Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Cognitive Behavior Therapy (CBT)“

Guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Model-Model Konseling dengan dosen
pengampu :

Reizki Maharani, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Kelompok 12:

Ervan 12140213756

Nurul Asila 12140220853

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT ,yang atas rahmat-Nya dan

karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya,adapun

tema dari makalah ini adalah “ Cognitive Behavior Therapy “.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada dosen mata kuliah Model- model Konseling puasa yaitu ibu Reizki Maharani,

M.Pd yang telah membimbing kami dalam pembuatan tugas makalah ini,serta pihak-

pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.oleh karena itu kami

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari

berbagai pihak .

Pekanbaru, 21 Novemberr2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Cognitive Behavior Therapy...........................................................3
B. Konsep dasar Cognitive Behavior Therapy......................................................4
C. Dinamika Kepribadian Manusia.......................................................................5
D. Peran dan Fungsi Konselor...............................................................................7
E. Tujuan Cognitive Behavior Therapy................................................................7
F. Kelebihan dan Kekurangan Cognitive Behavior Therapy................................8
G. Teknik Cognitive Behavior Therapy................................................................9
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUPAN.................................................................................................................11
A. Kesimpulan ....................................................................................................11
B. Yel-Yel............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terapi kognitif dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Aaron Beck dan berkaitan
dengan terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat
jikadigabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini di disatukan dan
dikenal dengan terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Terapi ini
memperlakukan individu sebagai agen yang berpikir positif dan berinteraksi dengan
dunianya. Individu membentuk sudut pandang dan keyakinan serta memiliki afek atau
perasaan mengenai apa yang dianggap benar bagi diri sendiri, lingkungan, dan mengenai
pikiran serta perasaannya pada interaksi yang luas dengan perilaku atau tindakan
dalam rangkaian interaksi. Setiap interaksi mempengaruhi interaksi lain. Berdasarkan kognisi
dan pengalaman masa lalu, individu membentuk pandangan dan skema kognitif yaitu cara
berpikir atau perspektif kebiasaan mengenai diri sendiri, dunia dan masa depan. Misalnya,
individu mengembangkan pandangan psimistis mengenai cara mengontrol takdirnya sendiri
atau merasa takdirnya mampu dikontrol oleh orang lain dan tidak mampu mengontrolnya
sendiri. Dalam situasi tersebut, individu mengembangkan pandangan negative serta merasa
tidak berharga (disebut pikiran otomatis negative) yang dapat menimbulkan stress, emosi,
kecemasan dan depresi. Individu cenderung mengolah keyakinan yang tidak masuk akal
tentang kemampuan dan berhubungan dengan orang lain. Hasil persepsi dan distorsi yang
salah ini ditandai oleh harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri dan orang lain,
metode koping yang tidak efektif, dan pandangan tentang diri sendiri sebagai orang yang
tidak mampu. Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT, mengambil kesimpulan bahwa
pengaertian CBT adalah pendekatan konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi
atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik
secara fisik maupun psikis.

B. Rumusan Masalah
1. bagaimana konsep dasar Cognitive Behavior?

2. Apa saja Peran dan fungsi Konselor?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan CBT?

1
C. Tujuan Masalah
1. Dapat memahami pengertian dari CBT

2. Dapat menjelaskan apa saja Konsep Dasar CBT

3. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan CBT

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Yaitu teknik modifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif. Ahli terapi
membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan
interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu pengendalian reaksi emosional yang
terganggu, seperti kecemasan dan depresi dengan mengajarkan mereka cara yang lebih efektif
untuk menginterpretasikan pengalaman mereka. Terapi perilaku kognitif/Cognitive Behavior
Therapy (CBT), atau disebut juga dengan istilah Cognitive Behavior Modification merupakan
salah satu terapi modifikasi perilaku yang menggunakan kognisi sebagai “kunci” dari
perubahan perilaku. Terapis membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan
buruk klien, untuk kemudian diganti dengan konstruksi pola pikir yang lebih baik.

Perilaku merupakan pendekatan konseling dan terapi yang memadukan pendekatan


cognitive (pikiran) dan behavior (perilaku) untuk memecahkan masalah. Pendekatan
cognitive (pikiran) berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan,
atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara
sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya). Adapun Bush mengungkapkan
bahwa konseling Cognitive Behavior merupakan perpaduan dari dua pendekatan dalam
psikoterapi yaitu Cognitive Therapy dan Behavior Therapy. Terapi kognitif memfokuskan
pada pikiran, asumsi dan kepercayaan.

Terapi Cognitive memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan


dalam berpikir atau pikiran yang irasional menjadi rasional. Sedangkan terapi tingkah laku
membantu individu untuk membentuk perilaku baru dalam memecahkan masalahnya.
Pendekatan Cognitive Behavior tidak berfokus pada kehidupan masa lalu dari individu akan
tetapi memfokuskan pada masalah saat ini dengan tidak mengabaikan masa lalu. Secara
umum, proses Konseling Cognitive Behavior adalah pembukaan, tahapan inti dan terminasi
(pengakhiran).1

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta.PT Raja Grafindo Persada,
2001), hal.214
A. Kasandra Oemarjoedi, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi (Jakarta: Creativ Media,
2003), hal, 20.

3
CBT merupakan konseling yang dilakukan untuk meningkatkan dan merawat
kesehatan mental. Konseling ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa
dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya,
bertindak, dan memutuskan kembali. Sedangkan, pendekatan pada aspek behavior diarahkan
untuk membangun hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan
mereaksi permasalahan. Seseorang harus mampu mengubah cara berfikir dan prilakunya
sendiri demi mencapai masa depan yang dia inginkan.

B. Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Teori Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003) pada dasarnya meyakini pola


pemikiran manusia terbentuk melalui proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling
berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses
kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan
bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi untuk
menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana pemikiran yang irasional dapat
menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku yang menyimpang, maka CBT diarahkan
pada modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan bertindak dengan menekankan peran otak dalam
menganalisa, memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan
mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat mengubah tingkah
lakunya, dari negatif menjadi positif.

Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT, maka CBT adalah pendekatan


konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang
menyim-pang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis. CBT
merupakan konseling yang dilakukan untuk meningkatkan dan merawat kesehatan mental.
Konseling ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak,
dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan
memutuskan kembali. Sedangkan, pendekatan pada aspek behavior diarahkan untuk
membangun hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi
permasalahan. Tujuan dari CBT yaitu mengajak individu untuk belajar mengubah perilaku,
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan
membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan CBT diharapkan
dapat membantu konseli dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan bertindak.

4
C. Dinamika Kepribadian Manusia

Dari konseling kognitif adalah penekanan pada unsur kognisi yang dapat
mempengaruhi emosi dan perilaku manusia. Alford & Beck (1997) mendefinisikan kognisi
sebagai berikut “cognition is defined as that function that involves inferences about one’s
experiences and about the occurrence and control of future events”. Beck (dalam Seligman,
2006) membagi kognisi individu ke dalam empat tingkatan, yaitu pikiran otomatis, keyakinan
tingkat tinggi, keyakinan inti, dan skema.
1) Pikiran otomatis (automatic thought) merupakan aliran kognisi yang terus mengalir
melalui mental individu. Ketika individu menjalani kehidupan sehari-hari, pikiran-
pikiran khusus situasional secara spontan muncul untuk mereaksi pengalaman kita.
Pikiran otomatis menjembatani situasi dan emosi, artinyadari situasi tertentu dapat
muncul pikiran otomatis tertentu dan dapat membangkitkan emosi tertentu.
2) Keyakinan tingkat tinggi (intermediate beliefs) merefleksikan suatu aturan dan sikap
yang absolut yang membentuk pikiran otomatis.
3) Keyakinan Inti (core beliefs) merupakan ide sentral tentang diri yang mendasari
berbagai pikiran otomatis dan selalu direfleksikan dalam keyakinan lanjut.
4) skema (schemas) didefinisikan sebagai struktur kognitif yang mencakup keyakinan
inti atau suatu aturan khusus yang mengendalikan perilaku dan pemrosesan informasi.
Skema akan mempengaruhi cara individu mempersepsi realita dan dapat bersifat
personal. Suatu skema dapat diaktifkan melalui satu stimuli khusus. Jika skema telah
aktif, skema akan menggabungkan berbagai informasi yang konsisten dan relevan
serta menolak informasi yang kontradiktif.

