Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TUGAS BACA 3

REFLECTIVE THINKING

DISUSUN OLEH :
1. Nanda Eka Putri I1011161066
2. Salsabila Zahra I1011191017
3. Victor Lawira I1011191022
4. Ayudha Naufal Ramadhani I1011191024
5. Marsha Patricia Christi L.D I1011191038
6. Herlangga Chandra Wijaya I1011191042
7. Nisrina Qutratu’ain F.N.M.P I1011191044
8. Gabriella Martina A.H I1011191056
9. Desi Purwaningsih I1011191067
10. Ahmad Shofiyulhuda I1011191083
11. Tiara Fika Fadilla I1011191089
12. Irfan Lefrandi Maulana I1011191093

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Belajar melibatkan proses berpikir dalam diri setiap manusia, untuk
mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Berpikir
selalu dilakukan oleh setiap orang atau individu, dengan demikian berpikir
bersifat internal, muncul dalam diri individu dan berlangsung terus-menerus.
Melalui berpikir, manusia dapat belajar meningkatkan kualitas hidupnya di
masyarakat.
Chee menyatakan bahwa pemikiran reflektif merupakan kesadaran tentang
apa yang diketahui dan apa yang dibutuhkan, hal ini sangat penting untuk
menjembatani kesenjangan situasi belajar.8 Gurol mendefinisikan berpikir
reflektif sebagai proses kegiatan terarah dan tepat dimana individu menyadari
untuk diikuti, menganalisis, mengevaluasi, memotivasi, mendapatkan makna
yang mendalam, menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.9 Dengan
demikian berpikir reflektif dosen bertujuan untuk mencapai target belajar dan
menghasilkan pendekatan pembelajaran baru yang berdampak langsung pada
proses belajar. Lebih jauh dijelaskan bahwa proses pemikiran reflektif dapat
digunakan dalam proses belajar dan mengajar (pembelajaran) oleh dosen dan
siswa.

1.2 Mindmap

Definisi

Manfaat
Reflective John
Thinking Dewey
Komponen
Mezirow
Proses
Skemp

King dan
Kitchener
1.3 Analisis Masalah
1. Apa definisi dari reflective thinking ?
2. Mengapa reflective thinking penting untuk diterapkan ?
3. Apa saja karakteristik keadaan yang mendorong dan mendukung
reflective thinking ?
4. Apa saja komponen yang diperlukan dalam melaksanakan reflective
thinking ?
5. Bagaiamana proses pelaksanaan reflective thinking ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut Dewey, definisi mengenai berpikir reflektif adalah: “active,


persistent, and careful consideration of any belief or supposed from of
knowledge in the light of the grounds that support it and the conclusion to which
it tends”. Jadi, berpikir reflektif adalah aktif, terus menerus, gigih, dan
mempertimbangkan dengan seksama tentang segala sesuatu yang dipercaya
kebenarannya atau format tentang pengetahuan dengan alasan yang
mendukungnya dan menuju pada suatu kesimpulan.1
Sezer menyatakan bahwa berpikir reflektif merupakan kesadaran tentang
apa yang diketahui dan apa yang dibutuhkan. Dalam hal ini diperlukan untuk
menjembatani kesenjangan situasi belajar. Sedangkan menurut Gurol definisi
dari berpikir reflektif adalah proses terarah dan tepat dimana individu
menganalisis, mengevaluasi, memotivasi, mendapatkan makna mendalam,
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.2
Dewey juga mengemukakan bahwa berpikir reflektif adalah suatu proses
mental tertentu yang memfokuskan dan mengendalikan pola pikiran. Dia juga
menjelaskan bahwa dalam hal proses yang dilakukan tidak hanya berupa urutan
dari gagasan-gagasan, tetapi suatu proses sedemikian sehingga masing-masing
ide mengacu pada ide terdahulu untuk menentukan langkah berikutnya. Dengan
demikian, semua langkah yang berurutan saling terhubung dan saling
mendukung satu sama lain, untuk menuju suatu perubahan yang berkelanjutan
3
yang bersifat umum . Berpikir reflektif sebagai mata rantai pemikiran
4
intelektual, melalui penyelidikan untuk menyimpulkan .
Pendapat lain menurut King dan Kitcher mengenai berpikir reflektif
adalah mengenai pemahaman dan mempromosikan pertumbuhan intelektual
serta berpikir kritis pada remaja dan orang dewasa. Model ini dilandasi oleh teori
John Dewey mengenai konsep berpikir reflektif dan isu-isu epistimologis
5
dihasilkan dari upaya menyelesaikan masalah terstruktur .
Rogers menyatakan bahwa kurangnya definisi atau pengertian yang jelas
mengenai berpikir reflektif dan kriterianya, tentu hal tersebut berpengaruh
terhadap pelaksanaan pembelajaran. Dan dari pernyataan tersebut menunjukkan
6
bahwa masih belum ada definisi yang jelas mengenai berpikir reflektif .
Kesimpulan peneliti mengenai pengertian berpikir reflektif dari beberapa
pendapat ahli di atas adalah siswa harus aktif dan hati-hati dalam memahami
permasalahan, mengaitkan permasalahan dengan pengetahuan yang pernah
diperolehnya dan mempertimbangkan dengan seksama dalam menyelesaikan
permasalahannya.

2.2 Pentingnya penerapan reflective thinking


Lingkungan modern saat ini menjadi semakin kompleks, informasi menjadi
mudah diakses dan terus berkembang serta mengubah cara penyelesaian masalah.
Dengan demikian, sangat penting bagi kita untuk menerapkan reflective thinking
dalam pembelajaran untuk membantu siswa dalam mengembangkan strategi
penerapan ilmu pengetahuan dalam kejadian sehari-hari. Reflective thinking
menolong siswa mengembangkan higher-order thinking skills dengan mendorong
pelajar untuk
1. Menghubungkan ilmu baru dengan ilmu dasar yang sudah dimiliki.
2. Berpikir dalam cara abstrak dan konseptual.
3. Memahami cara berpikir dan cara belajar masing-masing individu.7

2.3 Karakteristik keadaan yang mendorong dan mendukung reflective thinking


1. Menyediakan cukup waktu bagi para siswa untuk merefleksikan diri ketika
menanggapi pertanyaan.
2. Menyediakan lingkungan yang mendukung secara emosional di kelas
3. Memberikan tanggapan langsung tentang situasi pembelajaran, apa yang
diketahui, apa yang belum diketahui, dan apa yang telah dipelajari.
4. Memberikan tugas yang melibatkan data yang tidak terstruktur untuk
mendorong pemikiran reflektif selama kegiatan pembelajaran.
5. Mendorong refleksi pada siswa dengan mengajukan pertanyaan yang
memerlukan alasan dan bukti.
6. Berikan beberapa penjelasan untuk memandu proses berpikir siswa.
7. Menyediakan lingkungan belajar yang kurang terstruktur yang mendorong
siswa untuk mengeksplorasi apa yang menurut mereka penting.
8. Menyediakan lingkungan pembelajaran bersama seperti dalam kerja
kelompok dan kegiatan dalam kelompok kecil untuk memungkinkan siswa
melihat sudut pandang orang lain.
9. Menyediakan jurnal reflektif untuk menuliskan posisi siswa, memberikan
alasan untuk mendukung apa yang mereka pikirkan, menunjukkan
kesadaran akan posisi yang berlawanan dan kelemahan dari posisi mereka
sendiri.7

2.4 Komponen dalam reflective thinking


1. Recognize or felt difficulty problem, merasakan dan mengidentifikasi
masalah. Masalah mungkin dirasakan siswa setelah siswa membaca data
pada soal. Kemudian siswa mencari cara untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi. Pada langkah ini, siswa merasakan adanya
permasalahan dan mengidentifikasinya.
2. Location and definition of the problem, membatasi dan merumuskan
masalah. Langkah ini menuntun siswa untuk berpikir kritis. Berdasarkan
pengalaman pada langkah pertama tersebut, siswa mempunyai masalah
khusus yang merangsang pikirannya, dalam langkah ini siswa mencermati
permasalahan tersebut dan timbul upaya mempertajam masalah.
3. Suggestion of possible solution, mengajukan beberapa kemungkinan
alternatif solusi pemecahan masalah. Pada langkah ini, siswa
mengembangkan berbagai kemungkinan dan solusi untuk memecahkan
masalah yang telah dibatasi dan dirumuskan tersebut, siswa berusaha
untuk mengadakan penyelesaian masalah.
4. Rational elaboration of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan
masalah dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan. Siswa
mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut,
dalam langkah ini siswa memikirkan dan merumuskan penyelesaian
masalah dengan mengumpulkan data-data pendukung.
5. Test and formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi
pemecahan masalah dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan
membuat kesimpulan. Siswa menguji kemungkinan dengan jalan
menerapkannya untuk memecahkan masalah sehingga siswa menemukan
sendiri keabsahan temuannya.10

2.5 Proses reflective thinking


Proses berpikir reflektif tidak tergantung pada pengetahuan siswa semata,
tapi proses bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang telah dimilikinya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Jika siswa dapat menemukan
cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat mencapai
tujuannya maka siswa tersebut telah melakukan proses berpikir reflektif.
Pada dasarnya berpikir reflektif merupakan sebuah kemampuan siswa
dalam menyeleksi pengetahuan yang telah dimiliki dan tersimpan dalam
memorinya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi untuk
mencapai tujuan-tujuannya. Menurut John Dewey proses berpikir reflektif
yang dilakukan oleh individu akan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut.
1. Individu merasakan problem.
2. Individu melokalisasi dan membatasi pemahaman terhadap masalahnya.
3. Individu menemukan hubungan-hubungan masalahnya dan merumuskan
hipotesis pemecahan atas dasar pengetahuan yang telah dimilikinya.
4. Individu mengevaluasi hipotesis yang ditentukan, apakah akan menerima
atau menolaknya.
5. Individu menerapkan cara pemecahan masalah yang sudah ditentukan
dan dipilih, kemudian hasilnya apakah ia menerima atau menolak hasil
kesimpulannya.11
Individu dengan tipe introversion ini menemukan tenaga dari bentuk ide-
ide, konsep dan abstraksi. Mereka membutuhkan sosialisasi dan juga
membutuhkan kesendirian. Mereka merupakan konsentrator dan pemikir
reflektif yang baik. Individu dengan ciri-ciri introvert antara lain menarik diri
dari lingkungan, pemalu, lebih suka berangan-angan, menutp diri, dan kurang
bergaul.12 Individu dengan model reflective learner, dalam proses belajar
lebih memilih memikirkan atau merenungi terlebih dahulu materi
pelajarannya serta lebih menyukai belajar sendirian.13
DAFTAR PUSTAKA

1. Phan, H. P, “Achievment Goals, The Classroom Environtment, and


Reflective Thinking: A Conceptual Framework”, dalam Electronic
Jurnal of Reserch in Education Psychology, Vol 6 No. 3, hal: 578
2. Hery Suharna, dkk.,Berpikir Reflektif Mahasiswa ...”, hal: 281

3. Sri Hastuti Noer, “Problem-Based Learning...”, hal: 267


4. Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, hal: 5
5. Ibid. hal: 188
6. Hery Suharna, dkk.,Berpikir Reflektif Mahasiswa ...”, hal: 281
7. Reflective Thinking:RT. Eindhoven University of Technology.
8. Chee dan Pou. 2012. Reflective Thinking And Teaching Practices: A
Precursor For Incorporating Critical Thinking Into The Classroom?.
International Journal of Instruction. Vol 5. No 1. (e-ISSN: 1308-1470)
9. Gurol. A. 2011. Determining the reflective thinking skills of pre-service
teachers in learning and teaching process. Energy Education Science and
Technology Part B: Social and Educational Studies 2011 Volume (issue)
3(3): 387-402.
10. Maya Kusumaningrum, Abdul Aziz Saefudin, Mengoptimalkan
Kemampuan Berpikir...”, hal: 575

11. Muhammad Imam, dkk, Psikologi Pendidikan, hal: 46


12. Ibid, hal: 96
13. Ibid. hal : 101

Anda mungkin juga menyukai