Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH HUMANIORA

“BERFIKIR KRITIS”

Dosen Pengampu: Murdayah, SST., M.Keb

Kelompok 12:

Fitri Sapta Dewi, Amd.Keb (PO 71241220280)


Nizar, Amd.Keb (PO 71241220275)
Resti Prayuhelda, Amd.Keb (PO 71241220239)
Rezkia Chairunnida, A.Md.Keb (PO 71241220276)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AKADEMI 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Berfikir Kritis”
Makalah disusun untuk memenuhi Tugas Mata KuliahHumaniora. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selesainya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kuala Tungkal, Januari 2023


 

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 2
1.2 TUJUAN 2

BAB II TINJAUAN TEORI 3


2.1 BERFIKIR 3
2.1 BERFIKIR KRITIS 4
2.3 TUJUAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS 5
2.4 CIRI-CIRI BERFIKIR KRITIS 6
2.5 KARAKTERISTIK 6
2.6 INDIKATOR BERFIKIR KRITIS 7

BAB III PENUTUP 8


DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Menurut
Plato (dalam suryabrata: 2002 :12) “Berpikir adalah berbicara dalam hati”. Kalimat di
atas dapat diartikan bahwa berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung-
hubungkan atau membanding-bandingkan antara situasi fakta, ide atau kejadian dengan
fakta, ide atau kejadian lainnya. Setelah proses berpikir itu seseorang memperoleh suatu
kesimpulan hasil pemikirannya. Paradigma pembelajaran meliputi teacher centered dan
student centered.
Paradigma teacher centered merupakan paradigma pembelajaran yang berpusat
pada guru. Paradigma ini dianggap sebagai pembelajaran deduktif tradisional, sedangkan
paradigma student centered merupakan paradigma pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Paradigma ini sering disebut sebagai sebuah pembelajaran dengan pendekatan
berorientasi pada proses (process oriented approach). Pembelajaran yang umum
digunakan di Asia Tenggara menggunakan paradigma teacher centered. Pembelajaran
student centered atau pembelajaran berorientasi proses masih jarang digunakan (Bourke,
2004). Pembelajaran student centered membutuhkan proses belajar dan pembelajaran
yang kreatif, inovatif, dan kurikulum yang mendukung pembelajaran. Untuk
mengembangkan pembelajaran yang mandiri (self-regulated learner) yang mampu
memberdayakan kemampuan berpikir kritis, paradigma student centered lebih tepat
digunakan (Noor, 2007).
Kemampuan yang dibahas pada makalah ini yaitu kemampuan berpikir kritis.
Konsepsi berpikir kritis berasal dari dua kata dasar dalam bahasa Latin yakni “kriticos”
yang berarti penilaian yang cerdas (discerning judgment) dan“criterion” yang berarti
standar (Paul dkk, http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.htm). Kata kritis juga
ditandai dengan analisis cermat untuk mencapai penilaian yang objektif terhadap sesuatu.
Dengan demikian, berpikir kritis berarti berpikir untuk menghasilkan penilaian, pendapat
atau evaluasi yang objektif dengan menggunakan standar evaluasi yang tepat untuk
menentukan kebaikan, manfaat serta nilai sesuatu (Emilia, 2007).
Menurut Sutawidjaja dan Jarnawi (2011:5) menyatakan ”Berpikir kritis adalah
sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa merumuskan dan mengevaluasi
keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Dalam mengembangkan keterampilan
kemampuan berpikir kritis peserta didik perlu suatu pembelajaran yang dapat
1
mengembangkan kemampuan tersebut. Banyak pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian selama
pembelajaran ini, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritisnya.
Kemampuan berpikir kritis sangat ditentukan oleh banyak faktor, terutama
struktur berpikir seseorang. Strukur berpikir tersebut akan diekspresikan melalui bahasa,
baik lisan maupun tulis. Berpikir kritis juga berambivalensi dengan tingkat literasi
seseorang baik secara lisan maupun secara tulis. Kemampuan literasi inilah yang akan
menentukan apakah seseorang (Mahasiswa) peka terhadap persoalan-persoalan di
sekitarnya. Kemampuan berpikir kritis ini mutlak diperlukan oleh para mahasiswa,
karena pada setiap kesempatan mereka akan memutuskan berbagai persoalan, baik yang
berkait dengan bidang keilmuannya maupun masalah-masalah sosial.
Terkait kemampuan berpikir kritis, memandang berpikir kritis sebagai kegiatan
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan
menganalisis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah, menyimpulkan, dan
mengevaluasi. Berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki mahasiswa,
maka kemampuan berpikir kritis seseorang dapat dilacak melalui kemampuan dalam
bertanya serta menanggapi masalah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian berfikir?
2. Apa pengertian berfikir kritis?
3. Apa tujuan berfikir kritis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian berfikir?
2. Untuk mengetahui pengertian berfikir kritis?
3. Untuk mengetahui tujuan berfikir kritis?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berfikir
Arti kata ”pikir” dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah akal budi,
ingatan, angan-angan. “Berfikir” artinya menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.
Artinya, setiap manusia yang menggunakan akal budinya akan menimbulkan kegiatan
yang disebut berpikir, baik pertimbangan maupun keputusan yang diambil.
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar, dengan berpikir orang
memperoleh pengetahuan baru, setidak-tidaknya orang akan menjadi tahu tentang
hubungan antara sesuatu. berpikir bukanlah sembarangan berpikir, tetapi ada taraf
tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berfikir yang tinggi, sedangkan
menurut Sujanto, berpikir adalah suatu proses dialektis, artinya selama proses
berpikir, pikiran mengadakan Tanya jawab dengan pikiran itu sendiri untuk
meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan dengan tepat.
Ashman Con way mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir melibatkan 6
jenis berpikir.
a. Metakognisi.
b. Berpikir kritis.
c. Berpikir kreatif.
d. Proses kognitif (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan).
e. Kemampuan berpikir kritis (seperti representasi dan meringkas).
f. Memahami peran konten pengetahuan.
Slameto Juga memperikan penjelasan bahwa berpikir adalah sesuatu yang
tidak dapat diamati secara langsung. banyak usaha yang dilakukan untuk
menerangkan tentang berfikir tetapi pengetahuan kita tentang itu masih belum
lengkap.
Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan operasi-operasi mental,
seperti induksi, deduksi, klasifikasi dan penalaran. Berpikir merupakan kemampuan
untuk menganalisis, mengkritik dan mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi atau
judgment yang baik.