Secara khusus, pikiran otomatis yang individu mungkin tidak menyadari bisa menjadi
signifikan dalam pengembangan kepribadian. Pikiran seperti itu merupakan aspek keyakinan
individu atau skema kognitif (cognitive schemas), yang penting dalam memahami bagaimana
individu membuat pilihan dan menarik kesimpulan tentang kehidupan mereka. Kepentingan
tertentu dalam memahami gangguan psikologis adalah distorsi kognitif, cara berpikir yang
tidak akurat yang berkontribusi terhadap ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan dalam
kehidupan individu (Sharf, 2012).
Menurut Beck (dalam Sharf, 2012) tekanan psikologis dapat disebabkan oleh
kombinasi dari beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut adalah faktor biologis,
lingkungan, dan sosial, yang berinteraksi dalam berbagai cara, sehingga jarang ada penyebab

5
tunggal untuk terjadinya gangguan psikologis. Kadang-kadang peristiwa yang terjadi pada
saat anak usia dini dapat menyebabkan distorsi kognitif nantinya.

Menurut Beck, Freeman, Davis, & Associates (dalam Sharf 2012) kurangnya
pengalaman atau pelatihan dapat mengakibatkan cara berpikir yang efektif atau maladaptive,
seperti dalam menetapkan tujuan realistis atau membuat asumsi yang tidak akurat. Pada saat
individu mengalami stres, ketika individu mengantisipasi atau memandang situasi sebagai
ancaman, pemikiran mereka mungkin terdistorsi. Ini bukan pikiran yang tidak akurat yang
menyebabkan gangguan psikologis, melainkan merupakan kombinasi dari biologi,
perkembangan, dan faktor lingkungan. Terlepas dari penyebab gangguan psikologis, pikiran-
pikiran otomatis cenderung menjadi bagian penting dari pengolahan penderitaan yang
dirasakan.

Konselor kognitif melihat keyakinan individu dimulai pada anak usia dini dan
berkembang sepanjang hidup (Sharf, 2012). Pengalaman anak usia dini menyebabkan
keyakinan dasar tentang diri sendiri dan dunia seseorang. Keyakinan ini dapat diatur ke
dalam skema kognitif (cognitive schemas). Biasanya, individu mengalami dukungan dan
cinta dari orang tua, yang mengarah pada keyakinan seperti “Saya dicintai” dan “Saya
kompeten”, yang pada gilirannya menyebabkan pandangan positif dari diri mereka sendiri di
masa dewasa. Orang yang mengembangkan disfungsi psikologis memiliki pengalaman
negatif yang dapat menyebabkan keyakinan seperti “Saya dikasihi” dan “Saya tidak
memadai”. Pengalaman-pengalaman perkembangan bersama dengan insiden kritis atau
pengalaman traumatis, mempengaruhi sistem kepercayaan individu. Pengalaman negatif,
seperti diejek oleh seorang guru, dapat menyebabkan keyakinan bersyarat seperti “Jika orang
lain tidak menyukai apa yang saya lakukan, saya tidak berharga”. Keyakinan tersebut dapat
2
menjadi dasar untuk individu sebagai skema kognitif negatif. Adapun bagan dari skema
model perkembangan kognitif dapat digambarkan sebagai berikut.
Berdasarkan bagian di atas, dapat dipahami bahwa teori kepribadian dan psikoterapi
menurut Beck (dalam Flanagan & Flanagan (2004) mencakup karakteristik sebagai berikut:

1. Dalam proses kehidupan, individu yang terkena berbagai peristiwa kehidupan tertentu,
beberapa di antaranya memicu otomatis, pikiran maladaptif.
2
Ibid
A.Kasandra Putranto, Aplikasi Cognitive Behaviour dan Behaviour Activation dalam Intervensi Klinis,
(Jakarta:Grafindo Books Media,2016),235-239

6
2. Pikiran maladaptif ini dicirikan oleh menyalahkan diri mereka, mereka terlalu sempit,
terlalu luas, terlalu ekstrim, atau hanya tidak akurat.
3. Pikiran maladaptif individu biasanya berasal dari keyakinan inti maladaptif yang
dipegang teguh (skema atau sikap disfungsional).
4. Individu umumnya memperoleh keyakinan inti ini selama masa kanak-kanak.
5. Pikiran-pikiran otomatis, keyakinan dasar, dan gangguan emosional mereka terkait,
dapat dimodifikasi melalui prosedur konseling kognitif yang tidak memerlukan
eksplorasi masa lalu konseli.

