi 10 besar dapat terjadi”
8. Review dan renegotiation kontrak “ Owh nampaknya nilai yang kamu peroleh
yang dibuat apabila dalam belum mencapai target yang kamu tetapkan, ada
pelaksanaanya terdapat hal-hal apakah gerangan yang membuat hal tersbut
yang menghambat konseli terjadi ? Mari kita bicarakan bersama-sama…
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK REFRAMING
B. JENIS
Ada 2 (dua) jenis Reframing, yaitu :
1. Reframing Context adalah pemberian suatu pandangan baru (berbeda) sehingga
sebuah peristiwa dapat memiliki nilai atau makna yang baru.
2. Reframing Content adalah pemberian suatu pandangan baru dimana dalam
waktu dan kondisi yang berbeda, sebuah peristiwa yang sama dapat memiliki
makna yang baru.
C. TUJUAN
Beberapa tujuan dari teknik reframing adalah:
1. Reframing dimaksudkan untuk memperluas gambaran konseli tentang
dunianya untuk memungkinkannya mempersepsi situasinya secara berbeda
dan dengan cara yang lebih konstruktif.
2. Memberi cara pandang terhadap konseli dengan cara pandang yang baru dan
positif.
D. MANFAAT
Beberapa manfaat penggunaan teknik reframing:
1. Dapat mengubah kerangka berfikir konseli yang awalnya negative menjadi
postif.
2. Dengan adana frame berfikir yang baru akan memunculkan tindakan dan
perilaku baru yang dikehendaki.
3. Menghilangkan rasa rendah diri konseli.
4. Meningkatkan kepercayaan diri konseli untuk melakukan sesuatu tindakan
yang awalnya tidak berani ia lakukan.
5. Membiarkan adegan muncul di sudut pandang lain (frame) sehingga
seseorang merasa lega atau mampu mengatasi situasi lebih baik.
6. Reframing dapat digunakan pada peristiwa atau kejadian yang kita alami
sehari-hari yang terkadang menurut kita tidak memberdayakan agar lebih
mampu menjadikan kita berdaya dan tentunya dengan cara yang lebih
menyenangkan.
E. TAHAP-TAHAP
Teknik reframing dilakukan dalam sesi proses konseling untuk
memeberikan dan mengubah frame berfkir konseli dengan frame dari sudut
pandang yang lain yang lebih positif sehingga konseli memahami bahwa terdapat
berbagai cara pandang untuk menyikapi masalah yang dihadapinya. Tekbik ini
termasuk teknik yang riskan dan sensitive, sehingga dalam penggunaannya
haruslah benar-benar diperhatikan dan pastikan rapport yang terbanngun antara
konselor dan konseli sudah baik dan kuat. Selain itu, hal yang sangat penting
terkait teknik ini adalah konselor haris benar-benar mampu menangkap secara
tapat dan utuh cara pandang juga makna dari permaslahan yang disampaikan
oleh konseli. Ketapatan memahami permasalahan dan cara pandang konseli
melihat masalahnya akan sangat menentukan keefektifan teknik ini.
Tahap-tahap prosedur pelaksanaan teknik reframing:
1. Rasional.
Sebelum menggunakan teknik ini, terlebih dahulu dicari
rasionalisasinya atau alasan mengapa menggunakan teknik ini, misalnya
melihat melihat banyaknya pikiran-piran irasiolan yang dimiliki konseli
hingga ia mengalami depresi. Pikiran konseli yang selalu melihat segala
sesustunya negative dan tidak menyeluruh ini dapat menjadikan rasionalisasi
mengapa terapi menggunakan teknik ini. Pertimbangan latarbelakang budaya
juga dapat dijadikan rasional penggunaan teknik ini, efektif dan tidaknya.
2. Identifikasi.
Jika pilihan terapi untuk menggunakan teknik ini sudah matang, maka
langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran dan frame
berfikir irasional konsei.
3. Menentukan Suatu Penjabaran dari system persepsi.
Tahapan ini adalah tahap yang menguji keterampilan si konselor dalam
menentukan proses konseling. Hal ini didasarkan bahwa teknik ini
difokuskan pada aspek kognitif, sehingga perlu adanya penjabaran secara
operasional agar mudah difahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak.
F. APLIKASI TERBATAS
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasional teknik “Hmm dari apa yang kamu sampaikan, sepertinya
refraiming masalah yang kamu alami ada kaitannya dengan frame
berfikir yang kamu kembangkan.”
“Terkait hal tersbut terdapat suatu cara yang nantinya
dapat kita lakukan untuk merubah pandangan/persepsi
negatif terhadap sesuatu menjadi pandangan/persepsi
yang lebih positif lagi. Tujuannya adalah mereframe,
mereorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang
sehingga cara pandang bahkan perilaku seseorang bisa
menjadi positif ”
2. Identifikasi pikiran- “OK sekarang bapak ingin bertanya, apa yang kamu
pikiran dan frame pikirkan tentang ayahmu, ibumu, dan ibu tirimu
berfikir konseli sekarang?”
3. Menentukan Suatu “OK itu tadi beberapa pandangan Rendy tentang ayah,
Penjabaran dari ibu, dan ibu tiri Ganang. Kalau kamu cermati di dalam
system persepsi setiap pandangan itu bersifat negatif bukan? Ada kata-
kata benci, marah, kesal, kecewa, sedih..”
4. Mengidentifikasi “OK. Mari kita cari persepsi lain tentang permasalahan
persepsi alternative tersebut”
“Mungkin tidak semua pandangan yang Ganang
tujukan untuk beliau semua bisa saja 360o berkebalikan
dengan apa yang Ganang sudah pikirkan? Sekarang apa
saja pandangan positif yang dapat mungkin terjadi?”
5. Modifikasi frame “Sekarang bapak tanya, menurut Ganang mana dari cara
berfikir konseli pandang yang pertama atau cara pendang yang kedua
yang lebih dapat membuat Rendy tenang, ikhlas, dan tak
mendendam?”
6. Homework “Bagus…bapak harap Ganang juga dapat menerapkan
assignment dan selalu pandangan positif kepada apapun dan siapapun
Follow up juga. Dan bapak ingin kamu mulai sekarang benar-benar
menerapkan cara pandang yang kedua kepada ayah, ibu,
dan ibu tirimu. Dan tak hanya sampai di situ, bapak juga
harap kamu mulai berbaikan dan dapat ngobrol santai
dengan ayah dan ibu tirimu.”
“Lalu satu minggu lagi bapak ingin kamu menemui
bapak dan ceritakan lagi mengenai mereka? Kamu
bisa?”.
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK EMPTHY CHAIR
B. KARAKTERISTIK
Empty chair sebagai salah satu teknik dari pendekatan Gestalt ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. orientasi pada afektif dan tindakan
2. menekankan pada kesadaran disini dan sekarang
3. penekanan proses daripada isi
4. menuntut keaktifan konseli dalam mengekspresikan perasaannya
5. fokus pada permainan dialog konseli yang menggambarkan dirinya dan
tuntutan dari orang lain yang penting dalam hidupnya
6. pemusatan pada tanggung jawab konseli seberapa efektif akan keberhasilan
dalam pengungkapan perasaan konseli.
C. TUJUAN
Tujuan utama teknik kursi kosong bertujuan untuk membantu mengatasi
konflik interpersonal dam intrapersonal yang menggangggu totalitas
kepribadiannya (Thompson, 2004 dalam Gantina, 2011:318). Di samping itu ada
tujuan lain dari teknik ini, diantaranya :
1. supaya terjadi katarsis dalam diri konseli
2. mengungkapkan perasaan yang terpendam
3. memperlancar komunikasi
4. membantu konseli mencapai kesadaran yang lebih penuh dan
menginternalisasi konflik yang ada pada dirinya.
5. mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek yang coba
dibuang atau diingkari
D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam penggunaan Empthy chair ini
adalah
a. membantu konseli agar mengerti perasaan dari sisi dirinya yang mungkin
diingkari
b. untuk memahami unfinished bussines yang selama ini membebani dan
menghambat kehidupan konseli secara sehat
c. menyelesaikan introyeksi yang tertunda
d. membantu konseli mengungkapkan perasaan-perasaan yang bertentangan
dengan dirinya secara penuh
E. TAHAP-TAHAP
Grenberg dan Malcom (2002, dalam Gantina 2011:319) menjelaskan enam
langkah dalam menggunakan teknik kursi kosong, yaitu:
Konseli diminta mengidentifikasi orang yang menajadi sumber unfinished
business
Konseli merespon seperti yang ia yakini orang terbut akan merespon.
Konseli melakukan dialog sampai pada poin tercaipainya resolusi untuk
menyelesaikan unfinished business
Konseli memahami unfinished business dari figure to ground dalam kesadaran
konseli.
F. APLIKASI TERBATAS
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasionalisasi teknik “ baiklah aqid, terkaiat yang kamu ceritakan tadi bapak
mempunyai suatu cara yang nantinya dapat kita lakukan
untuk membantu aqid mengungkapkan perasaan dan
pengalaman kepada ayah aqid agar hal-hal yang
dirasakan aqid bisa lebih baik lagi, cara itu seperti
bermain peran dengan media kursi kosong, disana nanti
aqid akan mencoba memainkan peran sebagai diri aqid
sendiri sekaligus sebagai ayah aqid.”
2. mengidentifikasi “ okey dari yang kamu sampaikan tadi, dapatkah kamu
orang yang menajadi ceritakan lebih dalam lagi terkait ayah kamu yang sudah
sumber unfinished tidak kamu temui sejak kamu lulus SMP, hal-hal apa
business yang sekinya masih mengendap dan menjadi beban
dalam hidupmu?”
3. Mengindentifikasi “ jika kamu menjadi ayahmu, hal-hal apakah yang akan
respon seperti yang ia ia katakana terkait keinginanmu tadi, coba peragakan jika
yakini orang terbut perlu dengan mimik dan gaya bicara seperti ayahmu?”
akan merespon
4. Melakukan dialog top “ disini akamu akan coba membayangkan dan
dog dan under dog menghadirkan sosok ayah kamu duduk pada kursi kosong
sampai pada poin didepanmu ini, lalu cobalah kamu ungkapkan apa yang
tercaipainya resolusi menjadi keinginanmu, dan pindahlah ke kursi ayahmu,
untuk menyelesaikan dan katakana seperti yang apa yang mungkin ayahmu
unfinished business katakana, daj jawablah dengan menyampikan alasan
keinginannmu tadi. Bisakah kamu melakukannya?”
5. memahami unfinished “ baik kamu sudah mencoba berdialog, dan kamu juga
business dari figure to sudah mencoba merasakan menjadi ayahmu, lalu dari
ground dalam yan kamu pahami bagaimankah perasaan ayah kamu
kesadaran konseli terhdapmu?
6. Evaluai perasaan dan “ jika kamu sudah dapat memahami perasaan ayahmu,
pikiran konseli kamu juga harus belajar mengerti alasan-alasan yang
mungkin menjadi dasar akan tindakan yang
dilakukannya, lalu beerdasar hal tersbut bagaimankan
perasaanmu dan apa yang kamu pikirkan tentang
ayahmu?” bisakah kamu memahami dan memaafkannya
?”
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK SELF MANAGEMENT
B. TUJUAN
Agar individu secara teliti dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi
yang menghambat tingkah laku yang mereka hendak hilangkan dan belajar untuk
mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki. Dalam arti
individu dapat mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka sehingga
mendorong pada penginderaan terhadap hal-hal yang tidak baik dan
peningkatan hal-hal yang baik dan benar.
C. MANFAAT
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan pemberian teknik Self
Management ini adalah sebagai berikut:
1. Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan dan
perbuatan sehingga dapat berkembang secara optimal,
2. Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan perasaan
bebas dari kontrol orang lain,
3. Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada individu
maka dia akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi karena usahanya
sendiri dan lebih tahan lama, dan
4. Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang diarahkan
sendiri dan tidak tergantung lagi pada konselor untuk berurusan dengan
masalah mereka.
D. TAHAP-TAHAP
Thompson (2003:236-237) mengemukakan beberapa tahapan dalam
penerapan teknik self management, yaitu:
1. Menentukan target behavior yang akan ditingkatkan/diturunkan.
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK SOSIODRAMA
B. TUJUAN
Tujuan dari teknik sosiodrama Menurut Djamarah (2006: 88) adalah agar
siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, dapat belajar
bagaimana membagi tanggung jawab, belajar bagaimana mengambil keputusan
dalam situasi kelompok secara spontan, merangsang kelas untuk berpikir dan
memecahkan masalah.
Teknik sosiodrama lebih tepat digunakan untuk mencapai tujuan yang
mengarah pada :
1. Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan
kehidupan hubungan sosial. Sehubungan dengan itu maka materi yang
disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan materi yang bersifat konsep-
konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai,
mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.
2. Melalui permainan sosiodrama, konseli diajak untuk mengenali, merasakan
suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan
yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan akhirnya
mereka memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengadakan
penyesuaian sosial.
C. TAHAP-TAHAP
Sosiodrama dapat dilaksanakan oleh konselor atau guru yang sudah dilatih.
Kegiatan sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagian besar anggota kelompok
menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau bila ingin melatih atau
mengubah sikap-sikap tertentu. Berikut tahap – tahap dalam pelaksanaan teknik
sosiodrama (Romlah, 2001:104) :
1. Persiapan, dari mulai mempersiapkan konselor, tokoh-tokoh, topik yang akan
di bawakan, tujuan dari topic yang dibawakan pada sosiodrama itu. Fasilitator
mengemukakan masalah dan tema yang akan di sosiodramakan dan tujuan
permainan kemudian diadakan Tanya jawab untuk memperjelas masalah dan
peranan – peranan yang akan dimainkan
2. Membuat skenario
3. Menentukan kelompok sesuai naskah maksudnya menentukan kelompok
yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya dan memilih
individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran
dapat dilakukan secara sukarela setelah fasilitator mengemukakan ciri- cirri
atau rambu – rambu masing – masing peran, usulan dari anggota kelompok
yang lain atau berdasarkan keduanya.
4. Menentukan kelompok penonton untuk observasi. Kelompok penontonn
adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain, tugasnya
untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahan diskusi setelah permainan selesai
5. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi
kesempatan untuk berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri
bagaimana sosiodrama itu akan dimainkan setelah semuanya siap permaianan
bisa dimulai. Masing – masing pemain memerankan perannya berdasarkan
imajinasinya tentang peran yang dimainkan. Pemain diharapkan dapat
memperagakan konflik – konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan –
perasaan dan memperagakan sikap – sikap tertentu sesuai dengan peranan
yang dimainkan. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi yang
sebesar – besarnya antara pemain maupun penonton dengn aperan yang
dimainkannya.
6. Evaluasi dan diskusi, evaluasi dapat dilakukan dengan refleksi atau dengan
cara laiseg (layanan segera), laijapan (layanan jangka panjang). Diskusi
diarahkan untuk membicarakan tanggapan – tanggapan mengenai bagaimana
para pemain memainkan peranannya sesuai deng ciri masing – masing peran,
cara pemecahan masalah, dan kesan - kesan pemain dalam memainkan
peranannya. Balikan yang lengkap bisa melalui rekaman video yang diambil
pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali.
7. Ulangan permainan (rehersal), jika masih ada waktu permainan dapat diulang
kembali dengan pertukaran peran pemain. Dari hasil diskusi dapat ditentukan
apakah perlu diadakan ulangan permainan atau tidak.
1) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi drama yang
akan didramakan. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan
tahan lama.
2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif, serta Bakat yang
terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul
bibit seni drama dari sekolah, Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan
dan dibina dengan sebaik-baiknya.
3) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.
4) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain. (Djamarah, 2006: 89)
Kelemahan Sosiodrama:
1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama, menjadi kurang
kreatif.
2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman
isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bemain sempit menjadi
kurang bebas.
4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
bertepuktangan (Djamarah, 2006: 90).
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli dan Thayeb, Manrihu. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta:
Depdikbud.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice Counseling and Psychotherapy (8nd edition).
dalam bentuk ebook.
Djumhur & Moh. Surya. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : C.V
Ilmu
Gardner, Jerome R. 2002. Cognitive Behavior Managemant-Reframing. dalam bentuk
ebook.
Geldard, Kathryn and David. 2011. Ketrampilan Praktik Konseling: Pendekatan Integratif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartosujono. 2006. Diktat Modifikasi Perilaku. Yogyakarta : Universitas Sarjana Taman
Wiyata.
Jones, R.N. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi (terjemahan). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Komalasari, G; Wahyuni, E; dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta :
Indeks.
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press
Mappiere, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rifa’I, Ahmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang : Unnes
Press.
Romlah, Tatiek. 1989. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Jakarta : Depdikbud.
Thompson, Rosemary. 2003. Counseling Techniques (2rd edition). Dalam bentuk ebook
Winkel .2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia
Woho, Erhawi. 2004. Reframing : Kunci Hidup Bahagia 24 jam sehari. Jakarta : Gramadia.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.