Anda di halaman 1dari 60

2017

Portofolio
Teknik-Teknik Konseling
( teori dan contoh aplikasi penerapan )

Zakki Nurul Amin


Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Portofolio Teknik-teknik Konseling i

Buku portofolio Teknik-Teknik Konseling ini menjabarkan konsep dasar teknik


konseling yang dilengkapi juga dengan contoh aplikasi terbatas penerapan.
Sehingga harapannya dapat membantu pembaca untuk memahami konsep dan
contoh penerapan praktiknya.

Buku Portofolio Teknik-Teknik Konseling ini menjabarkan 8 teknik konseling


yang mencakup: Teknik Modelling, Relaksasi Desensititasi Sistematis, Asertif
Training, Behavior Contract, Refraiming, Empthy Chair, Self Management, dan
Sosiodrama.

Penulisan Portofolio Teknik-Teknik Konseling ini dirasa masih banyak


membutuhkan masukan dari para pembaca sekalian. Oleh karenanya penulis
sangat mengharapkan saran dan masukan.

Penyusun, Zakki Nurul Amin ©2017

Jurusan Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling ii

DAFTAR ISI

Pendahuluan .................................................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................................... ii

1. Teknik Konseling Modelling ................................................................................ 1

2. Teknik Konseling Relaksasi Desensititasi Sistematis ....................................... 13

3. Teknik Konseling Asertif Training ....................................................................... 23

4. Teknik Konseling Behavior Contract ................................................................... 31

5. Teknik Konseling Refraiming ............................................................................... 39

6. Teknik Konseling Empthy Chair .......................................................................... 45

7. Teknik Konseling Self Management .................................................................... 49

8. Teknik Konseling Sosiodrama .............................................................................. 53

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 3

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK MODELLING

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Modeling merupakan salah satu teknik konseling yang dikembangkan oleh
Albert Bandura yang berakar dari teori belajar sosial (sosial lerning). Menurut
Bandura (dalam Corey, 2007:221) teknik modeling merupakan observasi
permodelan, mengobservasi seseorang lainnya sehingga seseorang tersebut
membentuk ide dan tingkah laku, kemudian dijelaskan sebagai panduan untuk
bertindak. Bandura juga menegaskan bahwa modeling merupakan konsekuensi
perilaku meniru orang lain dari pengalaman baik pengalaman langsung maupun
tidak langsun, sehingga reaksi-reaksi emosional dan rasa takut seseorang dapat
dihapuskan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Cornier-cornier dalam Abimanyu
(1996:256) mengartikan modeling sebagai prosedur dimana seseorang dapat
belajar melalui mengobservasi tingkah laku orang lain, sebagai strategi terapi
untuk membantu klien memperoleh respon atau mnghilangkan rasa takut.
Sedangkan Gantina Komalasari dkk (2011:176) mengartikan modeling
merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi
tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, dan
melibatkan proses kognitif.
Modeling sebagai suatu proses pemadatan sekuensi ide dan tingkah laku
yang memungkinkan seseorang menyelesaikan suatu tugas. Dalam belajar,
modeling merupakan basis percepatan belajar juga merupakan suatu konsep bagi
proses memproduksi/membentuk perilaku yang dipelajari melalui
mengobservasi orang lain dan aktivitas/simbol selaku contoh sebagai alat
mempermudah perubahan tingkah laku. Modeling erat kaitannya dengan
observational learning yang merupakan sebuah konsep bagi proses dimana dengan
proses tersebut orang belajar dengan mengamati tingkah laku orang lain (yang
disebut model) atau suatu teknik belajar respon-respons baru melalui mengamati
kinerja orang lain (Mappiere, 2006).

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 4

Selain itu modeling juga terdapat kaitan dengan imitasi/meniru, akan tetapi
meniru tidak sama dengan modeling, karena modeling bukan hanya semata
meniru atau mengulangi apa yang dilakukan orang lain, dalam modeling
melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengalaman dan pengamatan sekaligus sebagai proses
kognitif (Bandura dalam Alwisol, 2006:350).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modeling
merupakan salah satu teknik konseling dimana seseorang belajar membuat dan
menerapkan perilaku baru melalui proses pengamatan, mengobservasi,
menggeneralisir perilaku orang lain (model), dimana dalam modeling ini juga
melibatkan proses kognitif dan kreatif bukan semata-mata meniru/imitasi saja.

B. JENIS
Bandura dalam Pavin&John (1997:472) membagi jenis-jenis modeling
menjadi dua, yaitu:
1. Live modeling with partisipan, penokohan langsung oleh seseorang sebagai
model.
2. Symbolic model, penokohan dengan simbol seperti film dan audio visual.
Corey menjabarkan jenis meodeling menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Live models, pemokohan langsung kepada orang yang dikagumi sebagai model
untuk diamati.
2. Symbolic models, menggunakan penokohan dengan simbol dai film atau audio
visual lain.
3. Multiple model, penokohan ganda yang terjadi dalam kelompok dimana
seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan dipelajari suatu
sikap baru setelah mengamati bagaimana anggota-anggota lain dalam
kelompok bersikap.
Cornier-cornier dalam Abimanyu (1996, 256-257) membagi jenis modeling,
menjadi :
1. Modeling langsung, penokohan langsung kepada seseorang sebagai model.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 5

2. Modeling diri sendiri, menggunakan diri sendiri sebagai model. Dapat disebut
pula pengaturan diri (self regulation), dimana individu dalam kegiatan belajar
mengamati perilakunya sendiri, menilai perilakunya sendiri dengan standar
yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri sendiri bila
berhasil ataupun gagal dam berperilaku (Rifa’i dan Chatarina, 2009:113).
3. Modeling partisipan, dilakukan dengan demonstrasi model, latihan
terpimppin, dan pengalaman-pengalaman sukses orang lain.
4. Modeling tersembunyi, dilakukan dengan meminta klien membayangkan
suatu model melakukan tingkah laku melalui instruksi-instruksi.
5. Modeling simbolis, penokohan dengan simbol seperti film dan audio visual.
6. Modeling kognitif, prosedur konselor menunjuk apa yang dikatakan oleh
orang lain pada diri mereka selagi mereka melakukan suatu tugas/perilaku.

C. TUJUAN
Menurut Bandura terdapat beberapa tujuan dari modeling, yaitu :
1. Development of new skill, artinya mendapatkan respon atau ketrampilan baru
dan memperlihatkan perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh
dari pengamatan dengan perilaku baru.
2. Facilitation of preexisting of behavior, menghilangkan respon takut setelah
melihat tokoh (bagi si pengamat).
3. Changes in inhibition about self axspression, pengambilan suatu respons-respons
yang diperlihatkan oleh suatu tokoh dengan pengamatan kepada model.

D. MANFAAT
Beberapa manfaat dan pengaruh dari modeling adalah sebagai berikut :
 Pengambilan respons atau ketrampilan baru dan memperlihatkannya dalam
perilaku baru.
 Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang
menimbulkan rsasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan berakibat
positif.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 6

 Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan


sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak ada
hambatan.
Jones (2011:434) juga mengemukakan beberapa fungsi dari teknik modeling
yaitu :
 Menghanbat dan menghilangakan atau mengurangi hambatan perilaku yang
sudah ada dalam repertoar.
 Sebagai fasilitasi respons, perilaku yang dijadaikan model dapat berfungsi
sebagai pengingat atau isyarat bagi orang untuk melakukan perilaku yang
sudah ada dala repertoarnya.
 Membangkitkan rangsangan emosional. Orang dapat mempersepsi dan
berperilaku beerbeda dalam keadaan kerenagsangan yang meningkat.
 Symbolic modeling membentuk gambaran orang tentang realitas sosial diri
dengan cara itu ia memotret berbagai hubungan manusia dan kegiatan yang
mereka ikuti.

E. TAHAP-TAHAP
Bandura (dalam Syamsu Yusuf, 2009:9) meyakini bahwa modeling
melibatkan empat proses, yaitu sebgai berikut:
1. Attentional, yaitu proses dimana observer/individu menaruh perhatian
terhadap perilaku atau penampilan model. Dalam hal ini sesorang cenderung
memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif, dan populer. Lebih
jauh lagi Jones (2011:435) menyebutkan variabel dari attention adlah,
karakteristik stimuli modeling (mencakup, ketersediaan, kekhasan,
atraktivitas personal, nilai fungsional) dan karakteristik pengamat
(mencakup, kapasitas sensorik, tingkat rangsang, kebiasaan perceptual, dan
reinforcement sebelumnya)
2. Retention, yaitu proses yang merujuk pada upaya individu untuk
memasukkan infomasi tentang model. Baik verbal maupun gmbar dn
imajinasi.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 7

3. Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat


mereproduksi respons atau tingkah laku model. Kemampuan mereproduksi
dapat berbentuk ketrampilan fisik atau kemampuan mengidentifikasi
perilaku model.
4. Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku model. Dalam proses ini
terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu reinforcement dan
punishment.
5. Vicarious Learning, yaitu proses belajar dengan cara mengobservasi
consequence tingkah laku orang lain. Seseorang akan mengamati hal-hal yang
menjadi akibat/konsekuensi yang didapat orang lain untuk diggunakannya
sebagai patokan dalam berperilaku.

F. TAHAPAN/LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN TEKNIK


Langkah-langkah proses modeling dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Gantina Komalasari dkk, 2011:179):
 Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model)
 Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konslei yang
memiliki kesamaan seperti usia, status ekonomi, dan penampilan fisik.
 Bila mungkin gunakan lebih dari sati model.
 Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat
perilaku konseli.
 Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral rehearsal, dan
penguatan.
 Pada saat konslei memperhatikan penampilan tokoh berikan penhuatan
alamiah.
 Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model secara
tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah. Bila
tidak maka buat perencenaan pemberian penguatan untuk setiap peniruan
tingkah laku yang tapat.
 Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari
yang paling mudah ke yang lebih sukar.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 8

 Scenario modeling harus dibuat ralistik.


 Melakukan pemodelan dmana tokoh menunjukkan perilaku yang
menimbulkan rasa takut bagi konseli (Dengan sikap manis, perhatian, bahsa
yang lembut, dan perilaku yang menyenangkan).
Sementara secara umum, langkah-langkah dalam penerapan teknik
modeling adalah sebgai berikut:
1. Telaah masalah, telaah masalah disini merupkan analisis tingkah laku konseli
dan tingkah laku lingkungan konseli. Dalam pendekatan behavior tingkah
laku konseli harus dijabarkan secara spesifik konkrit tidak berlabel, dapat
diamati, dan dapat diukur.
2. Merumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
3. Menentukan model dan cara modeling. Dalam teknik ini, ada persyaratan
juga yang harus dipenuhi seseorang untuk menjadi model, seperti :
karekteristiknya sesuai dengan perilaku yan akan dikembangkan, sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku, usia yang sebaya, menarik, dan
favorit.
4. Melakukan modeliling / perilaku. Konselor mananyakan sikap perasaan, dan
meberi motivasi.

