PSIKOLOGI KONSELING
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Praktikum Konseling Individu
DISUSUN OLEH :
Nurul Asila
12140220853
BKI 3 C
2021/2022
LAPORAN WAWANCARA KONSELING
A. Pembahasan
Disini saya mengambil pembahasan tentang “Stres yang terjadi pada Mahasiswi
Semester Akhir”. Setiap manusia pasti memiliki keluhan dalam hidupnya. Tidak pada kelompok
mahasiswa, terkadang mahasiswa mengaku bahwa mereka pernah atau bahkan sering mengalami
stres dan tekanan. Tidak jarang mahasiswa mengatakan “stres kuliah, kalau tau gini gak kuliah
tapi kalau gak kuliah nggak dapat gelar”. Guyonan ini cenderung menegaskan bahwa mahasiswa
sudah dalam kondisi menyerah karena beban kuliah kira-kira apa yang membuat mereka stres
dan mendapatkan tekanan yang sehingga menimbulkan dampak yang begitu buruk terhadap
perkembangan remajanya. Lalu bagaimana sih cara mengatasinya?
Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa sebagai seseorang yang sedang dalam keadaan
menuntut ilmu pada tingkat perguruan tinggi. Menurut Abdullah (2007) stres merupakan kondisi
jiwa, raga, fisik dan psikis seseorang yang fungsinya tidak berjalan sebagaimana mestinya atau
tidak normal. Selye (dalam Rice. 1992) mengkategorikan jenis Stres menjadi dua, yaitu:
1. Distres (Stres Negatif)
Distres merupakan jenis stres yang tidak menyenangkan. Yang dimaksud disini seseorang
merasakan sesuatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, gelisah,
khawatir
2. Eustres (Stres Positif)
Eustres bersifat membahagiakan dan merupakan pengalaman yang menyenangkan.
Eustres biasanya meningkatkan kewaspadaan, kognisi, dan performansi seseorang.
1) Identitas Pribadi
3) Gambaran Masalah
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh konselor dan klien, klien sering stres berkepanjangan
Itu dikarenakan Klien sering mendapat tugas yang begitu banyak dalam satu waktu dan juga
kondisi ekonomi yang naik turun dalam keluarganya sehingga hal ini membuat konseli jarang
tidur bahkan menyebabkan nya sulit untuk tidur karna terlalu memikirkan masalah yang ada.
Karena hal ini membuat konseli mengkonsumsi obat penenang.
4) Hubungan Awal
Hubungan awal dalam pelaksanaan konseling yakni konselor mengupayakan klien untuk bisa
memiliki rasa aman dan nyaman. Dalam hubungan awal ini konselor dan klien membangun
kepercayaan antara dua belah pihak. Konselor dan klien mempunyai tujuan yang sama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi klien.
7) Tujuan perubahan
Tujuan perubahannya yaitu agar klien dapat segera mengambil keputusan terhadap masalah yang
dihadapinya.
A. Pembahasan
1) Waku Pelaksanaan Layanan:
a) Tahap Penstrukturan
Konselor membuat klien untuk bisa memiliki rasa aman dan nyaman.konselor membuat klien
merasa percaya terhadap konselor agar dapat menceritakan masalah yang dihadapinya tanpa ada
yang ditutupi. Kemudian dalam hubungan awal ini konselor dan klien sebaiknya memiliki
persamaan tujuan yakni masalah klien dapat terentaskan dengan segera. Konselor pun tak lupa
menanyakan kesiapan klien dan kesediaan klien untuk di konseling.
b) Tahap Penjajagan
Setelah berhasil pada tahap penstrukturan ini dan terbinanya hubungan yang baik antara konselor
dengan konseli dalam pelaksanaan konseling yang ditandai klien telah memiliki tujuan yang
sama dengan konselor dalam melaksanakan konseling. Selanjutnya konselor menggali informasi
dari permasalahan yang dialami klien. Dari penjajakan terhadap permasalahan yang dialami klien
mengalami kebingungan dalam menentukan pengambilan keputusan.
c) Tahap Penafsiran
Dari hasil penggalian informasi terhadap masalah yang dialami oleh klien maka konselor dapat
menafsirkan bahwa :
Konseli mengalami kebiasaan mengkonsumsi obat penenang jika sedang dalam keadaan stres
dan dibawah tekanan.
