Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN PERILAKU DALAM KONS

ELING COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Kognitif
yang diampu oleh Ibu Prof. Dr. Nur Hidayah , M.Pd

Oleh Kelompok 1 :
Alya Meliya Sandra 200111600484
Dhiza Nurhanifah 200111600412
Ila Ismawati 200111600421
Khafidah Wahyu Sukma Arum 200111600501
Tiara Khaulina 200111600430

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingga makal
ah ini dapat tersusun hingga selesai. Terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Nur Hidayah , M.Pd se
laku Dosen Pembimbing mata kuliah Konseling Kognitif, tidak lupa penyusun juga menguca
pkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan me
mberikan ide-ide dan waktunya.
Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengal
aman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah i
si makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengal
aman penyusun.

Malang, 5 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1. Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy (CBT)..................................................3

2.2. Tujuan Cognitive Behavior Therapy (CBT).............................................................3

2.3. Karakteristik Cognitive Behavior Therapy (CBT)....................................................4

2.4. Prinsip-Prinsip Cognitive-Behavior Therapy (CBT)................................................5

2.5. Perkembangan Perilaku dalam Konseling Cognitive Behavior Therapy (CBT)...... 8

BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................10

3.2. Saran..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terapi kognitif dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Aaron Beck dan berkaitan de
ngan terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digab
ung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini di disatukan dan dikenal dengan terapi
perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Terapi ini memperlakukan individu sebagai ag
en yang berpikir positif dan berinteraksi dengan dunianya.
Individu membentuk sudut pandang dan keyakinan serta memiliki afek atau perasaan
mengenai apa yang dianggap benar bagi diri sendiri, lingkungan, dan mengenai pikiran serta
perasaannya pada interaksi yang luas dengan perilaku atau tindakan dalam rangkaian interaks
i. Setiap interaksi mempengaruhi interaksi lain.
Berdasarkan kognisi dan pengalaman masa lalu, individu membentuk pandangan dan
skema kognitif yaitu cara berpikir atau perspektif kebiasaan mengenai diri sendiri, dunia dan
masa depan. Misalnya, individu mengembangkan pandangan pesimistis mengenai cara meng
ontrol takdirnya sendiri atau merasa takdirnya mampu dikontrol oleh orang lain dan tidak ma
mpu mengontrolnya sendiri. Dalam situasi tersebut, individu mengembangkan pandangan ne
gatif serta merasa tidak berharga (disebut pikiran otomatis negatif) yang dapat menimbulkan
stress, emosi, kecemasan dan depresi. Individu cenderung mengolah keyakinan yang tidak ma
suk akal tentang kemampuan dan berhubungan dengan orang lain. Hasil persepsi dan distorsi
yang salah ini ditandai oleh harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri dan orang lain,
metode koping yang tidak efektif, dan pandangan
tentang diri sendiri sebagai orang yang tidak mampu
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Cognitive Behavior Therapy (CBT) ?
2. Apa tujuan dari Cognitive Behavior Therapy (CBT) ?
3. Bagaimana karakteristik Cognitive Behavior Therapy (CBT) ?
4. Apa saja prinsip dari Cognitive Behavior Therapy (CBT)?
5. Bagaimana perkembangan perilaku dalam konseling Cognitive Behavior Therapy (CB
T) ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar Cognitive Behavior Therapy (CBT)
2. Mengetahui tujuan Cognitive Behavior Therapy (CBT)
3. Mengetahui karakteristik Cognitive Behavior Therapy (CBT)

1
2

4. Mengetahui prinsip Cognitive Behavior Therapy (CBT)


5. Mengetahui perkembangan perilaku dalam konseling Cognitive Behavior Therapy (C
BT)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy (CBT)


Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan teknik modifikasi perilaku dan mengu
bah keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu individu mengganti interpretasi yang irasion
al terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu pengend
alian reaksi emosional yang terganggu, seperti kecemasan dan depresi dengan mengajarkan m
ereka cara yang lebih efektif untuk menginterpretasikan pengalaman mereka. Terapi perilaku
kognitif/Cognitive Behavior Therapy (CBT), atau disebut juga dengan istilah Cognitive Beha
vior Modification merupakan salah satu terapi modifikasi perilaku yang menggunakan kognis
i sebagai “kunci” dari perubahan perilaku. Terapis membantu klien dengan cara membuang p
ikiran dan keyakinan buruk klien, untuk kemudian diganti dengan konstruksi pola pikir yang l
ebih baik. Perilaku merupakan pendekatan konseling dan terapi yang memadukan pendekatan
cognitive (pikiran) dan behavior (perilaku) untuk memecahkan masalah. Pendekatan cognitiv
e (pikiran) berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk
pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga sulit
untuk dapat menentukan tujuan hidup saya).
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran manusia ter
bentuk melalui proses rangkaian Stimulus Kognisi-Respon (SKR), yang saling terkait dan me
mbentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, dimana proses kognitif akan menjadi f
aktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa, dan bertindak. Semen
tara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran y
ang rasional dan irasional, dimana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan e
mosi dan tingkah laku, maka Terapi Cognitive Behavior diarahkan kepada modifikasi fungsi
berpikir, merasa, dan bertindak, dengan menekankan peran otak dalam menganalisa, memutu
skan, bertanya, berbuat, dan memutuskan kembali. Dengan merubah status pikiran dan perasa
annya, klien diharapkan dapat merubah tingkah
lakunya, dari negatif menjadi positif.

2.2. Tujuan Cognitive Behavior Therapy (CBT)


Tujuan dan konseling Cognitive Behavior (Cerarjoedi, 2003: 9) yaitu mengajak konse
li untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang berte
ntangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. Konselor

3
4

diharapkan mampu menolong konseli untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmati
s dalam diri konseli dan secara kuat mencoba menguranginya.

Dalam proses konseling, beberapa ahli CBT (NACBT, 2007: Oemarjoedi, 2003) beras
umsi bahwa masa lalu tidak perlu menjadi fokus penting dalam konseling. Oleh sebab itu CB
T dalam pelaksanaan konseling lebih menekankan kepada masa kini dari pada masa lalu, aka
n tetapi bukan berarti mengabaikan masa lalu. CBT tetap menghargai masa lalu sebagai bagia
n dari hidup konseli dan mencoba membuat konseli menerima masa lalunya, untuk tetap mela
kukan. perubahan pada pola pikir masa kini untuk mencapai perubahan di waktu yang akan d
atang. Oleh sebab itu, CBT lebih banyak bekerja pada status kognitif saat ini dirubah dari stat
us kognitif negatif menjadi status kognitif positif.
CBT merupakan konseling yang menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenaha
n kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupu
n psikis dan lebih melihat ke masa depan dibanding masa lalu Aspek kognitif dalam CBT ant
ara lain mengubah cara berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi kon
seli belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan aspek beha
vioral dalam CBT yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi permasalahan dengan
dengan kebiasaan kebiasaan mereaksi permasalahan belajar mengubah perilaku, menenangka
n pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas.

2.3. Karakteristik Cognitive Behavior Therapy (CBT)


CBT merupakan bentuk psikoterapi yang sangat memperhatikan aspek peran dalam b
erfikir, merasa, dan bertindak. Terdapat beberapa pendekatan dalam psikoterapi CBT termasu
k di dalamnya pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy, Rational Behavior Therapy,
Rational Living Therapy, Cognitive Therapy, dan Dialectic Behavior Therapy. Akan tetapi C
BT memiliki karakteristik tersendiri yang membuat CBT lebih khas dari pendekatan lainnya.
Berikut akan disajikan mengenai karakteristik CBT (NACBT, 2007) :

a) CBT didasarkan pada model kognitif dari respon emosional. CBT didasarkan pada fak
ta ilmiah yang menyebabkan munculnya perasaan dan perilaku, situasi dan peristiwa.
Keuntungan dari fakta ini adalah seseorang dapat mengubah cara berpikir,cara merasa
dan cara berperilaku dengan lebih baik walaupun situasi tidak berubah.
5

b) CBT lebih cepat dan dibatasi waktu. CBT merupakan konseling yang memberikan ba
ntuan dalam waktu yang relative lebih singkat dibandingkan denganpendekatan lainny
a. Rata-rata sesi terbanyak yang diberikan kepada konseli hanya 16 sesi. Berbeda den
gan bentuk konseling lainnya, seperti psikoanalisa yang membutuhkan waktu satu tah
un. Sehingga CBT memungkinkan konseling yang lebih singkat dalam penangananny
a.
c) Hubungan antara konseli dengan terapis atau konselor terjalin dengan baik.Hubungan
ini bertujuan agar konseling dapat berjalan dengan baik. Konselor meyakini bahwa sa
ngat penting untuk mendapatkan kepercayaan dari konseli. Namun, hal ini tidak cuku
p bila tidak diiringi dengan keyakinan bahwa konseli dapat belajar mengubah cara pan
dang atau berpikir sehingga akhirnya konseli dapat memberikan konseling bagi diriny
a sendiri.
d) CBT merupakan konseling kolaboratif yang dilakukan terapis atau konselor dan konse
li. Konselor harus mampu memahami maksud dan tujuan yang diharapkan konseli sert
a membantu konseli dalam mewujudkannya. Peranan konselor yaitu menjadi pendeng
ar, pengajar, dan pemberi semangat.
e) CBT tidak menginformasikan bagaimana seharusnya konseli merasakan sesuatu, tapi
menawarkan keuntungan perasaan yang tenang walaupun dalam keadaan sulit.
f) CBT memiliki program terstruktur dan terarah. Konselor CBT memiliki agenda khusu
s untuk setiap sesi atau pertemuan. CBT memfokuskan pada pemberian bantuan kepa
da konseli untuk 46 mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Konselor CB
T tidak hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan oleh konseli, tetapi bagaimana c
ara konseli melakukannya.

2.4. Prinsip-Prinsip Cognitive-Behavior Therapy (CBT)


Prinsip utama dari pendekatan cognitive behavioral ini adalah:

1) Mengakses pikiran irasional dan maladaptif konseli,


2) Mengarahkan konseli menjadi lebih adaptif atau lebih berpikir rasional dan teach verb
al internal strategi coping instruksional,
3) mendukung konseli ketika mereka menerapkan hal ini pertama kalinya dan mengemb
angkan kemampuan dalam kehidupan mereka (Flanagan & Flanagan, 2015, p. 275).
6

Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini diharapkan dapat mempermudah konselor dal


am memahami konsep, strategi dalam merencanakan proses konseling dari setiap sesi, serta p
enerapan teknikteknik CBT.

Prinsip dasarnya yaitu:

