Oleh:
NI LUH SRIAYU WIDNYANINGSIH
P07124220142
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan pada Ibu
“FN” G5P2A2 UK 27 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri dengan Sphillis
dan Riwayat LMR + ROB di PMB Ni Wayan Suastini,S.ST”. Laporan ini diajukan
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar..
Dalam menyelesaikan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik
berupa moral maupun material dari berbagai pihak. untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya,SP.,M.PH untuk izin yang
diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ibu Ni Nyoman Budiani,S.Si.T.,M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Denpasar yang telah memberikan izin.
3. Ibu Ni Wayan Armini selaku Ketua Program Studi jurusan Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Denpasar yang telah memberikan ijin.
4. Ibu I. G. A.A. Novya Dewi,SST.,M.Keb selaku Koordinator PK II yang
telah memberikan ijin.
5. Ibu Ni Komang Lindayani,SKM.,M.Keb selaku Koordinator PK II yang
telah memberikan izin .
6. Ibu Ni Wayan Suastini,SST selaku bidan yang memberi ijin dan
membimbing dalam memberikan asuhan serta penyusunan Laporan ini.
7. Ibu Made Widhi Gunapria Darmapatni,SST.,M.Keb selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan
laporan ini.
8. Ibu “NS” dan keluarganya yang telah bersedia menjadi keluarga asuhan
pada Laporan ini.
9. Rekan - rekan mahasiswa Jurusan Kebidanan yang telah banyak
memberikan dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan penyusunan Laporan
ini.
10. Keluarga besar yang telah memberikan dorongan secara moril dan materi
sehingga Laporan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa Laporan ini masih ada banyak kekurangan yang perlu
disempurnakan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan masukan
demi penyempurnaan Laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar……………………………………………………………………. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………….. 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan…………………………………………………3
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………...3
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Siphilis
1. Pengertian
Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh bakteri Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat
sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh.
Terdapat masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan
kepada bayi di dalam kandungan.
2. Gejala Klinis
Manifestasi awal penyakit sifilis dapat berupa makula kecil, yang
kemudian menjadi papul dan mengalami ulserasi. Ulkus biasanya tunggal,
tidak nyeri, dasar bersih dan relatif tidak memiiki pembuluh darah, meskipun
kaang dapat multipel. Dapat terjadi limfadenopati inguinal bilateral. Pada
pria, lesi umumnya ditemukan di sulkus koronal pada glan penis atau batang
penis, sedangkan pada wanita lesi ditemukan pada vulva, dinding vagina, atau
pada servik. Lesi ekstragenital jarang terjadi. Apabila tidak diobati, ulkus
akan menghilang secara spontan dalam waktu 3-8 minggu tanpa
meninggalkan bekas luka. Pada pasien yang tidak mendapat pengobatan,
onset tahap sekunder penyakit dapat terjadi pada 6 minggu hingga 6 bulan
setelah infeksi awal. Lesi primer mungkin masih tetap ada ketika lesi
sekunder secara klinis terjadi. Bentuk utama dari sifilis sekunder adalah ruam
kulit dapat berbentuk makula, papular atau papulo-skuamosa yang terlihat
pada telapak tangan dan telapak kaki, namun dapat tersebar pada seluruh
tubuh. Ruam bisa disertai dengan limfadenopati generalisata dan demam,
sakit kepala, serta malaise. Pada sifilis sekunder juga dapat ditemukan
kondilomata lata. Gejala tersebut dapat mengalami remisi spontan dan
menghilang dalam 2 – 6 minggu. Apabila sifilis sekunder tetap tidak
terdiagnosis dan tidak mendapat pengobatan, seluruh manifestasi yang terlihat
dari penyakit sembuh secara spontan dan pasien akan masuk ke periode laten
yang dapat berlangsung selama beberapa tahun. Sifilis laten dibagi menjadi
infeksi laten awal dan laten akhir, dengan garis pembagi yaitu 1 tahun setelah
terjadinya infeksi. Selama tahap laten dari penyakit, tidak ada lesi kulit atau
selaput lendir untuk sampel. Oleh karena itu, diagnosis harus berdasarkan
hasil pengujian serologis dan tidak adanya tanda-tanda dan gejala sifilis
tersier.
Sifilis tersier secara umum dipertimbangkan sebagai tahap destruktif
dari penyakit. Gejala dapat muncul beberapa tahun setelah infeksi awal,
meskipun proses penyakit dapat berlanjut lebih cepat pada pasien yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Manifestasi sifilis tersier
dapat berupa lesi noduloulseratif destruktif yang disebut gumma,
osteomielitis, osteitis, kekakuan dan nyeri gerak dengan disertai berbagai
tanda akan terjadinya meningitis, kejang, penurunan kesadaran, berbagai
penyakit kardiovaskuler dan neurosyphilis.
3. Terapi
Pengobatan sifilis menggunakan penisilin G yang diberikan secara
parenteral. Penisilin merupakan pilihan obat untuk tatalaksana sifilis pada
semua stadium. Preparat yang digunakan seperti benzathine, aqueous
procaine, atau aqueous crystalline. Dosis dan lama pengobatan disesuaikan
dengan stadium dan manifestasi klinis yang muncul dari penyakit.
Pengobatan untuk sifilis laten lanjut dan sifilis tersier memerlukan waktu
yang lebih lama, karena organisme penyebab mungkin membelah secara
lambat. Pengobatan yang lebih lama juga dibutuhkan pada individu dengan
sifilis laten yang tidak diketahui secara pasti durasi individu tersebut
terinfeksi sifilis. Pemilihan preparat penisilin yang tepat memegang peranan
penting, karena T. pallidum dapat berada pada area yang sulit diakses oleh
beberapa jenis penisilin, misalnya area sistem saraf pusat dan cairan humour
akueus. Kombinasi penisilin benzathine, procaine dan preparat penisilin oral
dianggap tidak tepat digunakan sebagai pengobatan sifilis. Pemantauan
pengobatan sifilis dilakukan dengan evaluasi klinis dan serologis pada 6 dan
12 bulan setelah pengobatan. Respon serologi (titer) harus dibandingkan
dengan titer saat pengobatan berlangsung. Individu yang memiliki tanda dan
gejala menetap atau kambuh dan mereka yang setidaknya mengalami empat
kali lipat peningkatan titer tes nontreponemal secara persisten selama lebih
dari 2 minggu, dapat dikategorikan mengalami kegagalan pengobatan atau
reinfeksi. Individu-individu tersebut harus diobati ulang dan re-evaluasi
terkait infeksi HIV
4. Sifilis pada Kehamilan
Sifilis pada kehamilan biasanya diperoleh melalui kontak seksual,
dimana pada sifilis kongenital, bayi mendapatkan infeksi sifilis dari
transmisi transplasental dari Treponema pallidum. Penularan melalui
hubungan seksual membutuhkan paparan mukosa yang lembab atau lesi
kulit pada sifilis primer atau sekunder. Pasien dengan penyakit sifilis yang
tidak diobati tampaknya dapat pulih, namun dapat mengalami kekambuhan
dalam periode sampai dengan dua tahun. Oleh karena itu, seseorang dapat
lebih berisiko menularkan sifilis pada tahun pertama dan kedua dari periode
terinfeksi sifilis yang tidak diobati.Tingkat penularan infeksi sifilis pada
pasangannya, dalam satu kali kontak seksual diperkirakan mencapai 30%.
Infeksi sifilis terjadi secara sistemik, treponema menyebar melalui aliran
darah selama masa inkubasi. Pada ibu hamil yang terinfeksi treponema
dapat mentransmisikan infeksi pada fetus dalam uterin segera setelah onset
infeksi. Transmisi pada fetus intra uteri tersebut dapat didokumentasikan
secara dini pada minggu kesembilan kehamilan. Ibu hamil terinfeksi sifilis
yang berada pada stadium laten, tetap berpotensi untuk menularkan infeksi
pada fetus.
5. Patogenesis Sifilis
Sifilis pada kehamilan biasanya diperoleh melalui kontak seksual,
dimana pada sifilis kongenital, bayi mendapatkan infeksi sifilis dari
transmisi transplasental dari Treponema pallidum. Penularan melalui
hubungan seksual membutuhkan paparan mukosa yang lembab atau lesi kulit
pada sifilis primer atau sekunder. Pasien dengan penyakit sifilis yang tidak
diobati tampaknya dapat pulih, namun dapat mengalami kekambuhan dalam
periode sampai dengan dua tahun. Oleh karena itu, seseorang dapat lebih
berisiko menularkan sifilis pada tahun pertama dan kedua dari periode
terinfeksi sifilis yang tidak diobati. Tingkat penularan infeksi sifilis pada
pasangannya, dalam satu kali kontak seksual diperkirakan mencapai 30%.
Infeksi sifilis terjadi secara sistemik, treponema menyebar melalui aliran
darah selama masa inkubasi. Pada ibu hamil yang terinfeksi treponema dapat
mentransmisikan infeksi pada fetus dalam uterin segera setelah onset infeksi.
Transmisi pada fetus intra uteri tersebut dapat didokumentasikan secara dini
pada minggu kesembilan kehamilan. Ibu hamil terinfeksi sifilis yang berada
pada stadium laten, tetap berpotensi untuk menularkan infeksi pada fetus.
6. Dampak Sifilis pada Ibu Hamil
Sifilis primer maupun sekunder yang tidak mendapat penatalaksanaan
selama kehamilan akan 100% berefek pada janin, dimana 50% dari
kehamilan dalam kondisi ini akan menghasilkan kelahiran prematur atau
kematian perinatal. Sifilis laten dini pada kehamilan yang tidak diterapi
dapat menyebabkan angka prematuritas atau kematian perinatal sekitar 40%.
Sepuluh persen janin yang lahir dari ibu dengan sifilis lanjut yang tidak
diterapi menunjukkan tanda-tanda infeksi kongenital, dan angka kematian
perinatal meningkat hingga sepuluh kali lipat.
Kendati sifilis jarang dapat ditularkan secara seksual setelah lebih dari
dua tahun terinfeksi, wanita dengan sifilis yang tidak diterapi dapat tetap
infeksius terhadap janin yang dikandungnya hingga beberapa tahun lamanya.
Sejumlah penelitian terbaru telah mengkonfirmasi prognosis sifilis pada
kehamilan yang tidak mendapat terapi. Pada 56 kasus yang dilaporkan,
hanya 7 di antaranya yang mendapat terapi selama kehamilan, dimana 34%
dari kasus tersebut mengalami stillbirth, dan angka rerata usia kehamilan
saat kelahiran adalah 32.3 minggu. Penelitian lain menunjukkan adanya
insiden kelahiran prematur sebesar 28% pada kelompok wanita penderita
sifilis yang mendapat terapi selama masa kehamilan. Bukti presumtif adanya
sifilis kongenital tampak pada 15 (26%) kasus dari 57 wanita yang diterapi
(tidak selalu adekuat) yang ditemukan pada usia kehamilan 24 minggu dan
pada 41 (60%) wanita dari 70 wanita yang mendapat terapi pada trimester
ketiga.19 Berdasarkan penelitian meta analisis yang dilakukan terhadap 6
artikel mengenai adverse pregnancy outcomes pada wanita dengan sifilis,
didapatkan kematian janin, kematian neonatus, kelahiran prematur, serta
berat badan lahir rendah merupakan manifestasi yang paling sering
ditemukan. Gejala infeksi sifilis ditemukan pada 15% bayi yang lahir dari
ibu sifilis yang tidak mendapatkan terapi.
7. Skrining Sifilis pada Ibu Hamil
Skrining sifilis pada kehamilan merupakan aspek penting yang harus
dilakukan selama masa kehamilan. Deteksi dini yang memadai pada masa
kehamilan, berperen secara efektif dalam mengobati dan mencegah transmisi
sifilis. Skrining sifilis pada kehamilan mencakup:
a. Semua wanita hamil harus diskrining sifilis pada kunjungan pertama
pelayanan antenatal.
b. Wanita yang berisiko tinggi mengalami sifilis dan wanita yang tinggal di
daerah dengan morbiditas sifilis yang tinggi harus melakukan pemeriksaan
ulang antara minggu ke-28 dan 32 kehamilan serta saat melahirkan.
c. Pada ibu yang tidak mendapatkan pemeriksaan adekuat selama masa
kehamilan, pemeriksaan Rapid Plasma Reagin (RPR) harus dilakukan pada
saat melahirkan.
d. Setiap ibu dan bayi yang tidak memiliki status sifilis maternal
terdokumentasi, tidak dapat meninggalkan rumah sakit tanpa dilakukannya
skrining.
e. Setiap ibu yang mengalami kematian janin setelah usia 20 minggu
kehamilan harus dilakukan pemeriksaan sifilis.
f. Ibu hamil yang seropositif harus mendapatkan terapi, kecuali mereka
memiliki dokumentasi pengobatan yang adekuat dengan respon serologis
yang tepat sesuai dengan pengobatan dan titers dinyatakan rendah serta
stabil. g. Ibu paska terapi sifilis, apabila memiliki respon yang baik terhadap
pengobatan dan memiliki titer serofast rendah (Venereal Disease Research
Laboratory (VDRL) < 1: 2 dan RPR < 1:4), tidak memerlukan terapi ulang.
h. Wanita dengan titer antibodi yang persisten dan lebih tinggi dapat
mengindikasikan terjadinya infeksi ulang.
d) Suku bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari – hari
dan apakah adat istiadat itu berpengaruh dengan kehamilan..
e) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang dan
tingkat pendidikan juga dikaji agar petugas kesehatan mampu
menentukan cara dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan
kehamilan sesuai dengan kemampuan pasien, sehingga asuhan yang
diberikan berhasil.
(Manuaba, 2012).
f) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap kehamilannya. Pekerjaan yang berat baik fisik maupun
tekanan mental membahayakan kehamilan. Selain itu, pekerjaan dikaji
untuk mengetahui status ekonomi pasien (Manuaba, 2012).
g) Alamat rumah
Dikaji agar bidan dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungan
pasien. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya,
menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama atau
mempermudah melakukan kunjungan rumah (Manuaba, 2012).
h) No. Telepon
Dikaji untuk mempermudah menghubungi pasien ataupun keluarga
sewaktu-waktu jika diperlukan (Winkjosastro, 2008).
(2) Alasan Memeriksakan Diri
Dikaji untuk mengetahui alasan atau yang membuat pasien datang ke
pelayanan kesehatan (Saifudin, 2012).
(3) Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui keluhan utama yang membuat pasien datang
ke pelayanan kesehatan (Anggoro, 2012).
(4) Riwayat menstruasi
Data menstruasi akan memberikan gambaran tentang kondisi organ
reproduksi klien. Data yang perlu dikaji menurut Sulistyawati (2009)
diantaranya :
a) Menarche
Tabel 2.7 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Laktasi yang Lalu
No Umur UK Tem Penolo Jenis Keadaan Bayi Keadaan Laktasi
BB PB JK
anak pat ng Persalinan nifas
bers
alin
Jarak Uk BP Bidan/ Spontan 2500- 48- ♂/ Normal 2 tahun
umur aterm M/ Dokter Belakang 4000 52 ♀
anak (37- RS/ kepala gr cm
denga 40 Pus
n anak ming kes
berikut gu) mas
nya
idealn
ya 2
tahun
Sumber: Buku Dokumentasi Asuhan Kebidanan
g) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Anggoro (2012) yang perlu dikaji dalam riwayat kehamilan
sekarang adalah:
Yang perlu dikaji meliputi :
(a) HPHT
Hari pertama haid terakhir pasien untuk memperkirakan usia
kehamilan dan tafsiran persalinan.
(b) TP
Hari perkiraan lahir dapat ditentukan setelah mengetahui HPHT
dan menggunakan rumus Naegle yaitu ditambah 7 pada tanggal,
dikurangi 3 pada bulan, dan ditambah 1 pada tahun.
c) Riwayat ANC
Untuk mengetahui suplemen atau obat apa saja yang sudah ibu
konsumsi selama hamil ini.
g) Perilaku yang Membahayakan Kehamilan
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu. Pada ibu hamil TM III
fisiologis kesadarannya adalah composmentis.
(3) Keadaan emosi
Untuk mengetahui keadaan emosi pasien apakah stabil/labil (Alimul,
2006). Pada umumnya ibu hamil fisiologis keadaan emosi ibu stabil.
(4) Postur
Untuk mengetahui postur tubuh ibu apakah
normal/lordosis/hiperlordosis Alimul, 2006).
2) Antropometri
(1) Berat badan : Kenaikan berat badan trimester II adalah 0,3 kg sampai
0,5 kg per minggu (Prawirohardjo, 2010).
(2) Tinggi badan : tinggi badan ibu diperiksa sekali pada saat ibu hamil
datang pertama kali kunjungan, dilakukan untuk mengkategorikan
adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm. Tinggi badan ibu
hamil normal > 145 cm.
(3) LILA : dikaji untuk mendapatkan status gizi klien. LILA ibu hamil
minimal 23,5 cm.
3) Tanda-tanda vital
(1) Suhu
Dikaji untuk mengetahui berapakah suhu badan ibu saat dilakukan
pemeriksaan. Nilai normal suhu ibu hamil 36,50 C-37,50 C (Wulandari,
2012).