Konseli merasa bahwa perilakunya ini akan membuat orang tuanya merasa kecewa dengan
apa yang dilakukannya sekarang dan dia akan merasa sangat malu jika perilakunya ini akan
mempengaruhi belajar dan menghambatnya untuk meraih apa yang dia inginkan untuk
kedepannya bukan hanya itu mungkin saja dari perilku nya yang saat ini ditiru oleh adiknnya.
d) Tahap Pembinaan
Setelah berhasil dalam tahap penjajagan ini dan diperoleh informasi maka tahap selanjutnya
dilaksanankan tahap pembinaan. Dalam tahap pembinaan ini usaha yang dilakukan konselor
dalam membantu klien mengambil keputusan untuk mengentaskan permasalahan yang
dialaminya adalah dengan mengajak klien untuk berfikir bila orang tua klien mengetahui
perilakunya, kemudian klien diajak untuk bermain peran sebagai dirinya dimasa depan yang
dimana klien melihat akibat dari perilakunya dimasa lalu. Hal demikian dilakukan untuk dapat
merubah perilakunya yang negatif kembali menjadi positif.
e) Tahap Penilaian
Dari proses konseling yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa klien merasa lebih tenang, dari
mimik wajah terlihat lebih bersinar. Keadaan yang demikian menandakan terjadi proses terhadap
diri klien.
Dalam penilaian konseling, klien menceritakan masalah yang dihadapinya dengan apa adanya,
klien yang tanpa adanya paksaan dari siapapun mampu untuk menceritakan masalah yang
dihadapinya. Klien yang merasa bersalah dan malu apabila orang tuanya tahu dengan
perilakunya dan adiknya mencontoh perilakunya. Klien mulai berfikir tentang akibat perilaku
yang dilakukannnya. Konselor memberikan informasi kepada klien bahwa sebagai seorang
mahasiswa harus bertanggung jawab dan bisa menerima keadaan ekonomi keluarganya. Agar tak
membuat orang tua kecewa dan dapat menjadi contoh yang baik kepada adik. Setelah itu klien
mulai merencanakan keputusan yang akan diambilnya setelah konseling selesai. Dari tahap-tahap
konseling yang telah dilaksanakan maka untuk mencapai tujuan proses konseling maka perlu
dilaksanakan penilaian untuk melihat bagaimana perkembangan konseli dalam melaksanakan
konseling maupun setelah melaksanakan proses konseling, adapun penilaian hasil dari konseling
tersebut adalah:
1. Konseli memperoleh pemahaman baru terkait tentang keadaan dirinya dan masalah yang
dialami.
2. Kecemasan konseli terkait masalah yang dialaminya berkurang ini terlihat dari mimik
muka yang nampak yakni lebih cerah.
1) Jagalah kesehatan dengan cara tidur yang cukup, berolahraga/aktivitas fisik, makanan
yang bergizi dan seimbang, terapkan perilaku hidup yang teratur.
2) Melakukan kegiatan yang membuat anda nyaman
3) Berpikir positif
4) Tenangkan pikiran dan jangan menganggap suatu cobaan dan permasalah itu sebagai
tekanan batin
12). Referensi
Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Media Ar-Ruzz.
Amiruddin. 2017. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Tingkat Kejadian Stres pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2015. Fakultas Kedokteran.
Makassar: Universitas Hasanudin.
Al-dubai, SA, Al-naggal, RA, Rampal, KG 2011. Stres dan strategi coping mahasiswa fakultas
kedokteran di Malaysia. Malaysia: Melayu J Med Sci.
Alvin, NO 2007. Penanganan Stres Belajar: Panduan Agar Anda Bisa Belajar Bersama Anak-
Anak Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.
13). Foto