3
Berdasarkan penjelasan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
mendefiniskan soal berpikir ini terdapat adanya beberapa macam pendapat, di
antaranya ada yang menganggap berpikir sebagai suatu proses asosiasi saja, ada pula
yang memandang berpikir sebagai proses penguatan hubungan antara stimulus dan
respons, ada yang mengemukakan bahwa berpikir itu merupakan suatu kegiatan psikis
untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih, bahkan ada pula yang
mengatakan bahwa berpikir merupakan kegiatan kognitif tingkat tinggi, sering pula
dikemukakan bahwa berpikir itu merupakan aktivitas psikis yang intensional.
Kemudian berpikir adalah serangkaian, gagasan, idea atau konsepsi-konsepsi yang
diarahkan kepada suatu pemecahan masalah. Jika melihat arti berpikir seperti ini maka
dapat dipahami bahwa pengertian ini merujuk berdasarkan hasi berpikir dan tujuan
berpikir. Berpikir juga dapat diartikan dengan bertanya tentang sesuatu, karena disaat
kita berpikir yang ada diotak kita adalah berbagai pertanyaan analisa diantaranya
adalah: apa, mengapa, kenapa, bagaimana, dan dimana.

2.2 Berfikir Kritis (Critical Thinking)


Berpikir kritis menurut Jensen (2011: 195) berpendapat bahwa berpikir kritis
berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam mengajar pengetahuan
yang relevan dan benar tentang dunia. Wijaya (2010: 72) juga mengungkapkan gagasan
mengenai kemampuan berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan
kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi,
mengkaji dan mengembangkannya kearah yang lebih spesifik, membedakannyan secara
tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya kearah yang lebih
sempurna.
Johnson (2009: 183) menyatakan berpikir kritis merupakan sebuah proses yang
terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti: memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis pendapat atau asumsi, dan melakukan
ilmiah. Cottrel (2005: 1) mengemukakan bahwa “Critical thinking is a cognitive activity,
associated with using the mind” yang artinya berpikir kritis merupakan aktifitas kognitif,
yaitu berhubungan dengan penggunaan pikiran. Berdasarkan dimensi kognitif Bloom,
kemampuan berpikir kritis menempati bagian dimensi analisis (C4), sintesis (C5), dan
evaluasi (C6). Tampak bahwa dimensi-dimensi ini diambil dari sistem taksonomi Bloom
yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2010), maka kemampuan berpikir kritis

4
menempati bagian dimensi analisis (C4), dan evaluasi (C5), karena pada versi revisi,
dimensi sintesis di integrasikan kedalam dimensi analisis.
Bobbi De Porter. dkk (2013: 298) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah
salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain
keterampilan berpikir kreatif. Didalam berpikir kritis, kita berlatih atau memasukkan
penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau
produk. Sedangkan menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah
cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu
(pertanyaan-pertanyaan, ide-ide, argument, dan penelitian).
Dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi berpikir kritis di atas dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis (critical thinking) adalah proses mental untuk
menganalisis atau mengevaluasi informasi. Untuk memahami informasi secara
mendalam dapat membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau
pendapat yang disampaikan. Proses aktif menunjukkan keinginan atau motivasi untuk
menemukan jawaban dan pencapaian pemahaman. Dengan berpikir kritis, maka pemikir
kritis menelaah proses berpikir orang lain untuk mengetahui proses berpikir yang
digunakan sudah benar (masuk akal atau tidak). Secara tersirat, pemikiran kritis
mengevaluasi pemikiran yang tersirat dari apa yang mereka dengar, baca dan meneliti
proses berpikir diri sendiri saat menulis, memecahkan masalah, membuat keputusan atau
mengembangkan sebuah proyek.

2.3 Tujuan Kemampuan Berpikir Kritis


Tujuan berpikir kritis adalah meciptakan suatu semangat berpikir kritis yang
mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran
mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru,
Nurhadi dan Senduk (2009: 86). Menurut Sapriya (2011: 87), tujuan berpikir kritis ialah
untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan
atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-
pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa
memunculkan ide-ide atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa
akan dilatih bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan
mana pendapat yang relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak
benar. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa
5
membuat kesimpulan dengan mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di
lapangan.

2.4 Ciri-Ciri Berpikir Kritis


Ciri-ciri berpikir kritis menurut Wijaya (2010: 72-73) adalah:
1) Mengenal secara rinci bagian-bagian dari keseluruhan.
2) Pandai mendeteksi permasalahan.
3) Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan.
4) Mampu membedakan fakta dengan diksi atau pendapat.
5) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan
informasi.
6) Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis.
7) Mampu mengembangkan kriteria atau standar penilaian data.
8) Suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.
9) Dapat membedakan diantara kritik membangun dan merusak.
10) Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda yang cermat.
11) Mampu mengetes asumsi dengan peristiwa dalam lingkungan
12) Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan.
13) Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda, seperti
dalam sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain.
14) Mampu mendaftar segala akibat yang mungkin terjadi atau alternatif pemecahan
terhadap masalah.
15) Mampu membuat hubungan berurutan antara kesimpulan generalisasi dari data
yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan.
16) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia dengan
data yang diperoleh dari lapangan.
17) Mampu menggambarkan konklusi dengan cermat dari data yang tersedia.
18) Mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia.
19) Dapat membedakan konklusi yang salah dan tepat terhadap informasi yang
diterimanya.
20) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.
6
2.5 Karakteristik Berpikir Kritis
Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik berpikir kritis yaitu:
1) Mengidentifikasi masalah
2) Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan
3) Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah
4) Membuat kesimpulan
5) Mengungkapkan pendapat
6) Mengevaluasi argumen

2.5 Indikator Berpikir Kritis


Menurut Ennis (2011) terdapat 5 indikator kemampuan berpikir kritis beserta
sub indikator yang dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Lima Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (2011)
No Indikator Sub Indikator
1. Merumuskan pertanyaan 1) Mengidentifikasi atau merumuskan
masalah
2. Menganalisis argumen 1) Mengidentifikasi kalimat-kalimat
pertanyaan
2) Melihat struktur dari suatu argumen
3. Menanyakan dan menjawab 1) Menjawab pertanyaan
pertanyaan
4. Menilai kredibilitas sumber 1) Kemampuan memberikan alasan
informasi
5. Melakukan observasi dan 1) Merekam hasil observasi
menilai laporan hasil observasi 2) Menggunakan bukti-bukti yang benar

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis tidak sama dengan berpikir biasa. Berpikir kritis lebih kompleks
dari berpikir biasa, karena berpikir kritis berbasis pada standar objektivitas dan
konsistensi. Berpikir kritis adalah berpikir secara jelas dan rasional (Lau, 2012: 1).
Jelas karena dua hal tanda utama berpikir kritis (Hassoubah, 2007). Pertama adalah
bahwa berpikir kritis adalah berpikir layak yang memandu ke arah berpikir deduksi
dan pengambilan keputusan yang benar berdasarkan bukti-bukti yang benar. Tidak
semua informasi yang diperoleh adalah informasi yang benar atau relevan, karena itu
diperlukan pengkajian dan pemilahan terhadapnya melalui kriteria seperti kejelasan,
ketelitian, ketepatan dan dengan memperhatikan bukti-bukti lain yang mendukung
argumentasi dalam pengambilan keputusan. Kedua adalah bahwa berpikir kritis
adalah berpikir reflektif yang menunjukkan kesadaran yang utuh dari langkah-
langkah berpikir yang menjurus kepada deduksi-deduksi dan pengambilan
keputusan-keputusan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat Fathoni. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rineka Cipta.
Anas, Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Burke, K. 2004. Medical Surgical Nursing Critical Thingking in Client Care. Third Edition.
New Jersey : Pearson Education. (dipublikasikan)
Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Assesment,
Research & Evaluation. Tersedia: http://www.edresearch.org/pare/getvn.asp?v=4&n=3
(diakses pada tanggal 17 November 2017).
Dasa, Ismaimuza. 2011. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan
awal siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 1.
Dodi, Syamsuduha. 2010. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Goemeter’s
Sketchpad terhadap peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik siswa SMP.
Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 3, No. 1.
Filsaime, D. K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi
Pustakarya.
Karim, Abdul. 2010. Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kritis Matematis
siswa SMP melalui Pembelajaran Model Reciprocal Teaching. Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol. 3, No. 1.
https://repository.uir.ac.id/4598/4/bab1.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/12212/7/7.%20BAB%20II_201842PK.pdf
https://repository.uir.ac.id/4598/5/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai