KELAS : C7
1. JUDUL JURNAL
2. PENDAHULUAN JURNAL
Definisi penundaan pengikatan tali pusat bervariasi diantara beberapa penelitian yang sudah
dilakukan. Mcdonnel tahun 1997 menyebutkan waktu penundaan adalah 31 detik, menurut Rabe
tahun 2000 adalah selama 45 detik, dan menurut Hoffmeyr tahun 1993 adalah selama 60 sampai
120 detik. Sampai saat ini waktu yang tepat untuk menunda penjepitan tali pusat masih
diperdebatkan oleh beberapa ahli.
3. PEMBAHASAN JURNAL
A. INSIDEN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI BARU LAHIR
Lebih dari 50 % bayi di negara berkembang diperkirakan mengalami anemia pada tahun
pertama kehidupannya. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang sering terjadi
pada bayi dengan kejadian tertinggi pada umur 6 sampai 24 bulan.1 Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Riffat Jaleel terdapat 50% bayi mengalami anemia pada usia 12
bulan. Dalam survey nya di India di dapatkan 70% bayi usia 6 sampai 11 bulan
mengalami anemia. Anemia defisiensi besi pada bayi baru lahir juga sering dilaporkan
terjadi pada penduduk di daerah endemik malaria. Di daerah sub-Saharan Afrika terdapat lebih
dari 75% bayi mengalami anemia sebelum usia 6 bulan.
5. KEKURANGAN DCC
a. Polisitemia
Polisitemia adalah keadaan di mana eritrosit dalam sirkulasi terlalu banyak, dibuktikan secara
obyektif dengan pemeriksaan hematokrit >65%. Hal ini dapat menyebabkan masalah
sirkulasi, pernafasan, hiperbilirubinemia, dan hiperviskositas. Teori menyebutkan bahwa
penjepitan tali pusat tertunda dapat menyebabkan polisitemia karena volume darah yang
bertambah dari transfusi plasenta. Namun belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa
penjepitan tali pusat tertunda secara signifikan dan konsisten meningkatkan risiko terjadinya
polisitemia.[4,10] Meta analisis menyebutkan tidak ada perubahan signifikan atau
peningkatan risiko polisitemia ketika dilakukan penjepitan tali pusat tertunda (RR 0,39; 95%
CI 0,12-1,27; n=463).[3,9]
Meta analisis menemukan bahwa penjepitan tali pusat tertunda tidak menyebabkan
peningkatan kadar bilirubin dalam 24 jam pertama kehidupan (RR 1,35; 95% CI 1,00-1,81).
[11] Namun pada penelitian meta-analisis 1762 infantum didapatkan bahwa kejadian klinis
ikterik dan membutuhkan tata laksana foto terapi lebih tinggi pada kelompok bayi dengan
DCC (RR 0,62; 95% CI 0,41-0,96).[9] Risiko efek samping ini membuat penjepitan tali pusat
tertunda tidak disarankan dilakukan di daerah dengan fasilitas kesehatan yang terbatas atau
pada masyarakat menengah ke bawah yang tidak memiliki asuransi kesehatan.
Penelitian mengenai hubungan penjepitan tali pusat tertunda dengan ARDS masih
inkonklusif. Meta-analisis menyatakan bahwa kelompok DCC dan ICC memiliki
kemungkinan ARDS yang sama besar (RR 0,70; CI 0,22-2,19; n=835).[9] Takipnea transien
pada neonatus dapat terjadi karena tertundanya absorbsi cairan paru karena meningkatnya
volume darah pada penjepitan tali pusat tertunda. Penelitian lain menemukan peningkatan
laju nafas pada bayi dengan DCC namun tidak membutuhkan terapi respiratori (terapi
oksigen hingga 24 jam kehidupan).[12]
d. Perdarahan Maternal
ICC merupakan metode yang lebih sering digunakan saat ini diikuti dengan manajemen aktif
kala 3 untuk mencegah terjadinya perdarahan post-partum. Walau demikian, penerapan
penjepitan tali pusat tertunda tidak meningkatkan risiko perdarahan post-partum. Penelitian
pada 2,200 wanita menemukan tidak adanya hubungan antara penjepitan tali pusat tertunda
dengan perdarahan post-partum, peningkatan volume kehilangan darah saat partus, maupun
perbedaan kadar hemoglobin hingga membutuhkan transfusi. Namun pada keadaan
perdarahan maternal, syok (ketidakstabilan hemodinamik), dan letak plasenta abnormal
(plasenta previa dan abrutio) maka penjepitan tali pusat tertunda tidak dapat dilakukan.[2,9]
Penjepitan tali pusat tertunda adalah proses transfusi darah dari plasenta menuju fetal secara
pasif. Posisi infantum dapat diletakkan di atas perut atau dada ibu untuk memulai rangsangan
sentuhan kulit, atau dipegang oleh operator/asisten operasi jika persalinan dilakukan secara
Caesar. Pada saat ini lakukan rangsangan untuk membuat infantum menangis atau bernafas
dengan menepuk telapak kaki atau punggu bayi kemudian selimuti infantum dengan kain
kering untuk menjaga temperatur tubuhnya. Jika terdapat sekret atau mekonium yang
mengobstruksi jalan nafas, bersihkan dengan alat penghisap lendir/suction. Kemudian
lakukan penilaian skor APGAR sambil menunggu sisa waktu penjepitan tali pusat tertunda
tersebut (30-60 detik).
6. KESIMPULAN JURNAL
Anemia defisiensi besi pada bayi merupakan masalah kesehatan yang hampir terdapat diseluruh
negara berkembang. Anemia defisiensi besi pada bayi merupakan masalah kesehatan serius
karena akan mengganggu perkembangan mental dan kognitif untuk perkembangan selanjutnya
setelah dewasa. Sehingga harus dicegah dengan melakukan tehnik penundaan penjepitan tali
pusat saat bayi baru lahir. Penundaan penjepitan tali pusat atau penjepitan tali pusat lambat
dimaksudkan bahwa waktu setelah bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali pusat diperkirakan
2 – 3 menit atau sampai tidak ada denyut ditali pusat. Sampai saat ini waktu yang tepat untuk
menunda penjepitan tali pusat masih diperdebatkan oleh beberapa ahli. Penundaan penjepitan tali
pusat menyediakan darah sebanyak 80 ml selama 1 menit dan 100 ml selama 3 menit saat
kelahiran. Hal ini dapat memberikan tambaan 40-50 mg/kg zat besi ekstra pada bayi, sehingga
dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada tahun pertama kehidupan bayi.