Anda di halaman 1dari 51

 THK konsep universal

 Namun penerapannya nyata di


Balikhususnya elemen sosial spt: sistem
subak, desa adat, perhoteltan, tempat
wisata termasuk sistem pely di RS
 THK RSUP Sanglah
 Transformasi konsep THK di perhotelan: SE
Gub Bali No.556/1237/Dispar. 4 Agust 2011
Bali Green Province
 Visi Pembangunan Daerah Bali: Bali Dwipa
Jaya, Adil, dan Demokrasi serta aman
bersatu dalam wadah NKRI berlandaskan THK
 THK ada 3 elemen:
 Parhyangankeluhuran moltral dan daya tahan
mental dlm menghadapi tantangan hidup sehari2
 Pawonganaktivitas sosial di masyarakat yang
bersumber pd hubungan antar sesama manusia,
diikat oleh tata laksana pergaulan dan etika
sesuai dg budaya set4
 Palemahanbahwa alam lingkunga terdd tanah,
sumber air, tumbuh2an, hewan, bangunan
rumah, dll
Etika Umum
 Etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis,
bagaimana manusia mangambil keputusan etis,
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan.
 
Contoh – contoh Etika Umum yang berlaku di masyarakat,
yaitu:
 Sopan, ramah tamah, dan bertegur sapa saat bertemu
dengan tetangga 
 Tidak saling menghina
 Ikut berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti
dilingkungan rumah
 Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa
sepengetahuan pemiliknya, akan diberi sanksi yang
tegas 
 Moral yang baik dalam pergaulan sehari-hari dan
dimanapun kita berada

Poltekkes Dps: Budaya Hospitality: 5S PT


Lintas budaya/lintas budaya
Trans: melintang , melintas , menembus , melalui.
Culture: budaya KBBIkultur berarti :
- kebudayaan, cara pemeliharaan , pembudidayaan
Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum
berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi
berikutnya, sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti: akal budi , hasil dan adat istiadat.

Kebudayaan berarti :
- Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia
seperti kepercayaan , kesenian dan adat istiadat.
- Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya
 Transkultural diartikan sebagai :
- Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa
budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain
- Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang
berbeda melalui proses interaksi sosial
- Transcultural merupakan suatu area kajian ilmiah
yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang
berbeda, ras, yang memengaruhi seorang bidan saat
melakukan asuhan kepada klien / pasien ).
 Asuhan kebidanan merupakan konfigurasi dari ilmu
kesehatan dan seni, meliputi pengetahuan ilmu
humanistic, philosopi kebidanan, praktik klinis
kebidanan, komunikasi dan ilmu sosial.
 Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat
seorang manusia yang menjadi target pelayanan
dalam askeb adalah bersifat bio – psycho – social –
spiritual.
 Tindakan kebidanan harus didasarkan pada tindakan
yang komperhensif sekaligus holistik.
 Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau
bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang
bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat
istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain.
 Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu
tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat
dalam proses yang dijalaninya.
 Keberlangsungan terus – menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai –
nilai yang memengaruhi pembentukan karakter,
pola pikir, pola interaksi perilaku yang kesemuanya
itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi kebidanan ( cultural nursing approach )
 Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap
kehidupan individu.
 Penting bagi bidan mengenal latar belakang budaya
orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan
hidup sehari – hari, seperti tidur , makan,
kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan social,
praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi
perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan masing
– masing orang menurut umur .
 Contoh: Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan
sulitnya perempuan hamil mendapat pelayanan dari
dokter pria.
 Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita
dan bidan.
 Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih
kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
 Menurut Leininger, studi praktik pelayanan
kesehatan transkultural berfungsi untuk
meningkatkan pemahaman atas tingkah laku
manusia dalam kaitan dengan kesehatannya
 Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam
berbagai budaya (kultur), baik di masa lampau
maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan
– persamaan.
 Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan
teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan kebidanan dan kesehatan orang banyak
dan berbagai kultur.
Budaya Jawa hampir mirip Bali:
 Daun dadap sebagai penurun
panas dengan cara ditempelkan di
dahi.
 Temulawak untuk mengobati sakit
kuning dengan cara di parut , diperas
dan airnya diminum 2 kali sehari satu
sendok makan , dapat ditambah
sedikit gula batu dan dapat juga
digunakan sebagai penambah nafsu
makan
 Akar ilalang untuk menyembuhkan
penyakit hepatitis B
 Mahkota dewa untuk menurunkan
tekanan darah tinggi , yakni dengan
dikeringkan terlebih dahulu lalu
diseduh seperti teh dan diminum
seperlunya
 Brotowali sebagai obat untuk
menghilangkan rasa nyeri , peredam
panas , dan penambah nafsu makan
 Jagung muda ( yang harus merupakan
hasil curian = berhubungan dengan
kepercayaan ) berguna untuk
menyembuhkan penyakit cacar dengan
cara dioleskan dibagian yang terkena
cacar
 Daun sirih untuk membersihkan vagina,
dll.
Budaya Batak
 Jika mata seseorang bengkak, orang tersebut diyakini telah
melakukan perbuatan yang tidak baik (mis : mengintip). Cara
mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan
mengoleskan air sirih.
 Nama tidak cocok dengan dirinya (keberatan nama) sehingga
membuat orang tersebut sakit.
Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan
nama yang lain, yang lebih cocok dan didoakan serta
diadakan jamuan adat bersama keluarga
 Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
Mis: seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat
anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji
tersebut tidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit.
 Jika ada orang batak menderita penyakit kusta, maka orang
tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur
dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.
 Contoh Lain: silahkan explore.....
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN
KEBIDANAN
 Bayi baru lahir
 Balita
 Remaja
 Ibu hamil
 Ibu bersalin
 Ibu nifas
 Ibu menyusui
 KB
 Menopause
 Gangguan reproduksi
Prinsip komunikasi yang efektif pada anak:
1) Mengikuti perkembangan psikologis anak.
2) Kontak kasih sayang orang tua dapat memperkuat
kepribadian anak.
3) Pentingnya dalam komunikasi: belaian, dukungan
dan sentuhan akan menimbulkan rasa senang dan
bahagia.
4) Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu serta
pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang
aktif dalam bahsa dan emosi.
a)  Perubahan fisik/biologis sesuai usia.
b) Kesehatan reproduksi remaja.
c)  Seksualitas.
d)  Pengenalan organ reproduksi laki-laki dan
perempuan
e)  Perubahan emosi dan perilaku remaja.
f)   Proses terjadinya kehamilan, kehamilan yang
tidak dikehendaki, dan aborsi yang tidak aman
g) IMS dan HIV-AIDS.
h) Kekerasan dalam remaja.
i)   Hubungan dengan pasangan sebelum dan sesudah
menikah.
j)   Narkotika.
k)  Kenakalan remaja.
l)   Hambatan dalam belaja
a)  Kenyamanan remaja dalam menerima
informasi.
b)  Memperhatikan cara pandang remaja dalam
menyikapi pesan yang disampaikan.
c)  Memfokuskan pada persoalan yang akan
disampaikan.
d) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
dan nyaman untuk didengar.
e) Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan
kepercayaan pada remaja.
f)  Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada
remaja saat penyampaian pesan
g)  Menjalin keakraban dengan remaja.
 Konseling pada calon orangtua
membantu pemahaman diri untuk
menjadi orang tua, baik sebagai
ayah maupun sebagai ibu
 Perubahan status kehidupan sesuai
dengan perkembangan terjadi
secara alami.
 Salah satu peran bidan ketika
menghadapi klien adalah
melaksanakan kegiatan bimbingan
dan konseling kebidanan.
 Menjadi orang tua adalah suatu proses
kehidupan yang bermula dari
terbentuknya pasangan suami istri
menjadi keluarga dan berlanjut
dengan adanya keturunan.
 Tanggung jawab laki-laki sebagai
kepala keluarga dan sebagai ayah.
 Dalam perubahan status menjadi ayah
atau kepala keluarga, merupakan
suatu keadaan yang membuat laki-laki
secara psikologis harus mampu
membagi kasih terhadap istri dan
anak. Memenuhi kebutuhan keluarga
secara fisik dan psikologis, secara
moral dan material.
Peran ibu dalam keluarga sangat kompleks, Ibu sebagai penerus keturunan,
pendidik dalam keluarga dan sebagai pendamping suami serta sebagai
pelaksana, menjalankan perekonomian dalam keluarga bersama suami.
Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih
menitik beratkan pada:
1. Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.
2. Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan
peristiwa menstruasi.
3. Memberi bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan
NKKBS/keluarga berkualitas.
4. Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon
ibu.
5. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan
fisik dan emosi dan peran yang terjadi.
6.  Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.

        
Konseling pada orang tua karena berperan sebagai
orang tua yang baik:
a)   Butuh penyesuaian dalam menghadapi kehidupan
dan lingkungan baru (dua keluarga menjadi satu).
b)  Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan
individu.
c)  Masalah perbedaan pasutri (pasangan suami istri).
d) Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala keluarga).
e)  Tanggung jawab perempuan sebagai penerus
keturunan, pendidik, pendamping suami, ekonomi
keluarga.
Masalah-masalah yang dihadapi :
1.  Kesehatan.
2.  Pendidikan.
3.  Hubungan antar dan inter keluarga.
4.  Psikososial (norma dan tata nilai).
Sesuai UK: TW I, II, III
Prinsip Komunikasi Pada Ibu Hamil
A.   Pesan yang disampaikan sesuai dengan
kondisi ibu hamil.
B.   Informasi yang diberikan menyangkut
tentang kehamilan dan persiapan
melahirkan. Seperti ke hal-hal yang
menyangkut kesehatan serta pelayanan
kesehatan yang diperlukan.
C.  Menciptakan kenyamanan dan
keakraban saat menyampaikan pesan.
D.  Tidak membuat penerima stress
dengan info yang disampaikan.
Dilakukan sejak klien memasuki kala I atau (kala pembukaan)
dalam persalinan. Bimbingan konseling yang harus
diberikan bidan meliputi :
 Masalah dalam perslinan
 Tindakan selama persalinan
 Menganjurkan makan dan minum pada saat perut ibu tidak
nyeri
 Menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil
 Menganjurkan ibu beristirahat pada saat perut tidak terasa
nyeri
 Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan apabila ketuban tidak
pecah
 Menganjurkan ibu menggunakan tehnik relaksasi atau
tehnik lain untuk mengurangi nyeri
 Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu
Dilakukan mulai dari pembukaan lengkap
sampai kala II (Kala pengeluaran bayi)
berakhir. Bimbingan konseling yang harus
diberikan bidan meliputi :
 Mengajari cara meneran yang baik
 Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat
his
 Menganjukan untuk beristirahat, apabila
diperlukan beri ibu minum saat his hilang
 Memberi semangat dan dukungan bagi ibu
Bimbingan konseling dilakukan pada saat ibu
memasuki kala III atau (kala pengeluaran
plasenta). Bimbingan konseling yang harus
diberikan bidan meliputi :
 Mengajari ibu untuk melakukan masase
uterus (Uterus masase).
 Memberi informasi ibu tentang perdarahan
setelah melahirkan
Pada tahap ini ibu memasuki kala IV (pengawasan
perdarahan dua jam setelah melahirkan).
Bimbingan konseling yang diberikan :
 Memberi informasi tentang pentingnya masase
uterus
 Memberi informasi cara perawatan dan
kebersihan alat kelamin (vulva hygiene) serta
cara membasuhnya yang benar.
 Menganjurkan untuk sering ganti pembalut
 Memberi informasi tentang pentingnya asi secara
dini dan terutama asi eksklusif.
 Memberi informasi dan memotifasi ibu untuk
melakukan mobilisasi.
 Memberi informasi tentang pentingnya
kebutuhan nutrisi.
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
a)   Bidan harus hati-hati melakukan
komunikasi karena kestabilan
emosi belum pulih seperti semula.
b)   Orientasi pembicaraan lebih
berkisar penerimaan terhadap
bayi serta kondisi fisik dan psikis
ibu nifas
Prinsip Komunikasi Pada Ibu Nifas
 Komunikasi difokuskan pada permasalahan
kasusnya masa nifas seperti cara menjaga
kebersihan, perawatan bagi dan juga
kesehatan ibu dan anak. Serta pemulihan
organ-organ reproduksi.
 Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada
informasi atau pesan yang memerlukan
suatu tindakan khususnya dana.
 Dalam menyampaikan informasi, pesan harus
mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima
 Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara
menyusui yang benar, maka pemberi pesan harus
memberikan contoh melalui alat media atau
mempratekkan langsung pada ibu-ibu tersebut.
 Komunikasi ditekankan kepada peranan ibu
untuk memberikan air susunya kepada bayi
sebagai wujud pertalian kasih sayang.
Pelaksanaan Komunikasi
1) Komunikasi berorientasi kepada penjelasan
efek samping pemakaian kontrasepsi dan
cara mengatasinya.
2) Cara kerja alat kontrasepsi dan cara
pemakaiannya
Pelaksanaan Komunikasi
a)  Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus
kehidupan wanita.
b)  Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan
dengan gangguan reproduksi pada usia subur maupun
klimakterium.
c)   Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan
kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi.
d)  Membantu klien dalam pengambilan keputusan.
e)  Komunikasi pada menopause harus memperhatikan
sifat-sifat dari menopause itu sendiri agar pesan yang
disampaikan dapat dicerna dengan baik.
f)   Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang
maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu untuk
mempermudah dalam memahami pesan yang
disampaikan
Pelaksanaan Komunikasi
a)  Menjelaskan penyebab/kemungkinan
gangguan yang diderita ibu.
b)  Deteksi dini terhadap kelaianan yang
berhubungan dengan gangguan reproduksi.
c)   Memberikan informasi tempat-tempat
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
cek kesehatan atau rujukan khususnya
kesehatan reproduksi.
d)  Membantu klien dalam mengambil
keputusan.
e)  Memberikan support menta
1. Mendengar dengan penuh perhatian
2. Menunjukkan penerimaan
3. Bertanya
4. Mengulang.
5. Mengklarifikasi
6. Memfokuskan
7. Menyatakan hasil observasi
8. Menawarkan informasi
9. Diam
10. Meringkas
11. Memberikan penghargaan
12. Menawarkan diri
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
14. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsi
15. Perenungan
 Pelayanan prima (Excellent
Service): pengertian
“pelayanan” yang berarti
“usaha melayani kebutuhan
orang lain” atau dari pengertian
“melayani” yang berarti
“membantu menyiapkan apa
yang diperlukan seseorang”
(kamus bahasa Indonesia).
 Prima atau excellent yang
berarti bermutu tinggi dan
memuaskan.
 Sesuai keputusan Menpan No. 81/1993, yaitu
(1). Kesederhanaan,
(2). Kejelasan dan Kepastian
(3). Keamanan
(4). Keterbukaan
(5) Efisien
(6). Ekonomis
(7). Keadilan yang merata
(8). Ketepatan waktu.
 Kehandalan (Reliability)
 Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan secara akurat
 Kepercayaan (Assurance)
 Pengetahuan dan keramahan dari staf serta kemampuan
untuk menumbuhkan kepercayaan
 Penampilan (Tangible)
 Fasilitas fisik, peralatan dan tampilan dari staf
 Empati (Empathy)
 Perhatian secara pribadi yang diberikan kepada
customernya
 Ketanggapan (Responsiveness)
 Kemauan untuk menolong customer dan memberikan
service yang tepat waktu
Dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
 Pelayanan pratransaksi: kegiatan pelayanan
sebelum melakukan tatap muka
 Pelayanan saat transaksi: kegiatan pelayanan
pada saat tatap muka
 Pelayanan Pasca Transaksi: kegiatan
pelayanan sesudah tatap muka
 Mengutamakan Pelanggan (Pasien)
 Sistem yang Efektif
 Nilai semangat melayani dengan hati
 Semangat sebagai abdi Tuhan.
 Semangat tanpa pamrih.
 Semangat tidak pilih-pilih.
 Semangat memberi
 Perbaikan Berkelanjutan
 Memberdayakan Pelanggan
 Pelayanan Menurut Prioritas Pengembangan
 Pelayanan utama
 Pelayanan pendukung
 Pelayanan tambahan
 Partnership: “kemitraan,
persekutuan, perseroan, perkongsian,
kongsi, perekanan
 Pemberdayaan: upaya mengembangkan
dari keadaan kurang atau tidak berdaya
menjadi punya daya dengan tujuan
dapat mencapai / memperoleh 
kehidupan yang lebih baik (Satria,
2008).
 Partnership bidan dalam pelayanan
kebidanan ada 2, yaitu pelayanan
perempuan dan pemberdayaan
perempuan
1. Memberikan dukungan emosional.
2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan
sampai kelahiran bayinya.
3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping
selama persalinan.
4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan
cara :
(a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
memuji ibu.
(b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
(c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
(d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
(e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
5. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman
6. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi
7. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan
kamar mandi secara teratur dan spontan
8. Pencegahan infeksi
 Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai
kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga
yang lain
 Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan
asuhan antara lain : (a) Membantu ibu untuk berganti
posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c)
Memberikan makanan dan minuman. (d) Menjadi
teman bicara/ pendengar yang baik. (e) Memberikan
dukungan dan semangat selama persalinan sampai
kelahiran bayinya
 Keterlibatan penolong persalinan selama proses
persalinan & kelahiran“ dengan cara : (a) Memberikan
dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b)
Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c)
Melakukan pendampingan selama proses persalinan
dan kelahiran.
 Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II
persalinan“ dengan cara memberikan bimbingan dan
menawarkan bantuan kepada ibu.
 Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat
dan spontan umtuk meneran“ dengan cara
memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada
his.
 Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
 Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a)
Mengurangi perasaan tegang. (b) Membantu
kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c)
Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan
setiap tindakan penolong. (d) Menjawab pertanyaan
ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan
bayinya. (f) Memberitahu hasil pemeriksaan.
 Pencegahan infeksi pada kala II dengan
membersihkan vulva dan perineum ibu.
 Membantu ibu mengosongkan kandung
kemih secara spontan.
 Membimbing, memfasilitasi dan mendukung
ibu untuk memilih posisi yang terbaik dan
ternyaman bagi ibu saat melahirkan
bayinya.
1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk
memeluk bayinya dan menyusui segera.
2. Memberitahu setiap tindakan yang akan
dilakukan.
3. Pencegahan infeksi pada kala III.
4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi,
perdarahan).
5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi
kegawatdaruratan.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Memberikan motivasi dan pendampingan
selama kala III.
1. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan
dalam keadaan normal.
2. Membantu ibu untuk berkemih.
3. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara
menilai kontraksi dan melakukan massase uterus.
4. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
5. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-
tanda bahaya post partum seperti perdarahan,
demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas,
penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi
kontraksi hebat.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Pendampingan pada ibu selama kala IV.
8. Nutrisi dan dukungan emosional.

Anda mungkin juga menyukai