D. Peran dan Fungsi Konselor

Pada pendekatan kognitif behavioral, seorang konselor bersifat lebih menjadi


pendengar yang sensitif dan empatik, ketika mendengarkan masalah konseli. Hubungan yang
demikian akan memudahkan konselor mencari informasi dari konseli. Dengan menggunakan
teori behavioral dan kognitif sebagai petunjuk, konselor mencari secara detail informasi
mengenai masalah yang dialami oleh konseli, sehingga konselor dapat mengetahui
bagaimana, kapan dan situasi ketika masalah itu terjadi.

Pada saat konseling, seorang konselor menggunakan pendekatan kognitif behavioral


sangat jarang menggunakan kata “kenapa”, seperti “kenapa kamu cemas sebelum ujian?” atau
“kenapa kamu stress saat bekerja?”. Biasanya seorang konselor lebih suka menggunakan kata
“bagaimana”,”kapan”, “dimana”, dan “apa”, ketika mereka memahami faktor yang menjadi
inti dari masalah konseli.

Tugas konselor kognitif behavioral adalah membantu konseli untuk bertindak seperti
ilmuwan dalam menemukan validitas peta atau model pribadinya dan membuat pilihan
berkenaan dengan elemen mana yang dipertahankan dan mana yang diubah. Konselor
kognitif-behavioral biasanya akan menggunakan berbagai teknik intervensi untuk
mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran dengan konseli.

E. Tujuan Cognitive Behavior Therapy (CBT)

Tujuan dari terapi Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003: 9) yaitu mengajak


individu untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti
yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. CBT dalam
pelaksanaan terapi lebih menekankan kepada masa kini dari pada masa lalu, akan tetapi

7
bukan berarti mengabaikan masa lalu. CBT lebih banyak bekerja pada status kognitif saat ini
untuk dirubah dari status kognitif negatif menjadi status kognitif positif. Selain itu, tujuan
utama dalam teknik Cognitive Behavior Therapy diantaranya :

a. Membangkitkan pikiran-pikiran negatif/berbahaya, dialog internal atau bicara sendiri


(sweaf – talk) dan interpretasi terhadap kejadian-kejadian yang dialami. Pikiran-
pikiran negatif tersebut muncul secara otomatis, sering diluar kesadaran konseli,
apabila menghadapi situasi stres atau mengingat kejadian penting masa lalu. Distorsi
kognitif tersebut perilaku maladaptif yang menambah berat masalahnya.
b. Terapis bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung atau menyanggah
interpretasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran otomatis sering didasarkan tas
kesalahan logika, maka progam Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diarahkan
untuk membantu pasien mengenali dan mengubah distorsi kognitif. Pasien dilatih
mengenali pikirannya,dan mendorong untuk menggunakan keterampilan,
menginterpretasikan secara lebih rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptif.
c. Menyusun desain eksperimen (homework) untuk menguji validitas interpretasi dan
menjaring data tambahan untuk diskusi dalam proses terapi.

F. kelebihan dan Kekurangan CBT

a) Kelemahan Pendekatan CBT meliputi :


1. Pendekatan kognitif behavior menuntut konselor atau terapis memiliki level
pemahaman, pengetahuan, keterampilan, dan sudut pandang yang tinggi yang
diperoleh dari adanya pelatihan. Terapi kognitif-perilaku karena teralalu
mengandalkan pikiran yang positif sehingga menjadi terlalu dangkal dan sederhana.
2. Ketidakberhasilan dalam menjalin hubungan yang bersifat terapeutik3

3. Bekerja hanya dengan mengesampingkan gejala-gejala yang muncul, namun juga


gagal dalam mengeksplorasi penyebab dari munculnya masalah.
4. Menolak adanya faktor pengaruh alam bawah sadar.
5. Melupakan peranan perasaan dalam proses konseling.
6. Menolak masa lalu klien
7. Terlalu berorientasi teknik
8. Tidak mendalam
3
John McLeod, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus Alih Bahasa oleh A.K. Anwar,
(Jakarta:Kencana,2006), hal. 157-158.

