Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH ENDORPHIN MASSAGE TERHADAP INTENSITAS NYERI

PUNGGUNG PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS


SERANG KOTA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh:

ROSAYANA SAHRUL

195401426064

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN
JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan sel telur atau ovum

dan sel mani atau spermatozoid pertumbuhan pada wanita hamil meliputi

perubahan fisiologis dan perubahan psikologis. Bila dihitung dari saat fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan

terbagi dalam 3 trimester, dimana di mana trimester pertama berlangsung dalam

12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-8 hingga ke-27), dan

trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (2). Kehamilan

merupakan suatu yang membahagiakan bagi setiap pasangan suami, istri namun

terkadang muncul keluhan selama kehamilan, salah satu diantaranya yang amat

mengganggu adalah masalah nyeri punggung ketika hamil. (Saminem, 2009).

Nyeri punggung saat hamil biasanya dialami wanita pada waktu-waktu

tertentu dalam masa kehamilannya, biasanya sering terjadi pada trimester ketiga

kehamilan. (Garshasbi, 2017) melaporkan penelitiannya yang bejudul The effect

of exercise on the intensity of low back pain in pregnant women dari 107

responden, 69% ibu hamil mengalami nyeri punggung dan 31% tidak

mengalami nyeri punggung. Nyeri punggung lazim terjadi pada kehamilan

dengan insiden yang dilaporkan bervariasi dari kira-kira 50% di Inggris dan
Skandinavia sampai mendekati 70% di Australia. (Kartikasari, 2016)

Melaporkan bahwa 67,5% wanita yang diteliti mengeluh nyeri punggung hebat

dan 32,1% mengeluh nyeri sedang. (Lilyana, 2016) Menyatakan nyeri

punggung yang signifikan. berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan

Januari 2016, di BPS Ny. Khusnul Imarwatin Desa Mangkujajar Kecamatan

Kembang bahu Kabupaten Lamongan dari 20 ibu hamil trimester 3 terdapat

75% yang mengalami nyeri punggung menyebabkan lelah secara fisik maupun

emosional serta terganggu aktivitas sehari-harinya, sehingga masalah dalam

penelitian ini masih banyaknya ibu hamil yang mengalami nyeri punggung.

(Megasari, 2015) Melaporkan penelitiannya yang di lakukan di rumah bersalin

fatmawati dari 47 responden ibu hamil trimester III, sebanyak 66 % ibu yang

mengalami nyeri punggung dan 34% tidak mengalami nyeri punggung.

Berbagai faktor predisposisi nyeri punggung meliputi pertumbuhan

uterus yang menyebabkan perubahan postur tubuh dan dapat menekan implus

nyeri, penambahan berat badan, pengaruh hormone relaksin terhadap ligament,

riwayat nyeri punggung terdahulu, paritas dan aktivitas. Pertumbuhan uterus

sejalan dengan perkembangan kehamilan mengakibatkan teregangnya ligament

penopang yang biasanya dirasakan ibu sebagai spasme menusuk yang sangat

nyeri (menekan implus nyeri) yang disebut dengan nyeri ligament. Hal inilah

yang menyebabkan nyeri punggung. Sejalan dengan bertambahnya berat badan

secara bertahap selama kehamilan mengubah postur tubuh sehingga pusat

gravitasi tubuh bergeser kedepan. Ada kecenderungan bagi otot punggung

untuk memendek jika otot abdomen meregang sehingga dapat menyebabkan


ketidakseimbangan otot disekitar pelvis dan tegangan tambahan dapat dirasakan

diatas ligament tersebut.

Faktor yang terakhir adalah paritas dan aktivitas. wanita grandemultipara

yang tidak pernah melakukan latihan setiap kali melahirkan cenderung

mengalami kelemahan otot abdomen, sedangkan wanita primigravida biasanya

memiliki otot abdomen yang sangat baik karena otot tersebut belum pernah

mengalami peregangan sebelumnya. Dengan demikian keparahan nyeri

punggung bagian bawah biasanya meningkat seiring bertambahnya jumlah

paritas. Nyeri punggung juga dapat merupakan akibat membungkuk yang

berlebihan, berjalan tanpa istirahat dan angkat beban, terutama bila salah satu

atau kegiatan ini dilakukan saat wanita tersebut sedang Lelah. (Prawirohardjo,

2014).

Upaya untuk mengurangi rasa nyeri dapat menggunakan cara

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dengan cara memberikan

obat anti nyeri (analgesik) pada ibu hamil direkomendasikan oleh dokter dan

terapi nonfarmakologi dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau keluarga

pasien yaitu salah satunya menggunakan Endorphin Massage. (anggraini, 2016)

melaporkan penelitiannya yang dilakukan di BPS S dan B Demak setelah

dilakukan Endorphin Massage pada ibu inpartu kala 1,dari 15 responden ibu

yang mengalami nyeri ringan sebanyak 9 orang (60,0%), nyeri sedang

sebanyak 4 orang (26,7%) dan nyeri berat sebanyak 2 orang (13,3%).

(Machfudlo, 2017) membuktikan penelitiannya yang di lakukan pada ibu

bersalin kala 1 fase aktif dari 20 responden sebagian besar responden

mengalami sangat nyeri dan nyeri berat sebelum dilakukan Terapi Endorphin
Massage sebanyak 19 orang (95%) dan nyeri sedang 1 orang (5%), setelah

dilakukan Terapi Endorphin Massage menurun menjadi nyeri sedang sebanyak

14 orang (70%) dan 3 orang (15%) mengalami penurunan dari skala sangat

nyeri ke nyeri ringan, serta terdapat 3 orang (15%) yang tidak mengalami

perubahan (nyeri berat).

Endorphin Massage merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan

ringan yang cukup penting diberikan pada ibu hamil di waktu menjelang hingga

saatnya melahirkan. Pijatan ini dapat merangsang tubuh untuk melepaskan

senyawa endorfin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan

perasaan nyaman. Selama ini, endorfin sudah dikenal sebagai zat yang banyak

manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah mengatur produksi hormon

pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap,

mengendalikan perasaan stress, serta munculnya melalui berbagai kegiatan,

seperti pernafasan yang dalam dan relaksasi, serta meditasi. Manfaat Endorphin

Massage antara lain, membantu dalam relaksasi dan menurunkan kesadaran

nyeri dengan meningkatkan aliran darah ke area yang sakit, merangsang

reseptor sensori di kulit dan otak dibawahnya, mengubah kulit, memberikan

rasa sejahtera umum yang dikaitkan dengan kedekatan manusia, meningkatkan

sirkulasi lokal, stimulasi pelepasan endorfin, penurunan katekiolamin endogen

rangsangan terhadap serat eferen yang mengakibatkan blok terhadap rangsang

nyeri (Aprilia, 2010).

Puskesmas serang kota adalah puskesmas yang terletak dikota serang

dengan jumlah 3 kelurahan yaitu sukawana, cipare, sumur pecung.

Berdasarkan data puskesmas serang kota tahun 2019 terhitung Januari –


Desember sebanyak 1.164 ibu hamil trimester I – trimester III. Setiap bulan

nya ada sekitar 50 ibu hamil trimester III yang memeriksakan diri ke

puskesmas Serang kota. Berdasarkan data Puskesmas Serang Kota tahun 2019

ibu hamil trimester III yang mengalami nyeri punggung sedang sebesar 76%

dan 24% nyeri ringan. (Puskesmas Serang Kota 2019).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri

Punggung Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Serang Kota Tahun 2020”

1.2 Rumusan Masalah

Nyeri punggung saat hamil biasanya dialami wanita pada waktu-waktu

tertentu dalam masa kehamilannya, biasanya sering terjadi pada trimester

ketiga kehamilan. Berbagai faktor predisposisi nyeri punggung meliputi

pertumbuhan uterus yang menyebabkan perubahan postur tubuh dan dapat

menekan implus nyeri, penambahan berat badan, pengaruh hormone relaksin

terhadap ligament, riwayat nyeri punggung terdahulu, paritas dan aktivitas.

Pertumbuhan uterus sejalan dengan perkembangan kehamilan mengakibatkan

teregangnya ligament penopang yang biasanya dirasakan ibu sebagai spasme

menusuk yang sangat nyeri (menekan implus nyeri) yang disebut dengan nyeri

ligament. Berdasarkan data Puskesmas Serang Kota tahun 2019 ibu hamil

trimester III yang mengalami nyeri punggung sedang sebesar 76% dan 24%

nyeri ringan.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri

Punggung Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Serang Kota Tahun 2020”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Utama

Untuk mengetahui Apakah Pengaruh Endorphin Massage

Terhadap Intensitas Nyeri Punggung Ibu Hamil Trimester III Di

Puskesmas Serang Kota.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi intensitas nyeri punggung pada

ibu hamil trimester III sebelum di lakukan endorphin massage

diwilayah kerja puskesmas serang kota tahun 2020.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi intensitas nyeri punggung pada

ibu hamil trimester III setelah di lakukan endorphin massage

diwilayah kerja puskesmas serang kota tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi lahan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada

Puskesmas Serang Kota untuk meningkatkan pelayanan khususnya ibu

hamil trimester III untuk melakukan endorphin massage dirumah

Bersama suami.
1.4.2 Bagi responden

Diharapkan endorphin massage dapat mengurangi intensitas

nyeri punggung ibu hamil trimester III.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Bertambahnya salah satu referensi ilmiah terutama yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan kegawat daruratan

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi rujukan,sumber informasi dan bahan

referensi penelitian selanjutnya agar bias lebih dikembangkan dalam

materi-materi yang lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Selain itu, peneliti juga berharap agar penelitian ini agar dapat

memberikan motivasi kepada peneliti lain agar dapat lebih baik dalam

merancang desain pembelajaran dengan menggunakan dan

menggembangkan pendekatan-pendekatan pembelajaraan inovatif

lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yangtidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau

potensial. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang

pernah mengalaminya. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan

tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan

hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya. Teori terjadinya nyeri:

a. Teori Pemisahan (Specificity Theory).

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis

(spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah

posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di

garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris

tempat rngsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory).

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke

medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini

mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang


lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan

persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory).

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar

dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.

Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas

substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu

mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan

menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.

d. Teori Transmisi dan Inhibisi

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-

impi\uls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif

oleh neurotranmitter yang spesifik. (Prihardjo, 2007)

2. Klasifikasi Nyeri

a. Menurut tempat nyeri.

1) Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3

yaitu nyeri permukaan (superfisial pain), nyeri dalam (deep

pain), nyeri alihan (reffered pain). Nyeri alihan ini

maksudnya adalah nyeri yang dirasakan pada area yang

bukan merupakan sumber nyerinya.

2) Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada

susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak.

3) Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya

penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.


4) Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan perasaan pada

bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada

amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit

yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor

biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri

pada area yang telah diangkat.

5) Radiating Pain. Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang

meluas ke jaringan sekitar.

b. Menurut sifat nyeri

1) Insidentil. Yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-waktu dan

kemudian menghilang.

2) Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan

dirasakan dalam waktu yang lama.

3) Paroxysmal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi

dan kuat sekali dan biasanya menetap selama 10 – 15 menit,

lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.

4) Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten dengan

diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian

analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari

lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.


c. Menurut berat ringannya nyeri

1) Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas

yang rendah.

2) Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi

fisiologis dan juga reaksi psikologis.

3) Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang

tinggi.

d. Menurut Waktu Serangan

1) Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat,

misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri

akut pada umumnya akan menunjukkan gejala-gejala

antara lain : respirasi meningkat, Denyut jantung dan

Tekanan darah meningkat, dan pallor.

2) Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan

terjadi dalam waktu lebih lama dan pada umumnya

penderita sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai

dirasakan. (Yudha, 2008)

3. Patofisiologi Nyeri

Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi

dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan

pada tubuh; seperti peradangan, infeksi-infeksi kuman, dan kejang

otot. Sehingga sesungguhnya rasa nyeri berguna sebagai “alarm”

bahwa ada yang salah pada tubuh. Misalnya, saat seseorang tidak
sengaja menginjak pecahan kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia

akan merasakan rasa nyeri pada kakinya dan segera ia

memindahkan kakinya. Tetapi adakalanya nyeri yang merupakan

pertanda ini dirasakan sangat menggangu apalagi bila berlangsung

dalam waktu yang lama, misalnya pada penderita kanker.

4. Etiologi

Adapun Etiologi Nyeri yaitu:

a) Stimulasi Kimia (Histamin, bradikirun, prostaglandin,

bermacam-macam asam)

b) Pembengkakan Jaringan

c) Spasmus Otot

d) Kehamilan

e) Inflamasi

f) Keletihan

g) Kanker

5. Gejala

Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar,

geli(tingling), menyentak (shooting) yang bervariasi dalam

intensitas dan lokasinya. Suatu stimulus yang sama dapat

menyebabkan gejala nyeri yang berubah sama sekali (mis. tajam

menjadi tumpul). Gejala kadang bersifat nonspesifik Nyeri akut dpt


mencetuskan hipertensi, takikardi, midriasis tapi tidak bersifat

diagnostik. Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang nyata

6. Manifestasi Klinik

a) Gangguan Tidur

b) Posisi Menghindari Nyeri

c) Gerakan Menghindari Nyeri

d) Pucat

e) Perubahan Nafsu Makan

7. Diagnosis

a. Nyeri akut

Nyeri akut yaitu suatu keadaan dimana individu mengalami dan

melaporkan adanya rasa ketidak nyamanan yang hebat atau

sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.

Batasan Karakteristik :

1) Subjektif

Komunikasi tentang nyeri dideskripsikan . Untuk pasien

dewasa dan dalam kondisi sadar penuh, rasa nyeri ini bisa dikaji

secara verbal menggunakan skala 0 – 10 atau 0 – 5.

2) Objektif

a) .Perilaku sangat berhati-hati

b) Memusatkan diri
c) Fokus perhatian rendah (perubahan persepsi waktu,

menarik diri darihubungan sosial, gangguan proses berpikir)

d) Perilaku distraksi (mengerang, menangis)

e) Raut wajah kesakitan (wajah kuyu, meringis)

f) Perubahan tonus otot

g) Respon autonomy

h) Kalor

i) Dolor

j) Fungsio laesa (kehilangan fungsi jarring

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronis yaitu keadaan dimana seseorang individu

mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari

enam bulan.

Batasan Karakteristik :

1) Mayor (harus terdapat), individu melaporkan bahwa nyeri telah ada

lebihdari 6 bulan

2) Minor (mungkin terdapat)

a) Ketidak nyamanan

b) Marah, frustasi, depresi karena situasi

c) Raut wajah kesakitan

d) Anoreksia, penurunan berat badan

e) Insomnia

f) Gerakan yang sangat berhati-hati


g) Spasme otot

h) Kemerahan, bengkak, panas

i) Perubahan warna pada area terganggu

j) Abnormalitas reflex (Yudha, 2008)

2.1.2 Nyeri Punggung Ibu Hamil

1. Pengertian

Nyeri Punggung adalah nyeri yang lazim dialami. Hampir

semua orang pernah menderita sakit ini. keadaan klinik yang

ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak

enak di daerah tulang punggung bagian bawah. Nyeri dapat

bersifat lokal (inflamasi) maupun nyeri radikuler atau keduanya.

Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat menjalar kedaerah

lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di

daerah punggung bawah/refered pain. . (Garshasbi, 2017)

melaporkan penelitiannya yang bejudul The effect of exercise on

the intensity of low back pain in pregnant women dari 107

responden, 69% ibu hamil mengalami nyeri punggung dan 31%

tidak mengalami nyeri punggung. (Kartikasari, 2016) Melaporkan

bahwa 67,5% wanita yang diteliti mengeluh nyeri punggung hebat

dan 32,1% mengeluh nyeri sedang. (Lilyana, 2016) Menyatakan

nyeri punggung yang signifikan. berdasarkan survey awal yang

dilakukan pada bulan Januari 2016, di BPS Ny. Khusnul Imarwatin

Desa Mangkujajar Kecamatan Kembang bahu Kabupaten


Lamongan dari 20 ibu hamil trimester 3 terdapat 75% yang

mengalami nyeri punggung menyebabkan lelah secara fisik

maupun emosional serta terganggu aktivitas sehari-harinya,

sehingga masalah dalam penelitian ini masih banyaknya ibu hamil

yang mengalami nyeri punggung. (Megasari, 2015) Melaporkan

penelitiannya yang di lakukan di rumah bersalin fatmawati dari 47

responden ibu hamil trimester III, sebanyak 66 % ibu yang

mengalami nyeri punggung dan 34% tidak mengalami nyeri

punggung.

2. Penyebeb nyeri punggug saat hamil

a) Perubahan hormon selama hamil

Hormon memiliki peran yang sangat penting untuk ibu

hamil. Hormon tidak hanya menyiapkan lingkungan yang

nyaman untuk pertumbuhan janin tapi juga setelah bayi

dilahirkan. Perubahan hormon terutama tingkat HCG dan

estrogen dalam tubuh ibu hamil menyebabkan pengaruh pada

ligamen di area panggul dan sendi. Hormon akan membantu

area panggul dan sendi di sekitarnya menjadi lebih lentur atau

lunak. Proses ini memang sangat penting untuk membantu

pembukaan jalan lahir ketika ibu akan melahirkan normal.

b) Berat badan ibu bertambah

Perkembangan janin yang sehat bisa membuat berat badan

ibu juga bertambah. Pada dasarnya penambahan berat badan ini


terjadi pada ibu dan janin itu sendiri. Ibu menyiapkan tubuh

yang paling sehat hingga siap untuk melahirkan. Sementara

janin juga berkembang mulai dari perkembangan organ dalam

hingga menjadi bayi yang lahir normal tanpa cacat apapun.

Akibatnya berat badan ibu bisa naik dengan cepat selama

kehamilan. Kondisi ini menyebabkan tumpuan di bagian

panggul juga menjadi lebih berat sehingga nyeri pinggang

sering terjadi pada ibu hamil.

c) Tarikan gravitasi ke tubuh Anda

Perkembangan janin yang sehat dalam rahim ibu akan

merubah bentuk perut ibu. Kondisi ini akan membuat perut ibu

lebih besar dan diikuti oleh bagian belakang termasuk juga

payudara untuk menyiapkan ASI bagi bayi. Bagaimanapun

tubuh ibu sedang bekerja untuk menyiapkan persalinan dan

proses perawatan setelah bayi dilahirkan. Perubahan bentuk

badan ini juga akan membuat tarikan gaya gravitasi menjadi

lebih berat. Bagian kaki menjadi tumpuan utama yang dibantu

oleh panggul. Karena itu saat hamil sebaiknya ibu tidak

menggunakan sepatu hak tinggi, berdiri atau duduk terlalu lama.

d) Kurang gerakan tubuh dan masalah postur tubuh

Beberapa kasus nyeri pinggang saat hamil yang paling parah

terjadi pada ibu hamil yang memang kurang gerakan. Aktifitas

yang kurang menyebabkan sendi di bagian panggul juga tidak


terlatih dengan baik. Karena itu ibu hamil juga disarankan untuk

sering berjalan-jalan, berenang dan senam hamil. Sementara itu

ibu hamil yang memiliki kelainan tulang seperti skoliosis juga

akan lebih sering terkena nyeri pinggang. Kebiasaan

membungkuk pada ibu hamil juga bisa membuat pinggang tidak

nyaman dan mudah lelah.

e) Stress Berlebihan

Ibu hamil memang sering emosi dan mengalami perubahan

suasana hati yang sangat cepat. Kondisi ini memang dipengaruhi

oleh kondisi kehamilan dan perubahan hormon dalam tubuh.

Kemudian ibu hamil yang cepat marah juga bisa terkena stres.

Salah satu bahaya stres pada ibu hamil adalah kelelahan yang

kronis pada ibu hamil. Kelelahan bisa memberikan beberapa efek

seperti nyeri pinggang kronis, tubuh yang sangat

lemah, hipertensi dalam kehamilan, tekanan darah rendah,

anemia pada ibu hamil dan bahkan keguguran. Karena itu

sebaiknya ibu mengelola kesehatan agar tidak terlalu stres.

