Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

INTERVENSI COGNITIVE-BEHAVIORAL
THERAPY (CBT)

Tugas Pembekalan Praktek Kerja Psikologi Profesi (PKPP) Klinis Dewasa

Dosen :
Dr. Mori Vurqaniati, M.Psi., Psikolog

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ZULFIKAR ZAIN
2067290130

PASCASARJANA PSIKOLOGI PROFESI


UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA
Y.A.I. JAKARTA
2021
A. Identitas Subjek

Nama : ACK

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Lahir, Usia : M, 25 th

Suku Bangsa : Bugis

Pendidikan : S1

Alamat : Jakarta Utara

1. Gambaran Masalah

Subjek adalah perempuan berusia 25 tahun dengan inisial ACK. Saat


proses wawancara dan konseling berlangsung, subjek awalnya menyatakan
kebingungannya, lelah, rasa kewalahan yang dimilikinya karena melakukan
kegiatan perkuliahan sambil bekerja. Setelah proses konseling berlangsung,
subjek mulai menyatakan perasaan kecewa yang dimilikinya terhadap
keputusan atasan yang tidak sesuai dengan janji yang diberikan kepada
subjek. Perasaan kecewa tersebut membuat subjek kehilangan motivasi dalam
bekerja dan membuatnya lebih mudah lelah dalam berkegiatan.

B. TERAPI COGNITIVE-BEHAVIORAL THERAPY (CBT)


1. Pengertian CBT

Terapi perilaku-kognitif merupakan pendekatan terapi yang berpusat


pada proses berfikir dan kaitannya dengan keadaan emosi, perilaku, dan
psikologi. Terapi ini berpusat pada ide bahwa orang tertentu mampu
mengubah kognisi mereka, dan karenanya mengubah dampak pemikiran pada
kesejahteraan emosi mereka (Christine Wilding dan Aileen Milne, dalam
Dewi, 2019). Menurut Ni Putu Diah (dalam Dewi, 2019) Terapi perilaku-
kognitif merupakan psikoterapi yang menggabungkan antara terapi perilaku
dan terapi kognitif yang didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia
secara bersama dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, proses fisiologis serta
konsekuensinya pada perilaku.

Teknik dan Metode Konseling kognitif–behavioral cenderung


menggunakan sebuah program yang terstruktur langkah demi langkah
Program yang dapat mencakup:

a. Menciptakan hubungan yang sangat dekat dengan aliansi kerja antara


konselor dan konseli. Menjelaskan dasar pemikiran dari penanganan
yang akan diberikan.
b. Menilai masalah. Mengidentifikasi, mengukur frekuensi, intensitas
dan kelayakan masalah perilaku, dan kognisi.
c. Menetapkan target perubahan.
d. Penerapan teknik kognitif dan behavioural (perilaku)
e. Memonitor perkembangan, dengan menggunakan penilaian berjalan
terhadap perilaku sasaran.
f. Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan dari
apa yang didapat. (John Mcleod, dalam Dewi 2019)

Menurut Oemarjoedi (dalam dewi, 2019) Tujuan dari terapi perilaku-


kognitif yaitu mengajak konseli untuk menentang pikiran dan emosi yang
salah dengan menampilkan buktibukti yang bertentangan dengan keyakinan
mereka tentang masalah yang dihadapi. Konselor diharapkan mampu
menolong konseli untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis dalam
diri konseli dan secara kuat mencoba menguranginya.

2. Teknik Model ABCD

Menurut Bradley T. Erford (2017) salah satu konsep inti Ellis adalah
model ABCDE dimana setiap hurufnya merepresentasikan sebuah teknik
untuk menggeser pikiran irasionalnya menjadi rasional.

a. Activating Event (A)


Kejadian pengaktif (A) adalah situasi yang memicu keyakinan klien.
Kejadian ini bisa saja nyata terjadi atau disimpulkan terjadi, internal atau
eksternal, mengacu pada masa lalu, masa kini, atau masa mendatang.

b. Belief (B)
Ada dua tipe keyakinan (B), rasional dan irasional. Keyakinan
individu memengaruhi pikiran dan tindakannya. Keyakinan rasional bersifat
realistis dan dapat diduking oleh bukti-bukti. Keyakinan irasional bersifat
tidak realistis dan sering kali didasarkan pada “absolutistic must”
(keharusan mutlak)
c. Consequence (C)
Konsekuensi (C) seharusnya diases setelah A namun sebelum B. C
adalah respon emosional klien terhadap keyakinan yang dimiliki tentang
kejadian pengaktif. Emosi-emosi negatif seperti kekhawatiran, kesedihan,
dan penyesalan adalah rspon yang sehat. Sementara itu, kecemasan, rasa
bersalah, dan depresi adalah respon yang tidak sehat.

d. Dispute (D)
Setelah A, B, dan C diases, sebuah pertentangan (D) muncul
terhadap keyakinan irasional klien dengan menanyakan pertanyaan yang
mendorong individu tersebut untuk mempertanyakan ke-empirikan dan ke-
logisan status “keyakinan irasional”. Ada tiga langkah untuk D: debating,
discriminating, dan defining.

e. Effect (E)
Dalam analisis-diri rasional, klien memeriksa A, B, C, dan D lalu
mendeskripsikan sebuah reaksi pengganti. Proses pendeskripsian melalui
evaluasi efek-efek (E) dari D. Efek yang terjadi adalah klien akan mengubah
perasaan dan tindakan karena sudah mengubah keyakinannya. (Bradley T.
Erford, 2017)

3. Langkah-langkah Terapi CBT dengan Teknik ABCD

Dryden (dalam Bradley T. Erford, 2017) menggarisbesarkan sebuah


proses 13-langkah yang cukup untuk mengimplementasikan CBT:

a. Tanyakan kepada klien, apa yang membawanya ke konseling atau ice


breaking topik netral
b. Sepakati tentang sebuah masalah untuk di diskusikan dan tujuan untuk
konseling
c. Ases kejadian pengaktifnya (A) untuk menentukan tindakan yang
mencetuskan sebuah keyakinan irasional.
d. Ases konsekuensi (C) isu yang membuatnya mencari konseling.
Konsekuensi itu bisa perilaku, emosional, atau kognitif.
e. Identifikasi dan ases masalah emosional sekunder klien, jika ada.
f. Ajarkan kepada klien bahwa keyakinan dibalik A berkaitan langsung
dengan C.
g. Ases B, bedakan antara pemikiran absolutistik dan pemikiran yang lebih
rasional.
h. Buat hubungan antara B dan C yang irasional.
i. Bantu klien untuk menentang (D) keyakinan irasioal dan fasilitasi
pemahaman yang lebih mendalam tentang B yang rasional.
j. Bantu klien memperdalam keyakinan dirinya pada keyakinan rasional
yang baru.
k. Berikan pekerjaan rumah (PR) yang memungkinkan klien untuk
mempraktikkan apa yang telah dipelajari.
l. Periksa kemajuan klien pada pekerjaan rumahnya selama sesi yang akan
datang.
m. Bantu klien untuk mengatasi kesulitan apa pun yang terkait masalah atau
pekerjaan rumahnya dan generalisasikan penggunaan proses tersebut
untuk masalah-masalah yang lain.

C. INTERVENSI
1. Rancangan Intervensi
Intervensi terhadap AC menggunakan metode Terapi CBT
menggunakan teknik ABCD dengan sasaran intervensi gejala utama dalam
“mengatasi stress kerja bersamaan dengan kuliah serta perasaan
kecewa”.

2. Proses Intervensi
Tujuan : Intervensi gejala utama
Tempat : co-working space
Observasi :
Pelaksanaan : 4 Juni 2021

3. Verbatim
Konselor: Siang mba C
Subjek: Siang mas
K: kesini naik apa tadi mba?
S: naik mobil kebetulan nih
K: naik mobil? Wah pasti enak banget ya jalannya engga macet? (topik
netral)
S: alhamdulillah ya tadi gak macet, soalnya tadi dari bengkel dulu. Abis dari
bengkel langsung kesini sih.
K: pasti menyenangkan sekali ya mba gak kena macet seperti itu?
S: iya bener bener, karna tumben banget kan sabtu gak macet kan
K: oke, hari ini mba pakai baju warna merah bagus sekali bajunya mba
S: terimakasih mas
K: mba suka yaa sama warna merah? (topik netral)
S: iya mas, karna emang saya suka pakai baju terang-terang sih
K: oh gitu, karna warna terang memberikan kecerahan yaa
S: iya betul banget, ditambah saya putih kan jadi kayak lebih keliatan aja gitu
auranya
K: oke, wow sangat menyenangkan yaa berarti hari ini yaa?
S: iyaa Alhamdulillah mas
K: lalu, ada yang mau dibicarakan kah mba saat ini?
S: eeehh mungkin cerita aja kaliyaa, like, belakangan ini sebenarnya lagi
demotivasi banget sih, di kerja maupun kuliah yaa, eeeeh gatau kenapa lagi
capek ajaa. Kalau kerja sih sebenernya saya kek ngerasa dikecewain sih.
(Activating Event)
K: capek… kecewa… (dipotong)
S: kecewa
K: dalam skala 0 sampai 10, kira-kira perasaan kecewa mba berada di angka
berapa yaa?
S: eehhhh mungkin di angka 7 atau 8 yaa mas…. 8 deh
K: oke, apa yang terpikirkan saat rasa kecewa itu muncul mba?
S: kalau kecewa sih lebih kayak, sebenernya udah pengen banget resign, tapi
di satu sisi company masih butuh saya terus di sisi lain saya juga harus
Menuhin buat uang kuliah. Jadi tanggung jawab saya dikantor juga masih
ada. (Activating Event)
K: mba bingung dengan pilihan yang sedang ada di diri mba?
S: bingung sih bingung tapi yaaa saya udah mutusin untuk tetap stay di
kantor, sebenernya berat, tapi saya coba ngejalaninnya ajaa.
K: apa yang membuat berat?
S: eeehhh yang buat berat sebenernya tuntutan dari kerja sih, yakan, karna kan
harus semua harus selesai di hari yang sama. Mungkin sama tugas-tugas
kuliah yang… saya jadi keteteran juga, saya jadi gak focus juga sama
kuliah saya kan. Setiap hari saya kuliah dari kantor terus saya gabisa
pahami materinya secara keseluruhan yaa menurut saya gak maksimal aja
sih. (Consequence)
K: mba kesulitan yaa dengan…. (dipotong)
S: iya kesulitan mas
K: apa yang dirasakan saat kesulitan itu muncul?
S: rasanya, yaa disatu titik saya pengen berenti sih sebenernnya untuk kerja
atau kuliahnya tapi saya punya tanggung jawab di kuliah dan saya juga
harus Menuhin suatu apa namanya kerjaan juga hatus saya penuhin tapi ya
gabisa juga jadi saya jalanin aja keduanya (hub. A menjadi C)
K: berarti mba udah dapet jalan keluarnya ya?
S: udah
K: apakah hal itu membuat mba nyaman?
S: nyaman, tapi ya gitu, di satu sisi saya overwhelmed sih, kewalahan dua-
duanya. Yaa disaat kerjaan juga butuh saya fisik saya untuk training tapi
satu sisi lain tugas-tugas kuliah saya harus di selesain. (Consequence)
K: lalu apa yang mba lakukan pada kewalahan itu? (jembatan C ke B)
S: eeee sebenernya kan ya itu sih dari saya nya juga yang harus atur waktu
kan gimana saya haru selesain kerjaan saya supaya gak sampai ke rumah
kerjaannya. Tapi yaa sebenernya bisa tapi memang ada satu sisi saya harus
buka lapotop pegang kerjaan pas udah sampai rumah dan tugas kuliah saya
harus saya selesaikan gitu. Salah satu caranya yaa kalau tugas kuliah, saya
ngumpul sama temen-temen saya gitukan untuk menyelesaikan tugas saya
yang sangat membantu yaitu salah satu caranya sih. (jembatan C ke B)
K: apakah mba merasa cara itu efektif untuk mengatasi yang mba rasa
kewalahan itu? (jembatan C ke B)
S: efektif. Untuk saat ini efektif tapi kita gatau ketika praktik (kuliah) apakah
kerjaan saya masih eeehh saat ini eeeh masih se efektif saat ini atau engga.
K: apa mba sudah merasa nyaman dan terpuaskan dengan kondisi dan situasi
saat ini? (jembatan C ke B)
S: tentang apa nih?
K: tentang apa yang sedang mba alami dan pikirkan
S: untuk kerja sambil kuliah? Sebenernya sih udah bisa sih udah nyaman tapi
di satu sisi ada yang bikin saya kecewa di kantor. Eeeh ini baru banegt sih,
perasaan ini baru banget muncul baru-baru ini, baru abis lebaran lah… april
akhir. Gue dikecewain sama atasan gue sendiri yang ngejanjiin gue untuk
promote (promosi jabatan). Jadi eeeh promot ini adalah iming-iming
supaya gue gak resign. Ketika gue udah memutuskan untuk gak resign dan
gue coba untuk jalanin dua-duanya ternyata nama gue malah gamasuk
dalam bagian promot. Jado, gue kayak demotivasi untuk yaudahlah gue
gausah kerja maksimal gitu karna usaha gue juga gaada gunanya? (Belief)
K: mba merasa kecewa dengan keputusan yang diberikan atasan mba?
S: kecewa mas
K: apa yang terpikirkan saat perasaan kecewa itu muncul ? (Hub. C ke B)
S: eeh yang terpikirkan, gue pengen resign sih tapi gue percaya kalo rezeki itu
gak bakal tertuker. Jadi, kayak mungkin gak saat ini, ya mungkin gak saat
ini. Jadi gue kayak pengen buktiin untk orang-orang sekitar atau atasan
gue, bahwa gue mampu kerja sambil kuliah. (muncul Dispute)
K: mba akan membuktikan kinerja mba ke atasan mba?
S: iya dong, bukan ke atasan doang sih yaa gue akan lakukan yang terbaik
gitu buat diri gue sendiri juga. (Belief baru)
K: mba akan melakukannya?
S: iya (Penguatan B)
K: mba mau melakukannya?
S: iya mau (Penguatan B)
K: kapan itu akan mba lakukan?
S: yaa mulai saat ini dan seterusnya gitu, maksudnya banyak sekali orang
yang bilang yaa di lngkungan sekitar gitu kan “lo gak bakal mampu kerja
sambil kuliah” gitu, gue merasa bisa negbuktiin kalo gue bisa gitu (PR)
K: mba pasti bisa melakukannya (Penguatan)
S: pasti bisa karna temen-temen kampus gue pada support gue semuanya
K: jika mba percaya, semua insyaallah akan baik (Penguatan)
S: nah betul banget
K: oke mba, setelah mba bercerita ke saya tentang perasaan kecewa yang mba
rasakan, sekarang rasa kecewa itu berada di angka berapa yaa mba? 0 untuk
tidak kecewa sama sekali dan 10 untuk rasa sangat kecewa.
S: eeeh mungkin di angka 5 atau 6 ya mas kalau untuk sekarang karna udah
kayak udah gak terlalu ngerasa kecewa yang banget gitu.
K: wah Alhamdulillah yaa mba jika menjadi sebuah kebaikan.
S: iyaa mas terimakasih yaa atas waktunya buat saya cerita-cerita nih
K: iya mba, sama-sama. Semoga selalu sehat yaaa mba
S: iyaa mas selamat siang
K: oke mba, siang
D. ANALISA
1. Membangun hubungan dan menjembatani

Tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk


konsultasi dengan membahas topic netral.

“Selamat siang mba, tadi kesini naik apa?”


“naik mobil? Wah pasti enak banget ya jalannya engga macet”

Pada sesi ini konselor menanyakan subjek apa yang ingin di ceritakan
untuk menjembatani dialog masalah klien.
“lalu, ada yang mau dibicarakan kah mba saat ini?”

2. Mengakses A (Activating Event)


Pada tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang
dihadapi klien. Tugas konselor adalah mengakses kejadian pengaktif dalam
masalah yang timbul pada klien.

Klien:

“eeehh mungkin cerita aja kaliyaa, like, belakangan ini sebenarnya


lagi demotivasi banget sih, di kerja maupun kuliah yaa, eeeeh gatau
kenapa lagi capek ajaa. Kalau kerja sih sebenernya saya kek ngerasa
dikecewain sih.”.

”kalau kecewa sih lebih kayak, sebenernya udah pengen banget


resign, tapi di satu sisi company masih butuh saya terus di sisi lain saya
juga harus Menuhin buat uang kuliah. Jadi tanggung jawab saya dikantor
juga masih ada”

3. Mengakses C (Consequence) dan kaitan A menjadi C


Konselor mulai mengakses konsekuensi yang dihadapi klien
berdasarkan kejadian pengaktif yang sudah dijabarkan oleh klien.
Klien:
“eeehhh yang buat berat sebenernya tuntutan dari kerja sih, yakan,
karna kan harus semua harus selesai di hari yang sama. Mungkin sama
tugas-tugas kuliah yang… saya jadi keteteran juga, saya jadi gak focus
juga sama kuliah saya kan. Setiap hari saya kuliah dari kantor terus saya
gabisa pahami materinya secara keseluruhan yaa menurut saya gak
maksimal aja sih.”

Terjadi percakapan sehingga konselor dapat membawa klien untuk


menyadari bahwa kejadian pengaktif (A) berkaitan dengan konsekuensi (C).
Klien:
“rasanya, yaa disatu titik saya pengen berenti sih sebenernnya
untuk kerja atau kuliahnya tapi saya punya tanggung jawab di kuliah dan
saya juga harus Menuhin suatu apa namanya kerjaan juga hatus saya
penuhin tapi ya gabisa juga jadi saya jalanin aja keduanya”

Selanjutnya muncul pernyataan klien yang menjelaskan konsekuensi


dari A.
Klien:
”nyaman, tapi ya gitu, di satu sisi saya overwhelmed sih, kewalahan
dua-duanya. Yaa disaat kerjaan juga butuh saya fisik saya untuk training
tapi satu sisi lain tugas-tugas kuliah saya harus di selesain.”

4. Menjembatani C ke B (Belief) dan mengakses B


Konselor membuat sebuah jembatan agar klien mampu mengakses
dan mengungkapkan bahwa konsekuensi (C) yang di jabarkan sebelumnya
memunculkan sebuah proses keyakinan (B) dirinya.
Konselor:
“lalu apa yang mba lakukan pada kewalahan itu?”
“apakah mba merasa cara itu efektif untuk mengatasi yang mba rasa
kewalahan itu?”
“apa mba sudah merasa nyaman dan terpuaskan dengan kondisi dan
situasi saat ini?”

Selanjutnya, setelah di stimulasi oleh konselor, klien mulai


mengungkapkan situasi keyakinan (B) yang merupakan hambatan bagi klien
Klien:
“Sebenernya sih udah bisa sih udah nyaman tapi di satu sisi ada
yang bikin saya kecewa di kantor. Eeeh ini baru banegt sih, perasaan ini
baru banget muncul baru-baru ini, baru abis lebaran lah… april akhir.
Gue dikecewain sama atasan gue sendiri yang ngejanjiin gue untuk
promote (promosi jabatan). Jadi eeeh promot ini adalah iming-iming
supaya gue gak resign. Ketika gue udah memutuskan untuk gak resign
dan gue coba untuk jalanin dua-duanya ternyata nama gue malah
gamasuk dalam bagian promot. Jado, gue kayak demotivasi untuk
yaudahlah gue gausah kerja maksimal gitu karna usaha gue juga gaada
gunanya?”

5. Mengkaitkan C dan B lalu mengakses D (Dispute)

Konselor memberikan stimulasi sebagai bentuk peng-kaitan antara


konsenkuensi (C) dan situasi keyakinan (B) yang dimiliki oleh klien.
Konselor:
”mba merasa kecewa dengan keputusan yang diberikan atasan
mba?”
“apa yang terpikirkan saat perasaan kecewa itu muncul ?”

Selanjutnya, setelah stimulasi diberikan oleh konselor, klien mulai


mengungkapkan sikap menentang (D) keyakinan irasional yang dimiliki
sehinga dapat menstimulasi munculnya keyakinan yang rasional.
Klien:
“eeh yang terpikirkan, gue pengen resign sih tapi gue percaya kalo
rezeki itu gak bakal tertuker. Jadi, kayak mungkin gak saat ini, ya mungkin
gak saat ini. Jadi gue kayak pengen buktiin untk orang-orang sekitar atau
atasan gue, bahwa gue mampu kerja sambil kuliah.”

6. Muncul Belief baru dan memberi penguatan

Setelah klien melakukan penentangan (D) terhadap keyakinan


irasionalnya (B), hal tersebut menstimulasi munculnya keyakinan (belief)
baru yang rasional.
Klien:
“Jadi gue kayak pengen buktiin untk orang-orang sekitar atau
atasan gue, bahwa gue mampu kerja sambil kuliah.”
“iya dong, bukan ke atasan doang sih yaa gue akan lakukan yang
terbaik gitu buat diri gue sendiri juga.”

Selanjutnya konselor memberikan penguatan terhadap keyakinan


rasional dengan member penguatan dan PR kepada klien.
Konselor:
“mba akan melakukannya?”
“mba mau melakukannya?”
“mba pasti bisa melakukannya”
“kapan itu akan mba lakukan?”

Setelah diberikan penguatan dan PR, klien memberikan respon yang


positif dan semakin meyakini keyakinan rasionalnya.
Klien:
“iya mau “
“pasti bisa karna temen-temen kampus gue pada support gue
semuanya”
“yaa mulai saat ini dan seterusnya gitu, maksudnya banyak sekali
orang yang bilang yaa di lngkungan sekitar gitu kan “lo gak bakal
mampu kerja sambil kuliah” gitu, gue merasa bisa negbuktiin kalo
gue bisa gitu”

Pada akhir intervensi, klien menyatakan bahwa ada penurunan pada


perasaan kecewa yang dialami sebanyak 2 poin.
Klien:
“eeeh mungkin di angka 5 atau 6 ya mas kalau untuk sekarang karna
udah kayak udah gak terlalu ngerasa kecewa yang banget gitu.”

Setelah melakukan proses intervensi CBT dengan teknik ABCD, dapat disimpulkan
bahwa subjek memiliki perasaan kecewa terhadap atasannya karena tidak memenuhi
janji yang diberikan kepada subjek. Ia merasa kehilangan motivasi karena janji yang
diberikannya tidak dipenuhi. Menurut Maslow (dalam Schultz, 2010) bahwa kebutuhan
(B-value) akan kebenaran yang tidak terpenuhi akan menimbulkan ketidak percayaan
dan sinisme. Perilaku ketidakpercayaan dan sinisme tersebut yang membuat subjek
kehilangan motivasi dalam bekerja.

Lalu, setelah konselor mengakses belief irasional yang dibangun oleh subjek
berdasarkan konsekuensi yang dinyatakan, subjek mulai menyatakan serta mengakses
sebuah penentangan pada belief yang irasional dengan mendefinisikan bahwa keyakinan
irasionalnya tersebut merupakan tindakan yang tidak diperlukan. Sesuai dengan
pernyataan Ellis (dalam Bradley, 2017) yang menyatakan bahwa dalam proses Dispute,
langkah subjek untuk defining dapat mendorong individu tersebut untuk
mempertanyakan ke-empirikan dan ke-logisan status “keyakinan irasional”. Sehingga
subjek mampu untuk membetuk sebuah keyakinan baru atau yang disebut “Effect” oleh
Ellis, yaitu reaksi penggati yang didapatkan oleh subjek setelah analisis rasional ABCD.

Selanjutnya, konselor memberikan penguatan pada keyakinan baru klien sebagai


bentuk dukungan untuk meningkatkan kepercayaan diri atas keyakinan batu yang
rasional tersebut. Sesuai dengan penjabaran Abu Bakar (2008) bahwa penguatan
diberikan untuk memotivasi dan meningkatkan kepercayaan diri atas keyakinan serta
keraguan pada pernyataan positif (rasional) tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Baraja. (2008). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press

Bradley T. Erford (2017) 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap Konselor edisi kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dewi Khurun Aini (2019) Penerapan Cognitive Behaviour Therapy dalam Mengembangkan
Kepribadian Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Ilmu Dakwah Vol.39 No.1 (2019) 70-90

Schultz, Duane. (2010) Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian yang Sehat.


Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai