Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

PRO ABORSI

DI SUSUN OLEH :

KELAS : II B

KELOMPOK 6

Elva Marentika (P3.73.24.2.18.051)


Karisa Wilwatikta Yudanti (P3.73.24.2.18.058)
Lingkan Angelica Sulu (P3.73.24.2.18.059)
Rizky Amelia Prameswari (P3.73.24.2.18.070)
Zenith Elisa Kurniawati (P3.73.24.2.18.080)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridhonya yang
telah memberikan kami kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah etika dan hokum kesehatan dengan judul “Pro Aborsi”. Dan Terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini memberikan
sumbangan baik materi maupun pikiran.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang berguna
untuk kita semua dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Mungkin makalah ini jauh dari sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik Allah
SWT. Kami harap kritik dan saran yang membangun dari pembaca makalah ini agar dapat
mendekati suatu kesempurnaan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
TEORI ........................................................................................................................................................... 1
A. Pengertian Aborsi ........................................................................................................................... 1
B. Macam-macam Aborsi ................................................................................................................... 1
C. Etiologi ............................................................................................................................................. 2
D. Manifestasi Klinis............................................................................................................................ 3
E. Landasan Hukum Aborsi ............................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 8

ii
BAB I

TEORI

A. Pengertian Aborsi
Aborsi adalah penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup diluar rahim,
yaitu sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Aborsi tidak aman tidak selalu sama
dengan aborsi illegal. Aborsi tidak aman adalah aborsi yang dilakukan oleh seseorang
yang bukan dokter atau tenaga kesehatan terlatih untuk melakukan itu, dilakukan
ditempat yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dilakukan dengan cara yang
tidak dikenal oleh dunia kedokteran sedangkan aborsi illegal adalah aborsi yang
bertentangan dengan hokum atau peraturan perundangan yang berlaku. Aborsi illegal
dapat dilakukan ditempat yang memenuhi persyaratan kesehatan. Tindakan ini sering
terjadi dinegara-negara dimana peraturan perundangan melarang dengan ketat melakukan
aborsi.
Tindakan aborsi tidak aman melanggar 3 (tiga) hal, antara lain:
1. Melanggar profesi medik karena dilakukan oleh orang yang tidak punya pendidikan/
keterampilan untuk itu sehingga ia tidak berwenang melakukan tindakan.
2. Melakukan sesuatu yang tidak sesuai prosedur medik.
3. Melanggar hukum/ peraturan perundangan yang berlaku.

B. Macam-macam Aborsi
Berdasarkan kejadiannya aborsi dapat dibagi atas 2 (dua) golongan:
1. Abortus Spontan terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor alamiah.
2. Abortus Provakatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukan dengan
memakai obat-obatan maupun alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutical)

1
Adalah abortus karena tindakan sendiri. Dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya
perlu mendapat persetujuan 2 atau 3 tim dokter
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legall atau
tidak berdasarkan indikasi medis.

C. Etiologi
Factor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu factor ovum itu sendiri, factor ibu,
dan factor bapak (Amru Sofian, 2012).
1. Kelainan ovum
- Ovum patologis
- Kelainan letak embrio
- Plasenta yang abnormal
2. Kelainan genetalia ibu
- Anomaly kongenital (hypoplasia uteri, uteri bikornis, dll)
- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksatal
- Tidak sempurnanya persiapan uteri dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau esterogen, endometritis, mioma
submukosa.
- Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
- Distorsio uterus, misalnya karna terdorong oleh tumor pelvis
3. Gangguan sirkulasi plasenta
4. Penyakit-penyakit ibu
- Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, typhoid,
pielitis, rubeola, demam malta, dll
- Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dll
- Ibu dengan asfiksia berat
- Anemia gravis
- Malnutrisi, avitamiosis, dan gangguan metabolism, hypothyroid
- Diabetes mellitus.

2
D. Manifestasi Klinis
Klinis abortus spontan
1. Abortus Immines
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadibsehingga kehamilan dapat
dicegah dengan cara: baring, gunakan preparat progesterone, tidak berhubungan
badan, evaluasi berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin.
2. Abortus Insipen
Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum kehamilan 20 minggu
dan konsepsi masih di uterus. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi
kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Ostio bisa ditemukan sudah
terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan.
3. Abortus Inkompletus
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta. Gejala: amenorrhea, sakit perut, mulas-mulas, perdarahan sedikit/
banyak. Dan biasa berupa stolsel (darah beku). Sudah ada fertus atau jaringan yang
keluar. Tetapi jika perdarahan belumberhenti karena konsepsi belum keluar semua
akan menyebabkan syok. Ini terjadi sebelum kehamilan berusia 20 minggu.
4. Abortus Komplitus
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong.
5. Missed Abortion
Keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam rahim sebelum berusia
20 minggu. Tetapi hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu
atau lebih. Dapat diketahui dengan USG.

E. Landasan Hukum Aborsi


Dalam menghadapi isu aborsi, bidan dituntut untuk berpegang pada profesionalitas dalam
konseling. Berikut ini, beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
isu aborsi:
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

3
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut

b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi


korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukkan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pratindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama


haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri

Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana


dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 194

4
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Berikut dijelaskan beberapa pasal dalam Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP) yang mengatur abortus Provocatus:
Pasal 229
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkjan harapan bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan. Maka orang tersebut diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat puluh ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah berbuat demikian demi mencari keuntungan , menjadikan pebuatan
tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atrau jika dia seorang tabib, bidan atau
juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian,
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan, menghabisi nyawa kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347
Ayat 1
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pi penjara paling lama dua belas
tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya orang tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun

Pasal 348
Ayat 1

5
1) Siapa yang dengan sengaja menggugurkan atau menghabisi nyawa kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita teersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan kejahatan yang diterangkan
dalam Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal itu ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut haki untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.

Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatru sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk
sebagai bisa didapat, sarana atau perantara yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Aborsi Di Indonesia diatur oleh:

a. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum


Pidana (KUHP) – dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar
hukum. Sampai saat ini masih diterapkan.
b. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
c. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan – dalam kondisi tertentu,
bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi). Sampai dengan saat ini masih
diterapkan.

6
d. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Pelatihan dan Penyelenggaraan Pelayanan Aborsi atas Indikasi Kedaruratan Medis
dan Kehamilan Akibat Perkosaan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Sinar Grafika. 20110. “Undang-Undang Kesehatan (UU RI no.36 Th.2009)”. Sinar
Grafika : Jakarta
Hendrik. 2015 . “Etika & Hukum Kesehatan”. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Soeparto, Pitono dkk. 2006 . “Edisi Kedua Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan”. Airlangga
University Press : Surabaya

Anda mungkin juga menyukai