8
9. Membutuhkan kemampuan berfikir abstrak
10. Menjadi terlalu banyak aturan/preskriptif dan mengabaikan faktor individu

b) Kelebihan Pendekatan CBT adalah


1. Dapat mengukur kemampuan interpersonal dan kemampuan sosial seseorang
2. Aplikasi luas
3. Menyediakan rancangan terstruktur dan rapi
4. Mengutamakan aspek pikiran
5. Membangun keterampilan sosial seseorang
6. Keterampilan komunikasi atau bersosialisasi
7. Pelatihan ketegasan
8. Keterampilan meningkatkan hubungan
9. Pelatihan resolusi konflik dan manajemen agresi
10. Tidak berfokus pada satu sisi saja (tidak hanya perilaku) tetapi juga dalam kognitif
seseorang

G. Teknik Cognitive Behavior Therapy

CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh konselor untuk


membantu individu ke arah yang positif. Berbagai variasi teknik perubahan kognisi, emosi
dan tingkah laku menjadi bagian yang terpenting dalam Cognitive Behavior Therapy. Metode
ini berkembang sesuai dengan kebutuhan konseli, di mana konselor bersifat aktif, direktif,
terbatas waktu, berstruktur, dan berpusat pada konseli. Konselor atau terapis Cognitive
Behavior biasanya menggunakan berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan
perilaku sasaran dengan konseli. Teknik yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam
Cognitive Behavior Therapy CBT yaitu:

1. Menata keyakinan irasional.


2. Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik
ketimbang sesuatu yang menakutkan.
3. Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan
konselor. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi
ril.
4
Kasandra Oemarjoedi, Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Psikoterapi, (Jakarta: Kreativ Media, 2003), hal.
6

9
4. Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang dialami pada
saat ini dengan skala 0-100.
5. Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentika pikiran negatif dan
mengubahnya menjadi pikiran positif.
6. Desensitization systematic. Digantinya respons takut dan cemas dengan respon
relaksasi dengan cara mengemukakan permasalahan secara berulang-ulang dan
berurutan dari respontakut terberat sampai yang teringan untuk mengurangi intensitas
emosional konseli.
7. Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sosialnya.
8. Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya bisa bertindak tegas.
9. Penugasan rumah. Memperaktikan perilaku baru dan strategi kognitif antara sesi
konseling.
10. In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah dengan memasuki
situasi tersebut.
11. Covert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan menekankan kepada
proses psikologis yang terjadi di dalam diri individu. Peranannya di dalam mengontrol
perilaku berdasarkan kepada imajinasi, perasaan dan persepsi

BAB III

PENUTUPAN

10
A. KESIMPULAN
CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh konselor untuk
membantu individu ke arah yang positif. Berbagai variasi teknik perubahan kognisi, emosi
dan tingkah laku menjadi bagian yang terpenting dalam Cognitive Behavior Therapy.
Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik ketimbang
sesuatu yang menakutkan. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda
dalam situasi ril.

Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang dialami pada
saat ini dengan skala 0-100. Digantinya respons takut dan cemas dengan respon relaksasi
dengan cara mengemukakan permasalahan secara berulang-ulang dan berurutan dari
respontakut terberat sampai yang teringan untuk mengurangi intensitas emosional konseli.
Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah dengan memasuki situasi tersebut. Covert
conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan menekankan kepada proses
psikologis yang terjadi di dalam diri individu.

YEL-YEL

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.

12
A. Kasandra Oemarjoedi, 2003. Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi (Jakarta:
Creativ Media)

Kasandra Putranto, 2016. Aplikasi Cognitive Behaviour dan Behaviour Activation dalam
Intervensi Klinis, (Jakarta:Grafindo Books Media)

John McLeod, 2006. Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus Alih Bahasa oleh A.K.
Anwar, (Jakarta:Kencana),

Kasandra Oemarjoedi, 2003. Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Psikoterapi, (Jakarta:


Kreativ Media)

13

Anda mungkin juga menyukai