f) Tekanan rahim melemahkan otot perut

Ketika janin berkembang maka pada bisa menyebabkan

tekanan yang kuat pada rahim. Efeknya maka bisa menyebabkan

otot perut menjadi lebih lemah. Kondisi ini bisa membuat postur

tubuh ibu mengalami perubahan yang besar. Jika postur dan otot
perut yang semakin lemah maka bisa membuat syaraf dibagian

punggung mendapatkan tekanan yang membuat nyeri pinggang

sering terjadi. Karena itu ibu hamil sebaiknya tidak boleh

melakukan pekerjaan berat seperti mengangkat benda berat. Jika

pekerjaan ini dilakukan maka bisa menyebabkan stres pada

bagian sendi di sekitar pinggang.

g) Perubahan hormon membuat sendi tidak stabil

Perubahan hormon pada ibu hamil memang telah merubah

fungsi sendi menjadi tidak terlalu stabil. Kondisi ini bisa

menyebabkan ibu hamil merasa tidak nyaman ketika berjalan,

duduk atau bahkan saat tidur. Mengangkat kaki menjadi lebih

sejajar atau tidak menggantung kaki ketika duduk sudah bisa

mengatasi nyeri pinggang. Namun ibu juga harus memperhatikan

untuk tidak mengabaikan penyebab lain seperti pernah jatuh atau

trauma pada waktu sebelum hamil. (Leveno, 2009)

3. Penanganan nyeri punggung ibu hamil

Meminimalkan nyeri dan memberikan kenyaman yang

memadai pada dosis analgesik efektif. Selain itu juga diharapkan

meliputi rehabilitasi (pemulihan) dan resolusi (mengilangkan)

terhadap masalah psikososial.

a) Terapi Non Farmakologi

Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi:


1) Stimulasi. Kulit Pijatan pada kulit memberikan efek

penurunan kecemasan dan keteganganotot. Rangsangan pijatan

otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar,

sehingga mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri

2) Stimulasi elektrik

(TENS) Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah

satu pemikiran adalahcara ini bisa melepaskan endorfin,

sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan

dengan pijat, mandi air hangat, kompres dengan

kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan

(TENS/transcutaneus electrical nerve stimulation).

TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan

menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui

elektroda luar.

3) Akupuntur

Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan

untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang

dimasukkan pada kulit, bertujuanmenyentuh titik-titik tertentu,

tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke

otak.

4) Plasebo

Plasebo dalam bahasa latin berarti menyenangkan

merupakan zat tanpakegiatan farmakologik dalam bentuk


yang dikenal oleh klien sebagai “obat”seperti kaplet, kapsul,

cairan injeksi dan sebagainya.

Intervensi perilaku kognitif meliputi:

1) Relaksasi.

Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan

memberikan beberapa keuntungan, antara lain:

a. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan

dengan nyeri atau stress

b. Menurunkan nyeri otot

c. Menolong individu untuk melupakan nyeri

d. Meningkatkan periode istirahat dan tidur

e. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

f. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat

nyeri

2) Hipnotis

Hipnotis Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh

sugesti positif

3) Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri

ringan sampaisedang. Distraksi visual (melihat TV atau

pertandingan bola), distraksi audio(mendengar musik),

distraksi sentuhan (massase, memegang mainan),

distraksiintelektual (merangkai puzzle, main catur), nafas lambat,

berirama
b) Terapi Farmakologi

Terbagi menjadi 3 kelompok yaitu terapi non spesifik,

spesifik dan terapi profilaksis. Yang tergolong ke dalam terapi

non spesifik seperti: Paracetamol, aspirin, Ibu Profen, Naproxen

Sodium, Ketorolae, Diclofenac Potasium. Narkotik Analgetik

(Nepridin, Buterphanol). Adjunctive Theraphy :

Metoclopramide, Prochlorperozine, Isometheptene,

Acetaminophen, Dichloralphenazone.

Yang tergolong ke dalam terapi spesifik: golongan NSAID

dengan mekanisme penghambat siklooksigenase-2 (COX2)

yakni celexocib

Yang tergolong ke dalam terapi profilaksis: golongan obat

antasid untuk mencegah terjadinya iritasi lambung akibat efek

samping dari penggunaan efek samping obat golongan NSAID.

(Prihardjo, 2007)

2.1.3 Endorphin Massage

1. Pengertian Hormon Endorphin

Endorphin adalah hormone yang diproduksi oleh kelenjar

Pituari dan system saraf pusat manusia. Hormon Endorphin adalah

pembunuh rasa sakit alami yang dihasilkan oleh otak. Hormon ini

juga dapat menimbulkan rasa senang. Meningkatnya sejumlah

hormone endorphin akan mengurangi efek buru dari stress dan rasa
sakit, melepaskan hormone seksual, menambah nafsu makan, dan

meningkatkan respons kekebalan tubuh. (Rahmadi, 2019)

Hormon Endorphin adalah zat kimia seperti morfin yang

diproduksi sendiri oleh tubuh. Endorfin memiliki efek mengurangi

rasa sakit dan memicu perasaan senang, tenang, atau

bahagia. Hormon ini diproduksi oleh sistem saraf pusat dan

kelenjar hipofisis. Hormon Endorfin terdiri dari neuropeptida

opioid endogen. Kata Endorphin terdiri dari dua kata: endo dan -

orphin; yang merupakan bentuk singkat dari kata-kata endogen dan

morfin, hal ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa

neuropeptida ini bekerja seperti zat morfin namun berasal dari

dalam tubuh. Pada kenyataannya di dalam tubuh tidak hanya

terdapat satu jenis, setidaknya terdapat 20 jenis endorfin. Salah

satunya disebut dengan beta-endorfin yang telah diketahui

memiliki potensi efek yang lebih kuat daripada morfin. Namun,

endorfin memiliki kelebihan yaitu bersifat non-adiktif atau tidak

menyebabkan kecanduan, tidak seperti obat opiat (morfin dan

kodein). (Haruyama, 2017)

2. Fungsi Hormon Endorphin

Di dalam tubuh manusia hormon endorfin memiliki beberapa

fungsi diantaranya :

a) Meredakan nyeri. Merupakan fungsi utama hormon ini

yaitu memblokir reseptor opioid yang terdapat pada sel - sel


saraf. Hal ini kemudian menyebabkan terganggunya

penghantaran sinyal rasa sakit.

b) Mengurangi Stres. Pada saat stres jumlah endorfin dalam

tubuh dapat mengalami peningkatan dan menghasilkan

euforia sehingga membantu Anda mengatasi stres.

c) Meningkatkan Mood. Endorfin dapat menenangkan saraf

Anda dengan menciptakan perasaan tenang dan damai,

sehingga terjadi perbaikan pada suasana perasaan anda.

d) Meningkatkan imunitas. Hormon ini dapat memicu

pembentukan natural killer cell yang merupakan bagian

dari sistem kekebalan tubuh. sehingga hormon ini juga

dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

e) Mempengaruhi Sel Otak. Hormon ini juga dipercaya dapat

berpengaruh terhadap sel otak dan membantu

meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.

f) Sebagai zat anti penuaan. Endorfin juga dipercaya dapat

menghilangkan superoksida yang menyebabkan proses

penuaan pada tubuh.

3. Kelebihan Hormon Endorphin

Endorphin dapat menghasilkan perasaan euforia yang

sangat mirip dengan yang dihasilkan oleh opioid lainnya. Namun

apabila kadarnya terlalu banyak, maka dalam waktu yang lama

dapat menyebabkan seseorang selalu merasa tersudutkan atau


terancam, dan memicu refleks cemas dan ketakutan untuk setiap

hal kecil. Hal ini terjadi karena tubuh yang dibanjiri endorfin akan

secara alami mengasumsikan bahwa akan datang sesuatu yang

menyakitkan.

Pada autisme diduga terjadi kekurangan enzim yang

memetabolisme endorphin sehingga terdapat salah satu teori yang

menyatakan bahwa individu autis terjadi karena memiliki terlalu

banyak beta-endorfin dalam sistem saraf pusat mereka. Kelebihan

Endorphin juga diduga berperan dalam gangguan depersonalisasi,

hal ini terlihat dari adanya perbaikan terhadap pasien gangguan

depersonalisasi setelah mendapatkan pengobatan dengan

antidotum opiat naloxon ataupun naltrekson.

4. Kekurangan hormone Endorphin

Kadar Endorphin yang rendah dapat menyebabkan

gangguan kepribadian terutama dalam regulasi suasana perasaan

dan mood. Kekurangan endorfin diketahui berhubungan dengan

beberapa kelainan seperti depresi, ambang rangsang yang rendah

terhadap rangsang nyeri dan sensasi nyeri kronis yang tidak jelas

penyebabnya. Gejala - gejala yang muncul pada saat

seseorang mengalami depresi akibat kekurangan endorfin antara

lain, timbulnya perasaan sedih dan murung, yang berlangsung terus

– menerus, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, merasa bahwa

dirinya tidak berguna, pada kondisi yang berat dapat timbul ide atau

gagasan untuk segera mengakhiri hidup atau bunuh diri.


5. Terapi hormone Endorphin

Hormon Endorfin paling banyak dilepaskan ke dalam tubuh

manusia selama kondisi stres atau pada saat - saat kesakitan.

Masuknya endorfin ke dalam sistem pada saat bersamaan sering

menimbulkan perasaan mual atau perasaan gugup di perut. Namun,

jumlah endorfin dilepaskan bervariasi antara individu yang satu

dengan yang lainnya sehingga suatu kejadian yang merangsang

sekresi neurohormon ini dapat meningkatkan kadar endorfin secara

signifikan pada beberapa orang namun tidak selalu demikian pada

sebagian orang lainnya.

Selain stres dan rasa sakit, sekresi endorphin juga dipicu oleh

konsumsi makanan tertentu, seperti cokelat dan cabai. Memang,

peningkatan karakteristik kadar endorphin tubuh yang disebabkan

oleh cokelat diyakini memainkan peran penting yang menyatakan

bahwa cokelat adalah makanan kenyamanan pada saat stres. Selain

itu, karena pelepasan endorphin yang terkait dengan cabai,

menyebabkan cabai telah digunakan dalam berbagai macam

perawatan medis, terutama sebagai bagian dari terapi untuk nyeri

kronis. Beberapa jenis aktivitas fisik terutama aerobik juga telah

dikaitkan dengan peningkatan sekresi endorfin dalam beberapa

tahun terakhir ini. Menjalani terapi pijat atau akupunktur juga

diyakini merangsang produksi hormon ini.


6. Pengertian Endorphin Massage

Endorphin Massage merupakan sebuah terapi sentuhan atau

pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada ibu hamil di

waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Pijatan ini dapat

merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorfin yang

merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan

nyaman. Selama ini, endorfin sudah dikenal sebagai zat yang

banyak manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah mengatur

produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri

serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stress, serta

munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernafasan yang

dalam dan relaksasi, serta meditasi. Manfaat Endorphin Massage

antara lain, membantu dalam relaksasi dan menurunkan kesadaran

nyeri dengan meningkatkan aliran darah ke area yang sakit,

merangsang reseptor sensori di kulit dan otak dibawahnya,

mengubah kulit, memberikan rasa sejahtera umum yang dikaitkan

dengan kedekatan manusia, meningkatkan sirkulasi lokal, stimulasi

pelepasan endorfin, penurunan katekiolamin endogen rangsangan

terhadap serat eferen yang mengakibatkan blok terhadap rangsang

nyeri (Aprilia, 2010).

Upaya untuk mengurangi rasa nyeri dapat menggunakan

cara farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dengan

cara memberikan obat anti nyeri (analgesik) pada ibu hamil

direkomendasikan oleh dokter dan terapi nonfarmakologi dapat


dilakukan oleh petugas kesehatan atau keluarga pasien yaitu salah

satunya menggunakan Endorphin Massage.

(anggraini, 2016) melaporkan penelitiannya yang dilakukan

di BPS S dan B Demak setelah dilakukan Endorphin Massage pada

ibu inpartu kala 1,dari 15 responden ibu yang mengalami nyeri

ringan sebanyak 9 orang (60,0%), nyeri sedang sebanyak 4 orang

(26,7%) dan nyeri berat sebanyak 2 orang (13,3%). (Machfudlo,

2017) membuktikan penelitiannya yang di lakukan pada ibu

bersalin kala 1 fase aktif dari 20 responden sebagian besar

responden mengalami sangat nyeri dan nyeri berat sebelum

dilakukan Terapi Endorphin Massage sebanyak 19 orang (95%)

dan nyeri sedang 1 orang (5%), setelah dilakukan Terapi

Endorphin Massage menurun menjadi nyeri sedang sebanyak 14

orang (70%) dan 3 orang (15%) mengalami penurunan dari skala

sangat nyeri ke nyeri ringan, serta terdapat 3 orang (15%) yang

tidak mengalami perubahan (nyeri berat).


2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan kajian teori yang telah di uraikan di atas, maka kerangka


teoridalam persalinan ini dapat divisualisasikan sebagaimana yang terlihat pada
bagan

Patofisologi

Klasifikasi

Etiologi Nyeri Punggung

Diagnosa

Farmakologi

Tata Laksana

Non Farmakologi
2.3 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Intensitas Nyeri Punggung Ibu


Endorphin Massage
Hamil

2.4 Hipotesis

Ho : Tidak ada Pengaruh Endorphin Massage terhadap intensitas nyeri

punggung ibu hamil trimester III di Puskesmas Serang Kota tahun 2020.

Ha : Terdapat Pengaruh Endorphin Massage terhadap intensitas nyeri

punggung ibu hamil trimester III di Puskesmas Serang Kota tahun 2020.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh endorphin

massage terhadap intensitas nyeri punggul ibu hamil trimester III

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu nonequivalent pretest-posttest

one group design, yang melibatkan satu kelompok subjek, yaitu kelompok

eksperimen. Pada kelompok eksperimen dilakukan endorphin massage

(Sugiyono, 2012:107).

Desain penelitian Quasi eksperimental dengan rancangan

nonequivalent pretest-posttest onel group design dapat digambarkan

sebagai berikut :

Perlakuan

Subyek

Pengukuran

Gambar 4.1
Quasi Eksperimental Dengan Rancangan
Nonequivalent Pretest-Posttest One Group Design
3.2 Populasi Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri

yang sama. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian

ini yaitu 50 responden ibu hamil trimester III di lakukan Endorphin

massage untuk mengetahui apakah intensitas nyeri punggung

responden berkurang pada bulan mei tahun 2020 di Puskesmas

Serang Kota.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tertentu. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative

(mewakili), menurut (Sugiyono, 2016).

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 ibu hamil Pada

penelitian ini diambil ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Sampel sebaiknya memiliki kriteria yang dihendaki yaitu :


1. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam

menentukan kriteria inklusi, kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :

a. Ibu Hamil trimester III

b. Ibu Hamil bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian. kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah :

a. Ibu yang menolak menjadi responden

b. Kondisi ibu tidak sehat pada kasus kegawatdaruratan

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di:

Nama tempat : Puskesmas Serang Kota

Alamat :Jl. Jendral Ahmad Yani No.159, Sumurpecung,

Kec.Serang, Kota Serang Banten 42118

Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Serang Kota. Adapun

alasannya sebagai berikut:

1) Lokasi Puskesmas Serang Kota sangat strategis dan mudah

dikunjungi peneliti.
2) Puskesmas Serang Kota memiliki karakteristik responden yang

sesuai dengan judul penelitian ini.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dimulai dari persiapan

pembuatan proposal penelitian ini dimulai dari pengajuan judul

penelitian, pengambilan, dan pengolahan data yaitu terhitung dari

bulan Maret 2020 sampai dengan bulan Agustus 2020.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep

merupakan gambaran/abstraksi dari suatu fenomena tertentu, sehingga pada

akhirnya variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi (Saryono dan

Anggraeni, 2013). Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel bebas

Menurut Sugiyono (2014) merupakan variable yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya variable dependen/terikat. Variabel

bebas (X) penelitian ini adalala Endorphin Massage

2. Variabel terikat

Menurut Sugiyono (2014 : 61) merupakan variable yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Variabel

terikat (Y) dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Intensitas

nyeri punggung ibu hamil trimester III.


3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
1 Dependent Perubahan intensitas Lembar Observasi 0. Sebelum Nominal
nyeri punggung Observasi diberikan
Intensitas pada ibu hamil Endorphn
nyeri punggug trimesterIII setelah Massage
ibu hamil dilakukan 1. Sesudah
trimester III. Endorphin Massage diberikan
Endorphin
Massage

2 Independent Ibu hamil trimester Endorphin Intervensi 0. Tidak nyeri Interval


III yang dilakukan Massage dengan
Endorphin endorphin massage Melakukan 1. Nyeri Ringan
Massage Endorphin
Massage 2. Nyeri
Sedang

3. Nyeri Berat

4. Nyeri Sangat
Berat

3.6 Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan yaitu dengan menggunakan lembar

observasi, yaitu suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian penilaiain

mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

menggunakan lembar Evaluasi tentang masalah yang di pertanyakan

(Narbuko dkk, 2013).


3.7 Prosedur Pengumpulan Data

5. Alat Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar penelitian.

Lembar penelitian adalah daftar yang berisi nama subjek dan penelaian

intensitas nyeri punggung ibu hamil.

6. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan peneliti dengan

observasi pada ibu hamil trimester III.

3.8 Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan

langkah – langkah menurut Notoatmodjo (2010) sebagai berikut :

a) Metode Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-

proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data

dengan observasi digunakan bila peneliti berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan

oleh peneliti sebelum diberi perlakuan, saat diberi perlakuan dan

sesudah diberi perlakuan dengan melakukan endorphin


massage terhadap intensitas nyeri punggung ibu hamil Metode

Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode yang ditujukan

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,

meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data yang relevan.

3.9 Analisis Data

Dalam tahap ini data dengan teknik analisis kuantitatif diolah

dengan analisis kuantitatif. Pengolahan data sejak pemasukan data sampai

analisis disamping menggunakan rumus juga menggunakan bantuan sistem

komputerisasi dalam pengolahan data.

3.10 Analisis univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2015).

3.11 Etika Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti melakukan permohonan dan

persetujuan ke instansi, badan atau lembaga yang terkait untuk

dilaksanakannya penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti

baru melakukan penelitian dengan menggunakan etika penelitian meliputi:


1. Justice (Keadilan)

Penelitian yang dilakukan pada bahwa peneliti tidak

membeda-bedakan strata atau golongan tertentu dalam

menentukkan sampel penelitian.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan

kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang didapatkan dari data rekam medik yang

terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hal ini tidak

dapat dipublikasikan atau diberikan kepada orang lain tanpa seijin

responden (Notoatmodjo, 2010).


EVALUASI TINDAKAN
Tahap Ke :
Hari/Tanggal :
Nama :
Umur :
GPA :
Alamat :

A. Sebelum dilakukan intervensi


Keluhan Ibu :

Skala Intensitas Nyeri

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri
Nyeri Sangat
Berat

B. Sesudah dilakukan Intervensi


Hasilnya :

Skala Intensitas Nyeri

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri
Nyeri Sangat
Berat
DAFTAR PUSTAKA

anggraini, n. n. (2016). PENGARUH ENDORPHIN MASSAGE TERHADAP

INTENSITAS NYERI KALA I PERSALINAN NORMAL IBU

PRIMIPARA DI BPS S DAN B DEMAK. jurnal unimus, 90.

Aprilia, Y. (2010). Rileks, Nyaman, dan Aman saat Hamil dan Melahirkan. Jakarta:

Gagas Media.

Garshasbi. (2017). The effect of exercise on the intensity of low back pain in

pregnant wome. International Journal Of Gynecology and Obstetrics, 272.

Haruyama, D. s. (2017). The Miracle Of Endorpin. jakarta: Mizan.

Kartikasari, R. I. (2016). Pengaruh endorphin massage terhadap penurunan

intensitas nyeri punggung ibu hamil. Rakermas Aipkema, 301.

Leveno, K. J. (2009). Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Lilyana, T. (2016, Februari 20). Terapi Endorphin Massage. Retrieved from

http://www.academia.edu/12498 411/Terapi_Endorphin_Massage

Machfudlo. (2017). TERAPI ENDORPHIN MASSAGE UNTUK

MENURUNKAN INTENSITAS NYERI KALA 1 FASE AKTIF

PERSALINAN. Jurnal SMART Kebidana, 1.

Megasari, M. (2015). Hubungan Senam Hamil dengan Nyeri Punggung Pada Ibu

Hamil Trimester III . Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 3, 19.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.
Prihardjo. (2007). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta: EGC.

Rahmadi, d. A. (2019). kotab pedoman pengobatan nabi. Jakarta: Wahyu Qolbu.

Saminem. (2009). Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.

Yudha, E. K. (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai