Anda di halaman 1dari 41

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SITUASI

DARURAT BENCANA

Sri Rahayu Sanusi,SKM, MKes, Ph.D


KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

Menurut UU No 36 tahun 2009


KESEHATAN
tentang kesehatan pasal 71 ayat
1,
REPRODUKSI ADALAH
“ kesehatan reproduksi adalah
suatu keadaan fisik, mental dan
KOMPONEN PENTING
sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau
PADA
kecacatan dalam segala aspek PENANGGULANGAN
yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta KRISIS KESEHATAN
prosesnya baik pada laki-laki
maupun perempuan.
Pelayanan kesehatan reproduksi
harus tersedia dalam kondisi
apapun baik pada kondisi normal
maupun pada situasi bencana.
Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Meningkat daam situasi Bencanana. MENGAPA?
• Resiko peningkatan kekerasan Seksual
• Resiko Peningkatan penularan IMS dan HIV –AIDS
• Kehamilan Yg Tidak Diinginkan (unwanted
Pregnancy)
• Komplikasi Kehamilan
• Tempat bersalin yang kurang memadai
• Kurangnya akses pelayanan gawat darurat
“obstetric yang komprehensif
Selama konflik di Aceh 1989-1998: 20 kasus perkosaan dan kekerasan seksual
oleh oknum militer, petugas keamanan dan ma- syarakat umum (Laporan
Komnas Perempuan, 2002)
3 kasus perkosaan di pengungsian pasca gempa di Padang ta- hun 2009
(Laporan Program Pencegahan dan Respon GBV Pasca Gempa Padang, UNFPA
Indonesia)
4 kasus kekerasan seksual pengungsi Aceh pasca tsunami (Catatan Kekerasan
terhadap Perempuan, Tahun 2006, Komnas Perempuan)
97 kasus kekerasan berbasis gender dilaporkan oleh 10 Community Support
Center (CSC) selama program respon Tsunami, 80% diantaranya adalah kasus
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), (Final Project Report, UNFPA
Indonesia 2005-2006)
Komnas Perempuan mencatat dalam situasi konflik di seluruh Indonesia tahun
1965-2009 telah terjadi kekerasan terhadap perempuan, meliputi: a) kekerasan
seksual sebanyak 1511 kasus, b) kekerasan non seksual sebanyak 302.642
Intervensi kesehatan reproduksi pada

respon penanggulangan bencana
adalah melalui penerapan PPAM
kesehatan reproduksi

• PPAM kesehatan reproduksi dilaksanakan


pada tanggap darurat krisis kesehatan
dan dapat diterapkan pada semua
jenis bencana, baik bencana alam
Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan

Tahap Bencana Kegiatan

Pembentukan tim kesehatan reproduksi,


Pelatihan PPAM, Advokasi, Sosialisasi,
Prakrisis kesehatan
Penyusunan Kebijakan, Penyusunan
Pedoman, dll

Penerapan Paket Pelayanan Awal


Tanggap darurat krisis kesehatan
Minimum Kesehatan Reproduksi

Perencanaan Kesehatan Reproduksi


Pascakrisis kesehatan Komprehensif, Perbaikan fasilitas PONED
dan PONEK, dll
Pelayanan kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis

1. Koordinasi Kesehatan Reproduksi


2. Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based
Violence/GBV)
3. Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
4. Kesehatan Maternal dan Neonatal
5. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif dan Terintegrasi kedalam
Pelayanan Kesehatan Dasar
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI
• PPAM merupakan serangkaian •Jika kesehatan reproduksi diabaikan,
kegiatan prioritas kesehatan akan memiliki konsekuensi sebagai
reproduksi yang harus berikut:
dilaksanakan segera pada 1) Kematian maternal dan neonatal,
tanggap darurat krisis kesehatan 2) Kekerasan seksual dan komplikasi
untuk menyelamatkan jiwa lanjutan,
khususnya pada kelompok
perempu- an dan remaja 3) Infeksi menular seksual (IMS),
perempuan. 4) Kehamilan yang tidak diinginkan
dan aborsi yang tidak aman,
5) Penyebaran HIV.
Bukan bagian dari PPAM, tetapi Penting di
perhatikan

Keluarga berencana bukan merupakan bagian


dari PPAM kesehatan reproduksi, namun
pelayanan kontrasepsi dibutuhkan untuk
memastikan kesinambungan dalam penggunaan
alat dan obat kontrasepsi (alkon) pada pasangan
usia subur dalam mencegah ter- jadinya
kehamilan yang tidak diinginkan.
TUJUAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN REPRODUKSI MELIPUTI:

1. MENGIDENTIFIKASI koordinator 2.MENCEGAH DAN MENANGANI kekerasan


PPAM1kesehatan reproduksi: seksual:
• Menetapkan seorang koordinator • Melakukan perlindungan bagi penduduk
pelayanan kesehatan reproduksi untuk yang terkena dampak,
mengkoordinir lintas program, lintas • terutama pada perempuan dan anak-anak
sektor, lembaga lokal • Menyediakan pelayanan medis dan
• dan internasional dalam pelaksanaan dukungan psikososial bagi pe-
PPAM kesehatan reproduksi • nyintas perkosaan
• Melaksanakan pertemuan koordinasi • Memastikan masyarakat mengetahui
untuk mendukung dan mene- tapkan informasi tersedianya pela-
penanggung jawab pelaksana di setiap • yanan medis, psikososial, rujukan
komponen PPAM perlindungan dan bantuan hukum
• (SGBV, HIV, Maternal dan Neonatal serta • Memastikan adanya jejaring untuk
Logistik) pencegahan dan penanganan
• Melaporkan isu-isu dan data terkait • kekerasan seksual
kesehatan reproduksi, keterse-
• diaan sumberdayaserta logistik pada
pertemuan koordinasi
TUJUAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM
KESEHATAN REPRODUKSI MELIPUTI
3.MENGURANGI penularan HIV: 4. MENCEGAH meningkatnya kesakitan dan
kematian maternal dan neonatal:
a. Memastikan tersedianya transfusi darah yang
aman • Memastikan adanya tempat khusus untuk
b. Memfasilitasi dan menekankan penerapan bersalin di beberapa tempat seperti pos
kewaspadaan standar kesehatan, di lokasi pengungsian atau di tem-
c. Memastikan ketersediaan kondom pat lain yang sesuai
• Memastikan tersedianya pelayanan persalinan
normal dan kega- watdaruratan maternal dan
neonatal (PONED dan PONEK) di fasi- litas
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
• Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi
transportasi dan komunikasi dari masyarakat ke
puskesmas dan puskesmas ke ru- mah sakit
• Tersedianya perlengkapan persalinan yang
diberikan pada ibu ha- mil yang akan melahirkan
dalam waktu dekat
• Memastikan masyarakat mengetahui adanya
layanan pertolongan persalinan dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
TUJUAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM
KESEHATAN REPRODUKSI MELIPUTI
5.MERENCANAKAN pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dan
terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi stabil.
Mendukung lembaga/organisasi untuk:

a. Mengidentifikasi kebutuhan logistik kesehatan reproduksi berda-


sarkan estimasi sasaran
b. Mengumpulkan data riil sasaran dan data cakupan pelayanan
c. Mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif
d. Menilai kemampuan tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif dan merencana-kan
pelatihan
Struktur dan Mekanisme Koordinasi Kesehatan
Reproduksi pada Penaggulangan Krisis Kesehatan
Mengapa dibutuhkan dalam situasi krisis
(Bencana )

a Psichosocial Reproductive
a human right
Health Need Health
Simulasi
Situasi Respon
• Sekelompok masyarakat mengungsi karena
gempa bumi dan banjir ke daerah • Kebutuhan apa yang segera
pegunungan . Mereka tinggal di
tenda-tendayang dibuat secara darurat. diperlukan oleh implementasi
Sekitar 1000 pengungsi lagi diperkirakan tersebut?
akan datang
- jumlah pusat yankes didaerah itu sedikit
sekali • Intervensi RH apa yang harus
- Perempuan mengambil air disungai dekat
dengan tenda darurat
diimplementasikan menurut
- -Memasak menggunakan kayu bakar yang anda berdasarkan prioritas?
diambil dengan jarak 1 km
- Ada laporan terjadi kekeseandan ancaman
Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Meningkat daam situasi Bencana
• Resiko peningkatan kekerasan Seksual
• Resiko Peningkatan penularan IMS dan HIV –AIDS
• Kehamilan Yg Tidak Diinginkan (unwanted
Pregnancy)
• Komplikasi Kehamilan
• Tempat bersalin yang kurang memadai
• Kurangnya akses pelayanan gawat darurat
“obstetric yang komprehensif
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif

• Safe Motherhood : ANC, Persalinan, Neonatal, PNC


• Keluarga Berencana
• Pelayanan Ginekologi
• Pencegahan dan managemen IMS/HIV/AIDs
• Pencegahan dan Managemen SGBV
• Edukasi ttg praktek budaya yang membahayakan
(menikah Dini,selective abortion)
• Pelayanan Kesehatan Reproduksi kepada Kel resiko
(wanita , remaja)
MENCEGAH DAN MENANGANI
KEKERASAN SEKSUAL
Kondisi bencana dan pengungsian dapat menyebabkan
meningkatnya risiko keke- rasan seksual pada
perempuan dan anak. Kasus kekerasan seksual terjadi
karena kondisi di lokasi bencana yang tidak me- madai,
seperti: tenda dan toilet yang tidak terpisah antara
laki-laki dan perempuan, lokasi sumber air bersih yang
jauh dari pengungsian, penerangan yang kurang me-
madai, tidak adanya sistim ronda maupun keamanan di
pengungsian dan lain-lain.
Indikator PPAM Kejadian kekerasan Seksual

• (Jumlah kasus yang dilaorkan ke pelayanan Kesehatan, LSM, Polisi)


• Ketersediaan universal precaution (ketersediaan sarung tangan , ect)
• Estimasi cakupan kondom (ketersediaan kondom yang didistribusikan
kesemua populasi pria)
• Estimasi cakupan clean delivery kits (jumlah clean delivery kits yang
tersedia cukup untuk perkiraab kelahiran dalam satu periode
Kekerasan Seksual
Defenisi Keadaan beresioko
• Setiap tindakan seksual yang • Perempuan yang memiliki
dilakukan tanpa persetujuan keterbatasa dalm memnuhi
dari salah satu phak termasuk kebutuhan
pemerkosaan dan eksploitasi • MCK yang jauh dari tempat
seksual
penampungan dan tidak ada
- Bagian dari kekerasan seksual pemisah antara laki-laki dan
berdasarkan gender ( GBV) perempuan
disamping fifsik, psikologi,
ekonomi • Kurangnya perlindungan dari
- Prioritas intervensi selama pihak keamanan dan tidak ada
keadaan bencana (laporan dan undang-undang yang mengatur
penelitian : jumlah kasus yang tentang kekerasan seksualtidak
serius dan drastis) ada penerangan
Langkah -langkah
a. Melakukan koordinasi dengan BNPB/BPBD dan Dinas Sosial untuk menempat- kan kelompok
rentan di pengungsian dan memastikan satu keluarga berada da- lam tenda yang sama.
Perempuan yang menjadi kepala keluarga dan anak yang terpisah dari keluarga dikumpulkan
di dalam satu tenda
b. Memastikan terdapat pelayanan kesehatan reproduksi pada tenda pengungsian
c. Menempatkan MCK laki-laki dan perempuan secara terpisah di tempat yang aman dengan
penerangan yang cukup. Pastikan bahwa pintu MCK dapat di kun- ci dari dalam
d. Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab keamanan untuk mencegah terjadinya
kekerasan seksual
e. Melibatkan lembaga-lembaga/organisasi yang bergerak di bidang pemberda- yaan
perempuan dan perempuan di pengungsian dalam pencegahan dan pena- nganan kekerasan
seksual
f. Menginformasikan adanya pelayanan bagi penyintas perkosaan dengan nomor telepon yang
bisa dihubungi 24 jam. Informasi dapat diberikan melalui leaflet, selebaran, radio, dll
g. Memastikan adanya petugas kompeten untuk penanganan kasus kekerasan seksual
h. Memastikan tersedianya pelayanan medis dan psikososial ada di organisasi/lem- baga yang
terlibat dalam respon bencana serta memastikan adanya mekanisme rujukan, perlindungan
dan hukum yang terkoordinasi untuk penyintas
i. Menyediakan fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan sua- mi istri yang
sah, sesuai dengan budaya setempat atau kearifan lokal
Intervensi untuk Korban
• Beri perlindungan
• Beri pengonatan
- a same sex worker
- Pemeriksaan fisik
- Test lab, pengobatan
• Lakukan konseling (menghilangkan rasa marah,
bersalah, malu, takut) memalui empaty, care ,
support
Pil Kontrasepsi Darurat
Pil kontrasepsi darurat adalah pil yang da- pat
mencegah kehamilan yang tidak dii- nginkan jika
digunakan dalam waktu 72 jam (sampai 3 hari) dari saat
terjadinya perko- saan. Pil kontrasepsi darurat dapat
diberi- kan bila status kehamilan belum jelas dan tes
kehamilan tidak tersedia, karena tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa pil kontrasepsi darurat dapat
merugikan pe- rempuan atau membahayakan
kehamilan jika sudah ada sebel
Aturan penggunaan pil kontrasepsi darurat adalah
sebagai berikut:

• Diberikan segera , sebelum 72 jam kepada korban


perkosaan
• Beri petunjuk pemakaian
• Bila ingin melakukan hub sex menggunakan
kondom
• Menyampaikan resiko kegagalan pil kontrasepsi
darurat
• Efek samping
• Tidak efektif bila kehamilan sudah terjadi
ATURAN PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI DARURAT

• Levonorgestrel: 1.5 mg Levonorgestrel dalam dosis


tunggal (ini adalah sediaan yang direkomendasikan
karena lebih efektif dengan efek sam- ping yang lebih
sedikit); atau
• Kalau pilihan pertama tidak tersedia dapat
menggunakan pil KB yang ada di puskemas/klinik
dengan menggunakan pil kombinasi estrogen -
progestogen (metode Yuzpe): 30 mikrogram Etinil
Estradiol ditambah 0.15 mg Levonorgestrel 4 tablet,
diminum secepat mungkin,diikuti dengan dosis yang
sama12 jam kemudian
Perawatan untuk Dugaan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Pemberian antibiotik kepada penyintas perkosaan


sebagai pengobatan terhadap dugaan Gonorea,
infeksi Klamidia, Sifilis dan Trikomoniasis atau
Chancroid.

• Sebagai contoh, jika penyintas perkosaan datang


dalam waktu 30 hari setelah keja- dian, maka 400
mg Cefixime ditambah 1g Azithromisin secara oral
merupakan peng- obatan yang cukup untuk dugaan
Gonorea, infeksi Klamidia dan Sifilis inkubasi.
Perawatan Luka Pencegahan Tetanus

Pada kasus perkosaan, selain mengalami trauma


psikis penyintas juga mengalami trauma fisik.
Perawatan yang diberikan mengikuti prosedur
standar operasional yang berlaku. Sangat
penting untuk mem- berikan injeksi Tetanus
Toxoid pada kasus dengan luka terbuka
mengingat kebersihan lingkungan yang tidak
mendukung pada situasi bencana.
Rujukan untuk penanganan lebih lanjut bagi penyintas GBV

Dengan persetujuan penyintas atau atas permintaannya,


tawarkan rujukan ke:
• Rumah sakit bila ada komplikasi yang mengancam jiwa
atau komplikasi yang tidak dapat ditangani di puskesmas
• Jasa perlindungan atau pelayanan sosi- al jika penyintas
tidak memiliki tempat yang aman untuk pergi setelah
meninggalkan puskesmas
• Pelayanan psikososial, apabila tersedia, dapat juga
dengan menghubungi pe- nanggung jawab komponen
GBV atau menggunakan layanan yang berasal dari
inisiatif masyarakat
Penegahan Kesakitan dan Kematian ibu dan
Bayi baru Lahir
• 4% wanita dari populasi dalam keadaan hami
• 15% akan mengalami komplikasi obstetrik
• Dalam Keadaan darrurat : persalinan bukan di
pelayanan kesehatan dan mungkin tidak
dilakukan oleh tenaga terlatih sehingga banyak
ibu meninggak dengan maslaah yang daat
dicegah
Neonatal Care segera setelah lahir
• Pastika penolong persalinan • Lakukan bonding
meggunakan sarung tangan attachment
dan mencuci tangan • Lakukan IMD
dengan sabun sebelum • Anjurkan setiap orang cuci
menolong persalinan dan tangan dulu sebelum
menggunting tali pusat pegang bayi
• Pastikan ruangan hangat • Bersihkan mata bayi
dan bayi tidak kedinginan sesegera mungkin jika perlu
• Gunakan instrumen bersih berika obat salep mata
utk potong tali pusat
Neonatal Care Perawatan Ibu PostPartum
• Selalu dekatkan ibu-bayi
• Bersihkan tali pusat dengan sabun dan air , jangan
tutup
• Beritahu ibu : tanda –tanda infeksi tali pusat +
keputusan minta pertolongan
• Ajarkan ibu bagaimana menjaga bayi tetap hangat
• Bawa bayi setelah umur 6 minggu kepelayanan
kesehatan utk imunisasi
• Tetap anjurkan ASI+E
MERENCANAKAN PELAYANAN
KESEHATAN REPRODUKSI
KOMPREHENSIF DAN TERINTEGRASI KE
DALAM PELAYANAN KESEHATAN
DASAR PADA SITUASI STABIL PASCA
KRISIS KESEHATAN
Pada tanggap darurat krisis kesehatan, pelayanan
kesehatan reproduksi diberikan di tempat
pelayanan kesehatan darurat. Namun demikian
pada saat ini koordinator kesehatan repro- duksi
harus mulai menyusun rencana pengintegrasian
kebutuhan pelayanan kesehatan re- produksi ke
dalam pelayanan kesehatan dasar yang rutin
kesehatan reproduksi komprehensif
harus segera dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:

a. Kemudahan komunikasi dan


transportasi untuk rujukan
b.Jarak ke tempat pelayanan kesehatan
lainnya
Koordinator kesehatan reproduksi melakukan
langkah-langkah:
• Menyusun rencana pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif

• Mengumpulkan data sasaran dan cakupan untuk persiapan pelayanan


keseha- tan reproduksi komprehensif. Pada tanggap darurat krisis
kesehatan, data dapat menggunakan estimasi dan setelah situasi normal,
data mengunakan data riil
Mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat untuk

melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif
Memastikan ketersediaan peralatan, bahan dan obat untuk pelayanan

PONED dan PONEK
Menilai kapasitas petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi yang komprehensif
Merencanakan pelatihan bagi petugas

Memastikan tersedianya peralatan, bahan dan obat kesehatan reproduksi

bagi puskesmas PONED dan RS PONEK
LOGISTIK KESEHATAN REPRODUKSI PADA
TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN
• koordinator kesehatan reproduksi harus
memiliki kemampuan mengkoordinasikan
pengelolaan logistik kesehatan reproduksi,
mulai dari perencanaan kebutuhan,
pendistribusian dan monitoring serta evaluasi
penggunaan logistik kesehatan reproduksi.
Logistik untuk kesehatan reproduksi pada
tanggap darurat krisis kesehatan terdiri dari:

• Kit Individu
• Kit Bidan/Partus Set
• Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit)
KIT INDIVIDU

• Kit individu merupakan paket berisi pakaian,


perlengkapan kebersihan diri, perlengkapan
bayi, dll, yang diberikan kepada perempuan
usia reproduksi, ibu hamil, ibu bersalin dan
bayi baru lahir. Kit ini dapat langsung diberikan
dalam waktu 1-2 hari saat bencana kepada
peng- ungsi setelah melakukan estimasi jumlah
sasaran.
4 jenis Kit Individu
Kit Warna Sasaran

Perempuan usia
Kit higiene Biru
subur
Untuk ibu hamil
Kit ibu hamil Hijau
trimester III
Untuk ibu paska
Kit ibu bersalin Oranye
bersalin/nifas
Untuk bayi baru
Kit bayi baru lahir Merah lahir sampai usia 3
bulan
Terimakasih !

Anda mungkin juga menyukai