(2) Nadi
Untuk mengkaji nadi untuk mengetahui nadi pasien yang
dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2012). Pada ibu hamil fisiologis,
batas normal 60-100 x/menit (Wulandari, 2012).
(3) Pernafasan
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2012). Pada ibu hamil fisiologis, batas
normal 16-20 x/menit (Wulandari, 2012).
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
menyentuh atau merasakan, biasanya yang digunakan adalah
tangan. Pemeriksaan palpasi yang dilakukan pada ibu hamil
mulai UK 32 minggu adalah palpasi Leopold.
a) Langkah-langkah Leopold adalah :
(a) Leopold I : untuk mengetahui TFU dan bagian apa yang
berada pada fundus. TFU UK 36 minggu 3 jari di bawah px,
UK 40 minggu setengah pusat px. Pada ibu hamil fisiologis
pada fundus akan teraba bagian besar dan lunak maka
ditafsirkan sebagai bokong.
(b) Leopold II : untuk mengetahui bagian janin yang terdapat
pada sisi kiri dan kanan perut ibu. Apabila teraba bagian
keras, memanjang, dan ada tahanan maka ditafsirkan sebagai
punggung janin. Namun, apabila teraba tonjolan-tonjolan
maka ditafsirkan sebagai bagian kecil janin.
(c) Leopold III : untuk mengetahui bagian terendah janin dan
apakah bagian terendah janin sudah masuk PAP atau belum.
Biasanya ibu hamil fisiologis bagian terendah janin akan
teraba bagian bulat keras dan apabila dapat digoyangkan
artinya belum masuk PAP sedangkan apabila tidak dapat
digoyangkan artinya sudah masuk PAP. Pada ibu hamil primi
bagian terendah janin akan masuk PAP saat UK 36 minggu
ke atas.
(d) Leopold IV : palpasi ini hanya dilakukan apabila pada leopold
III sudah didapatkan hasil bahwa bagian terendah janin sudah
masuk PAP. Untuk mengetahui seberapa besar bagian
terendah janin sudah masuk PAP. Apabila posisi tangan
pemeriksa konvergen (tidak bertemu) maka sebagian kecil
bagian terendah janin sudah masuk PAP, apabila posisi
tangan pemeriksa sejajar, maka sebagian bagian terendah
janin sudah masuh PAP, dan apabila posisi tangan pemeriksa
divergen, maka sebagian besar bagian terendah janin sudah
masuk PAP.
b) Mc. Donald
Pada pengukuran Mc. Donald, normal hasil pengukuran nya
adalah dengan rentang UK ditambah 2 atau UK dikurang 2. Misal
UK 36 minggu maka rentang normal pengukuran Mc. Donald
nya adalah 34-38 cm.
c) TBBJ : Dikaji untuk menentukan TBBJ dengan rumus Jhonson
Tausak. Ukuran TFU (Mc.Donald) berkisar ±2 cm dari umur
kehamilan yaitu 34 cm atau 35 cm dan 37 cm atau 38 cm. belum
memasuki PAP ((TFU - 11) x 155), sudah memasuki PAP
((TFU - 12 ) x 155).
c. Auskultasi
Dikaji untuk untuk mengetahui tingkat kesejahteraan janin di dalam
kandungan. DJJ normal yaitu 120 – 160 x/menit dengan irama teratur.
(7) Anogenital : Untuk mengetahui kebersihan alat kelamin, pengeluaran,
ada atau tidak oedema dan varises pada alat kelamin. Apakah ada/tidak
hemoroid pada anus. Pada ibu hamil fisiologis hasil pemeriksaan akan
diperoleh alat kelamin bersih, tidak ada pengeluaran abnormal, tidak ada
oedema dan varices pada alat kelamin dan tidak ada hemoroid pada anus.
(8) Ekstremitas : Dikaji untuk mengetahui ada/tidak kelainan, kuku
bersih/kotor, warna kuku merah muda/pucat, ada/tidak oedema, pada
kaki ada/tidak varises dan reflek patella. Pada ibu hamil fisiologis
biasanya tidak ada kelainan, kuku bersih, warna merah muda, tidak
oedema, tidak varices, reflek patella +/+.
2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini mencangkup hemoglobin (HB), proteinuria dan urine
reduksi. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi dini terjadinya komplikasi yang
terjadi (Mandriwati, 2008). Hasil normalnya adalah HB > 11 gr/dL,
proteinuria negatif dan urine reduksi negatif.