a. CBT didasarkan pada formulasi yang terus berkembang dari permasalahan konseli da
n konseptualisasi kognitif konseli. Formulasi konseling terus diperbaiki seiring denga
n perkembangan evaluasi dari setiap sesi konseling. Pada momen yang strategis, kons
elor mengkoordinasikan penemuan-penemuan konseptualisasi kognitif konseli yang
menyimpang dan meluruskannya sehingga dapat membantu konseli dalam penyesuaia
n antara berfikir, merasa dan bertindak;
b. CBT didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan konseli terhadap pe
rmasalahan yang dihadapi konseli. Melalui situasi konseling yang penuh dengan keha
ngatan, empati, peduli, dan orisinilitas respon terhadap permasalahan konseli akan me
mbuat pemahaman yang sama terhadap permasalahan yang dihadapi konseli. Kondisi
tersebut akan menunjukan sebuah keberhasilan dari konseling;
c. CBT memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif. Menempatkan konseli sebagai tim
dalam konseling maka keputusan konseling merupakan keputusan yang disepakati de
ngan konseli. Konseli akan lebih aktif dalam mengikuti setiap sesi konseling, karena k
onseli mengetahui apa yang harus dilakukan dari setiap sesi konseling;
d. CBT berorientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan. Setiap sesi konseling
selalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Melalui evalua
si ini diharapkan adanya respon konseli terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu tu
juannya, dengan kata lain tetap berfokus pada permasalahan konseli;
e. CBT berfokus pada kejadian saat ini. Konseling dimulai dari menganalisis permasalah
an konseli pada saat ini dan di sini (here and now). Perhatian konseling beralih pada d
ua keadaan. Pertama, ketika konseli mengungkapkan sumber kekuatan dalam melaku
kan kesalahannya. Kedua, ketika konseli terjebak pada proses berfikir yang menyimpa
ng dan keyakinan konseli dimasa lalunya yang berpotensi merubah kepercayaan dan ti
ngkahlaku ke arah yang lebih baik;
f. CBT merupakan edukasi, bertujuan mengajarkan konseli untuk menjadi terapis bagi d
irinya sendiri, dan menekankan pada pencegahan. Sesi pertama CBT mengarahkan ko
nseli untuk mempelajari sifat dan permasalahan yang dihadapinya termasuk proses
7

g. konseling cognitive-behavior serta model kognitifnya karena CBT meyakini bahwa pi


kiran mempengaruhi emosi dan perilaku. Konselor membantu menetapkan tujuan kon
seli, mengidentifikasi dan mengevaluasi proses berfikir serta keyakinan konseli. Kem
udian merencanakan rancangan pelatihan untuk perubahan tingkah lakunya;
h. CBT berlangsung pada waktu yang terbatas. Pada kasus-kasus tertentu, konseling me
mbutuhkan pertemuan antara 6 sampai 14 sesi. Agar proses konseling tidak membutu
hkan waktu yang panjang, diharapkan secara kontinyu konselor dapat membantu dan
melatih konseli untuk melakukan self-help;
i. Sesi CBT yang terstruktur. Struktur ini terdiri dari tiga bagian konseling. Bagian awal,
menganalisis perasaan dan emosi konseli, menganalisis kejadian yang terjadi dalam sa
tu minggu kebelakang, kemudian menetapkan agenda untuk setiap sesi konseling. Bag
ian tengah, meninjau pelaksanaan tugas rumah (homework asigment), membahas per
masalahan yang muncul dari setiap sesi yang telah berlangsung, serta merancang peke
rjaan rumah baru yang akan dilakukan. Bagian akhir, melakukan umpan balik terhada
p perkembangan dari setiap sesi konseling. Sesi konseling yang terstruktur ini membu
at proses konseling lebih dipahami oleh konseli dan meningkatkan kemungkinan mere
ka mampu melakukan self-help di akhir sesi konseling;
j. CBT mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi pe
mikiran disfungsional dan keyakinan mereka. Setiap hari konseli memiliki kesempata
n dalam pikiran-pikiran otomatisnya yang akan mempengaruhi suasana hati, emosi da
n tingkah laku mereka. Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi pikiranny
a serta menyesuaikan dengan kondisi realita serta perspektif adaptif yang mengarahka
n konseli untuk merasa lebih baik secara emosional, tingkahlaku dan mengurangi kon
disi psikologis negatif. Konselor juga menciptakan pengalaman baru yang disebut den
gan eksperimen perilaku. Konseli dilatih untuk menciptakan pengalaman barunya den
gan cara menguji pemikiran mereka (misalnya: jika saya melihat gambar laba-laba, m
aka akan saya merasa sangat cemas, namun saya pasti bisa menghilangkan perasaan c
emas tersebut dan dapat melaluinya dengan baik). Dengan cara ini, konselor terlibat d
alam eksperimen kolaboratif. Konselor dan konseli bersama-sama menguji pemikiran
konseli untuk mengembangkan respon yang lebih bermanfaat dan akurat;
k. CBT menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan tingkah l
aku. Pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk sokratik memudahkan konselor dalam me
lakukan konseling cognitive-behavior. Pertanyaan dalam bentuk sokratik
8

l. merupakan inti atau kunci dari proses evaluasi konseling. Dalam proses konseling, C
BT tidak mempermasalahkan konselor menggunakan teknik-teknik dalam konseling l
ain seperti kenik Gestalt, Psikodinamik, Psikoanalisis, selama teknik tersebut memban
tu proses konseling yang lebih saingkat dan memudahkan konelor dalam membantu k
onseli. Jenis teknik yang dipilih akan dipengaruhi oleh konseptualisasi konselor tehad
ap konseli, masalah yang sedang ditangani, dan tujuan konselor dalam sesi konseling t
ersebut.

2.5. Perkembangan Perilaku dalam Konseling Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Dalam proses konseling, (Oemarjoedi, 2003) berasumsi bahwa masa lalu konseli tidak menj
adi fokus penting dalam proses konseling. Sehingga CBT dalam pelaksanaan proses konselin
g lebih menitikberatkan kepada masa kini dari pada masa lalu, namun bukan berarti mengabai
kan masa lalu. CBT tetap menghargai masa lalu sebagai bagian dari hidup konseli dan menco
ba membuat konseli dapat menerima masa lalunya, untuk tetap melakukan perubahan pada p
ola pikir masa kini dan untuk mencapai perubahan di waktu yang akan datang. Oleh karena it
u CBT lebih banyak bekerja pada status kognitif saat ini untuk dirubah dari status kognitif ya
ng negatif menjadi status kognitif yang positif.

CBT sendiri merupakan konseling yang menekankan pada restrukturisasi atau pembenah
an kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan diri konseli baik secara fisik
maupun psikis dan cenderung melihat ke masa depan dibanding masa lalu. Aspek kognitif dal
am CBT diantaranya mengubah cara berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi serta me
mfasilitasi konseli dalam belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. S
edangkan aspek behavioral dalam CBT yakni mengubah hubungan yang salah antara situasi p
ermasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah perilaku, menenan
gkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta dapat berpikir dengan lebih jelas.

Dalam Jurnal Ilmu Dakwah dengan judul “Penerapan Cognitive Behaviour Therapy dala
m Mengembangkan Kepribadian Remaja di Panti Asuhan” mengatakan bahwa contoh satu m
asalah yang dihadapi anak panti adalah masalah bullying. Beberapa wujud bullying yang per
nah terjadi di asrama maupun sekolah yakni berupa intimidasi, pemalakan, ucapan-ucapan ko
tor serta melecehkan. Meskipun para anak tinggal di asrama dengan aturan dan rutinitas berib
adah yang cukup, namun masih ditemukan perilaku bullying yang sangat
9

merugikan bagi penghuninya. Adapun capain program terapi CBT dalam jurnal ini untuk mel
ihat perkembangan perilaku, di antaranya yaitu:

1) Terbentuknya pola pikir yang berorientasi pada pengembangan diri dan kepribadian
(growth mindset) dalam segala hal yang ingin dicapai oleh para remaja putri, baik dal
am hal prestasi akademis, keterampilan, sosial, keagamaan maupun psikologis.
2) Terciptanya motivasi intrinsik pada remaja putri yaitu keinginan untuk berhasil yang
berasal dari diri sendiri dan menampilkan kepercayaan diri serta kemandirian.
3) Terciptanya sifat yang optimis dan kemampuan untuk menemukan arti kebahagiaan y
ang hakiki.
4) Terciptanya ketahanan diri (resilience) dan kemauan untuk berusaha dalam menghada
pi situasi yang sulit dengan mempertahankan pola pikir yang positif.
5) Remaja putri menguasai keterampilan untuk memusatkan pikiran pada kegiatan yang
sedang dilakukan, menciptakan garis perbedaan yang jelas antara satu situasi dengan s
ituasi lain dan menjadi fleksibel. Selain itu, remaja putri mampu menemukan passion
dan kekuatan diri, serta menjadi muslimah yang lebih taqwa dan tawakkal.
6) Para pengajar dan pengasuh menjadi terampil dalam memberikan pengajaran, pengasu
han dan pendampingan dengan menerapkan pendekatan CBT.
7) Terciptanya lingkungan dan sistem di dalam panti yang memfasilitasi ketahanan pola
pikir dan pemberdayaan remaja sebagai pribadi yang bahagia, optimis, tangguh, religi
us, dan bermanfaat.

Hasil lain dalam penelitian “Cognitive Behavior Therapy untuk Meningkatkan Self Este
em pada Mahasiswa Universitas Indonesia yang mengalami Distres Psikologis.” Hasil penelit
ian menunjukkan bahwa intervensi ini efektif meningkatkan self esteem pada mahasiswa yan
g mengalami distres psikologis, yang ditunjukkan dengan peningkatan skor self esteem dan p
enurunan emosi negatif dan perubahan perilaku dengan mengurangi perilaku menghindar, De
lla, (2012).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan teknik modifikasi perilaku dan mengu
bah keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu individu mengganti interpretasi yang irasion
al terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. Tujuan dan konseling Cog
nitive Behavior (Cerarjoedi, 2003: 9) yaitu mengajak konseli untuk menentang pikiran dan e
mosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mere
ka tentang masalah yang dihadapi. CBT merupakan bentuk psikoterapi yang sangat memperh
atikan aspek peran dalam berfikir, merasa, dan bertindak. Akan tetapi CBT memiliki karakter
istik tersendiri yang membuat CBT lebih khas dari pendekatan lainnya.

CBT sendiri merupakan konseling yang menekankan pada restrukturisasi atau pembe
nahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan diri konseli baik secara fisi
k maupun psikis dan cenderung melihat ke masa depan dibanding masa lalu. Aspek kognitif d
alam CBT diantaranya mengubah cara berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi serta m
emfasilitasi konseli dalam belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif.
Sedangkan aspek behavioral dalam CBT yakni mengubah hubungan yang salah antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah perilaku, menena
ngkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta dapat berpikir dengan lebih jelas.

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwasannya dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalah
an, kekeliruan, baik secara penulisan, tata bahasa dan sebagainya. Oleh karena itu penulis san
gat mengharapkan kritik dan saran yang dapat dikembangkan untuk pengetahuan. Dengan ad
anya makalah ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca agar dapat memahami lebih lanju
t tentang “Konsep Dasar dan Perkembengan Perilaku dalam Konseling Cognitive Behavior T
herapy (CBT).”

10
DAFTAR PUSTAKA

Aini, D., 2019. Penerapan Cognitive Behaviour Therapy dalam Mengembangkan Kepribadia
n Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Ilmu Dakwah, 39(1), p.70.

Apriliana, I. P. A., Suranata, K., & Dharsana, I. K. (2019). Mereduksi Kecemasan Siswa Mel
alui Konseling Cognitive Behavioral. Indonesian Journal of Educational C
ounseling, 3(1), 21–30. https://doi.org/10.30653/001.201931.46

Oemarjoedi, Kasandra.(2003).Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Psikot


erapi.Jakarta: Kreativ Media

Kristina, Rika., &, & Kemala, C. N. (2021). Meningkatkan resiliensi anak: Peran positive cog
nitive triad dan cognitive behavior therapy. Jurnal Psikologi Insight, 5(1), 30
–45.

Lesmana, Gusman.(2021).Teori dan Pendekatan Konseling.Medan: Umsu Press

Nurrohmah, I. I. (2019). Pengaruh Konseling Kelompok Pendekatan Cbt Dengan Teknik Cog
nitive Restructuring Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Doctoral
dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).

11

Anda mungkin juga menyukai