INTERVENSI COGNITIVE-BEHAVIORAL
THERAPY (CBT)
Dosen :
Dr. Mori Vurqaniati, M.Psi., Psikolog
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ZULFIKAR ZAIN
2067290130
Nama : ACK
Pendidikan : S1
1. Gambaran Masalah
Menurut Bradley T. Erford (2017) salah satu konsep inti Ellis adalah
model ABCDE dimana setiap hurufnya merepresentasikan sebuah teknik
untuk menggeser pikiran irasionalnya menjadi rasional.
b. Belief (B)
Ada dua tipe keyakinan (B), rasional dan irasional. Keyakinan
individu memengaruhi pikiran dan tindakannya. Keyakinan rasional bersifat
realistis dan dapat diduking oleh bukti-bukti. Keyakinan irasional bersifat
tidak realistis dan sering kali didasarkan pada “absolutistic must”
(keharusan mutlak)
c. Consequence (C)
Konsekuensi (C) seharusnya diases setelah A namun sebelum B. C
adalah respon emosional klien terhadap keyakinan yang dimiliki tentang
kejadian pengaktif. Emosi-emosi negatif seperti kekhawatiran, kesedihan,
dan penyesalan adalah rspon yang sehat. Sementara itu, kecemasan, rasa
bersalah, dan depresi adalah respon yang tidak sehat.
d. Dispute (D)
Setelah A, B, dan C diases, sebuah pertentangan (D) muncul
terhadap keyakinan irasional klien dengan menanyakan pertanyaan yang
mendorong individu tersebut untuk mempertanyakan ke-empirikan dan ke-
logisan status “keyakinan irasional”. Ada tiga langkah untuk D: debating,
discriminating, dan defining.
e. Effect (E)
Dalam analisis-diri rasional, klien memeriksa A, B, C, dan D lalu
mendeskripsikan sebuah reaksi pengganti. Proses pendeskripsian melalui
evaluasi efek-efek (E) dari D. Efek yang terjadi adalah klien akan mengubah
perasaan dan tindakan karena sudah mengubah keyakinannya. (Bradley T.
Erford, 2017)
C. INTERVENSI
1. Rancangan Intervensi
Intervensi terhadap AC menggunakan metode Terapi CBT
menggunakan teknik ABCD dengan sasaran intervensi gejala utama dalam
“mengatasi stress kerja bersamaan dengan kuliah serta perasaan
kecewa”.
2. Proses Intervensi
Tujuan : Intervensi gejala utama
Tempat : co-working space
Observasi :
Pelaksanaan : 4 Juni 2021
3. Verbatim
Konselor: Siang mba C
Subjek: Siang mas
K: kesini naik apa tadi mba?
S: naik mobil kebetulan nih
K: naik mobil? Wah pasti enak banget ya jalannya engga macet? (topik
netral)
S: alhamdulillah ya tadi gak macet, soalnya tadi dari bengkel dulu. Abis dari
bengkel langsung kesini sih.
K: pasti menyenangkan sekali ya mba gak kena macet seperti itu?
S: iya bener bener, karna tumben banget kan sabtu gak macet kan
K: oke, hari ini mba pakai baju warna merah bagus sekali bajunya mba
S: terimakasih mas
K: mba suka yaa sama warna merah? (topik netral)
S: iya mas, karna emang saya suka pakai baju terang-terang sih
K: oh gitu, karna warna terang memberikan kecerahan yaa
S: iya betul banget, ditambah saya putih kan jadi kayak lebih keliatan aja gitu
auranya
K: oke, wow sangat menyenangkan yaa berarti hari ini yaa?
S: iyaa Alhamdulillah mas
K: lalu, ada yang mau dibicarakan kah mba saat ini?
S: eeehh mungkin cerita aja kaliyaa, like, belakangan ini sebenarnya lagi
demotivasi banget sih, di kerja maupun kuliah yaa, eeeeh gatau kenapa lagi
capek ajaa. Kalau kerja sih sebenernya saya kek ngerasa dikecewain sih.
(Activating Event)
K: capek… kecewa… (dipotong)
S: kecewa
K: dalam skala 0 sampai 10, kira-kira perasaan kecewa mba berada di angka
berapa yaa?