2. InterpretasiData Dasar / Analisa Data
1) Diagnosa Aktual
Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji
kemudian dirumuskan analisa sesuai dengan data yang sudah dikumpulkan.
Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis
kehamilan. Diagnosa kebidanan adalah merupakan kesimpulan yang
ditegakkan oleh bidan dalam ruang lingkup praktik kebidanan dengan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yaitu:
(1) GPA
(2) Umur kehamilan
(3) Letak anak bila UK lebih atau sama dengan 36 minggu
(4) Jumlah janin bila UK lebih atau sama dengan 28 minggu
(5) Keadaan anak: hidup/mati
(6) Intra/ekstra Uteri
(7) Penyulit/Komplikasi
(8) Kesan panggul K/P
a. Diagnosa aktual:
G...P...A... UK .... Minggu Preskep/Presbo U/ɯ Puka/Puki Janin
Tunggal/Ganda Hidup/Mati Ektra/Intra Uteri dengan Penyerta (bila ada)
Contoh :
G1P0A0 UK 23Minggu 5 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri.
Dasar:
a) Data Subjektif
(a) Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama, tidak pernah
melahirkan sebelumnya, tidak pernah mengalami abortus.
(b) HPHT, TP
b) Data Objektif
(a) Pemeriksaan TFU
(b) DJJ : normalnya 120-160 x/menit
(c) Masalah : -
3) Langkah 3: Merumuskan Diagnosa /Masalah Potensial
Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa dan atau masalah
aktual, bidan dituntut untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial
yang merupakan akibat dari masalah /diagnosa yang tidak tertangani.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
4) Langkah 4: Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang
fatal, sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. Tindakan segera
bisa merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga merupakan hasil
kolaborasi dengan profesi lain.dalam kasus ini kebutuhan segera yang
dilakukan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG terkait
pemeriksaan USG dan proses persalinannya nanti.
5) Langkah 5: Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnose atau masalah yang telah diidentifikasikan atau antisipasi, pada
langkah ini informasi atau data dasar lengkap dapat dilengkapi. Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up
to date serta dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan klien (Varney, 2007).
6) Langkah 6: Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara
Efisien
Menurut Varney (2007), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah perencaan m, dilaksanakan secara
efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagaian oleh klien.atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun
bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan penatalaksanaannya.
7) Langkah 7: Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien
telah terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial
dihindari, klien dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien
mengetahui apa yang harus di lakukan dalam rangka menjaga
kesehatannya.
BAB III
FORMULIR MUTU
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
1. Keluhan/alasan memeriksakan diri : Ibu datang ke PMB bersama suaminya untuk memeriksak
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan apapun.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche Umur : 13 Tahun Volume : 2-3x ganti pembalut Lama Haid: 5 hari
Siklus Haid : Teratur Tidak Teratur
Sifat Darah : Encer Stolsel
Keluhan Saat Haid :tidak ada
HPHT : 11-05-2020 TP : 18-02-2021
3. Riwayat Pernikahan
Menikah 3 Kali Lama Menikah 2 Tahun
Tidak Menikah
4. 7 bulan √ SC √
5. Hamil
ini
5. Riwayat Hamil ini (sumber: buku KIA) Ichtisar pemeriksaan sebelumnya: (Sumber : bu
Tatus Imunisasi: TT5 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya
Waktu imunisasi terakhir: SD di bidan 4x, di puskesmas 1x dan di dokter sp
Obat/suplemen yg dikonsumsi: kandungan 2x. Ibu mengatakan sudah melaku
Folarin, vitonal F, prenatal pemeriksan cek lab lengkap dan USG.
8. Kebutuhan Psikologis
Perasaan Ibu Terhadap Kehamilan : Kecemasan Sedih Takut Senang
Trauma dalam Kehidupan: Ada Tidak Ada
Konsultasi dengan Psikologis : Ada Tidak Ada
9. Kebutuhan Sosial
a. Hubungan dengan Keluarga : Baik Tidak
b. Dukungan yang Diterima : Baik Tidak
c. Hubungan dengan Lingkungan Tempat Tinggal Baik Tidak
d. Hubungan dengan Lingkungan Tempat Kerja: Baik Tidak
e. Masalah Perkawinan : Ada Tidak Ada
f. Mengalami Kekerasan Fisik : Ada Tidak Ada
g. Mencederai Diri atau Orang Lain : Ada Tidak Ada
h. Pengambilan Keputusan : Ibu Ayah
10. Kebutuhan Spiritual
Keluhan Ibu saat Beribadah : Tidak Iya, ……….
