Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan

Makalah yang berjudul Konsep Refleksi kritis dalam pelayanan kebidanan, Penulisan

Makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk Mata Kuliah

Praktik Profesionalisme dalam Pelayanan Kebidanan

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari

masa perkuliahan sampai pada penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk

menyelesaikan Masalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu

Bdn.Ika Choirin Nisa,SST.,M.Kes. Selaku Dosen dari mata kuliah Praktik Profesionalisme

dalam Pelayanan Kebidanan,yang telah memberikan tugas ini dan memberikan

pengetahuan kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Cirebon, Januari 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang Guru harus memiliki empat kompetensi utama yaitu kompetensi
pedagigik,kompetensi kepribadian,kompetensi sosial,kompetensi profesional,salah satu
aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan reflektif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran ,Guru juga harus memiliki kompetensi profesional
yaitu mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan meakukan
tindakan refleksi melalui penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dilakukan
guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya,Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan melalui proses pengkajian masalah
pembelajaran dalam kelas melalui refleksi diri sebagai upaya untuk menyelesaikan
masalah dengan cara melakukan dengan cara melakukan berbagai tindakan yang
terencana serta menganalisis setiap pengaruh dari adanya perlakuan tersebut.PTK
dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukakan masalah
dalampembelajaran,dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan,pengamatan,dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan mengkaji permasalahan-
permasalahan atau kelemahan-kelemahanyang terjadi dalam pembelajaran.Setelah itu
mencari perbaikan dan merencanakan program pembelajaran yang dapat memperbaiki
dan memecahkan masalah.Kemudian melaksanakan program tersebut secara sistematis
dan empiris,oleh sebab itu guru harus melaksanakan refleksi diri untuk mengetahui
apakah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dengan demikian,guru akan hal-hal baru untuk berusaha melakukan perbaikan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu guru yang selalau mencari dan
menemukan kualitas pembelajaran di kelas.dengan demikian gagasan telah mencapai
lebar pengambilan up,Khusus nya dalam pengembangan profesional bagi para praktis di
bidang pendidikan dan kesehatan.Pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik untuk
belajar dari pengalaman memiliki reverensi yang lebih luas dalam posisi kepemimpinan
perkembangan yang luarbiasa jika mereka terlibat dalam praktik reflektif.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa pengertian dari reflektive Practice ?
2.Bagaimana penjelasan reflektive Practice ?
3.Apa saja ruang lingkup reflektive Practice ?
4.Bagaimana peraktik dalam pelayanan kebidanan?
5.Apa saja prinsip bidan dalam pelayanan kebidanan ?
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui praktek Refleksi kritis dalam pelayanan kebidanan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Refleksi Kritis


Refleksi kritis adalah “proses pembuatan makna” yang membantu kita menetapkan
tujuan, menggunakan apa yang telah kita pelajari di masa lalu untuk menginformasikan
tindakan di masa depan dan mempertimbangkan implikasi pemikiran kita dalam
kehidupan nyata. Ini adalah hubungan antara berpikir dan bertindak, dan yang terbaik,
hal ini dapat bersifat transformatif (Dewey, 1916/1944; Schön, 1983; Rodgers, 2002).
Tanpa refleksi, pengalaman saja mungkin menyebabkan kita “memperkuat stereotip…,
menawarkan solusi sederhana terhadap masalah yang kompleks dan menggeneralisasi
secara tidak akurat berdasarkan data yang terbatas” (Ash & Clayton, 2009, hal.26).
Namun, melakukan refleksi kritis akan membantu kita mengartikulasikan
pertanyaan, menghadapi bias, menguji kausalitas, membedakan teori dengan praktik,
dan mengidentifikasi isu-isu sistemik yang semuanya membantu mendorong evaluasi
kritis dan transfer pengetahuan (Ash & Clayton, 2009, hal. 27).
Proses Berpikir Kritis Dalam Kebidanan
Cara berpikir kritis
Dalam usaha menjadi seorang pemikir kritis perlu kesadaran dan ketrampilan untuk
memaksimalkan kerja otak melalui langkah-langkah berpikir kritis yang baik sehingga
kerangka berpikir dan cara berpikir tersusun dengan pola yang baik. Namun demikian,
berpikir kritis sulit diukur karena merupakan suatu proses bukan hasil yang dapat
dilihat. Suatu bentuk berpikir kritis dapat berupa seseorang yang terus
mempertanyakan asumsi, mempertimbangkan konteks (kejelasan makna), menciptakan
dan mengeksplorasi elternatif dan terlibat dalam skeptisisme reflektif (pemikiran yang
tidak mudah percaya atas informasi yang diterima.
Langkah dalam berfikir kritis :
1. Mengenali masalah
2. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan Pengetahuan luas dan
informasi penting terkait masalah perlu untuk menilai sesuatu secara tepat dan
akurat
3. Mengevaluasi data, fakta serta pernyataan
4. Mengenali asumsi-asumsi Asumsi : sesuatu yang tidak secara eksplisit dinyatakan
oleh orang lain
5. Mencermati hubungan logis antara masalah dan jawaban
6. Menggunakan Bahasa yang tepat, jelas dan khas (Tidak BIAS)
7. Menemukan cara-cara yang kreatif untuk menangani masalah
8. Menarik kesimpulan/ pendapat dari isu/ persoalan yang dibahas
Menurut Kneedler dari Statewide History Social Science Assessment Advisory
Committe dalam Surya (2011) mengemukakan langkah berpikir kritis sebagai berikut :
1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem)
a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok
b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan
c. Memilih informasi yang relevan
d. Merumuskan atau memformulasi masalah
2. Menilai informasi yang relevan
a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar (judgment)
b. Mengecek konsistensi
c. Mengidentifikasi asumsi
d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip
e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat
(semantic slanting)
f. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi
3. Pemecahan masalah/ penarikan kesimpulan
a. Mengenali data yang diperlukan dan cukup tidaknya data
b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
c. keputusan atau pemecahan masalah atau kesimpulan yang diambil.
Proses berpikir kritis yang dideskripsikan Wolcott dan Lynch dalam Sujanto (2004)
adalah
1. Mengidentifikasi masalah informasi yang relevan dan semua dugaan tentang
masalah tersebut
2. Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang ada
3. Menentukan prioritas alternatif yang ada dan mengkomunikasikan kesimpulan
4. Mengintegrasikan, memonitor dan menyaring strategi untuk penanganan ulang
masalah.

2.2 Pengertian dan tujuan Refleksi


Refleksi merupakan kata yang kerap didengar saat proses pembelajaran. Refleksi
adalah istilah yang dikenal juga sebagai cerminan atau gambaran.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), refleksi adalah gerakan, pantulan di luar kemauan
(kesadaran) sebagai jawaban atas suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar. KBBI
juga mendefinisikan refleksi adalah gerakan otot (bagian badan) yang terjadi karena
suatu hal dari luar dan di luar kemauan atau kesadaran. Dalam pembelajaran, refleksi
merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan, tetapi sering kali dilupakan.
Refleksi berkaitan dengan penilaian ataupun umpan balik setelah melakukan suatu
asuhan atau tindakan pada seorang pasien dalam waktu tertentu.
Refleksi Kritis (juga disebut esai reflektif) adalah proses mengidentifikasi,
mempertanyakan dan menilai asumsi-asumsi yang kita pegang secara mendalam
tentang pengetahuan kita, cara kita memandang peristiwa dan isu, keyakinan, perasaan
dan tindakan.
Ketika anda melakukan refleksi secara kritis, anda menggunakan materi pelajaran
(ceramah, bacaan, diskusi, dll.) Untuk menguji bias kita, membandingkan teori dengan
tindakan saat ini, mencari sebab dan akibat. Pemicunya dan mengidentifikasi
permasalahan pada intinya. Refleksi kritis bukanlah tugas membaca, ringkasan suatu
kegiatan, atau pelampiasan emosi. Sebaliknya, tujuannya adalah mengubah pemikiran
anda tentang suatu subjek dan dengan demikian mengubah perilaku anda.
Proses pengambilan keputusan berpikir kritis dalam kebidanan
Pengambilan keputusan perlu dilakukan oleh bidan dalam melaksanakan
manajemen kebidanan terutama bidan manajer pada setiap tingkatan bagian di
institusi pelayanan. Banyak waktu yang dihabiskan oleh seorang manajer untuk
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan secara kritis. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan seorang manajer adalah ketrampilan
dalam pengambilan keputusan. Suatu model proses yang adekuat sebagai dasar teori
untuk memahami dan mengaplikasikan ketrampilan berpikir kritis menurut Marquest
& Houston (2010) perlu digunakan untuk meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan. Ada lima langkah kritis dalam penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan, yaitu :
1. Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan harus jelas dan konsisten dengan pernyataan filosofi individu
atau organisasi. Jika aspek tersebut tidak terpenuhi maka kemungkinan
keputusan yang dibuat berkualitas buruk. Handoko (2009) mengemukakan hal
pertama yang harus dilakukan oleh seorang manajer adalah menemukan dan
memahami masalah untuk diselesaikan agar perumusan masalah menjadi jelas.
2. Mengumpulkan data secara cermat
Setelah manajer menentukan atau merumuskan masalah dan tujuan, manajer harus
menentukan data-data yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat
(Handoko, 2009. Pengumpulan data dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau
kesempatan untuk mengambil keputusan dan berlanjut ke proses penyelesaian
masalah. Ketika mengumpulkan informasi, manajer harus berhati- hati agar data
yang dimilikinya dan orang lain tidak salah fakta.
3. Membuat banyak alternatif
Semakin banyak alternatif yang dapat dibuat dalam penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan maka semakin besar kesempatan menghasilkan
keputusan akhir. Dengan tidak membatasi hanya pada satu alternatif yang jelas,
orang akan mampu untuk menerobos pola kebiasaan atau pengekangan berpikir dan
memungkinkan munculnya gagasan baru. Menurut Handoko (2009) setelah
membuat alternatif keputusan, manajer harus mengevaluasi alternatif tersebut untuk
menilai keefektifitasannya, dan langkah selanjutnya adalah memilih alternatif
terbaik yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan
4. Berpikir logis
Selama proses penyelesaian masalah seseorang harus menarik inferensi (simpulan)
informasi dan mempertimbangkan informasi serta alternatif secara cermat.
Kesalahan berlogika pada titik ini akan mengarahkan pada kualitas keputusan yang
kurang baik. Ada beberapa cara berpikir yang tidak logis, seperti terlalu
menggeneralisasi, afirmasi konsekuensi, dan berargumen dengan analogi.
5. Memilih dan bertindak secara efektif
Mengumpulkan informasi yang adekuat, berpikir logis, memilih diantara banyak
alternatif, dan memahami pengaruh nilai-nilai individu tidaklah cukup. Dalam
analisis akhir, seseorang harus bertindak. Banyak orang yang menunda untuk
bertindak karena mereka kurang berani menghadapi konsekuensi pilihan yang
mereka ambil. Pada tahap ini manajer perlu memperhatikan berbagai resiko dan
ketidakpastian sebagai konsekuensi keputusan yang telah dibuat, karena dengan
mengambil langkah tersebut manajer dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan terjadi
(Handoko, 2009)
Tujuan berpikir kritis
yaitu untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan penting juga bagi pasien dan
keluarga pasien karena untuk Asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien dengan
tepat, dan untuk menaikkan derajat kesehatan dan menurunkan angka sakit.

2.3 Model Praktik Kebidanan di Indonesia

Model adalah rencana,representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek,


sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.

Model konseptual adalah model representasi untuk suatu ide atau konseptual .
1) Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologi maupun social dalam siklus
kehamilan dan persalinan
2) Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan, konseling, asuhan prenatal,
dalam proses persalinan dan
bantuan masa post partum
3) Intervensi teknologi seminimal mungkin
4) Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetric yang dibutuhkan
5) Melakukan rujukan
Model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman / acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam memberikanasuhan kebidanan dipengaruhi oleh
filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsuryang
terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan dan pelayanan
kesehatan).
Memiliki 4 unsur berikut:
• Primary Care
• Continuity of Care
• Collaborative Care
• Partnership
Primary Care Kehamilan dan persalinan adalah kehidupantahap normal bagi
kebanyakan perempuan Bidan sbgai Pemberi asuhan bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan yang berkesinambungan sejak hamil, melahirkan dan post
partum sesuai kewenangannya.
Prinsip Asuhan Primer:
a) Asuhan Kesinambungan
b) Manajemen & dan pelayanan oleh komunitas
c) Sifatnya Umum, mudah diakses, dan adil
d) Bekerja sama dengan masyarakat lokal
Contoh praktik kebidanan di Indonesia :
• Di Klinik Pratama
• Di Puskesmas
• Polindes
• PMB (Praktik Mandiri Bidan)
Continuity of Care
Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik yang sama filosofi
dan proses pelayanannya adalah Partneship dengan perempuan.
Setiap bidan mempunyai komitmen sebagai berikut:
a) Mengembangkan hubungan yang baik dengan pasien sejak hamil
b) Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu
c) Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan
d) Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan bayi
Collaborative Care
Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin kliennya
menerima pelayanan yang baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan.
Kolaborasi dilaksanakan dengan informed choice (menghargai hak perempuan
untuk memilih tentang semua aspek dalam asuhan kebidanan) demi keuntungan ibu
dan bayi.
Bidan secara aktif memberikan informasi dengan lengkap, relevan, dan objektif
tanpa pemaksaan kehendak.
• Inter profesional • Pelayanan RS • Pelayanan di Puskesmas • Di rumah • Polindes.
Partnership
Partnership model mengimplementasikan filosofi kebidanan terhadap apa yang
dikerjakan bidan
“Partnership merupakan asuhan yang sifatnya saling berbagi antara bidan dengan
perempuan.
Dalam Partnership care tercipta:
a) Kepercayaan
b) Kebersamaan dalam pengambilan keputusan
c) Berbagi tanggung jawab
d) Ada negosiasi
e) Saling mengerti

2.4 Prinsip Bidan Dalam Praktik Kebidanan

Berpikir kritis dalam manajemen asuhan kebidan menggambarkan bahwa


seorang bidan tersebut memiliki basis pengetahuan dan kemampuan untuk
menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan terbaru, mengaplikasikan logika dan
rasionalnya untuk mengambil sutu keputusan klinis. Berpikir kritis diiringi pengalaman
bidan maka akan meminimalkan atau tidak adanya kesalahan, bekerjasama dengan
tenaga kesehatan lain akan menjadikan bidan lebih memahami kebutuhan klien. Bidan
menerapkan setiap kegiatan manajemen asuhan kebidanan selalu menggunakan
penalaran, berpikir kritis. Hal ini dapat dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan proses
pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang
teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan
berpikir kritis dari aspek ketrampilan intelektual seperti ketrampilan menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
berbasis taxonomi Bloom. Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi
ketrampilan dan strategi kognitif, serta sikap. Colucciello menggabungkan berbagai
elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen pemecahan masalah
keperawatan serta kriteria yangdigunakan dengan komponen ketrampilan dan sikap
berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain menentukan tujuan, menyusun pertanyaan
atau membuat kerangka masalah, menunjukkan bukti, menganalisis konsep,
interpretasi, asumsi, perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan
kriteria antara lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, kedalaman,
dan logika.

KESIMPULAN
Berpikir kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan manajemen
asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan dan tepatnya asuhan yang
diberikan. Berpikir kritis harus diintegrasikan kepada seluruh profesi bidan dan dimulai
pada mahasiswa kebidanan untuk setiap manajemen asuhan kebidanan yang akan
dilakukan sehingga menghasilkan asuhan yang tepat dan bermutu.

Anda mungkin juga menyukai