S: eehhhh mungkin di angka 7 atau 8 yaa mas…. 8 deh
K: oke, apa yang terpikirkan saat rasa kecewa itu muncul mba?
S: kalau kecewa sih lebih kayak, sebenernya udah pengen banget resign, tapi
di satu sisi company masih butuh saya terus di sisi lain saya juga harus
Menuhin buat uang kuliah. Jadi tanggung jawab saya dikantor juga masih
ada. (Activating Event)
K: mba bingung dengan pilihan yang sedang ada di diri mba?
S: bingung sih bingung tapi yaaa saya udah mutusin untuk tetap stay di
kantor, sebenernya berat, tapi saya coba ngejalaninnya ajaa.
K: apa yang membuat berat?
S: eeehhh yang buat berat sebenernya tuntutan dari kerja sih, yakan, karna kan
harus semua harus selesai di hari yang sama. Mungkin sama tugas-tugas
kuliah yang… saya jadi keteteran juga, saya jadi gak focus juga sama
kuliah saya kan. Setiap hari saya kuliah dari kantor terus saya gabisa
pahami materinya secara keseluruhan yaa menurut saya gak maksimal aja
sih. (Consequence)
K: mba kesulitan yaa dengan…. (dipotong)
S: iya kesulitan mas
K: apa yang dirasakan saat kesulitan itu muncul?
S: rasanya, yaa disatu titik saya pengen berenti sih sebenernnya untuk kerja
atau kuliahnya tapi saya punya tanggung jawab di kuliah dan saya juga
harus Menuhin suatu apa namanya kerjaan juga hatus saya penuhin tapi ya
gabisa juga jadi saya jalanin aja keduanya (hub. A menjadi C)
K: berarti mba udah dapet jalan keluarnya ya?
S: udah
K: apakah hal itu membuat mba nyaman?
S: nyaman, tapi ya gitu, di satu sisi saya overwhelmed sih, kewalahan dua-
duanya. Yaa disaat kerjaan juga butuh saya fisik saya untuk training tapi
satu sisi lain tugas-tugas kuliah saya harus di selesain. (Consequence)
K: lalu apa yang mba lakukan pada kewalahan itu? (jembatan C ke B)
S: eeee sebenernya kan ya itu sih dari saya nya juga yang harus atur waktu
kan gimana saya haru selesain kerjaan saya supaya gak sampai ke rumah
kerjaannya. Tapi yaa sebenernya bisa tapi memang ada satu sisi saya harus
buka lapotop pegang kerjaan pas udah sampai rumah dan tugas kuliah saya
harus saya selesaikan gitu. Salah satu caranya yaa kalau tugas kuliah, saya
ngumpul sama temen-temen saya gitukan untuk menyelesaikan tugas saya
yang sangat membantu yaitu salah satu caranya sih. (jembatan C ke B)
K: apakah mba merasa cara itu efektif untuk mengatasi yang mba rasa
kewalahan itu? (jembatan C ke B)
S: efektif. Untuk saat ini efektif tapi kita gatau ketika praktik (kuliah) apakah
kerjaan saya masih eeehh saat ini eeeh masih se efektif saat ini atau engga.
K: apa mba sudah merasa nyaman dan terpuaskan dengan kondisi dan situasi
saat ini? (jembatan C ke B)
S: tentang apa nih?
K: tentang apa yang sedang mba alami dan pikirkan
S: untuk kerja sambil kuliah? Sebenernya sih udah bisa sih udah nyaman tapi
di satu sisi ada yang bikin saya kecewa di kantor. Eeeh ini baru banegt sih,
perasaan ini baru banget muncul baru-baru ini, baru abis lebaran lah… april
akhir. Gue dikecewain sama atasan gue sendiri yang ngejanjiin gue untuk
promote (promosi jabatan). Jadi eeeh promot ini adalah iming-iming
supaya gue gak resign. Ketika gue udah memutuskan untuk gak resign dan
gue coba untuk jalanin dua-duanya ternyata nama gue malah gamasuk
dalam bagian promot. Jado, gue kayak demotivasi untuk yaudahlah gue
gausah kerja maksimal gitu karna usaha gue juga gaada gunanya? (Belief)
K: mba merasa kecewa dengan keputusan yang diberikan atasan mba?