11. Perilaku dan Gaya Hidup : tidak ada
Diurut Dukun,……. Perokok Aktif/Pasif Minum Obat Tanpa Resep Dokter
Minum Minuman Keras Traveling Ganja/NAPZA
Minum Jamu, …………………………..
12. Riwayat Penyakit : tidak ada
a. Riwayat Penyakit yang pernah diderita Ibu :
Kardiovaskuler Asma Hipertensi Epilepsi DM TORCH
Hepatitis Operasi PMS
b. Riwayat penyakit yang sedang diderita Ibu :
Kardiovaskuler Asma Hipertensi Epilepsi DM TORCH
Hepatitis Operasi PMS
c. Riwayat penyakit keluarga yang menurun :
Kanker Asma Hipertensi Epilepsi DM Alergi
Hepatitis Penyakit Jiwa
d. Riwayat penyakit kandungan :
Tumor Kista Mioma Kanker PID Kutu rambut kelamin
13. Keluhan-keluhan yang pernah dirasakan
Ibu mengatakan pernah merasakan keluhan mual muntah saat TM I namun sudah teratasi.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E:4 V:5 M:6
BB : 71 kg TB : 147,5 cm TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit Suhu aksila : 36,7 o C Lila : 29
cm
Postur :
Normal Hiperlordosis Skoliosis Lordosis Kifosis
Berat badan saat pemeriksaan sebelumnya : 67 Kg (19-10-2020)
Penilaian Nyeri
Nyeri : Tidak Iya,
Sifat nyeri : Akut Kronis
Lokasi :
Intensitas Nyeri (0-10) :
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris : Tidak Simetris
b. Rambut : Bersih Lainnya ……………………….
c. Wajah : Oedema Pucat Normal
d. Mata
1. Konjungtiva : Merah Muda Pucat Merah
2. Sklera : Putih Ikterus
e. Hidung : Bersih Kelainan lain …………………………….
f. Mulut
Bibir : Pucat Merah Muda Pecah-pecah
g. Telinga : Bersih Kelainan lain…………………………………..
h. Leher
1. Kelenjar Limfe : Normal Ada Pembesaran
2. Kelenjar Tiroid : Normal Ada Pembesaran
3. Vena Jugularis : Normal Ada Pelebaran
i. Payudara
1) Bentuk : Simetris Tidak Simetris
2) Putting : Menonjol Datar Masuk
3) Pengeluaran : Tidak Ada Colostrum Lain-lain……………………….
4) Kebersihan : Baik Cukup Kurang
j. Dada
Bentuk : Simetris Asimetris Retraksi lain-lain…………………………………..
k. Perut
1) Inspeksi
a. Luka bekas operasi : Ada Tidak
b. Striae : Gravidarum Albican Linea Nigra
c. Kelainan : …………………………………….
2) Palpasi
a) Tinggi fundus uteri (cm) : sepusat
b) Taksiran berat janin (gram) : belum dilakukan
c) Palpasi Leopold
Leopold I : belum dilakukan
Leopold II : belum dilakukan
Leopold II : belum dilakukan
Leopold IV : belum dilakukan
3) Auskultasi; DJJ : 160x/menit, irama teratur
4) Kondisi/kelainan lain: tidak ada
m. Ekstremitas bawah
Tungkai : Simetris Asimetris
Oedema : tidak ada
Reflek Patela : +/+
Varises : tidak ada
Kondisi/kelainan lain: tidak ada
a) Genetalia Eksterna
Mons Pubis : …………………………………………..
Labia Mayora : ………………………………………….
Labia Minora : ………………………………………….
Klitoris : ………………………………………….
Kondisi/kelainan lain : ………………………………….
b) Genetalia Interna
Inspeksi vagina
Pengeluaran pervaginam Tidak ada Ada, ……………………………………………..
Kelainan vagina Tidak ada Ada, …………………………………………………
ANALISIS
G5P2A2 UK 27 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri dengan Sphillis dan Riwayat LMR + ROB
Masalah : - Ibu belum mengetahui tanda bahaya TM III
- Hasil lab sphillis reaktif
- Ibu memiliki Riwayat LMR dan ROB
PENATALAKSANAAN
4.1 Pembahasan
Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai ada atau tidaknya kesenjangan
pada teori dan fakta dimulai dari kehamilan, pada data subjektif, objektif, analisa dan
penatalaksanaan.
