F. Informed Choice
1. Pengertian
Informed choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan
penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan
(choice) harus dibedakan dari persetujuan (concent). Persetujuan penting
dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang
memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan.
Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita
(pasien)sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada
klien harus:
a. Memperlakukan klien dengan baik.
b. Berinteraksi dengan nyaman.
c. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta
tidak berlebihan.
d. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang
sesuai dengan kondisinya.
2. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan
kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan
dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional
bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati
hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
3. Rekomendasi yang dianjurkan untuk Bidan
a. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinis dan secara
teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan
kliennya.
b. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk
yang dapat dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media
alternative dan penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka
langsung.
c. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita
melatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab
untuk keputusan yang mereka ambil sendiri. Ini tidak hanya dapat
diterima secara etika tetapi juga melegakan para profesional kesehatan.
Memberikan jaminan bahwa para petugas kesehatan sudah memberikan
asuhan yang terbaik dan memastikan bahwa wanita itu sudah diberikan
informasi yang lengkap tentang implikasi dari keputusan mereka dan
mereka telah memenuhi tanggung jawab moral mereka.
d. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan
berdasarkan fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah
mungkin.
e. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang
yang objektif, bermitra dengan wanita dari system asuhan dan suatu
tekanan positif terhadap perubahan.
4. Bentuk pilihan yang ada dalam asuhan kebidanan
a. Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien,
antara lain:
b. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau
screening antenatal.
c. Tempat melahirkan
d. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
e. Pendampingan waktu melahirkan
f. Klisma dan cukur daerah pubis
g. Metoda monitor denyut jantung janin
h. Percepatan persalinan atau augmentasi
i. Diet selama proses persalinan
j. Mobilisasi selama proses persalinan
k. Pemakaian obat penghilang rasa sakit
l. Pemecahan ketuban
m. Posisi ketika melahirkan
n. Episiotomi
o. Penolong persalinan
p. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran
q. Pemotongan tali pusat
r. Metode kontrasepsi
G. Inform Consent
1. Pengertian
Informed concent bukan hal yang baru dalam bidang pelayanan
kesehatan. Informed concent telah diakui sebagai langkah yang paling
penting untuk mencegah terjadinya konflik dalam masalah etik.
Informed concent berasal dari dua kata, yaitu informed (telah
mendapat penjelasan/keterangan/informasi) dan concent (memberikan
persetujuan/mengizinkan. Informed concent adalah suatu persetujuan yang
diberikan setelah mendapatkan informasi.
Menurut Veronika Komalawati pengertian informed concent
adalah suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan
dilakukan dokter terhadap dirinya setelah pasien mendapatkan informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong
dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
Dalam PERMENES no 585 tahun 1989 (pasal 1), informed concent
diatfsirkan sebagai persetujuan tindakan medis adalah persetujuan yang diberikan
pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang
dilakukan terhadap pasien tersebut.
2. Tujuan
a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar
pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter, bidan, perawat (tenaga
medis) terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur
medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada
melekat suatu resiko.
3. Langkah-langkah pencegahan masalah etik
Dalam pencegahan konflik etik dikenal ada 4, yang urutannya
adalah sebagai berikut :
a. Informed concent
b. Negosiasi
c. Persuasi
d. Komite etik
Informed concent merupakan butir yang paling penting, kalau
informed concent gagal, maka butir selanjutnya perlu dipergunakan secara
berurutan sesuasi dengan kebutuhan.
Informed concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien/
walinya yang berhak terhadap bidan untuk melakukan suatu tindakan
kebidanan terhadap pasien sesudah memperoleh informasi lengkap dan
yang dipahaminya mengenai tindakan itu.
Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus di pahami pada
suatu persetujuan :
a. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah
dasar sukarela tanpa ada unsur paksaan di dasari informasi dan
kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus memenuhi unsur
informasi yang di berikan sejelas jelas nya
b. Informasi (information)
Jika passien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan
keputusan.
c. Kompetensi (competence)
Dalam konteks cosent competensi bermakna suatu pemahaman
bahwa seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat
keputusan dengan tepat, juga membutuhkan banyak informasi.
d. Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana
merupakan persetujuan tanpa refleksi.pembuatan keputusan merupakan
tahap terakhir proses pemberian persetujuan.
4. Bentuk-bentuk Informed Consent
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan
tindakan medis, sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut depertemen
kesehatan (2002), informed consent dibagi menjadi 2 bentuk :
a. Implied consent
Yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya:
saat bidan akan mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu
dengan membawa sfingmomanometer tanpa mengatakan apapun dan si
ibu langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan
apapun, sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap
tindakan yang akan dilakukan bidan)
b. Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam
bentuk tulisan atau secara verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat
dapat diberikan, namun sangat bijaksana bila persetujuan pasien
dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti
yang lebih kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk
pelaksanaan sesar.
5. Persetujuan pada informed consent dapat dibedakan menjadi tiga bentuk,
yaitu :
a. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang
mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes
No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No.
319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang
mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan
tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang
adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan
dengannya (telah terjadi informed consent).
b. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang
bersifat non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan
oleh pihak pasien.
c. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya
pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung
menyodorkan lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan
dilakukan terhadap dirinya.
6. Manfaat informed consent
a. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent,
secara tidak langsung terjalin kerjasama antara bidan dank lien sehingga
memperlancar tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat
meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.
b. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Tindakan bidan yang tepat dan segera, akan menurunkan resiko
terjadinya efek samping dan komplikasi.
c. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si
ibu memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang
dilakukan.
d. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh
tindakan yang lancar, efek samping dankomplikasi yang minim, dan
proses pemulihan yang cepat.
e. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan
medis menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang
persetujuan pasien.
Contoh Informed Consent
Surabaya, 2014
(……………………) (………………………….)
I. Evaluasi
1. Tn. A, usia 28 tahun datang ke rumah sakit, akan melakukan tindakan
operasi apendikcitis. Sebelum tindakan operasi pasien terlebih dahulu
membuat surat pernyataan untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur
tindakan yang akan diberikan. Apakah jenis tindakan yang dilakukan pada
kasus diatas ?
a. Anamnesa
b. Dokumentasi
c. Informed choise
d. Informed consent
2.
J. Daftar Pustaka
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third
Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.
Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson
Education Line
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : EGC
PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI
Ratih Kusuma Wardhani. 2009. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan
Medis (Informed Consent) Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Tesis tidak
diterbitkan. Semarang: FH Universitas Diponegoro.
Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
________, Informed Consent dan Informed Refusal, Penerbit Fakultas
Kedokteran UI, 2003.
Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC
ThompsonJ.B & Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmillan Publ. Co
Wahyuningsih, Heni Puji dan Asmar Yetty Zein. 2005. Etika Profesi
Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Zulvadi, Dudi. 2010. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta : Cahaya
Ilmu.