S: kecewa mas
K: apa yang terpikirkan saat perasaan kecewa itu muncul ? (Hub. C ke B)
S: eeh yang terpikirkan, gue pengen resign sih tapi gue percaya kalo rezeki itu
gak bakal tertuker. Jadi, kayak mungkin gak saat ini, ya mungkin gak saat
ini. Jadi gue kayak pengen buktiin untk orang-orang sekitar atau atasan
gue, bahwa gue mampu kerja sambil kuliah. (muncul Dispute)
K: mba akan membuktikan kinerja mba ke atasan mba?
S: iya dong, bukan ke atasan doang sih yaa gue akan lakukan yang terbaik
gitu buat diri gue sendiri juga. (Belief baru)
K: mba akan melakukannya?
S: iya (Penguatan B)
K: mba mau melakukannya?
S: iya mau (Penguatan B)
K: kapan itu akan mba lakukan?
S: yaa mulai saat ini dan seterusnya gitu, maksudnya banyak sekali orang
yang bilang yaa di lngkungan sekitar gitu kan “lo gak bakal mampu kerja
sambil kuliah” gitu, gue merasa bisa negbuktiin kalo gue bisa gitu (PR)
K: mba pasti bisa melakukannya (Penguatan)
S: pasti bisa karna temen-temen kampus gue pada support gue semuanya
K: jika mba percaya, semua insyaallah akan baik (Penguatan)
S: nah betul banget
K: oke mba, setelah mba bercerita ke saya tentang perasaan kecewa yang mba
rasakan, sekarang rasa kecewa itu berada di angka berapa yaa mba? 0 untuk
tidak kecewa sama sekali dan 10 untuk rasa sangat kecewa.
S: eeeh mungkin di angka 5 atau 6 ya mas kalau untuk sekarang karna udah
kayak udah gak terlalu ngerasa kecewa yang banget gitu.
K: wah Alhamdulillah yaa mba jika menjadi sebuah kebaikan.
S: iyaa mas terimakasih yaa atas waktunya buat saya cerita-cerita nih
K: iya mba, sama-sama. Semoga selalu sehat yaaa mba
S: iyaa mas selamat siang
K: oke mba, siang
D. ANALISA
1. Membangun hubungan dan menjembatani
Pada sesi ini konselor menanyakan subjek apa yang ingin di ceritakan
untuk menjembatani dialog masalah klien.
“lalu, ada yang mau dibicarakan kah mba saat ini?”
Klien:
Setelah melakukan proses intervensi CBT dengan teknik ABCD, dapat disimpulkan
bahwa subjek memiliki perasaan kecewa terhadap atasannya karena tidak memenuhi
janji yang diberikan kepada subjek. Ia merasa kehilangan motivasi karena janji yang
diberikannya tidak dipenuhi. Menurut Maslow (dalam Schultz, 2010) bahwa kebutuhan
(B-value) akan kebenaran yang tidak terpenuhi akan menimbulkan ketidak percayaan
dan sinisme. Perilaku ketidakpercayaan dan sinisme tersebut yang membuat subjek
kehilangan motivasi dalam bekerja.
Lalu, setelah konselor mengakses belief irasional yang dibangun oleh subjek
berdasarkan konsekuensi yang dinyatakan, subjek mulai menyatakan serta mengakses
sebuah penentangan pada belief yang irasional dengan mendefinisikan bahwa keyakinan
irasionalnya tersebut merupakan tindakan yang tidak diperlukan. Sesuai dengan
pernyataan Ellis (dalam Bradley, 2017) yang menyatakan bahwa dalam proses Dispute,
langkah subjek untuk defining dapat mendorong individu tersebut untuk
mempertanyakan ke-empirikan dan ke-logisan status “keyakinan irasional”. Sehingga
subjek mampu untuk membetuk sebuah keyakinan baru atau yang disebut “Effect” oleh
Ellis, yaitu reaksi penggati yang didapatkan oleh subjek setelah analisis rasional ABCD.
Abu Bakar Baraja. (2008). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press
Bradley T. Erford (2017) 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap Konselor edisi kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dewi Khurun Aini (2019) Penerapan Cognitive Behaviour Therapy dalam Mengembangkan
Kepribadian Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Ilmu Dakwah Vol.39 No.1 (2019) 70-90