G. APLIKASI TERBATAS (VERBATIM)


Secara umum tahap dalam proses konseling mengacu pada positive asset
research terdiri dari tahapan :
1. Mengawali pertemuan (Attending, Rapport, Opening, Structuring)
2. Pengumpulan data, penggambaran cerita hidup, masalah, dan kekuatan
konseli (Lead, Restatement, Paraprashing, Reflection of Feeling, Clarification,
Lead)
3. Perumusan tujuan, merumuskan apa yang hendak dicapai/ingin didapatkan
dari proses konseling.
4. Working, tahap bekerja dan mengupayakan perubahan serta penyelesaian
masalah konseli. pada tahap ini dapat digunakan teknik-teknnik konsleing
untuk mengupayakan perubahan yang bersifat kognitif, perilaku, dan afektif.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 9

(Eksplorasi alternative, Reasurance, Interpretation, confrontation, advice,


Rejection)
5. Pengakhiran, mengakhiri sesi konseling (Generalisasi, summary, termination)
Dalam bahasan ini akan dicoba dijabarkan mengenai deskripsi tahapan
teknik modeling, tantunya teknik ini digunakan setelah konselor membangun
rapport dan melakukan tahapan proses konseling dari mengawali pertemuan
sampai akan memasuki tahap working dan menilai teknik modeling sesuai dan
dapat dilakukan untuk membentu penyelesaian masalah konseli :

No. Tahap Karakteristik Tahap Deskripsi Spesifikasi


Konsep
1. Attentional  Individu memperhatikan (Contoh permasalahan :
secara penuh pada Siswa takut dan malu
model/tingkah laku yang mengungkapkan pendapat
akan dicontoh. dikelas jenis Modeling : Live
 Cenderung memperhatikan modeling with participant)
model yang menarik, seusia Konselor meminta konseli
dengan konseli. mengamati teman
sekelasnya yang aktif
mengungkapkan pendapat
dikelas. Mengamati
bagaimana teman
sekelasanya bertanya, apa
yang dilakukan sebelum
dan sesudah bertanya.
2. Retention  Mengingat, menyimpan, dan Pada sesi konseling
menggeneralisir informasi berikutnya, konselor
serta karakteristik model meminta konseli
yang akan ditiru. mengungkapkan
 Mulai mengimitasi/meniru informasi/hal apa yang
tingkah laku model (in vivo didaptkan dari
_dalam ruangan) pengamatan terhadap
teman sekelasnya tersebut.
Konselor dan konseli
bersama-sama
menggeneralisir perilaku
dari model.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 10

Konselor meminta konseli


untuk mulai melakukan
dan mencoba melakaukan
perilaku seperti model.
3. Produksi  Individu menunjukkan Konseli mulai mencoba
perilaku seperti model. menunjukkan perilaku
seperti model, dan
mencoba
bertanya/mengungkapkan
pendapat dikelas.
4. Motivasi  Pemberian reinforcement Pada sesi konseling
pada individu yang teleh berikutnya, konselor
menunjukkan perilaku bertanya tentang apa yang
model. telah dilakukan konseli.
 Individu mengevaluasi Apakah konseli telah
apakah perilaku cocok atau berani mengungkapkan
tidak dengan dirinya. pendapat dikelas atau
 Individu dalam meniru belum. Jika belum maka
perilaku terdapat proses konselor kembali pada
kreatif dan kognitif terhadap tahap retention dan kembali
perilaku yang akan dibentuk. mengupayakan terjadinya
 Individu terdorong perubahan perilaku
melakukan tingkah laku konseli.
karena mendapat Jika sudah besama dengan
reinforcement. konseli, konselor
mengevaluasi tentang
perilaku yang telah
dilakukan oleh konseli.
Bagaimana prosesnya dan
apa hal yang mengikuti
setelah konslei melakuka
perilaku yang dikehandaki.
Konselor memberikan
reinforcement terkait
konseli yang telah
menunjukkan perilaku
yang dikehandaki,
memberikan motivasi
untuk meningkatkan
perilaku tersebut.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 11

5. Vicarious  Belajar dengan cara Konselor meminta konseli


Learning mengobservasi consequence untuk dapat
tingkah laku orang lain. mengembangkan perilaku
yang dikehendaki tersebut
dengan cara mengamati
dan memperhatikan
konsekuensi/hasil yang
diperoleh orang
lain/model setelah
melakukan perilaku yang
dikehendaki.
Mengevaluasi dan
menggenarilisir
konsekuensi untuk
memunculkan dan
mengembangkan perilaku
yang dikehandaki.

Selanjutnya, akan coba dijabarkan aplikasi terbtas contoh verbatim yang


dikatakan oleh konselor dari setiap langkah/tahapan penerapan teknik modeling,
tentunya sebelum melangkah pada tiap tahapan penerapam teknik modeling,
konselor juga haruslah menerapakkan ketrampilan dasar konseling seperti yang
talah dijabarkan dalam positive asset reserach:

NO. TAHAPAN VERBALISASI


1. Telaah masalah Menelaah masalah dari aspek diri konseli :
“ baiklah dek anton, dapatkah dek anton menceritakan
labih jelas lagi terkait permasalahan dek anton yang
merasa takut dan tidak berani bila akan mengungkapkan
pendapat di depan kelas?”
Menelaah masalah dari aspek lingkungan konseli:
“ lalu bagaimanakah sikap guru dan teman dek anton
yang membuat dek anton takut untk berpendapat di
kelas?“
2. Merumuskan tujuan “ baiklah dek anton, dari permasalah yang dijelaskan dek
dan sasaran yang anton tadi, mari kita bersama-sama mendiskusikan
akan dicapai. tujuan apa yang sekiranya akan kita capai dalam
konseling kali ini “

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 12

(Dilanjutkan “ baiklah, harapannya dengan konseling ini dek anton


rasionalisasi akan mampu mencoba dan berani mengungkapkan
modeling) pendapat di depan kelas, terkait hal tersebut bapak
mempunyai suatu cara yang sekiranya dapat dek anton
lakukan agar dapat mencapai tujuan dek anton tadi, cara
itu dengan belajar mengamati perilaku dan mencoba
mengembangkan perilaku orang lain, mungkin teman
dek anton, yang dek anton rasa dapat dijadikan contoh
untuk berani mengungkapan pendapat didepan kelas.
Apakah dek anton punya teman yang aktif di kelas dan
sekiranya dapat dek anton mintai tolong sebagai
contoh?”
3. Menentukan model “ Okey, sesuai apa yang kamu ungkapkan, kamu dapat
dan cara modeling mencoba mengamati perilaku diego ketika
mengungkapkan pendapat di depan kelas, dek atna juga
bisa bertanya-tanya kepada diego hal-hal yang mungkin
bisa membantu agar dapat berani mengungkapan
pendapat. Bisakah dek atna lakukan”
4. Melakukan Dilakukan sesuai tahap-tahap modeling, peran
modeliling / perilaku konselor disini sebagai evaluator, fasilitator untuk
memantau perkembangan perilaku konseli, dan
memberi motivasi kepada konseli.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 13

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Relaksasi dan Desensitisasi pada hakikatnya termasuk dalam teknik
behavioral classic. Menurut pendapat Cormier dan Cormier, 1985 (dalam
Abimanyu dan Manrihu, 1996:320) Relaksasi dapat diartikan sebagai usaha untuk
mengajari seseorang untuk relaks, dengan menjadikan orang itu sadar tentang
perasaan-perasaan tegang dan perasaan-perasaan relaks kelompok-kelompok
otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut, dan
kaki. Sedangkan menurut Suryani, 2000 (dalam Lutfi Fauzan, 2009) Relaksasi
merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental
sehingga menjadi rileks.
Teknik relaksasi dalam konseling merupakan gabungan dari beberapa atau
satu spesifik latihan relaksasi. Lebih sering merupakan combinasi dari deep
breathing, muscle relaxation, and visualization techniques yang telah terbukti mampu
menurunkan ketegangan otot dan tensi saat tubuh sedang mengalami stress dan
kecemasan (Gardner, 2002:4). Dalam perkembangan selanjutnya teknik relaksasi
juga dapat dikombinasikan dengan teknik-teknik behavioral lain seperti
desensitisasi sistematis, assertion training, self management progam, meditasi,
aoutogenic training dan teknik-teknik lain yang terkait, dalam relaksasi klien
diberikan instruksi yang dapat membuat mereka merasa lebih relaks (Corey,
2009). Relaksasi dapat membantu menangani asma, sakit kepala, hipertensi,
insomnia, irritable bowel syndrome, dan panic disorder.
Desensitisasi sistemis berlatar belakang dari prinsip-prinsip classical
conditioning, yang dikembangankan oleh Joseph Wolpe dengan tujuan
mengajarkan srategi menekan kecemasan dan kemampuan mengontrol diri klien
(Corey, 2009; Thompson, 2003). Desensitisasi sistematis dilakukan dengan
melemahkan kekuatan stimulus penghasil kecemasan dan gejala kecemasan bisa
dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus, melibatkan teknik
relaksasi dengan melatih konseli untuk santai dan mengasosiasikan keadaan

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 14

santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau


divisualisasikan (Gantina dkk, 2011:193). Klien membayangkan situasi yang
membangkitkan kecemasan, dan diwakti yang sama membayangkan pula
perilaku yang bertentangan dengan kecemasan tersebut (Corey, 2009).
Desensitisasi sistematis cocok digunakan untuk menangani fobia-fobia,
kecemasan dan ketakutan.

B. JENIS
Lichstein (1988, dalam Luthfi Fauzan, 2009), mengemukakan jenis-jenis teknik
relaksasi antara lain:
1. Autogenic Training
Yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery)
sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala,
dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan
tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau
rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan
pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang
meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, yang
tenang dan sebagainya.
2. Progressive Training
Adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang
agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan
adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada
beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan,
maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan
emosi menurun dan demikian sebaliknya.
3. Meditation
Adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau
perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran
pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan
dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 15

berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri


dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus
menyisakan suatu kesadaran diri yang tetap terjaga, meskipun nampaknya
orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak
bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga
dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman,
keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi
fisik/tubuh.

Sedangkan Gardner (2002) menjelaskan tentang latihan relaksasi dapat dilakukan


dengan :
1. Abdominal Breathing
Dilakukan dengan menghela nafas dengan mata terpejam dan menenangkan
pikiran, dilakuakan sampai menghasilkan ketenangan dalam diri.
2. Progressive Muscle Relaxation
Teknik relaksasi yang dilakukan dengan melibatkan dan menggerakkan
berbagai komponen otot dan bagian spesifik tubuh, misalnya : lengan, kepala,
tangan, bahu, atau bagian tubuh lain.
3. Simultaneous Contractions
Konsep yang sama dengan progressive muscle relaxation akan tetapi
dilakukan dengan waktu yang lebih singkat dengan gerakan simultan.
4. Cue-controlled relaxation
Mengkombinasikan abdominal breathing dengan sugesti verbal yang
menimbulkan ketenangan.
5. Visualizing
Dengan membayangkan atapun secara langsung membuat tempat yang
nyaman, tempat yang damai, dengan warna, suasana, aroma yang
menenagkan.
6. Peaceful scenes
Mendatangi langsung tempat yang dianggap nyaman, seperti danau, laut,
taman, dsb.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 16

C. TUJUAN
Tujuan Relaksasi antara lain untuk :
 Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak
tidur,sakit kepala disebabkan tekanan dan asthma.
 Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik dan aspek psikologis.
 Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian
sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang
menegangkan.

Selanjutnya Tujuan teknik desensitisasi sistematis yaitu :


 Teknik desensitisasi sistematis bermaksud mengajar konseli untuk
memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami
konseli.
 Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi
atau masalah sosial.
 Menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks.
 Menghapus tingkah laku negatif seperti kecemasan.

D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan teknik relaksasi
memiliki adalah sebagai berikut:
1. Memberikan ketenangan batin bagi individu.
2. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.
3. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.
4. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi
nyenyak.
5. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
6. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 17

7. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan.
8. Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
9. Bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan
tidak enak badan.
10. Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi
merokok.
11. Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan
mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan
kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara atau sebagainya
12. Meningkakan hubungan antar personal.

Sedangkan teknik desensititasi sistematis dapat bermanfaat untuk :


1. Menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan
respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan
pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat
dihilangkan secara bertahap.
2. Menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan
respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
3. Desensitisasi sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi
kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat
diterapkan pada masalah lain.
4. Dengan teknik desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau
mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya.
5. Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari
tanpa harus ada konselor yang memandu.
6. Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus
perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan
disertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat
dihilangkan secara bertahap.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 18

7. Desensitisasi sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi


kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat
diterapkan pada masalah lain.
8. Dengan teknik desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau
mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya.
9. Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari
tanpa harus ada konselor yang memandu.

E. TAHAP-TAHAP
Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan beberapa
persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan yang tenang atau
tidak mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak mengikat, perut yang tidak
sedang kelaparan atau kekenyangan, serta tempat yang nyaman dan tepat untuk
mengambil posisi tubuh. Bisa pula ditambahkan aromatherapy dan alunan musik
klasik dalam pelaksanaan teknik relaksasi.
Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan duduk di lantai atau
kursi, berdiri auatupun berbaring yang penting dapat membawa konseli ke
keadaan rileks atau istirahat serta berguna untuk memperbaiki postur tubuh yang
salah.
Sedangkan Desensitisasi sistematis mempunyai tiga elemen pokok (Jones,
2011:460 ; Thompson, 2003: Corey, 2009) yaitu (1) latihan relaksasi otot dalam (2)
menyusun hierarki/jenjang-jenjang stimuli yang membangkitkan kecemasan (3)
setelah relaks, meminta konseli untuk membayangkan item-item dari hiererki
stimuli yang membangkitkan kecemasan tersebut.
Ketiga pokok tersebut dijabarkan kedalam beberapa langkah seperti berikut :
 Melatih relakasasi konseli dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh
dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut,
dada, dan anggota badan bagian bawah.
 Konseli mempraktikkan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai
dengan cepat.
 Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 19

 Menyusun tingkat kecemasan


 Membuat daftar situasi yang memunculkan/meningkatkan taraf kecemasan
mulai dari yang paling rendah-paling tinggi.
 Pelaksanaan desensitisasi konseli dalam keadaan santai dan mata tertutup.
 Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada satu situasi yang netral,
menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli santai diminta
membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat yang
paling rendah. Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang
memunculkan rasa cemas, dan dihentikan.
 Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai, diminta
membayangkan lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dari sebelumnya.
 Terapi selesai bila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi
yang sebelumnya paling mengelisahkan dan mencemaskan.

F. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN


Kelemahan teknik Relaksasi-Desensitisasi:
 Kedua teknik ini memerlukan waktu yang cukup lama agar konseli dapat
benar-benar merasa rileks dan merasa nyaman dari kecemasan-
kecemasannya. Terlebih pada teknik desensititasi seteleh konselor
meminta konseli menyusun jenjang hierarki kecemasan, dalam proses
konseli tahapan-tahapan jenjang hierarki tersebut harus ditratment dulu
mulai dari jenjang rendah sampai jenjang/tingkatan tertinggi.
 Dalam relaksasi membutuhkan lingkungan yang kondusif dan sarana
prasarana yang mendukung terciptanya kenyamanan dan situasi relaks.
 Jika konselor tidak cakap dalam memberikan instruksi saat teknik relaksasi
tidak dapat maksimal.
 Dalam teknik desensititasi konselor perlu membuat format-format yang
sangat detail terkait kecemasan-kecemasan konseli, sehingga teknik ini
termasuk teknik yang cukup susah dilakukan.
Kelebihan teknik Relaksasi-Desensititasi:

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 20

 Apabila dilakukan dengan tahap yang benar, teknik relaksasi dapat secara
efesien terbukti menurunkan kecemasan dam ketegangan serta membuat
konseli lebih relaks.
 Secara efektif membuat konseli memahami kecemasannya dari kecemasan
yang ringan sampai yang berat.

G. APLIKASI TERBATAS
Tahapan Relaksasi
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasional “ Baiklah, terkait masalah felan yang merasa cemas ketika
felan sedang berjalan mengendarai motor, Bapak
mempunyai suatu cara yang mungkin bisa diterpakan
untuk mengurangi rasa cemas yang felan rasakan. Cara
tersebut dikenal dengan relaksasi, mungkin felan pernah
mendengar kata teresbut, cukup familiar bapak rasa.
Relaksasi tujuannya agar felan merasa lebih rileks, santai
dan tenang. Relaksasi inipun nantinya dapat felen
lakukan pada setiap kondisi dimana felan merasa takut
atau cemas akan suatu hal, konsep yang akan bapak
ajarkan disini terkait relaksasi pikiran dan otot.”
2. Instruksi tentang “perlu felen ketahui juga, dalam relaksasi felan
pakaian diharapkan menggunakan pakaian yang nyaman dan
membuat badan felan juga rileks”
3. Menciptakan “ lingkunganpun usahakan felan berada dalam ruangan
lingkungan yang yang nyaman, tenang, sejuk. Hal itu akan sangat
nyaman mendukung keberhasilan relaksasi yang dilakukan felan.
Jikapun tidak, buatkah diri dan pikiran felan senyaman
dan setenang mungkin”
4. Konselor “ tekait dengan relaksasi pikiran dan perasaan, felan
memberikan contoh perlu membuat pikiran felan setenang mungkin,
latihan relaksasi senyaman mungkin, bisa dengan membayangkan hal-hal
yang membuat felan nyaman.
Selanjututnya untuk relaksasi otot, felan bisa mencoba
untuk mengencangkan dan mengendorkan otot agar
merasakan perasaan yang lebih rileks, felen juga perlu
mengatur ketenangan dalam bernafas”

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 21

5. Instruksi-instruksi “ baiklah, setelah beberapa hal yang bapak sampaikan


untuk relakasasi tadi, kita akan bersama untuk mencoba mempraktikkan
relaksasi. Sudah siapkah felan?”
(Sembari meminta konseli berbaring, ataupun jika
duduk duduk pada posisi senyaman mungkin,
dapat sembari manyalakan alunan music yang
menenangkan)
“Coba pejamkan mata anda, dan resapi apa yang akan
saya katakana. Buatlah badan, pikiran, dan perasaan
anda senyaman yang anda dapat rasakan. Coba buat
kondisi anda senyaman mungkin, serileks mungkin,
setenang mungkin….”
“ aturlah nafas anda, tarik nafas, dan keluarkan perlahan,
serta rasakan bahwa setiap hembusan nafas anda semakin
membuat anda rileks, jauh lebih rileks…. Bayangkan hal-
hal yang memebuat anda nyaman, rileks, mingkin
suasana pantai yang indah, semilir angin pegunungan,
damainya taman bunga, buat hal itu senyata mungkin,
hanya anda tanpa ketakutan anda, hanya anda dengan
kenyaman anda”
“Coba pusatkan pikiran anda pada bahu anda, rasakan
bahu anda yang tadinya merasa tegang, rasakan disetiap
hembusan nafas anda membuat bahu anda lebih nyaman,
rileks, jauh lebih rileks”
6. Howework asigment “ baik felan, begitulah cara relaksasi untuk melatihnya
dan tindak lanjut kamu bisa mencoba dirumah untuk mengurangi
kecemasanmu “

Tahapan Desensititasi
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. mengidentifikasi “oky felan, terkait masalah kecemasan yang kamu alami
situasi yang tadi, mari kita coba bicarakan lebih dalam lagi terkait
berhubungan dengan situasi yang membuat kamu takut/cemas.”
ketakutan/kecemasan
2. Memilih kecemasan “baiklah, dari apa yang kamu sampaiakan tadi, jika ada
tersebut dari skala 0- skala 0-100 pilihah situasi-situasi yang membuat kamu
100, hierarki cemas, dari yang paling rendah sampai yang palin
kecemasan tinggi, dalam artian kamu mengalami kecemasan
puncak, lalu berikanlah prosentase dan nilai untuk
masing-masing situasi yang kamu alami “

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 22

3. Menyusun hierarki “ okey, kamu sudah mengungkapkan beberapa situasi


kecemasan akhir, yang membuat kamu merasa cemas dan takut, dari
yang spesifik, dan situasi-situasi terbut mari kita susun dan coba buat
mudah dibayangkan sebuah tingkatan situasi yang spesifik dan mudah
dibayangkan “
4. Mendiskusikan “jika tadi kita telah berdiskusi tentang hal-hal yang
gambaran tenang membuat kamu cemas, lalu bapak juga ingin
konseli mengetahui, ha apa yang sekiranya membuat kamu
nyaman, tenang, hal yang paling kamu sukai”
5. Melakukan relaksasi “ sekarang kita akan coba melakukan relaksasi, seperti
yang bapak ajarkan diwaktu yang lalu, dan kamu juga
sudah berlatih dirumah, apakah kamu sudah siap “
6. Membayangkan (Setelah konseli benar-benar merasa rileks)
hierarki kecemasan “ coba bayangkan (hierarki kecemasan pertama) kamu
dari yang paling berada diluar rumah dan melihat jalan raya yang ramai
rendah sampai yang dan padat kendaraan “
paling tinggi (apabila konseli dalam membayangkan tidak
merasa cemas, lanjutkan pada hierarki yang lebih
tinggi, apabila konseli merasa cemas, arahkan pada
kondisi tenang konseli, dan jika beberapa kali tetap
mengalami kecemasan, hentikan sementara dan
lanjutkan apabila konseli sudah siap dan lebih
rileks)

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 23

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK ASERTIF TRAINING

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Dalam kehidupan sosial, antara individu satu dengan individu lain
mempunyai hak-hak rasional, seperti setiap orang berhak menyatakan perasaan,
fikiran, kepercayaan sesuai dengan apa yang diinginkan, berhak menolak sesuatu
yang tidak diinginkan, dan berhak mengembangkan hubungan sosial yang saling
menguntungkan dengan orang lain. Dalam mengungkapkan hak-hak tersebut,
individu memiliki 3 cara, yaitu mengkomunikasikan secara pasif, asertif, atau
agresif. Apabila passive, individu tersbut cenderung tidak melakukan apapun,
dan memendam dalam hati saja. Apabila Agresif, individu tersebut cenderung
menantang dan menyerang pribadi orang lain. Sedangkan apabila Asertif,
individu tersbut bersikap lugas, santun, tegas, dan tanpa menyerang pribadi
orang lain.
Asertif pertama kali dijelaskan oleh Andrew Salter pada tahun 1940an
sebagai keingiinan dalam penyampaian keinginan diri. Wolpe (1958) dan Lazarus
(1966) (dalam Gardner, 2002:4) mengungkapkan kembali bahwa perilaku asertif
adalah mengekpresikan, mengungkapkan perasaan dan keinginan secara tepat
dan benar. Asertivitas merupakan suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan
apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap
menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Sejalan dengan
pengertian diatas Corey (1995: 87) menyatakan bahwa asumsi dasar dari
pelatihan asertifitas adalah bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
mengungkapkan perasaannya, pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya
terhadap orang lain dengan tetap menghormati dan menghargai hak-hak orang
tersebut.
Sedangkan Lutfi Fauzan (2010) berpendapat bahwa latihan asertif
merupakan latihan keterampilan-sosial yang diberikan pada individu yang
diganggu kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya, terlalu lemah,

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 24

membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu mengekspresikan


amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Latihan Asertif
merupakan ketrampilan mengekspresikan, mengkomunikasikan, dan
menegakkan hak individu yang rasional secara tepat kepada orang lain dan
dengan tetap menghormati dan menghargai hak-hak rasional orang lain. Alberti
dan Emmons (2001, dalam Jones 2011:468) juga berpendapat bahwa asertif bukan
hanya menekankan pada perilaku verbal, tetapi juga komponen-komponen lain
seperti kontak mata, postur tubuh, getur, ekspresi wajah, warna, infleksi dan
volume suara, dan kelancaran dan timing asersi.
Keasertifan atau kelugasan merupakan kemampuan untuk menyadari
keinginan dan perasaan diri dan untuk mempertahankan hak-hak diri tanpa
perlu melanggar hak orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Kemampuan
untuk bersikap asertif (lugas) adalah bagian penting dalam membuat batasan
tentang diri sendiri dalam suatu hubungan atau transaksi sosial. Keasertifan diri
menyatakan pernyataan akan kebutuhan, perasaan, dan hak hak anda yang
sesuai dengan yang anda inginkan.

B. TUJUAN
Beberapa tujuan penggunaan teknik ini adalah sebagai berikut (Lutfi
Fauzan, 2010) :
a. Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara
sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain.
b. Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa
menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku seperti
apa yang diinginkan atau tidak
c. Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara
sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaanya terhadap perasaan dan hak
orang lain
d. Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan
mengekspresikan dirinya dengan enak dalm berbagai situasi sosial

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 25

e. Menghindari kesalah pahaman dari pihak lawan komunikasi


f. menyenangkan orang lain dan menghindari konflik dengan segala akibatnya.

C. MANFAAT
Adapun manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu:
a. Melatih individu yang tidak dapat menyatakan kemarahan dan kejengkelan
b. Melatih individu yang mempunyai kesulitan untuk berkata tidak dan yang
membiarkan orang lain memanfaatkannya
c. Melatih individu yang merasa bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk
menyatakan pikiran, kepercayaan, dan perasaan-perasaannya
d. Melatih individu yang sulit mengungkapkan rasa kasih dan respon-repon
positif yang lain
e. Meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri
f. Membantu untuk mendapatkan perhatian dari orang lain
g. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan
h. Dapat berhubungan dengan orang lain dengan konflik, kekhawatiran dan
penolakan yang lebih sedikit

D. HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN


Bebarapa hal yang penting diperhatikan serta sebagai hambatan dari
penggunaan teknik asertif training seperti:
1. Hambatan Mental Individu
Perasaan segan konseli, perasaan takut menyakiti, perasaan berdosa setiap
kali tidak meng-iya-kan orang lain, merasa tidak terpuji ketika mengatakan
tidak kepada orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai atau
diterima.
2. Hambatan Budaya
Budaya timur yang menganut nilai tenggang rasa, sungkan, dan rasa tidak
enakan terhadap orang lain.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 26

E. TAHAP-TAHAP
Prosedur dasar dalam asertive training (Lutfi Fauzan, 2010):
1. Mengajarkan perbedaan antara asertif, agresif, non agresif dan sopan.
2. Membantu individu mengidentifikasi dan menerima hak-hak pribadi dirinya
dan orang lain.
3. Mengurangi hambatan kognitif dan afektif yang menghambat aktualisasi sikap
asertif.
4. Mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara langsung melalui
praktek-praktek di dalam pelatihan.
Prosedur dasar dalam pelatihan asertif menyerupai beberapa pendekatan
perilaku dalam konseling. Prosedur-prosedur ini mengutamakan tujuan-tujuan
spesifik dan kehati-hatian, sebagaimana diuraikan Osipow dalam A Survey of
Counseling Methode (1984):
a. Menentukan kesulitan konseli dalam bersikap asertif
Dengan penggalian data terhadap klien, konselor mengerti dimana
ketidakasertifan pada konselinya. Contoh: konseli tidak bisa menolak ajakan
temannya untuk bermain voli setiap minggu pagi padahal ia lebih menyukai
berenang, hal itu karena konseli sungkan, khawatir temannya marah atau
sakit hati sehingga ia selalu menuruti ajakan temannya.
b. Mengidentifikasi perilaku yang diinginkan oleh klien dan harapan-
harapannya.
Diungkapkan perilaku/sikap yang diinginkan konseli sehubungan
dengan permasalahan yang dihadapi dan harapan-harapan yang
diinginkannya.
c. Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
Konselor dapat menentukan perilaku yang harus dimiliki konseli untuk
menyelesaikan masalahnya dan juga mengenali perilaku-perilaku yang tidak
diperlukan yang menjadi pendukung ketidakasertifannya
d. Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan dan yang
tidak dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan masalahnya.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 27

Setelah konselor menentukan perilaku yang dibutuhkan dan yang tidak


dibutuhkan, kemudian ia menjelaskannya pada konseli tentang apa yang
seharusnya dilakukan dan dihindari dalam rangka menyelesaikan
permasalahannya dan memperkuat penjelasannya.
e. Mengungkapkan ide-ide yang tidak rasional, sikap-sikap dan
kesalahpahaman yang ada difikiran konseli.
Konselor dapat mengungkap ide-ide konseli yang tidak rasional yang
menjadi penyebab masalahnya, sikap-sikap dan kesalahpahaman yang
mendukung timbulnya masalah tersebut.
f. Menentukan respon-respon asertif/sikap yang diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahannya (melalui contoh-contoh).
g. Mengadakan pelatihan perilaku asertif dan mengulang-ulangnya.
Konselor memandu konseli untuk mempraktikkan perilaku asertif yang
diperlukan, menurut contoh yang diberikan konselor sebelumnya.
h. Melanjutkan latihan perilaku asertif
i. Memberikan tugas kepada konseli secara bertahap untuk melancarkan
perilaku asertif yang dimaksud.
Untuk kelancaran dan kesuksesan latihan, konselor memberikan tugas
kepada konseli untuk berlatih sendiri di rumah ataupun di tempat-tempat
lainnya.
j. Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan.
Penguatan dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa konseli harus dapat
bersikap tegas terhadap permintaan orang lain padanya, sehingga orang lain
tidak mengambil mafaat dari kita secara bebas. Selain itu yang lebih pokok
adalah konseli dapat menerapkan apa yang telah dilatihnya dalam situasi
yang nyata.

Namun secara garis besar, prosedur dan tahapan penerapan teknik asertif
adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian rasionel penggunaan teknik asertiv.
2. Mendiskusikan perilaku agresif, pasive, dan asertiv.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 28

3. Berlatih membedakan pernyataan dan perilaku agresif, pasive, dan asertive.


4. Memfasilitasi konseli untuk belajar perilaku non verbal dalam latihan
asertive.
5. Bermain peran/modelling.
6. Tugas rumah (home work achievement)

F. APLIKASI TERBATAS
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasionalisasi “ Baiklah dek atna, terkait masalah dek atna yang tidan
berani mengutarakan keinginannya kepada guru dek
atna untuk meminta kejelasan sikap guru dek atna,
Bapak mempunyai suatu cara yang dapat coba kita
lakukan agar dek atna berani dan mampu mengutarakan
keinginan dek atna tersbut secara baik dan benar”

“Latihan ini akan mengajarkan dek atna untuk mampu


dan berani mengutakan keinginan dek atna kepada guru
dek atna secara baik dan benar, kita akan bersama-sama
mencoba melatih untuk dapat berkata dan
mengungkapan pesan secara asertif (baik, lugas, dan
tenang)”
2. Mendiskusikan “Baik dek atna, dalam kehidupan keseharian pada
perilaku agresif, dasarnya setiap orang mengungkapkan keinginan dan
pasive, dan asertiv. pesan kepada orang lain melalui tiga cara, yaitu agresif,
passive, dan assertive “

“Agresif, mengungkapkan pesan cenderung secara


menantang dan menyerang pribadi orang lain. Apabila
passive, cenderung tidak melakukan apapun, dan
memendam dalam hati saja. Dan assertive, bersikap
lugas, santun, tegas, dan tanpa menyerang pribadi orang
lain”
“Contohnya Bapak berikan apabila kita sedang dirumah
makan dan sedang menunggu makan, orang yang agresif
akan mengatakan: Ibuk cepat makanan saya mana kenapa
lama sekali tidak datang2 saya sudah menunggu lama
!!!!!

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 29

Apabila passive, dia hanya diam saja dan menggerutu


dalam hati: wah lebih baik tadi tidak makan disini saja,
pesannya lama sekali, hmmm….
Dan Asertive: Maaf Ibuk, saya sudah memesan makanan
beberapa waktu yang lalu akan tetapi tidak datang2.
Apakah makanan yang saya pesan masih lama ?”
3. Membedakan “Baik dek atna, dari beberapa contoh pernyataan dan
pernyataan dan perilaku yang kita diskusikan tadi, menurut dek atna
perilaku agresif, bagaimana pernyataan dan perilaku agresif, passive, dan
pasive, dan asertive assertive itu? Sudahkah dapat dibedakan”
4. Memfasilitasi konseli “ Bagus tepat sekali, sekarang mari kita bersama-sama
untuk belajar belajar dan berdiskusi tentang beberapa pernyataan dan
perilaku non verbal perilaku asertiv yang terkait dengan permasalahan dek
dalam latihan asertive atna. Kita juga akan belajar dalam penyampaian secara
tenang, intonasi yang baik, eye contact yang baik, serta
gesture tubuh yang baik pula”
5. Bermain “ Sekarang coba dek atna bayangkan guru dek atna dan
peran/modelling hal-hal yang membuat dek atna takut untuk
menyampaikan pesan, lalu dengan latihan yang telah kita
lakukan tadi, cobalah deka atna belajar menyampiakan
dan mengungkapkan keinginan dek atna kepada guru dek
atna”
6. Tugas rumah (home “Baik bapak rasa dek atna sudah mampu
work achievement) mengembangkan pikiran dan perasan serta perilaku yang
menunjukkan asertiv, sebagai penjabaran dari proses
konseling pagi ahri ini, dek atna mulai mencoba
mengutarakan kepada orang lain secara asertif untuk
selanjutnya mencoba menyampaikan keinginan dek atna
kepada guru dek atan secara asertif pula seperti yang kita
lakukan tadi. God luck, you can do it “

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 30

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 31

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK KONTRAK PERILAKU (BEHAVIOR CONTRACT)

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Kontrak perilaku (Behavior Contract) pada hakikatnya merupakan salah satu
teknik dalam konseling behavioral. Menurut pendekatan ini perilaku manusia
merupakan hasil belajar yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman yang
diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungan, sehingga dapat diubah
dengan memanipulasi dan mengatur kondisi-kondisi belajar individu (baik itu
anteseden/stimulus ataupun consequensi/akibatnya). Menurut Alwisol
(2009:320) asumsi dasar dari psikologi behavioristis adalah : (1) Tingkah laku itu
mengikuti hukum tertentu, artinya setiap peristiwa berhubungan secara teratur
dengan peristiwa lainnya. (2) Tingkah laku dapat diramalkan (diprediksikan). (3)
Tingkah laku manusia dapat dikontrol.
Terdapat beberapa teori belajar dari behavioris tentang mekanisme
modifikasi perilaku anatara lain:
1. Teori belajar klasik (Classical Conditioning)
2. Teori belajar operan (Operant Conditioning)
3. Teori belajar sosial (Social Learning)
Adapun kontrak perilaku (behavior contract) pada hakikatnya merupakan salah
satu teknik dalam konseling behavior dengan menerapkan prinsip-prisip operant
conditioning, dimana prinsip ini menekankan pada consequensi perilaku individu,
pemberian penguatan perilaku (reinforcement), dan berasumsi apabila seorang
terapis ingin mengubah perilaku individu maka dengan mengontrol/mengatur
consequensi perilaku individu.
Kontrak perilaku didasarkan atas pandangan membantu konseli untuk
membentuk perilaku tertentu yang diingkan dan memperoleh reinforcement
tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati. Dalam hal ini individu
mengantisipasi perubahan perilaku mereka atas dasar persetujuan bahwa
beberapa konsekuensi akan muncul.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 32

Kontrak perilaku (behavior contracts) adalah perjanjian dua orang ataupun


lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi
perilaku itu. Kontrak ini menegaskan harapan dan tanggung jawab yang harus
dipenuhi dan konsekuensinya. Kontrak dapat menjadi alat pengatur pertukaran
reinforcement positif antar individu yang terlibat. Strukturnya merinci siapa yang
harus melakukan, apa yang dilakukan, kepada siapa dan dalam kondisi
bagaimana hal itu dilakukan, serta dalam kondisi bagaimana dibatalkan (Lutfi
Fauzan, 2009).
Menurut Latipun (2008:144) kontrak perilaku merupakan persetujuan
antara dua orang atau lebih (konselor dan konseli) untuk mengubah perilaku
tertentu pada konseli. Konselor dapat memilih perilaku yang realistic dan dapat
diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan
kesepakatan, reinforcement dapat diberikan kepada konseli. Dalam terapi ini
reinforcement positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan
daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.
Sejalan dengan pendapat diatas Hariadi (2011) berpendapat bahwa kontrak
perilaku merupakan suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan
konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik
ini memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-
tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan antar pertemuan konseli.
Sedangkan Anningrum (2011) mendefenisikan kontrak perilaku sebagai
dokumen tertulis yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku target dan
yang akan didapatkan ketika perilaku target dapat atau tidak dapat dicapai
bergantung pada tingkat pencapaian perilaku target tertentu dalam jangka waktu
tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kontrak perilaku
(behavior contract) merupakan salah satu teknik dalam konseling behavioral yang
menerapkan prinsip operant conditioning dimana dalam kontrak perilaku terdapat
kesepakatan/persetujuan antara konselor dan konseli untuk mengubah perilaku
konseli beserta consequensi apa yang akan didapatkan dalam proses pengubahan
perilaku tersebut.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 33

Pada aplikasinya dalam dunia helping relationship syarat-syarat dalam


memantapkan kontrak perilaku adalah dengan adanya batasan yang cermat
mengenai masalah konseli, situasi dimana masalah itu muncul, dan kesediaan
konseli untuk mencoba suatu prosedur. Selain itu tugas yang harus mereka
lakukan perlu dirinci, dan kriteria sukses disebutkan serta reinforcement-nya
ditentukan. Jika semua itu dapat dipenuhi, kontrak akan dapat dimantapkan
melalui reinforcement yang cukup dekat dengan tugas dan kriterium yang
diharapkan.
Teknik ini cocok digunakan pada berbagai seting dan kondisi konseli selama
konseli itu mampu bertanggung jawab pada kontrak yang dibuat. Akan tetapi
teknik ini tidak cocok apabila diterapkan pada anak-anak dibawah umur 3 tahun,
dan juga tidak dapat diterapkan pada individu yang mengalami keterlambatan
mental atau psikotik yang parah. Lingkup permasalahan yang dapat digunakan
pada teknik ini misalnya: minimnya kemauan untuk belajar dalam pendidikan
(underachievement), hubungan perkawinan, konflik anak dengan orang tua,
kecanduan obat, penyimpangan kenakalan, pengendalian minuman beralkohol,
dan pengurangan kebiasaan merokok.

B. PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PERILAKU


Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam teknik kontrak perilaku adalah
(Thompson, 230):
 Contract condition
Konselor dan konseli harus benar-benar memahami tentang target
behavior yang dituju dan mampu mengerti serta menyusun kondisi /situasi
yang diharapkan dapat terjadi sesuai dengan tujuan dan arah pengubahan
perilaku yang dituju oleh konseli.
Dalam pembuatan kontrak perilaku, target behavior harus benar-benar
dijabakan secara spesifik, konkrit operasional, dan dianalisis menggunakan
konsep A-B-C (Anteseden-Behavior-Consequence). Konseli dan konselor
harus mampu mendeskripsikan secara spesifik perilaku yang menjadi target
behavior nya, bagaimana antesedennya, dan bagaimana consequensinya.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 34

 Contract completition criteria


Kriteria disini berarti tingkatan keberhasilan perilaku target yang dapat
dilakukan oleh konseli, dapat pula diartikan sebagai kriteria sejauh mana
konseli mampu memunculkan perilaku target. Hal ini terkait dengan
pengukuran perilaku (durasi, frekuensi/interval, intensitas, latensi).
Misalnya : kriteria yang diharapkan mampu dicapai oleh konseli, “ konseli
mampu mengurangi merokok sampai 60 % dalam 8 hari selama 10 perjanjian dalam
kontrak perilaku “
 Reinforcers
Dalam kontrak harus juga terdapat penguatan/reward yang akan diperoleh
apabila konseli mampu mencapai kriteria dalam kontrak perilaku. Reward
yang diberikan sesuai dengan yang diminta konseli, dengan alasan dan
rasional yang jelas. Apabila perilaku target muncul harus segera diberikan
penguatan.
 Review and Renegotiation
Dalam kontrak juga terdapat data perkembangan perilaku konseli yang dapat
direview oleh konseli. Seorang terapi mungkin melakukan review selama
seminggu bersama konseli untuk membantunya memahami kemajuan dan
evaluasi perkembangan perilakunya. Jika tidak ada perkembangan yang
signifikan maka dapat menegosiasikan kembali kontrak dengan terapis.
 Language and signatures
Contract sebaiknya ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas, dan dapat
dipahami oleh konseli. misalkan, istilah “reinforcement” dapay diganti
dengan istilah “hadiah”.

C. TUJUAN
Beberapa tujuan dari pemberian kontrak perilaku adalah sebagai berikut:
 Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk
digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
diinginkan klien.
 Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi belajar individu.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 35

 Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/ merumuskan


tujuan-tujuan khusus konseling.
 Meningkatkan pilihan pribadi dan menciptakan kondisi pembelajaran baru.
 Tujuan yang sifatnya umum dapat dijabarkan ke dalam perilaku yang
spesifik, dengan catatan tujuan tersebut harus: (a) diinginkan oleh klien; (b)
konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien
dapat mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik.

D. MANFAAT
Beberapa manfat dari penggunaan kontrak perilaku adalah sebagai berikut:
 Para terapis menyukai Kontrak Perilaku, karena adanya kejelasan dan
adanya catatan yang detil untuk memandu perilaku serta mengatasi salah
paham yang mungkin timbul.
 Kesamaran dan ketidakjelasan dapat segera dihapus, dan mengarah pada
tindakan nyata yang dapat diukur dan dievaluasi.
 Mengarah pada penghilangan ketidakpastian atau komunikasi yang jelas
antara perilaku yang diingikan dan penghargaan atau hukuman.
 Partisipasi aktif konseli untuk menampilkan suatu keikutsertaan dalam
mengolah lingkungan dan perilaku yang sesuai dengan cara yang efektif.
 Meningktakan motivasi konseli karena terdapat hal/kontrak yang harus
dipenuhinya.

E. TAHAP-TAHAP
Kontrak perilaku merupakan salah satu jenis jenis strategi pengeolaan diri
(self management), karena perilaku masuk ke dalam kontrak merupakan perilaku
yang dirancang supaya dapat mempengaruhi terjadinya perilaku target di masa
yang akan datang. Pada dasarnya kontrak ditulis oleh individu yang terlibat,
kesepakatan yang telah dicapai, terminologi yang digunakan, dan
ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkaitan. Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam membuat kontrak perilaku adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi perilaku target yang ingin diubah

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 36

b. Tetapkan metode pengumpulan data


c. Tetapkan tingkatan kriteria perilaku target yang harus dicapai dalam
jangka waktu tertentu
d. Tetapkan kontingensi (kemungkinan tertentu) yang bisa mempengaruhi
perilaku target terjadi di masa yang akan datang
Adapaun langkah-langkah/tahapan pembuatan kontrak perilaku adalah sebagai
berikut (Gantina, 2011:173)

1. Rasional kontrak perilaku


2. Membuat kesepakatan bersama antara konselor dan konseli terhadap aturan-
aturan terkait kontrak perilaku
3. Pilih tingkah laku yang akan diubah dengan melakukan analisis ABC
4. Tentukan data awal (baseline data) dan kriteria tingkah laku yang akan diubah
dan dicapai dalam kontrak
5. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan beserta jadwal pemberian
penguatannya
6. Berikan reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan
sesuai jadwal kontrak
7. Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap
8. Review dan renegotiation kontrak yang dibuat apabila dalam pelaksanaanya
terdapat hal-hal yang menghambat konseli.
Terdapat pula beberapa hal yang harus diperhatikan dan disampaikan
kepada konseli dalam pembuatan kontrak perilaku, seperti yang diutarakan
oleh Stuart (1971) ; Homme (1973) (dalam Hartosujono, 2006)
 Tanggung jawab dari semua pihak yang terlibat atau yang disebutkan di surat
perjanjian tersebut. Penguatan untuk pemenuhan tanggung jawab yang akan
dikenai untuk perilaku tertentu.
 Adanya penandatanganan oleh beberapa belah pihak yang terikat perjanjian
berkaitan: uraian pemantauan perilaku bila suatu penghargaan atau
penghormatan itu telah diberikan.
 Beberapa belah pihak yang terikat perjanjian harus mendapat salinan, beserta dari
reinforcement untuk hasil kerja yang optimum dan denda/hukuman untuk

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 37

kegagalan yang mungkin terjadi (dengan persetujuan konseli). Pemberian


imbalan atau penghargaan yang tertulis di kontrak harus segera;
 Kontrak perlu mencantumkan langkah- langkah prinsip penghargaan yang relatif
kecil segera setelah suatu tindakan dilakukan, dibanding memberi penghargaan
yang besar karena individu melakukan perubahan yang besar;
 Penghargaan kecil harus sering dan secara relatif mudah diperoleh (sesuai
dengan schedules of reinforcement).
 Kontrak harus jelas dan spesifik, dimasukkan dengan jujur, realistis dan sesuai
dengan tujuan.
 Kontrak perlu secara umum menyatakan hal-hal secara positif dibanding negatif
serta perlu adanya suatu penghargaan dibanding hanya penghindaran dari suatu
hukuman;
 Metoda terikat kontrak harus digunakan secara sistematis, dengan kontrak-
kontrak yang sudah lalu harus ditinjau kembali dan kontrak yang baru
dirumuskan ulang untuk memperluas bidang-bidang berguna dan untuk
berhubungan dengan situasi baru ketika mereka berkembang. Jarang dua
pihak harus menandatangani kontrak yang terjadi.

F. APLIKASI TERBATAS
No. Tahapan Contoh Penerapan Verbatim
1. Rasional kontrak perilaku “ baiklah candra, terkait permasalahanmu tadi
Bapak mempunyai suatu cara agar Candra
dapat semakin semangat dalam usahanya
mencapai rangking 10 besar. Bagaimana kalau
Candra membuat kontrak dengan Bapak apabila
Candra dapat menunjukkan kemajuan dalam
bidang belajar maka Candra akan mendapat
hadiah dari Bapak…”
2. Membuat kesepakatan bersama “ Jika kamu telah setuju membuat suatu kontrak
antara konselor dan konseli dengan Bapak, mari kita bahas bersama-sama
terhadap aturan-aturan terkait terkait aturan-aturan dalam kontrak kita
kontrak perilaku ini….”

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 38

3. Pilih tingkah laku yang akan “ Terakait keinginanmu untuk dapat masuk
diubah dengan melakukan analisis dalam sepuluh besar tadi mari kita bicarakan
ABC lebih spesifik lagi terkait apa yang ingin kamu
capai, dan hal-hal apa saja yang sekiranya
mendukung pencapaian keinginanmu tadi…”
4. Tentukan data awal (baseline data) “ kamu ingin mendapat nilai minimal 80 dalam
dan kriteria tingkah laku yang akan MID semester minggu depan, dalam mata
diubah dan dicapai dalam kontrak pelajaran apa saja kamu targetkan nilai tersebut
? atau ada target kriteria yang lain terkait mata
pelajaran yang mungkin sangat kamu kuasai ?
5. Tentukan jenis penguatan yang “ Baik apabila kamu dapat mendapat minimal
akan diterapkan beserta jadwal nilai 80 untuk mata pelajaran fisika, biologi, dan
pemberian penguatannya kimia maka sesuai perjanjian kita Bapak akan
hadiah untukmu”
6. Berikan reinforcement setiap kali “ Bagus. Bagus. Selamat Candra. Kamu
tingkah laku yang diinginkan mendapat nilai yang bagus dan sudah
ditampilkan sesuai jadwal kontrak melampaui targetmu, sesuai dengan kontrak
Bapak akan memberikan hadiah ini untukmu
7. Berikan penguatan setiap saat “ Wah bagus sekali Candra, di ujian semester
tingkah laku yang ditampilkan kamu juga mendapat nilai yang bagus dalam
menetap mata pelajarannmu, selamat ya. Selalu
tingkatkan, semoga harapanmu untuk dapat
menjadi 10 besar dapat terjadi”
8. Review dan renegotiation kontrak “ Owh nampaknya nilai yang kamu peroleh
yang dibuat apabila dalam belum mencapai target yang kamu tetapkan, ada
pelaksanaanya terdapat hal-hal apakah gerangan yang membuat hal tersbut
yang menghambat konseli terjadi ? Mari kita bicarakan bersama-sama…

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 39

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK REFRAMING

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Setiap orang mempunyai perspektif-perspektif yang berbeda, dan cara
orang lain memandang segala sesuatu mungkin berbeda dengan cara kita
memandang segala sesuatu. Terkadang konseli datang untuk konseling memiliki
pandangan negative terhadap dunia. Sebuah frame dapat merujuk kepada suatu
keyakinan, apa yang membatasi pandangan meraka tentang dunia. Mereka
mengeinterpretasikan peristiwa-peristiwa saat mereke melihatnya, akan tatapi
yang sering terjadi adalah mereke melihatnya dari posisi mereka yang sedang
mengalami depresi atau harga diri rendah. Konselor harus cermat mendengarkan
penjelasan mereka tentang peristiwa-peristiwa yang mereka ceritakan, lalau
kemudian mencoba melihat peristiwa-peristiwa dan situasi tersebut dari sudut
pandang konseli dan menyusun gambaran tentang hal yang mereka utarakan.
Gambaran dalam benak konseli yang terbentuk dari perspektifny sendiri akan
memiliki sebuah kerangka pandang yang sesuai bagi meraka karena sesuai
dengan kondii hari dan sudut pandang mereka sendiri.
Terkait dengan hal tersebut, konselor dapat mengubah cara konseli
memandang peristiwa-peristiwa atau situasi dengan megubah kerangka pandang
(reframing) gambaran yang dijelaskan konseli. Gagasan konselor dibalik
pengubahan kerangka pandang ini bukan mengingkari cara konseli melihat
dunianya, tatpi menawarkan pandanya wawasan yang lebih luas terhdap
dunianya (Geldard, 2011:213). Maka, jika konseli mau, mereka bisa memilih
untuk memandang segala asesuatu dengan cara baru.
Reframing adalah suatu proses untuk merubah isi, atau menata ulang
sebuah pengalaman, atau interpretasi sehingga pengalaman tersebut
mendapatkan arti yang berbeda dari sebelumnya
(Http://hypnoterapyacademy.html). Hal itu tidak akan mengubah situasi,
namun dapat mengubah cara bersikap sehingga setelahnya mengubah cara dalam
berprilaku (Http://wikepedia.com). Sedangkan Erhawi Woho (2004)

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 40

mengemukakan reframing adalah upaya untuk membingkai ulang sebuah


kejadian, dengan mengubah sudut pandang tanpa mengubah kejadiannya itu
sendiri. Refraiming berhubungan dengan bagaimana cara melihatnya dan bukan
apa yang dilihatnya.
Reframing merupakan salah satu metode dari pendekatan konseling kogntif
bahavior yang bertujuan mereorganisair content emosi yang dipikirkannya dan
mengarahkan/membingkai kembali ke arah pikiran yang rasional, sehingga kita
dapat mengerti berbagai sudut pandang dalam konsep diri/konsep kognitif
dalam berbagai situasi. Reframing juga dapat dilakuakn dengan mengevaluasi
kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan
mengubah frame berfikir konseli (Froggart, dalam Gantina, 2011:222). Reframing
perlu dilakukan secara sensitive dan berhati-hati, oleh karena itu reframing harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga klien dapat merasa nyaman dalam
menentukan pilihan untuk menerimanya ataupun menolaknya (Tarsidi, 2009).

B. JENIS
Ada 2 (dua) jenis Reframing, yaitu :
1. Reframing Context adalah pemberian suatu pandangan baru (berbeda) sehingga
sebuah peristiwa dapat memiliki nilai atau makna yang baru.
2. Reframing Content adalah pemberian suatu pandangan baru dimana dalam
waktu dan kondisi yang berbeda, sebuah peristiwa yang sama dapat memiliki
makna yang baru.

C. TUJUAN
Beberapa tujuan dari teknik reframing adalah:
1. Reframing dimaksudkan untuk memperluas gambaran konseli tentang
dunianya untuk memungkinkannya mempersepsi situasinya secara berbeda
dan dengan cara yang lebih konstruktif.
2. Memberi cara pandang terhadap konseli dengan cara pandang yang baru dan
positif.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 41

3. Mengubah keyakinan/pikiran/cara pandang konseli dari negatif irasioanl


menjadi positive rasional.
4. Membingkai ulang cara pandang konseli, dari:
 A problem as an opportunity Sebuah masalah sebagai peluang
 A weakness as a strength Sebuah kelemahan sebagai kekuatan
 An impossibility as a distant possibility Sebuah kemustahilan sebagai
kemungkinan yang jauh
 A distant possibility as a near possibility Kemungkinan jauh sebagai
kemungkinan dekat
 Oppression ('against me') as neutral ('doesn't care about me') Penindasan
('terhadap saya') sebagai netral ('tidak peduli tentang saya')
 Unkindness as lack of understanding Perbuatan buruk karena kurangnya
pemahaman.

D. MANFAAT
Beberapa manfaat penggunaan teknik reframing:
1. Dapat mengubah kerangka berfikir konseli yang awalnya negative menjadi
postif.
2. Dengan adana frame berfikir yang baru akan memunculkan tindakan dan
perilaku baru yang dikehendaki.
3. Menghilangkan rasa rendah diri konseli.
4. Meningkatkan kepercayaan diri konseli untuk melakukan sesuatu tindakan
yang awalnya tidak berani ia lakukan.
5. Membiarkan adegan muncul di sudut pandang lain (frame) sehingga
seseorang merasa lega atau mampu mengatasi situasi lebih baik.
6. Reframing dapat digunakan pada peristiwa atau kejadian yang kita alami
sehari-hari yang terkadang menurut kita tidak memberdayakan agar lebih
mampu menjadikan kita berdaya dan tentunya dengan cara yang lebih
menyenangkan.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 42

E. TAHAP-TAHAP
Teknik reframing dilakukan dalam sesi proses konseling untuk
memeberikan dan mengubah frame berfkir konseli dengan frame dari sudut
pandang yang lain yang lebih positif sehingga konseli memahami bahwa terdapat
berbagai cara pandang untuk menyikapi masalah yang dihadapinya. Tekbik ini
termasuk teknik yang riskan dan sensitive, sehingga dalam penggunaannya
haruslah benar-benar diperhatikan dan pastikan rapport yang terbanngun antara
konselor dan konseli sudah baik dan kuat. Selain itu, hal yang sangat penting
terkait teknik ini adalah konselor haris benar-benar mampu menangkap secara
tapat dan utuh cara pandang juga makna dari permaslahan yang disampaikan
oleh konseli. Ketapatan memahami permasalahan dan cara pandang konseli
melihat masalahnya akan sangat menentukan keefektifan teknik ini.
Tahap-tahap prosedur pelaksanaan teknik reframing:
1. Rasional.
Sebelum menggunakan teknik ini, terlebih dahulu dicari
rasionalisasinya atau alasan mengapa menggunakan teknik ini, misalnya
melihat melihat banyaknya pikiran-piran irasiolan yang dimiliki konseli
hingga ia mengalami depresi. Pikiran konseli yang selalu melihat segala
sesustunya negative dan tidak menyeluruh ini dapat menjadikan rasionalisasi
mengapa terapi menggunakan teknik ini. Pertimbangan latarbelakang budaya
juga dapat dijadikan rasional penggunaan teknik ini, efektif dan tidaknya.
2. Identifikasi.
Jika pilihan terapi untuk menggunakan teknik ini sudah matang, maka
langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran dan frame
berfikir irasional konsei.
3. Menentukan Suatu Penjabaran dari system persepsi.
Tahapan ini adalah tahap yang menguji keterampilan si konselor dalam
menentukan proses konseling. Hal ini didasarkan bahwa teknik ini
difokuskan pada aspek kognitif, sehingga perlu adanya penjabaran secara
operasional agar mudah difahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 43

Oleh sebab mengapa perlu adanya keterampilan-keterampilan dasar dalam


konseling seperti lead atau question, paraphrase atau klarifikasi.
4. Mengidentifikasi persepsi alternative
Tahapan ini sudah memulai mencari alternative-alternatif persepsi
lain/frame-frame lain yang terkaita bagaiman mamandang masalah yang
dihadapi konseli. Konselor bersama konseli mencari persepsi-persepsi yang
terluapakan atau tidak disadari oleh klien.
5. Modifikasi.
Pada tahapan ini konselor memulai “memodifikasi” atau
mempengaruhi pikiran-pikiran klien dengan persepsi-persepsi baru yang
telah mereka temukan.
6. Homework assignment dan Follow up.
Pada tahapan ini konselor memberi “tugas-tugas rumah” atau
pekerjaan atas dasar persepsi-persepi atau sudut pandang yang ditemukan
tadi, dimana klien harus atau diupayakan semaksimal mungkin agar konseli
bersedia untuk melakukan atas kesadaran dan persetujuan klien itu sendiri.
Dengan menyadari esensi tugas tersebut klien akan memilki tujuan yang jelas
mengapa ia harus melakukan atau mengerjakan “tugas rumah” tersebut.
Sedangkan follow up adalah tindak lanjut yang diberikan oleh konselor
menyikapi pemberian homework reframing.

F. APLIKASI TERBATAS
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasional teknik “Hmm dari apa yang kamu sampaikan, sepertinya
refraiming masalah yang kamu alami ada kaitannya dengan frame
berfikir yang kamu kembangkan.”
“Terkait hal tersbut terdapat suatu cara yang nantinya
dapat kita lakukan untuk merubah pandangan/persepsi
negatif terhadap sesuatu menjadi pandangan/persepsi
yang lebih positif lagi. Tujuannya adalah mereframe,
mereorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang
sehingga cara pandang bahkan perilaku seseorang bisa
menjadi positif ”

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 44

2. Identifikasi pikiran- “OK sekarang bapak ingin bertanya, apa yang kamu
pikiran dan frame pikirkan tentang ayahmu, ibumu, dan ibu tirimu
berfikir konseli sekarang?”
3. Menentukan Suatu “OK itu tadi beberapa pandangan Rendy tentang ayah,
Penjabaran dari ibu, dan ibu tiri Ganang. Kalau kamu cermati di dalam
system persepsi setiap pandangan itu bersifat negatif bukan? Ada kata-
kata benci, marah, kesal, kecewa, sedih..”
4. Mengidentifikasi “OK. Mari kita cari persepsi lain tentang permasalahan
persepsi alternative tersebut”
“Mungkin tidak semua pandangan yang Ganang
tujukan untuk beliau semua bisa saja 360o berkebalikan
dengan apa yang Ganang sudah pikirkan? Sekarang apa
saja pandangan positif yang dapat mungkin terjadi?”
5. Modifikasi frame “Sekarang bapak tanya, menurut Ganang mana dari cara
berfikir konseli pandang yang pertama atau cara pendang yang kedua
yang lebih dapat membuat Rendy tenang, ikhlas, dan tak
mendendam?”
6. Homework “Bagus…bapak harap Ganang juga dapat menerapkan
assignment dan selalu pandangan positif kepada apapun dan siapapun
Follow up juga. Dan bapak ingin kamu mulai sekarang benar-benar
menerapkan cara pandang yang kedua kepada ayah, ibu,
dan ibu tirimu. Dan tak hanya sampai di situ, bapak juga
harap kamu mulai berbaikan dan dapat ngobrol santai
dengan ayah dan ibu tirimu.”
“Lalu satu minggu lagi bapak ingin kamu menemui
bapak dan ceritakan lagi mengenai mereka? Kamu
bisa?”.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 45

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK EMPTHY CHAIR

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Empty chair (kursi kosong) merupakan salah satu teknik dari terapi gestalt
yang dikembangkan oleh tokoh Frederick Fritz Perls. Teknik ini menerapkan
permain peran dengan menekankan pada konseli dan seseorang yang ia
representasikan dan imagikan di kursi kosong tersbut, konseli memainkan dua
peran yang saling berlawanan, konseli memankan nilai-nilainya dan nilai-nilai
seseorang yang ia imagikan tersebut (Thompson, 2003:76). Pelaksanaan teknik ini
dapat berupa monolog dimana orang yang diajak berbicara di kursi kosong tidak
menjawab, atau dapat berupa dialaog dimana orang tersebut menjawab seperti
yang mungkin dijawab orang tersebut.
Empty chair adalah suatu cara untuk mengajak konseli agar
menginternalisasikan introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di
tengah ruangan. Konselor meminta konseli untuk duduk di salah satu kursi dan
berperan sebagai topdog, kemudian pindah ke kursi yang lainnya sebagai
underdog. Top dog itu sifatnya sebagai otoriter, menuntut, mengetahui yang
terbaik, berkuasa dan otoriter. Topdog adalah orang yang menggunakan
kekuatannya untuk menekan dan menakuti orang lain dan bekerja seperti dengan
kata “kamu harus” dan “kamu tidak boleh”. Sedangkan peran underdog sendiri
adalah sebagai korban, defensive, tak berdaya, lemah dan tak berkuasa. Underdog
bekerja denga kata “saya mau” dan mencari alasan seperti “saya sudah berusaha
keras”. Dialog dilakukan secara berkesinambungan pada dua peran tersebut.
Dengan teknik ini, introyeksi akan terlihat dan konseli dapat merasakan
konflik yang ia rasakan secara lebih riil. Konflik tersebut akan dapat terselesaikan
dengan penerimaan dan intregasi antara kedua peran tersebut. Teknik ini
membantu konseli untuk merasakan perasaannya tentang konflik perasaan
dengn penuh, serta merupakan intervensi yang kuat, yang dapat untuk
membantu konseli segala umur yang memiliki konflik dengan ornag ketiga yang
tidak hadir dalam proses konseling (Gantina, 2011:318).

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 46

Empty chair ini mempunyai prinsip dasar : mengutamakan permaianan


dialog yang diperankan oleh konseli sendiri, memerlukan kecakapan konselor
sebagai frustator, mengungkap konflik antara topdog dan underdog,
mensyaratkan konsentrasi. Teknik ini relevan digunakan pada unfinished bussines
di masa lalunya. Teknik ini juga sesuai untuk mengatasi hubungan social dalam
lingkungan dari individu, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah atau dalam
lingkungan masyarakat, yang mencakup juga perasaan perasaan yang tidak
terungkapkan seperti dendam, marah, benci, sakit hati, rasa berdosa, rasa
terabaikan dan sebagainya, seperti (1) introyeksi daria orang tua versus diri anak,
(2) bagian diri yang bertanggung jawab versus bagian diri yang impulsive, (3)
orang yang puritan vesus orang yang ekspresif.

B. KARAKTERISTIK
Empty chair sebagai salah satu teknik dari pendekatan Gestalt ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. orientasi pada afektif dan tindakan
2. menekankan pada kesadaran disini dan sekarang
3. penekanan proses daripada isi
4. menuntut keaktifan konseli dalam mengekspresikan perasaannya
5. fokus pada permainan dialog konseli yang menggambarkan dirinya dan
tuntutan dari orang lain yang penting dalam hidupnya
6. pemusatan pada tanggung jawab konseli seberapa efektif akan keberhasilan
dalam pengungkapan perasaan konseli.

C. TUJUAN
Tujuan utama teknik kursi kosong bertujuan untuk membantu mengatasi
konflik interpersonal dam intrapersonal yang menggangggu totalitas
kepribadiannya (Thompson, 2004 dalam Gantina, 2011:318). Di samping itu ada
tujuan lain dari teknik ini, diantaranya :
1. supaya terjadi katarsis dalam diri konseli
2. mengungkapkan perasaan yang terpendam

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 47

3. memperlancar komunikasi
4. membantu konseli mencapai kesadaran yang lebih penuh dan
menginternalisasi konflik yang ada pada dirinya.
5. mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek yang coba
dibuang atau diingkari

D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam penggunaan Empthy chair ini
adalah
a. membantu konseli agar mengerti perasaan dari sisi dirinya yang mungkin
diingkari
b. untuk memahami unfinished bussines yang selama ini membebani dan
menghambat kehidupan konseli secara sehat
c. menyelesaikan introyeksi yang tertunda
d. membantu konseli mengungkapkan perasaan-perasaan yang bertentangan
dengan dirinya secara penuh

E. TAHAP-TAHAP
Grenberg dan Malcom (2002, dalam Gantina 2011:319) menjelaskan enam
langkah dalam menggunakan teknik kursi kosong, yaitu:
 Konseli diminta mengidentifikasi orang yang menajadi sumber unfinished
business
 Konseli merespon seperti yang ia yakini orang terbut akan merespon.
 Konseli melakukan dialog sampai pada poin tercaipainya resolusi untuk
menyelesaikan unfinished business
 Konseli memahami unfinished business dari figure to ground dalam kesadaran
konseli.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 48

F. APLIKASI TERBATAS
NO. TAHAPAN VERBALISASI
1. Rasionalisasi teknik “ baiklah aqid, terkaiat yang kamu ceritakan tadi bapak
mempunyai suatu cara yang nantinya dapat kita lakukan
untuk membantu aqid mengungkapkan perasaan dan
pengalaman kepada ayah aqid agar hal-hal yang
dirasakan aqid bisa lebih baik lagi, cara itu seperti
bermain peran dengan media kursi kosong, disana nanti
aqid akan mencoba memainkan peran sebagai diri aqid
sendiri sekaligus sebagai ayah aqid.”
2. mengidentifikasi “ okey dari yang kamu sampaikan tadi, dapatkah kamu
orang yang menajadi ceritakan lebih dalam lagi terkait ayah kamu yang sudah
sumber unfinished tidak kamu temui sejak kamu lulus SMP, hal-hal apa
business yang sekinya masih mengendap dan menjadi beban
dalam hidupmu?”
3. Mengindentifikasi “ jika kamu menjadi ayahmu, hal-hal apakah yang akan
respon seperti yang ia ia katakana terkait keinginanmu tadi, coba peragakan jika
yakini orang terbut perlu dengan mimik dan gaya bicara seperti ayahmu?”
akan merespon
4. Melakukan dialog top “ disini akamu akan coba membayangkan dan
dog dan under dog menghadirkan sosok ayah kamu duduk pada kursi kosong
sampai pada poin didepanmu ini, lalu cobalah kamu ungkapkan apa yang
tercaipainya resolusi menjadi keinginanmu, dan pindahlah ke kursi ayahmu,
untuk menyelesaikan dan katakana seperti yang apa yang mungkin ayahmu
unfinished business katakana, daj jawablah dengan menyampikan alasan
keinginannmu tadi. Bisakah kamu melakukannya?”
5. memahami unfinished “ baik kamu sudah mencoba berdialog, dan kamu juga
business dari figure to sudah mencoba merasakan menjadi ayahmu, lalu dari
ground dalam yan kamu pahami bagaimankah perasaan ayah kamu
kesadaran konseli terhdapmu?
6. Evaluai perasaan dan “ jika kamu sudah dapat memahami perasaan ayahmu,
pikiran konseli kamu juga harus belajar mengerti alasan-alasan yang
mungkin menjadi dasar akan tindakan yang
dilakukannya, lalu beerdasar hal tersbut bagaimankan
perasaanmu dan apa yang kamu pikirkan tentang
ayahmu?” bisakah kamu memahami dan memaafkannya
?”

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 49

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK SELF MANAGEMENT

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Konseli merupakan pribadi yang rasional yang mampu menentukan dan
mengontrol perilakunya, dan memilih perilaku eksternal yang menunjang dan
mendukung perilakunya. Self management menuntut seorang mampu
memunculkan appropriate behavior nya sendiri di semua kondisi, walaupun tanpa
pengaruh dan intervensi orang lain.
Self management merupakan salah satu teknik dalam konseling behavior
yang menekankan pada kemauan dan kemampuan konseli untuk mengubah dan
mengatur peerilakunya sendiri (Thompson, 2003:236). Konseli berpartisipasi aktif
dalam menentukan perilaku target and goals behavior yang akan dituju,
menentukan antecedent dan consequensinya, serta pencatatan dan
pengevaluasian perilaku yang diubah (Gardner, 2002). Sejalan dengan pendapat
diatas Cormier & Nurius (2002) dan Watson & Thrap (2001) (dalam Jones,
2011:476) menyebutkan bahwa self management merupakan strategi yang dapat
melibatkan membantu klien untuk mengamati perilakunya, menetapkan tujuan
bagi dirinya sendiri, mengidentifikasi penguat yang cocok, merencanakan graded
step (langkah-langkah yang diberi nilai) untuk mencapai tujuannya dan
menetapkan kapan menerapkan konsekuensi.
Sedangkan menurut Sukadji (1983 dalam Gantina, 2011:180) tekbik self
management adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri.
Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan komponen
dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih
prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan
mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.
Dalam penerapan teknik self management tanggung jawab keberhasilam
konseling berada di tangan konseli. Konselor berperan sebagai pencetus gagasan,
fasilitator yang membantu merancang progam serta motivator bagi konseli.
Dalam pelaksanaan pengelolaan diri biasanya diikuti dnegan pengaturan

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 50

lingkungan untuk mempermudah terlaksananya pengelolaan diri. Pengaturan


lingkungan dimaksudkan untuk menghilangkan dan mengontrol faktor
penyebaba (antecedent) dan dukungan untuk perilaku yang akan dikurangi
(Sukadji, 1983, dalam Gantina, 2011:181)

B. TUJUAN
Agar individu secara teliti dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi
yang menghambat tingkah laku yang mereka hendak hilangkan dan belajar untuk
mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki. Dalam arti
individu dapat mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka sehingga
mendorong pada penginderaan terhadap hal-hal yang tidak baik dan
peningkatan hal-hal yang baik dan benar.

C. MANFAAT
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan pemberian teknik Self
Management ini adalah sebagai berikut:
1. Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan dan
perbuatan sehingga dapat berkembang secara optimal,
2. Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan perasaan
bebas dari kontrol orang lain,
3. Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada individu
maka dia akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi karena usahanya
sendiri dan lebih tahan lama, dan
4. Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang diarahkan
sendiri dan tidak tergantung lagi pada konselor untuk berurusan dengan
masalah mereka.

D. TAHAP-TAHAP
Thompson (2003:236-237) mengemukakan beberapa tahapan dalam
penerapan teknik self management, yaitu:
1. Menentukan target behavior yang akan ditingkatkan/diturunkan.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 51

2. Mengidentifikasi data baseline perilaku (frekuensi, latensi, interval, ratio)


3. Mengidentifikasi seting terjadinya perilaku, antecedent yang mengawali
perilaku, dan consequensi dari perilaku tersebut.
4. Dengan menggunakan self-monitoring, konseli mengidentifikasi perilaku yang
akan ditingkatkan/diturunkan, waktu pencapapaian goal behavior, dan
menentukan reinforce yang mengikuti munculnya target behavior.
5. Mengubah seting dan antecedent untuk mencapai target behavior.
6. Mengubah consequensi dan memberikan reinforce pada diri sendir untuk
memunculkan kembali target behavior.
7. Evaluasi penerapan self management di akhir contract periode, membuat
rencana baru untuk memunculkan perilaku yang lain.

Sukadji, 1983 (dalam Gantina, 2011:182) mengemukakan beberapa tahaoan


dalam self management, yaitu :
1. Tahap monitor diri atau observasi diri
Pada tahap ini konseli dengan sengaja mengamati tingkah lakunya
sendiri serta mencatat dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan daftar
cek atau catatan observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
konseli dalam mencatat tingkah laku adalah frekuensi, intensitas, dan durasi
tingkah laku.
2. Tahap evaluasi diri
Pada tahap ini konseli membandingkan hasil catatan tingkah laku
dengan target perilaku yang telah dibuat oleh konseli. Perbandingan ini
bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program. Bila program
tersebut tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali program tersebut, apakah
target tingkah laku yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi,
perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang diberikan tidak
sesuai.
3. Tahap pemberian penguatan, penghapusan, atau hukuman
Pada tahap ini konseli mengatur dirinya sendiri, memberikan
penguatan, menghapus dan memberikan hukuman pada diri sendiri. Tahap

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 52

ini merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan kemampuan


yang kuat dari konseli untuk melakukan program yang telah dibuat secara
kontinyu.

E. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN


Kelebihan self management :
 Konseli secara bertanggung jawab mampu mengatur perilakunya sendiri.
 Konseli mampu mengevaluasi perilakunya sendiri tanpa perlu
membandingkan dengan perilaku orang lain.
 Pengaturan paling baik adalah pengaturan dari diri sendiri.
 Tidak perlu menekankan pada intensitasn pemantuan dari konselor.
Kelemahan self management :
 Karena minimnya peran dan pengawasan konselor, konseli bebas sesuja hati
menentukan perilaku dan reinfor yang mengikutinya.
 Diterapkan hanya cocok untuk konseli yang mempunyai niat dan kemauan
yang tinggi untuk mengubah perilakunya.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 53

TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TEKNIK SOSIODRAMA

A. KONSEP DASAR TEKNIK


Dicetuskan oleh JL Moreno tahun 1920an s/d 1930an.Teori dasar, role
playing (bersifat sandiwara, sosiologis / sesuai normas, tiruan, imajinatif
(pemahaman diri). Individu mempelajari peranan-peranan berbeda sejak lahir
karena orang dilahirkan dengan kemampuan untuk bereaksi terhadap stimulu-
stimulus dari luar dirinya secara spontan dan pada dasarnya menurut terknik role
playing ini mengemukakan bahwa manusia itu spontan dan kreatif.
Menurut Winkel (2007 : 571), sosiodrama merupakan dramatisasi dari
persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang
lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Selaras
dengan ungkapan Winkel, Romlah (2001 : 104) mengatakan bahwa sosiodrama
adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial
yang timbul dalam hubungan antar manusia. Selain itu Sosiodrama
dipergunakan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan masalah-masalah
sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan. (Djumhur & Moh. Surya hal. 109
).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pengertian teknik
sosiodrama, unsur-unsur penting dalam pengertian sosiodrama meliputi (1)
dramatisasi, (2) masalah-masalah sosial, dan (3) hubungan antar manusia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sosiodrama adalah
teknik dramatisasi atau permainan peran yang bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia

B. TUJUAN
Tujuan dari teknik sosiodrama Menurut Djamarah (2006: 88) adalah agar
siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, dapat belajar
bagaimana membagi tanggung jawab, belajar bagaimana mengambil keputusan

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 54

dalam situasi kelompok secara spontan, merangsang kelas untuk berpikir dan
memecahkan masalah.
Teknik sosiodrama lebih tepat digunakan untuk mencapai tujuan yang
mengarah pada :
1. Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan
kehidupan hubungan sosial. Sehubungan dengan itu maka materi yang
disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan materi yang bersifat konsep-
konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai,
mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.
2. Melalui permainan sosiodrama, konseli diajak untuk mengenali, merasakan
suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan
yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan akhirnya
mereka memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengadakan
penyesuaian sosial.

C. TAHAP-TAHAP
Sosiodrama dapat dilaksanakan oleh konselor atau guru yang sudah dilatih.
Kegiatan sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagian besar anggota kelompok
menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau bila ingin melatih atau
mengubah sikap-sikap tertentu. Berikut tahap – tahap dalam pelaksanaan teknik
sosiodrama (Romlah, 2001:104) :
1. Persiapan, dari mulai mempersiapkan konselor, tokoh-tokoh, topik yang akan
di bawakan, tujuan dari topic yang dibawakan pada sosiodrama itu. Fasilitator
mengemukakan masalah dan tema yang akan di sosiodramakan dan tujuan
permainan kemudian diadakan Tanya jawab untuk memperjelas masalah dan
peranan – peranan yang akan dimainkan
2. Membuat skenario
3. Menentukan kelompok sesuai naskah maksudnya menentukan kelompok
yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya dan memilih
individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran
dapat dilakukan secara sukarela setelah fasilitator mengemukakan ciri- cirri

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 55

atau rambu – rambu masing – masing peran, usulan dari anggota kelompok
yang lain atau berdasarkan keduanya.
4. Menentukan kelompok penonton untuk observasi. Kelompok penontonn
adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain, tugasnya
untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahan diskusi setelah permainan selesai
5. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi
kesempatan untuk berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri
bagaimana sosiodrama itu akan dimainkan setelah semuanya siap permaianan
bisa dimulai. Masing – masing pemain memerankan perannya berdasarkan
imajinasinya tentang peran yang dimainkan. Pemain diharapkan dapat
memperagakan konflik – konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan –
perasaan dan memperagakan sikap – sikap tertentu sesuai dengan peranan
yang dimainkan. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi yang
sebesar – besarnya antara pemain maupun penonton dengn aperan yang
dimainkannya.
6. Evaluasi dan diskusi, evaluasi dapat dilakukan dengan refleksi atau dengan
cara laiseg (layanan segera), laijapan (layanan jangka panjang). Diskusi
diarahkan untuk membicarakan tanggapan – tanggapan mengenai bagaimana
para pemain memainkan peranannya sesuai deng ciri masing – masing peran,
cara pemecahan masalah, dan kesan - kesan pemain dalam memainkan
peranannya. Balikan yang lengkap bisa melalui rekaman video yang diambil
pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali.
7. Ulangan permainan (rehersal), jika masih ada waktu permainan dapat diulang
kembali dengan pertukaran peran pemain. Dari hasil diskusi dapat ditentukan
apakah perlu diadakan ulangan permainan atau tidak.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 56

F. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN


Kelebihan sosiodrama antara lain:

1) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi drama yang
akan didramakan. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan
tahan lama.
2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif, serta Bakat yang
terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul
bibit seni drama dari sekolah, Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan
dan dibina dengan sebaik-baiknya.
3) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.
4) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain. (Djamarah, 2006: 89)

Kelemahan Sosiodrama:

1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama, menjadi kurang
kreatif.
2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman
isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bemain sempit menjadi
kurang bebas.
4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
bertepuktangan (Djamarah, 2006: 90).

Bimbingan dan Konseling Unnes


Portofolio Teknik-teknik Konseling 57

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dan Thayeb, Manrihu. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta:
Depdikbud.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice Counseling and Psychotherapy (8nd edition).
dalam bentuk ebook.
Djumhur & Moh. Surya. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : C.V
Ilmu
Gardner, Jerome R. 2002. Cognitive Behavior Managemant-Reframing. dalam bentuk
ebook.
Geldard, Kathryn and David. 2011. Ketrampilan Praktik Konseling: Pendekatan Integratif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartosujono. 2006. Diktat Modifikasi Perilaku. Yogyakarta : Universitas Sarjana Taman
Wiyata.
Jones, R.N. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi (terjemahan). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Komalasari, G; Wahyuni, E; dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta :
Indeks.
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press
Mappiere, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rifa’I, Ahmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang : Unnes
Press.
Romlah, Tatiek. 1989. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Jakarta : Depdikbud.
Thompson, Rosemary. 2003. Counseling Techniques (2rd edition). Dalam bentuk ebook
Winkel .2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia
Woho, Erhawi. 2004. Reframing : Kunci Hidup Bahagia 24 jam sehari. Jakarta : Gramadia.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

Bimbingan dan Konseling Unnes


Buku portofolio Teknik-Teknik Konseling ini menjabarkan
konsep dasar teknik konseling yang dilengkapi juga dengan
contoh aplikasi terbatas penerapan. Sehingga harapannya dapat
membantu pembaca untuk memahami konsep dan contoh
penerapan praktiknya.

Buku Portofolio Teknik-Teknik Konseling ini menjabarkan 8


teknik konseling yang mencakup: Teknik Modelling, Relaksasi
Desensititasi Sistematis, Asertif Training, Behavior Contract,
Refraiming, Empthy Chair, Self Management, dan Sosio drama.

Anda mungkin juga menyukai