4..1.1 Data Subjektif
Pada pengkajian data subjektif asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam
kasus ini dilakukan dengan metode wawancara sehingga didapatkan data Ibu
“FN”mengatakan haid pertama haid terakhirnya (HPHT) yaitu pada tanggal
11-5-2020 dan tafsiran persalinannya (TP) yaitu pada tanggal 18-2-2021, Ibu
“FN” mengatakan ini merupakan kehamilan yang kelima, pernah
melahirkan SC karena solusio plasenta dan KJDR, dan pernah mengalami
abortus 2x. Menurut Mochtar (2010), perhitungan menurut Neegle yaitu
tanggal ditambah 7, bulan dikurangi 3 dan tahun ditambah 1. Jadi, tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada pengkajian data subjektif kasus ini, ibu mengatakan belum
mengetahui tanda bahaya kehamilan TM II. Menurut Menurut Prawirohardjo
(2014), tanda bahaya kehamilan TM II adalah perdarahan pervaginam,
preeklamsia dan nyeri perut. Sehingga, tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus.
4.1.2 Data Objektif
Pada pengkajian data objektif asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam
kasus ini yaitu TFU sepusat. Menurut Juliana (2019), TFU diukur mulai UK
12 Minggu. Jadi, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada pengkajian data objektif asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam
kasus ini yaitu 160 x/menit dan irama teratur. . Menurut Elizabeth,(2013),
denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut normal adalah 120-160
denyut/menit. Jadi, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
4.1.3 Analisa
Berdasarkan pengumpulan data subjektif dan data objektif di kehamilan
pada tanggal 18 Nopember 2020 yang dilakukan penulis dengan di
dampingi oleh bidan, sehingga dapat ditegakkan diagnose berdasarkan hasil
analisa data yang didapat yaitu G5P2A2 UK 27 Minggu 2 Hari Janin
Tunggal Hidup Intra Uteri dengan masalah ibu belum mengetahui tentang
tanda bahaya TM II, ibu mengalami sifilis dan ibu mempunyai Riwayat
ROB. Menurut Varney (2007), dalam menulis diagnose kebidanan pada ibu
hamil harus memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan yaitu GPA,
umur kehamilan, letak anak, jumlah janin, keadaan anak hidup atau mati,
intra/ekstra uteri dan disertai masalah yang menyertai diagnose. Sehingga,
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
4.1.4 Penatalaksanaan
Berdasarkan pengumpulan data subjektif, objektif, analisa di kehamilan
didapatkan penatalaksanaanya yaitu memberikan KIE kepada ibu mengenai
tanda bahaya TM II yaitu sakit kepala yang hebat, gerakan janin yang tidak
terasa, bengkak di wajah, kaki , tangan dan perdarahan pervaginam.
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda bahaya kehamilan TM II adalah
perdarahan pervaginam, preeklamsia dan nyeri perut. Sehingga, tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
Berdasarkan pengumpulan data subjektif, objektif, analisa di kehamilan
didapatkan penatalaksanaanya yaitu ibu belum melakukan pemeriksaan
laboratorium lengkap. Menurut Kemenkes RI (2017), pemeriksaan
laboratorium lengkap wajib dilakukan oleh ibu hamil, bersalin dan nifas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ibu “FN” G5P2A2 UK
27 Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri yang dilakukan tgl 18
Nopember 2020, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan yaitu pada
pengkajian dari subjektif yaitu ibu “FN” mengatakan ini merupakan kehamilan
yang kelima pernah melahirkan SC karena solusio plasenta dan KJDR, pernah
didapatkan pada data subjektif yaitu ibu belum mengetahui tanda bahaya TM II,
dan ibu mempunyai Riwayat osbtetri buruk. Pada pengkajian data objektif pada
ditemukan sifilis reaktif. Pada analisa kasus ibu “FN” yaitu G5P2A2 UK 27
Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intra Uteri dengan masalah ibu belum
mengetahui tanda bahaya TM II , ibu menderita penyakit sifilis dan ibu memiliki
Riwayat obstetric yang buruk. Pada penatalaksanaan kasus ibu “FN”, dilakukan
5.2 Saran
5.1.1 Bagi Peneliti
Hasil asuhan kebidanan komprehensif ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi
DAFTAR PUSTAKA