Pendahuluan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi merupakan barometer
pelayanan kesehatan suatu Negara. Sekitar 830 wanita meninggal akibat
komplikasi pregnancy atau melahirkan di seluruh dunia setiap hari. Lima
penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana
perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK
proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2013 disebabkan oleh HDK. Sedangkan tingginya Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia.
Penanganan Gawat Darurat memiliki ciri khas yang berbeda dengan
pelayanan kesehatan pada umumnya, untuk dapat memahami dan mampu
melakukan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal maka peserta
didik harus mengikuti proses pembelajaran klasikal maupun laboratorium.
Modul Teori Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
disusun berdasarkan Kurikulum Pendidikan Bidan pada jenjang pendidikan
Diploma III Kebidanan yang berisi tentang teori dari berbagai referensi dan hasil
penelitian.
Page 1
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Page 2
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal neonatal
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami konsep dasar Kegawatdaruratan Maternal neonatal.
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kegawatdaruratan dengan
benar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tanda dan gejala kegawatdaruratan
dengan benar
3. Mahasiswa dapat menjelaskan penyebab kasus kegawatdarurataan
dengan benar
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan kegawatdaruratan
dengan benar
5. Mahasiswa dapat menjelaskan respon cepat terhadap suatu
kegawatdaruratan dengan benar
A. Pengertian Kegawatdaruratan
Page 3
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 4
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 5
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 6
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 7
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 8
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 10
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
IV. Rangkuman
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya. Kegawatdaruratan obstetri
Page 11
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan
atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Penanganan Gadar Maternal
& Neonatal dapat mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada ibu
dan bayi dengan kegawatdaruratan. Tanda gelaja kegawatdaruratan maternal
neonatal yaitu Sianosis sentral, Apnea, Kejang, Perdarahan, Sangat kuning, dan
Berat badan < 1500 gram.
Penyebab kegawatdaruratan maternal neonatal adalah, abortus,
molahidatidosa, kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta,
retensio plasenta,rupture uteri, asfiksia, ikterus, tetanus neonatorum,
hipotermia, dan hiperglikimia.
V. Evaluasi Formatif
1. Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya. pernyataan diatas
merupakan definisi menurut :
a. Parwiroharjo (2009)
b. Dorlan (2011)
c. Campbell S, Lee C,( 2000)
d. Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, (1999)
e. Semua salah
2. Kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar
endometrium kavum uterus. Pernyataan ini merupakan defenisi dari
a. Mola Hidatidosa
Page 12
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
b. Plasenta Previa
c. Abortus
d. KET
e. Semuanya Salah
3. Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa
yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan
kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan
yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
a. Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, (1999)
b. Parwiroharjo (2009)
c. Dorlan (2011)
d. a & b benar
e. semua salah
4. Dibawah ini yang merupakan tanda dan gejala kegawatdaruratan apad
neonatus adalah:
a. Sianosis
b. Kejang
c. Perdarahan
d. Berat Baran <2500 grm
e. Semua Benar
5. Kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi. Hipertermia
terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari
pada mengeluarkan panas. Penyataan diatas adalah definisi dari :
a. Hipertermia
b. Hipotermia
c. Hiperglikemia
d. Asfiksia
e. Semua Salah
Page 13
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 2
Prinsip Penanganan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami Prinsip Penanganan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan sebab kematian ibu, janin dan BBL dengan
benar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinik dengan benar
3. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar dengan benar
4. Mahasiswa dapat menjelaskan penilaian awal dengan benar
5. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip umum penanganan dengan benar
6. Mahasiswa dapat menjelaskan kunci keberhasilan dengan benar
7. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip pencegahan, penentuan dan
penanganan syok dengan benar
8.
II. Pokok-Pokok
Prinsip Penanganan Materi
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal:
A. Sebab Kematian ibu, janin dan BBL
B. Manifestasi klinik
Page 14
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
C. Prinsip dasar
D. Penilaian awal
E. Prinsip umum penanganan
F. Kunci keberhasilan
G. Prinsip pencegahan, penentuan dan penanganan syok
III. Uraian
Prinsip MateriKegawatdaruratan Maternal Neonatal
Penanganan
A. Sebab kematian ibu, janin dan BBL
1. Sebab kematian ibu
Kematian seorang perempuan yang terjadi selama kehamilan sampai
dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan
lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu
oleh kehamilannya, atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena
kecelakaan”
Kematian ibu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
a) Direct obstetric deaths
Yaitu kematian ibu yang langsung disebabkan oleh komplikasi
obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian yang
disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat
tindakan-tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin atau
nifas. Di negara berkembang, sekitar 95% kematian ibu termasuk
dalam kelompok ini.
b) Indirect obstetric deaths
Yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit, yang
bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat
akibat kehamilan atau persalinan.
Sedangkan yang dimaksud dengan lahir mati (fetal death) menurut
ICD-X adalah: ”Kematian sebelum dilahirkannya atau dikeluarkannya
hasil konsepsi secara lengkap dari ibunya, berapa pun usia
kehamilannya; kematian ditandai dengan kenyataan bahwa setelah
dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas ataupun menunjukkan
tanda-tanda kehidupan lain seperti detak jantung, denyut tali pusat
atau gerakan otot-otot sadar”.
Page 15
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 16
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
yang dikomsumsi oleh ibu dan aliran darah ke janin. Akibatnya janin
kekuragan oksigen dan nutrisi untuk tumbuh dan berkembang.
c) Masalah tali pusar
Adanya beberapa kondisi tali pusar yang menyebabkan kematian
pada janin, diantaranya panjang tali pusar yang tidak normal sehingga
menyebabkan tali pusar yang tidak normal sehingga menyebabkan tali
pusar terlilit atau bahkan mencekik leher bayi. Kondisi ini beresiko
menghambat pasokan oksigen untuk janin, sehingga terjadi kematian.
d) Adanya infeksi bakteri
Infeksi bakteri yang terjadi pada kehamilan dibawah 28 minggu
beresiko menyebabkan kematian pada janin. Jenis infeksi yang dapat
menyebabkan kematian di antaranya cytomegalovirus, listeriosis dan
syphilis.
e) Hamil Tua
Kehamilan yang terjadi di atas usia 35 tahun memiliki macam-
macam resiko, diantaranya keselamatan janin dalam kandungan.
3. Sebab kematian bayi baru lahir
a) Asfiksia
Asfiksia merupakan penyebab kematian bayi baru lahir yang paling
utama di indonesia. Asfiksia adalah kondisi saat bayi kekurangan
oksigen sebelum atau selama kelahiran. Hal ini di tandai dengan kulit
bayi membiru, sesak napas, detak jantung menurun, dan lemah otot.
b) Infeksi
Menurut WHO, infeksi masuk kedalam tiga penyebab kematian
bayi baru lahir paling umum di dunia. Ada banyak hal yang bisa
memicu terjadinya infeksi pada bayi baru lahir, di antaranya:
Page 17
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
1) Sepsis
2) Penumonia
3) Tetanus
4) Diare
Selain itu, infeksi pada bayi baru lahir cukup sering terjadi di
daerah-daerah yang fasilitas persalinannya belum optimal. Ambil
contoh pada kasus persalinan, alat-alat bersalin yang dibutuhkan
tentu harus dalam kondisi steril. Jika tidak, alat-alat tersebut rentan
terpapar mikroorganisme yang dapat memicu infeksi pada ibu hamil
dan bayi baru lahir.
Begitu juga dengan perawatan tali pusat, alat-alat yang digunakan
juga harus bersih dan steril. Sebab jika tidak, bayi akan rentan terkena
infeksi dan penyakit lainnya, atau bahkan menyebabkan kematian.
c) Berat badan lahir rendah
Bayi dikatakan memiliki berat lahir rendah apabila berat badannya
kurang dari 2.500 gram atau 2,5 kilogram (kg). Penyebab kematian
bayi baru lahir itu berbeda-beda, maka cara pencegahannya pun
berbeda pula. Selain dengan meningkatkan kualitas layanan
kesehatan, upaya menjaga keselamatan bayi baru lahir juga
ditentukan oleh kesehatan ibunya sendiri.
Supaya berat badan bayi bisa lahir normal, dalam artian tidak
kurang maupun tidak lebih, ibu wajib menjaga pola makannya saat
hamil. Contohnya dengan memperbanyak makan sayur dan buah,
makanan tinggi serat dan asam folat, dan jenis makanan sehat lainnya.
Semakin terpenuhi kebutuhan gizi ibu saat hamil, maka kesehatan ibu
dan bayi pun akan semakin oprimal.
B. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik artinya perkembangan dan dampak yang di timbulkan
dari perkembangan suatu ata banyak penyakit didalam tubuh. Contoh
Page 18
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
penyakit tifus yang disebabkan oleh bakteri salmonella parathyphi dan thyphi
manifestasi nya terjadi perusakan dinding usus oleh bakteri tersebut
C. Prinsip Dasar
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan
utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan
cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien
ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan
dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan
pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan
antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap
diperhatikan.
Page 19
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 20
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Gambar. 1
(Penialain awal pada pasien)
Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan
cepat kasus obstetric yang diurigai dalam keadaan gawat darurat dan
membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit
(komplikasi) yang dihadapi. Dalam penilaian awal ini, anamnesis lengkap
belum dilakukan. Anamnesis awal dilakukan bersama-sama periksa
pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk
mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan kasus.
Misalnya, apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar,
kejang, sudah mengejan atau bersalin berapa lama, dan sebagainya. Fokus
utama persalinan adalah apakah pasien mengalami syok hipovolemik, syok
septic, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok neurologic dan sebagainya)
koma, kejang-kejang, dan hal itu terjadi dalam kehamilan, persalinan,
pascasalin, atau masa nifas. Syok kardiogenik, syok neurologic dan syok
analfilaktik jarang terjadi pada kasus obstetric. Syok kardiogenik dapat
terjadi pada kasus penyakit jantung dalam kehamilan/persalinan. Angka
kematian sangat tinggi. Syok neurologic dapat terjadi pada kasus inversion
uteri sebagai akibat rasa nyeri yang hebat disebabkan oleh tarikan kuat
pada peritoneum, kedua ligamentum infundi bulopelvikum dan
ligamentum rotundum. Syok analfilaktik dapat terjadi pada kasus emboli
air ketuban.
Page 21
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 22
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 23
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
5. Rujukan
Page 24
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 25
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 26
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 27
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
d. Pucat
e. Kulit dingin dan lembab
f. Pernapasan >30 kali/menit
g. Pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak terbentuk
air kemih.Jumlah urin <30 ml/jam
h. Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
i. Nyeri dada
j. Linglung, Pusing, ingsan
3. Faktor Predisposisi
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi berikut ini:
a. Perdarahan pada kehamilan muda
b. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
c. Perdarahan pascasalin
d. Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis, metritis)
e. Kejadian trauma
f. Gagal jantung
4. Etiologi Syok
a. Dehidrasi (syok hipovolemik)
b. Serangan jantung (syok kardiogenik)
c. Gagal jantung (syok kardiogenik)
d. Trauma atau cedera berat
e. Infeksi (syok septik)
f. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
g. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
h. Sindroma syok toksik.
5. Jenis Syok
a. Syok hipovolemik
Disebabakan oleh penurunan volume darah yang terjadi secara
langsung karena pendarahan hebat atau tidak langsung karena
Page 28
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 29
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
8. Derajat Syok
Page 30
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
a. Syok Ringan : Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital
seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat
hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan
jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi
urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada
atau ringan.
b. Syok Sedang : Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun
(hati, usus, ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi
lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat
oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan
tetapi kesadaran relatif masih baik.
c. Syok Berat : Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme
Page 31
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 32
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
V. Evaluasi Formatif
Page 33
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
a. Kenyamanan pasien
b. Kehadiran keluarga
c. Trained and skilled staff
d. Pendekatan
e. komunikasi
2. Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap
langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk
menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak
dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan
pengobatan, merupakan penjelasan dari prinsip dasar....
a. Menghormasti hak pasien
b. Gentleness
c. Komunikatif
d. Hak pasien
e. Dukungan Keluarga
3. Dalam menentukan kondisi kasus obstetric yang dihadapi apakah dalam
keadaan gawat darurat atau tidak, maka diperlukan pemeriksaan....
a. Pemeriksaan sistematis
b. Penilaian awal
c. Pemeriksaan penunjang
d. a dan b benar
e. Semua benar
4. Dibawah ini yang tidak termasuk elemen-elemen penting dalam stebilisasi
pasien gawat darurdat adalah.....
a. Menjamin kelancaran jalan nafas, pemulihan sistem respirasi dan
sirkulasi.
b. Menghentikan sumber perdarahan dan infeksi.
c. Mengganti cairan tubuh yang hilang.
d. Memberi pasien makan dan minum
e. Mengusahakan kembalinya sirkulasi pasien
5. Dalam melakukan RJP, salah satu yang dilakukan seorang penolong adalah
Airway. Apa yang dimaksud dengan Airway.....
a. Mempertahankan terbukanya jalan napas
b. Memberi nafas untuk pasien
c. Mengusahakan kembalinya sirkulasi pasien
d. Memasang oksigen
Page 34
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
e. Meminta pertolongan
Kegiatan Belajar 3
Kondisi Maternal dan Neonatal yang
Beresiko Kegawatdaruratan
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu Memahami kondisi maternal dan neonatal yang beresiko penanganan
kegawatdaruratan.
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara merujuk secara cepat, tepat dan
benar
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tempat/fasilitas rujukan yang tepat
dengan benar
5. Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan dan pelaksanaan rujukan
dengan benar
6. Mahasiswa dapat menjelaskan keterlibatan keluarga dalam proses
Page 35
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 36
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 37
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 38
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 39
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 40
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 41
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Keluarga perlu tahu kondisi pasien sehingga perlu untuk dirujuk serta
menemani pasien saat dirujuk. Keluarga dapat membantu petugas dalam
upaya stabilisasi pasien dengan menjaga atau mempertahankan kondisi
penderita seperti, posisi pasien, nutrisi serta dukungan psikis. Keluarga juga
dapat menjadi donor apabila ternyata diperlukan transfusi darah
sesampainya di tempat rujukan.
Page 43
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 44
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Gambar. 2
Page 45
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 46
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Gambar. 3
(Penanganan distosia bahu)
Page 47
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas
normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
Perdarahan post parum adalah perdarahan pervaginam > dari 500 ml,
yang dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan yang disebut
sebagai perdarahan postpartum primer atau pada masa nifas setelah 24 jam
yang disebut perdarahan postpartum sekunder.
a. Klasifikasi perdarahan postpartum :
1) Perdarahan post partum primer/dini (early postpartum hemarrhage),
yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan
robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
2) Perdarahan PostPartum Sekunder/lambat (late postpartum
hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
b. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari perdarahan post partum primer diantaranya :
1) Atonia uteri
2) Retensio plasenta
3) Gangguan pembekuan darah
c. Rujukan Pada Perdarahan Postpartum
Perbaikan sistem pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak
cukup dengan hanya melakukan standardisasi pelayanan dan peningkatan
kemampuan sumber daya manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan
maternal dan neonatal yang akan menjadi bagian dari tulang punggung
sistem pelayanan secara keseluruhan. Karena dalam kenyataannya, masih
akan selalu terdapat kasus maternal dan neonatal yang harus
mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sesuai setelah
mendapatkan pertolongan awal di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal
memerlukan tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan
stabilisasi, setelah itu pengobatan dan tindakan definitif harus dikerjakan
di fasilitas pelayanan yang lebih baik oleh karena keterbatasan teknis baik
di fasilitas pelayanan kesehatan primer maupun tempat rujukan antara
(Puskesmas).
Page 48
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 49
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 50
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 51
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 52
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
12) 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV,
disertai kompresi jantung.
13) < 10 x/menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung. Kompresi
jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara
kompresi jantung :
1) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
2) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan
belakang tubuh bayi.
3) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada.
4) Denyut jantung 80x/menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV
sampai denyut jantung > 100 x/menit dan bayi dapat nafas spontan.
5) Jika denyut jantung 0 atau < 10 x/menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL/kg BB secara IV.
6) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x/menit hentikan
obat.
7) Jika denyut jantung < 80 x/menit ulangi pemberian epineprin sesuai
dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
8) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak
rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat
dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.
b. Cara Merujuk
Sistem rujukan Neonatus adalah suatu sistem yang memberikan suatu
gambaran tata cara pengiriman Neonatus resiko tinggi dari tempat yang
kurang mampu memberikan penanganan ke Rumah Sakit yang dianggap
mempunyai fasilitas yang lebih mampu dalam hal penatalaksanaannya
secara menyeluruh.
Tujuan sistem rujukan neonatus adalah memberikan pelayanan
kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat, menggunakan fasilitas
kesehatan neonatus seefesien mungkin dan mengadakan pembagian
tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit-unit kesehatan sesuai
Page 53
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 54
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 55
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
VI. Rangkuman
Page 56
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
V. Evaluasi Formatif
1. sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif, dan koordinatif
untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan, merupakan
pengertian dari....
a. Rujukan
b. Perencanaan
c. Manajemen
d. Kolaborasi
e. Mandiri
2. Sebelum merujuk maka yang yarus dilakukan adalah mempersiapkan
Penderita yang biasa disingkat BAKSOKUDA. Yang dimaksud dengan huruf
S dalam BAKSOKUDA dalah...
a. Surat
b. Sertifikat
c. Status
d. Sarung tangan
e. Semua benar
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan
prioritas masalah, merupakan tugas bidan secara....
a. Mandiri
b. Kolaborasi
c. Berkelompok
d. Pribadi
e. berdua
4. Tempat fasilitas rujukan yang tepat untuk bidan desa adalah...
a. Puskesman
b. Rumah sakit
Page 57
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 4
Asuhan Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Muda
Page 58
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami asuhan kegawatdaruratan pada kehamilan muda.
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengkajian kegawatdaruratan pada
Page 59
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 60
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
c. Macam-macam abortus
1) Abortus imminens
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan dalam kondisi seperti ini, kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Tidak perlu pengobatan
khusus atau bed tress. Tidak boleh melakukan aktifitas fisik yang
berlebihan atau hubungan seksual.
2) Abortus insipiens
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana
hasil konsepsi masih berada dalam cavum uteri. Kondisi ini
menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit atau komplit. Konsepsi harus dikeluarkan
dari uterus.
3) Abortus inkomplet
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil
konsepsi telah Keluar dari cavum uteri melalui kanalis servikalis.
Konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
4) Abortus komplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan dari cavum uteri. Observasi untuk melihat adanya
perdarahan banyak.
5) Missed abortus
Page 61
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 62
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 63
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 64
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 65
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
IV. Rangkuman
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
Mola hidatidosa adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilitasi tidak
berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi poliferasi trofoblast, dan
ditemukan villi koriolis yang mengalami perubahan degenarasi hidropik dan
stroma yang hipo vaskuler atau avaskuler, janin biasanya meninggal akan
Page 66
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh
terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi
diluar endometrium kavum uteri, hamil ini di tandai dengan: Amenorea,
gejala kehamilan muda dan pendarahan yang berwarna cokelat, dan
pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan nyeri
pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah.
Pada kasus seperti ini, segera ambil tindakan.
V. Evaluasi Formatif
1. Abortus sebagai keluarnya janin dari Rahim dengan berat <500 gram yaitu
sekitar usia kehamilan 20-22 minggu. Menurut pendapat :
a. WHO 1977
b. Holmer
c. WHO 1990
d. Sarwono
e. Easteman
2. Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari cavum uteri pengertian dari :
a. Abortus imminens
b. abortus komplit
c. Abortus inkomplet
d. missed abortus
e. Abortus insipiens
3. Komplikasi pada kehamilan ektopik terganggu ( KET ) sebagai berikut :
1) Perdarahan
2) Syok, hipofolemik
3) Gangguan kencing
4) Gangguan pencernaan
5) Infeksi
Poin manakah yang menentukan komplikasi pada kehamilan ektopik
terganggu (KET) yaitu :
a. 1). 3). 4).
b. 1). 2). 3). 4). & 5).
c. 1). 4). 5).
Page 67
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 68
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 6
Asuhan Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Lanjut
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami asuhan kegawatdaruratan pada kehamilan lanjut
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengkajian kegawatdaruratan pada
Page 69
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 70
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
b. Data Objektif
Tingkatan Kejang :
1) Tingkatan Invasi (permulaan), kejang halus terlihat pada muka
2) Tingkatan kontraksi (kejang tonis), seluruh badan menjadi kaku
lama 15 sampai 20 detik
3) Tingkatan konvulsi (kejang clonis), terjadinya timbul hilang dan
kejang sangat kuat, lamanya 1 menit.
4) Tingkatan coma, terjadi setelah kejang clonis dan terjadi beberapa
menit sampai berjam-jam. Bila pasien sadar akan terjadi amnesi
retrograd
3. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian
atas uterus (Prawirohardjo, 2006). Plasenta previa adalah posisi plasenta
yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior (belakang) maupun
anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi os serviks (Varney, 2006).
Gambar 4.
(Implantasi Plasenta Previa)
a. Data Subjektif:
1) Perdarahan pada usia kehamilan >28 minggu (Trimester III)
Page 71
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 72
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 73
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
2. Placenta Previa
Page 74
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 75
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
IV. Rangkuman
Dari Data subjektif dan data objektif kita dapat membedakan anatara
preeklamsia dan eklamsia kelanjutannya karena adanya kejang sampai koma.
Sedangkan untuk perdarahan pada kehamilan trimester III tanpa adanya nyeri
adalah plasenta previa sedangkan kalau perdarahan disertai nyeri
kecendurungannya adalah solusio plasenta.
V. Evaluasi
1.
Formatif
1) TD sistolik ≥ 160 mmHg ATAU diastolik ≥ 110 mmHg
2) Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
3) Oligouria (< 400 ml dalam 24 jam)
4) Wajah Pucat dan Kejang
5) Kejang
Page 76
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 77
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
b. Solusio Plasenta
c. Plasenta Previa
d. Eklamsia
e. Retensio Plasenta
Kegiatan Belajar 9
Asuhan Kegawatdaruratan Pada Persalinan Kala I dan II
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami asuhan kegawatdaruratan pada persalinan kala I dan II.
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengkajian Kegawatdaruratan pada
II.Asuhan
Pokok-Pokok Materi pada Persalinan Kala I dan II
kegawatdaruratan
A. Pengkajian Kegawatdaruratan pada pesalinan Kala I dan II
B. Diagnosa kegawatdaruratan pada persalinan Kala I dan II
C. Penatalaksanaan asuhan kegawatdaruratan pada kasus:
1. Pre eklamsi
2. Eklamsi
3. Plasenta Previa
4. Solusio Plasenta
5. Distosia Bahu
6. Ruptur Uteri
Page 78
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
1. Pre eklamsia
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah
140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Pre-eklampsia adalah salah
satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian
ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa
nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
a) Data Subyektif
1) Ibu merasa sakit kepala yang keras (karena vasospasme/odema
otak)
2) Sakit ulu hati akibat regangan selaput hati karena hemorrhagia
3) Gangguan penglihatan karena vasospasmus, oedema atau abratio
retinae (kabur sampai buta)
b) Data Objektif
1) Hypertensi (Systolis 160 mm/> dan diastolis 110 mmHg/>) diukur
2 kali dalam sekurangnya 6 jam, pasien dalam istirahat rebah .
2) Proteinuria 5 gram >/ 24 jam
3) Oliguri 400 cc / < 24 jam
4) Gangguan cerebral/penglihatan
5) Oedema paru /cyanosis
2. Eklamsia
Penyakit hypertensi yang akut dengan kejang dan koma pada wanita
hamil/nifas.
a. Data Subjektif
Gejala diawali dengan gejala preeklamsia dan selanjutnya disertai
dengan kegelisahan dan hyperrefleksi yang mendahului serangan
Page 79
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
kejang.
b. Data Objektif
Tingkatan Kejang :
1) Tingkatan Invasi (permulaan), kejang halus terlihat pada muka
2) Tingkatan kontraksi (kejang tonis), seluruh badan menjadi kaku
lama 15 sampai 20 detik
3) Tingkatan konvulsi (kejang clonis), terjadinya timbul hilang dan
kejang sangat kuat, lamanya 1 menit.
4) Tingkatan coma, terjadi setelah kejang clonis dan terjadi beberapa
menit sampai berjam-jam. Bila pasien sadar akan terjadi amnesi
retrograd
3. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian
atas uterus (Prawirohardjo, 2006). Plasenta previa adalah posisi plasenta
yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior (belakang) maupun
anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi os serviks (Varney, 2006)
a) Data Subjektif:
1) Perdarahan pada usia kehamilan >28 minggu (Trimester III)
2) Saat perdarahan tanpa sebab dan tidak nyeri
3) Perdarahan Cenderung berulang
4) Banyaknya Perdarahan
b) Data Objektif
1) Plasenta previa totalis (menutup seluruh ostium internum)
2) Plasenta previa lateralis (hanya sebagaian dari ostium tertutup
plasenta)
Page 80
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 81
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
c) Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak
melahirkan bahu.
6. Ruptur Uteri
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. (buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal). Rupture uteri adalah robeknya
dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau
tanpa robeknya perioneum visceral. Pasien nampak gelisah, ketakutan
disertai dengan perasaan nyeri di perut. Pada setiap datangnya his pasien
memegang perutnya dan mengerang kesakitan. Pernapasan dan denyut
nadi lebih cepat dari biasanya. Ada tanda dehidrasi pada partus yang lama
yaitu mulut kering, lidah kering dan haus, badan panas (demam), Pada
pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi seperti
edema porsio, vagina, vulva.
B. Diagnosa Kegawatdaruratan pada persalinan kala I dan II
1. Diagnosis preeklampsia:
a) TD sistolik ≥ 160 mmHg ATAU diastolik ≥ 110 mmHg
b) Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
c) Oligouria (< 400 ml dalam 24 jam)
d) Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
e) Nyeri epigastrium dan ikterus
f) Edema paru atau sianosis
g) Trombositopenia
h) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
2. Diagnosis eklampsia:
Gejala-gejala preeklampsi disertai kejang atau koma
3. Diagnosis plasenta previa
a) Anamnesis. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya
Page 82
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 83
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 84
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
2. Placenta Previa
a) PERHATIAN! tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan inspekulo di lakukan secara hati hati, untuk menentukan
sumber perdarahan.
b) Lakukan penilain jumlah perdarahan.
c) Stabilisasi
Page 85
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 86
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 87
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 88
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 89
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
IV. Rangkuman
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di
Indonesia masih sangat tinggi. Menusut survei demografi dan kesehatan
indonesia (SDKI) tahun 2012. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Page 90
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. AKI mencapi 359 per 100.000 kelahiran
hidup dan AKB mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu kejadian fisiologis yang
normal dalam kehidupan manusia. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan
normal, dan hanya 15-20% terjadi komplikasi persalinan. Namun jika tidak
ditangani dengan baik, angka kejadian komplikasi tersebut dapat meningkat.
V. Evaluasi Formatif
a. Histerektomi
b. Konserfatif
c. Histerorafia
d. Laparatomi
e. insisi
5. Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasentadari
tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Defenisi dari kalimat di atas
adalah pengertian dari ?
a. Pre Eklamsia
b. Eklamsia
c. Plasenta Previa
d. Solusia Plasenta
e. Atonia Uteri
Page 92
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 10
Asuhan Kegawatdaruratan Pada Persalinan Kala III dan
IV
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami asuhan kegawatdaruratan pada persalinan kala III dan IV.
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengkajian kegawatdaruratan pada
persalinan kala III dan IV dengan benar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosa kegawatdaruratan pada
persalinan kala III dan IV dengan benar
3. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan
asuhan kegawatdaruratan pada kasus atonia uteri, laserasi jalan lahir,
retensio plasenta, sisa plasenta dengan benar
Page 93
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 94
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
uterus.
2) Penatalaksanaan Kala III yang salah.
Page 95
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 96
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari laserasi jalan lahir
b) Faktor Resiko
1) Faktor maternal
(a) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
(sebab paling sering)
(b) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
(c) Partus diselesaikan secara tergesa – gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan
(d) Edema dan kerapuhan pada perineum
(e) Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
(f) Arcus pubis dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior
(g) Perluasan episiotomi
2) Faktor janin
(a) Bayi yang besar
(b) Posisi kepala ynag abnormal – misalnya presentasi muka dan
occipitoposterior
(c) Kelahiran bokong
(d) Ekstraksi forcep yang sukar
(e) Distosia bahu
(f) Anomali kongenital, seperti hidrocephalus
c) Etiologi
1) Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu di hindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
2) Robekan/laserasi jalan lahir diakibatkan episiotomi, robekan perineum
spontan, trauma forceps atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi.
Page 97
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
3. Retensio Plasenta
a) Pengertian
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan
melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan
yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila
retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan
ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta.
1) Etiologi
(a) Penyebab Retensio Secara fungsional
(b) His kurang kuat (penyebab terpenting)
(c) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut
tuba); bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis);
dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang
sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta
adhesive.
2) Secara patologi – anatomi:
(a) Plasenta akreta
(b) Plasenta inkreta
(c) Plasenta perkreta
3) Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
(a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
(b) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi
perdarahan, jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding
uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding
Page 98
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Sisa plasenta adalah suatu bagian dari plasenta, satu atau lebih lobus
tertinggal didalam uterus. Sisa plasenta (rest placenta) merupakan
tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat
menimbulkan pendarahan postpartum dini atau pendarahan postpartum
lambat yang biasanya terjadi dalam 6 -10 hari pasca persalinan.
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan pendarahan dan infeksi.
Pendarahan yang banyak dalam nifas hamper selalu disebabkan oleh sisa
plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta cavum uteri biasanya
menimbulkan pendarahan postpartum lambat.
Tertinggalnya plasenta atau selaput janin yang menghalangi
kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka.
Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal maka
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan. Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan
berkontraksi. Konstraksi dan relaksi otot- otot terus menyelesaikan proses
ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi sel miometrium tidak
relaksasi melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.
B. Diagnosa Kegawatdaruratan Pada Persalinan Kala II dan III
1. Diagnosa Atonia Uteri
Pada setiap perdarahan setelah anak lahir, perlu dipikirkan beberapa
kemungkinan karena penanganannya berbeda, jika dengan melalui
Page 99
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
perabaan melalui dinding perut, fundus uteri terasa keras dan darah yang
keluar berwarna merah segar, dapatlah dikatakan pada umumnya
perdarahan itu disebabkan oleh laserasi atau robekan pada salah satu
tempat dijalan lahir. Jika perabaan fundus uteri terasa lembek dan laserasi
telah disingkirkan, maka pada umumnnya perdarahan ini disebabkan oleh
Atonia uteri (Diro, 2009). Diagnose ditegakkan bila setelah bayi dan
plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal
dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih
dengan kontraksi yang lembek. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase)
pada daerah fundus uteri (Buku Asuhan Persalinan Normal, 2007).
2. Diagnosa Laserasi Jalan Lahir
Tanda atau gejala robekan vagina, perineum atau serviks antara lain,
terjadi plasenta keluar, terdapat perdarahan namun uterus berkontraksi,
pada inspeksi plasenta kotiledon plasenta lengkap. Laserasi dalam jalan
lahir memiliki derajat tertentu :
a) Laserasi derajat I :
1) Perlukaan terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior dan kulit
perineum.
2) Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina, fourchette dan
Page 100
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 101
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 103
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
a) Robekan perineum tingkat I : Dengan cut gut secara jelujur atau jahitan
angka delapan (figure of eight).
b) Robekan perineum tingkat II :
1) Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, harus
diratakan lebih dahulu
2) Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem
kemudian digunting
3) Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dengan catgut
secara terputus- putus atau jelujur. Jahitan mukosa vagina dimulai
dari puncak robekan, sampai kulit perineum dijahit dengan benang
catgut secara jelujur.
c) Robekan perineum tingkat III (Kewenangan dokter)
1) Dinding depan rektum yang robek dijahit
2) Fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut
kromik
3) Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit
dengan klem, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik.
4) Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II
d) Robekan perineum tingkat IV (Kewenangan dokter)
Dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan
dengan rencana tindakan perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota.
e) Robekan dinding Vagina
1) Robekan dinding vagina harus dijahit
2) Kasus kalporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah
sakit.
Ingatlah bahwa robekan perineum tingkat III dan IV bukan
kewenangan bidan untuk melakukan penjahitan.
2. Retensio Plasenta
Page 104
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 105
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
IV. Rangkuman
V. Evaluasi Formatif
1. Sisa plasenta adalah suatu bagian dari plasenta, satu atau lebih lobus
Page 106
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
b. WHO 1997
c. Saleha,2009
d. Sujiyatini 2011
e. Easteman
2. Penanganan Penatalaksanaan leserasi (robekan ) jalan lahir tergantung
pada robekan tinggkat II yaitu
1) Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, harus
diratakan lebih dahulu
2) Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem kemudian
digunting
3) Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dengan catgut secara
terputus- putus atau jelujur. Jahitan mukosa vagina dimulai dari
puncak robekan, sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut
secara jelujur.
4) Dinding depan rektum yang robek dijahit
5) Fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut
kromik
6) Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit
dengan klem, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik
Poin manakah yang menentukan Penanganan Penatalaksanaan leserasi
(robekan ) jalan lahir tergantung pada robekan tinggkat II yaitu :
a. 2). 3). 4). 1).
b. 4). 5). 6). 3).
c. 1). 2). 3).
d. 1). 2). 3). 4). 5). & 6).
e. 6). 5). 1). 4).
3. Menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus
retensio plasenta adalah:
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan, jika
dapat dirasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika perlu, lakukan kateterisasi
kandung kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berikan oxitosin 10 unit IM.
4) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
Page 107
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 108
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 12
Asuhan Kegawatdaruratan pasca persalinan
I. Tujuan Pembelajaran
Page 109
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami asuhan kegawatdaruratan pada pasca persalinan.
B. Khusus
1. Mahasiwa dapat menjelaskan pengkajian kegawatdaruratan pada
pasca persalinan dengan benar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosa kegawatdaruratan pada
pasca persalinan dengan benar
3. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan asuhan
kegawatdaruratan pada kasus endometritis, abses pelvic, peritonitis,
bendungan payudara, infeksi payudara, infeksi perineum/laserasi jalan
lahir dengan benar
Page 110
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
2. Abses Pelvic
a) Pengertian Abses Pelvic
Abses Pelvis adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.
Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam
rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim),
Page 112
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 113
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Page 114
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 115
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
1. Endometritis
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis
endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan
rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi. Pemeriksaan vaginal dapat
dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya
lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di
daerah vaginadan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding
rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan
sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran
mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi
uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan
histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan
pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per rectum adalah teknik
yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual
Page 116
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 117
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
3. Peritonitis
Gambaran klinisnya tergantung pada luas peritonitis, berat peritonitis
dan jenis organisme yang bertanggung jawab. Peritonitis dapat lokal,
menyebar, atau umum.
a) Peritonitis Bakteri Primer
1) Nyeri abdomen
2) Demam
3) Nyeri lepas tekan
4) Bising usus yang menurun atau menghilang
b) Peritonitis Bakteri Sekunder
1) Adanya nyeri abdominal yang akut
2) Nausea, vomitus
3) Syok (hipovolemik, septik, dan neurogenik)
4) Demam, distensi abdominal, nyeri tekan abdomen dan rigiditas
yang local
5) Difus atau umum dan secara klasik bising usus melemah atau
menghilang
c) Peritonitis bakterial kronik (tuberculous)
1) Adanya keringat malam
2) Kelemahan
3) Penurunan berat badan
4) Distensi abdominal
d) Peritonitis granulomatosa
1) Nyeri abdomen yang hebat
2) Demam dan adanya tanda-tanda peritonitis lain yang muncul 2
minggu
e) Pemeriksaan Toucher
Page 118
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
4. Bendungan Payudara
Page 119
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
a) Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan
sesudah itu dengan tangan keatas, selagi pasien duduk kita akan
melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat
pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan
apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.
b) Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih
dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral. Palpasi ini harus
meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila
belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal. Untuk
pemeriksaan orang sakit harus duduk. Tangan aksila yang akan
diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan
palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si
penderita, misalnya kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,
tangan kiri dokter mengadakan palpasi.
5. Infeksi Payudara
Umumnya diagnosa infeksi payudara sangatlah mudah yaitu dengan
adanya gejala–gejala di atas disertai dengan pemeriksaan fisik pada
payudara yang mengalami infeksi, seorang dokter sudah bisa
mendiagnosa infeksi payudara. Adapun pemeriksaan pelengkap untuk
mendiagnosa infeksi payudara adalah dengan kultur bakteri untuk
mengetahui jenis bakterinya, dan biopsi untuk mengambil contoh jaringan
payudara yang mengalami infeksi dan sudah mengalami abses.
Pemeriksaan lainnya adalah mammografi.
Page 120
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 121
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
3. Penatalaksanaan Peritonitis
Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena
syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan
Page 122
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 123
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
a) Basuh vagina dan sekitarnya dengan ir bersih setiap habis buang air
kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) hingga bersih. Basuh dari arah
depan ke belakang, hingga tidak ada kotoran dari anus yang akan
menempel pada luka bekas jahitan.
b) Setelah vagina dibersihkan, segera ganti pembalut untuk mencegah
vagina lembab dan kotor.
c) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk bersih sampai
kering.
IV. Rangkuman
Endometritis, Abses Pelvic, Peritonitis, Bendungan Payudara, Infeksi
Payudara, Infeksi Perineum/laserasi jalan lahir harus di tangani dengan
benar dan tepat agar tidak terjadi kegawatdaruratan pada ibu pasca
bersalin.
Page 124
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
V. Evaluasi Formatif
1. Uterus atau rahim adalah organ reproduksi utama pada perempuan
dimana pada organ tersebut janin bayi berkembang Selama kehamilan.
Endometritis dapat menimbulkan beberapa gejala dibawah ini, seperti:
a. Terdapat perdarahan yang normal.
b. Perut terasa kembung
c. Pembengkakan abdomen/ perut
d. Gangguan pola tidur.
e. adanya cairan dan discharge vagina yang normal
2. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa
infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokhea yang sedikit dan tidak berbau. Gambaran klinik dari endometritis:
a. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
b. Gangguan pola tidur.
c. Perut terasa kembung
d. Kontraksi uterus baik
e. Kandung kemih penuh
3. Abses pelvis terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam
hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit
radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah:
a. Neiserreia Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis
b. Gonorrhoeae Chlamydia dan Neiserreia.
c. Neiserreia dan Gonorrhoeae Chlamydia.
d. Chlamydia trachomatis dan Gonorrhoeae Chlamydia.
e. Trachomatis dan Gonorrhoeae Chlamydia.
4. Biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan
nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai
oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii.
Dari peryataan tersebut merupakan gejala dari ?
a. Abses Pelvik
b. Endometriosis
c. Keputihan
d. Peritonitis
e. Gonorea
5. 1). Penyebab Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Page 125
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 13
Asuhan Kegawatdaruratan Pada Neonatal
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu memahami asuhan kegawatdaruratan pada neonatal.
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengkajian kegawatdaruratan pada
neonatus dengan benar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kegawatdaruratan pada neonatus
dengan benar
3. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan asuhan
kegawatdaruratan pada kasus asfiksia, BBLR, prematur, hipotermi,
hipoglekemia, hiperblirobinemia, kejang dan infeksi neonaturum
dengan benar
Page 126
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
1. Asfiksia Neonatorum
a) Pengertian
Page 127
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
b) Etiologi
1) Faktor genetik / kromosom
2) Infeksi
3) Bahan toksit
4) Radiasi
5) Disfungsi plasenta
6) Faktor nutrisi
Page 128
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
2) Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus
multi ganda, cidera radiasi.
c) Karakteristik Bayi Prematur :
1) Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
2) Kepala dan badan disporposional
3) Kulit tipis dan keriput
4) Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
Page 129
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 130
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
b) Patofisiologi
1) Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir
di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.
2) Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia
otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan
pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Page 131
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 132
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
c) Manifestasi Klinis
1) Kulit berwarna kuning sampe jingga
2) Pasien tampak lemah
3) Nafsu makan berkurang
4) Reflek hisap kurang
5) Urine pekat
6) Perut buncit
7) Pembesaran lien dan hati
8) Gangguan neurologik
9) Feses seperti dempul
10) Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
Page 133
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
b) Etiologi
1) Metabolik
(a) Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus
cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat
badan lahir rendah. Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala.
Gejala dapat berupa serangan apnea, kejang sianosis, minum
lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir rendah,
bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes
melitus, asfiksia.
(b) Hipokalsemia
Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8
mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4
MEq/L
Page 134
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 135
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 136
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 137
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 138
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 139
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 140
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
e) Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang
diduga menderita korioamnionitis
f) Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk
jitteriness, tachypnea, hypotonia, makan yang buruk, apnea,
ketidakstabilan temperatur, kejang, dan kelesuan
g) Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan
hipoksia yang signifikan, gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang
dari 5, terisolasi hepatomegali (mungkin glikogen-penyimpanan
penyakit), mikrosefali, cacat garis tengah anterior, gigantisme,
Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin Beckwith-Wiedemann
Syndrome), atau kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan atau
ibunya ada di terbutalin, beta blocker, atau agen hipoglikemik oral
h) Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan.
Konsentrasi insulin yang tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia
didokumentasikan. Hiperinsulinisme neonatal Transient terjadi pada
bayi makrosomia dari ibu diabetes (yang telah berkurang sekresi
glukagon dan siapa produksi glukosa endogen secara signifikan
dihambat). Secara klinis, bayi ini makrosomia dan memiliki tuntutan
yang semakin meningkat untuk makan, lesu intermiten, jitteriness, dan
kejang jujur.
6. Hiperbilirubinemia
a) Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl
antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak
fisiologis Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12
mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari
14mg/dl tidak fisiologis.
b) Pemeriksaan radiology
Page 141
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 142
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
c) Riwayat kelahiran
1) Trauma lahir
2) Lahir asfiksia
3) Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
d) Pemeriksaan Kelainan Fisik
1) Kesadaran
2) Suhu tubuh
3) Tanda-tanda infeksi lain
4) Penilaian kejang: bentuk kejang, gerakan bola mata abnormal,
nistagmus, gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka,
timbulnya episode apnea, adanya kelemahan umum yang
periodik, tremor, gerakan klonik sebagian ekstremitas, tubuh
kaku,Lama kejang.
e) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan gula darah, elektrolit darah, AGD, darah tepi, lumbal
pungsi EKG,EEG,Biakan darah,Titer untuk toksoplasmosis, rubela,
citomegalovirus, herpes,Foto rontgen kepala,USG kepala.
8. Infeksi Neonaturum
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik:
Organsisme penyebab terjadinya infeksi bisa diketahui dengan melakukan
pemeriksaan mikroskopis maupun pembiakan terhadap contoh darah, air
kemih maupun cairan dari telinga dan lambung. Jika diduga suatu
meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal. Bila ditemukan satu atau lebih
faktor resiko infeksi adalah sebagai berikut:
a) Ibu selama melahirkan demam ( suhu > 38.5 oC).
b) Ibu leukositosis ( lekosit > 1500/ mm3).
c) Air ketuban keruh dan atau berbau busuk.
d) Ketuban pecah >12 jam sebelum lahir.
e) Partus kasep
Page 143
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Langkah diagnosis :
a) Indikasi faktor resiko infeksi yang didiagnosa tersangkan infeksi.
b) Tetapkan apakah kasus tersangka infeksi berkembang menjadi sepsis
neonatarum dengan mengamati munculnya gejala klinis serta kelainan
hasil pemeriksaan laboratorium
c) Untuk penderita yang telah mengalami kelainan klinis dapat dilakukan
dengan identifikasi pemeriksaan secara cermat
d) Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin,pemeriksaan CRP dan
kultur darah.
e) Semua penderita sepsis neonatorum dilakukan lumbal fungsi untuk
melihat apakah sudah terjadi komplikasi, batasan minignitis :
1) Usia 0-48 jam > 100
2) Usia 2-7 hari > 50
3) Usia > 7 hari > 22
f) Bila ada alat ultrasonografi (USG), maka USG transfontanel bisa
membantu menegakkan diagnosis meningitis.
C. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada neonatus
1. Asfiksia
Pertolongan pertama untuk mengatasi asfiksia pada neonaturum
ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam membatasi
gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan hari. Tindakan
pada bayi asfiksia disebut resusitasi bayi baru lahir
Langkah-langkah resusitasi :
a) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh
bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
b) sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas
yang datar.
c) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
Page 144
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
d) Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut
sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
e) Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi
dan mengusap-usap punggung bayi.
f) Nilai pernafasan Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai
warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru
beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi
tekanan positif.
Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan
positif. Ventilasi tekanan positif / VTP dengan memberikan O2100 %
melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan
mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri
bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,
hasil kalikan 10.
100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV,
disertai kompresi jantung.
< 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
Kompresi jantung
perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2
cara kompresi jantung :
1) Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
2) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain
menahan belakang tubuh bayi.
Page 145
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 146
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 147
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 148
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 149
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 150
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 151
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
c) Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan
alat bantu balon dan sungkup, diberikan oksigen dengan kecepatan 2
liter/menit
d) Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer di
tangan, kaki, atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu
berpenyakit diabetesmiletus dilakukan pemasangan infus melalui
vena umbilikostis
e) Bila infus sudah terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5
mg/kg supositoria IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi, kemudian
di tambah luminal (fenobarbital 30 mg IM/IV)
f) Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
g) Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan
kecepatan 60 ml/kg BB/hari
h) Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor
penyebab kejang
1) Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit
DM
2) Apakah kemungkinan bayi prematur
3) Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia
4) Apakah kemungkinan ibu bayi mengidap/menggunakan narkotika
i) Bila sudah teratasi di ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium
untuk mencari faktor penyebab kejang, misalnya :
1) Darah tepi
2) Elektrolit darah
3) Gula darah
4) Kimia darah (kalsium, magnesium)
j) Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal
k) Obat diberikan sesuai dengan hasil penelitian ulang
Page 152
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
8. Infeksi Neonaturum
a) Terapi Suportif
Segera berikan cairan secara parentral untuk memperbaiki
gangguan sirkulasi, mengatasi dehidrasi dan kelainan metabolik.
Berikan oksigen bila didapat gangguan respirasi/sodroma gawat
napas.bila ditemukan hiperbiliribinemia lakukan foto terapi/tranfusi
tukar. Bila sudah makan per oral beri ASI atau susu formula.
b) Terapi Spesifik
Segera berikan anti biotika polifragmasi :
Tersangka infeksi.
1) Ampisilin, dosis 100 mg/kg BB/ hari.dibagi 2 dosis
2) Gentamisin, dosis 21/2 mg/ kgBB/ 18jam. Im sekali pemberian
untuk bayi cukup bulan.
3) Gentasimin, dosis 21/2 kgBB/24 jam, sekali pemberian, untuk bayi
kurang bulan.
4) lama pemberian 3-5 hari dinilai apakah menjadi sepsis. Kalau tidak
antibiotika,dapat dihentikan.
Sepsis Neonatorum
1) Pilihan pertama : Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis.
2) Bila tidak ada perbaikan klunis dalam 48 jam atau keadaan umum
semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika lain
yang lebih paten, misalnya : 20 mg/kg/BB iv, tiap 8jam, atau sesuai
dengan hasil resistensi test. Lama pemberian 7-10 hari.
Sepsis Neonatorum Dengan Meningitis
Sama dengan butir dua, dengan catatan : dosis ceftazidim 100
mg/kgBB/hari, dosis menjadi 40 mg/kgBB/hari, dengan lama
Page 153
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 154
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
IV. Rangkuman
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. BBLR
adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. (Dep Kes.
RI, 2001 : 122). Prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan
lahir. (Donna L Wong 2004) Bayi premature adalah bayi yang lahir
sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi
terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. Hipotermi
adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C.
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipoglikemi adalah keadaan
hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L).
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus
atau dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak). Menurut Brown
(1974) kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan
secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi
otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak. Sepsis neonatorum
adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan
terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum
Page 155
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
V. Evaluasi Formatif
Page 157
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Kegiatan Belajar 15
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
I. Tujuan Pembelajaran
A. Umum
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, diharapkan peserta didik
mampu melakukan pendokumentasian kehamilan pada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
B. Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dokumentasi dengan benar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan dan fungsi dokumentasi dengan
benar
3. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip pendokumentasian dengan
benar
4. Mahasiswa dapat menjelaskan manfaat pendokumentasian dengan benar
Page 158
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 159
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 160
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 161
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 162
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 163
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 164
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
2. Sistem pencatatan
a) Model naratif
b) Model orientasi masalah
c) Model fokus
Beberapa prinsip dalam membuat dokumentasi harusnya seperti
berikut :
a) Simplicity (kesederhanaan)
b) Pendokumentasian menggunakan kata-kata yang
sederhana,mudah dibaca, dimengerti dan perlu dihindari istilah
yang dibuat-buat sehingga mudah dibaca
c) Conservatism
Dokumentasi harus benar-benar akurat yaitu didasari oleh
informasi dari data yang dikumpulkan.dengan demikian jelas
bahwa data tersebut berasal dari pasien, sehingga dapat dihindari
kesimpulan yang tidak akurat.sebagai akhir catatan ada tanda
tangan dan nama jelas pemberi asuhan
d) Kesabaran
Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi dengan
meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran kebenaran
terhadap data pasien yang telah atau sedang diperiksa
e) Precision (ketepatan)
Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang
sangat diperlukan.untuk memperolehh ketepatan perlu
pemeriksaan dengan menggunakan teknologi yang lebih tinggi
Page 165
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 166
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
IV. Rangkuman
V. Evaluasi Formatif
Page 167
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
a. Rumah makan
b. Tempat wisata
c. Rumahsakit, puskesmas, rumah bersalin, dan BPS
d. Restorant
e. Tempat beribadah
3. Dokumentasi sebagai sarana untuk komunikasi, sebagai tanggung jawab
Page 168
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Tugas Mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Page 169
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 170
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Page 171
MODUL TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL
Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. 2013. Buku Penanganan Penderita
Gawat Darurat Obstetri Neonatal. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Maryunani A, Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada
Neonatus. TIM. Trans Info Media. Jakarta
Noris, M., Perico, N. & Remuzzi, G., 2005. Mechanisms of disease: Pre-eclampsia.
Nature clinical practice. Nephrology, 1(2), pp.98–114; quiz 120.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal, YBPSP, Jakarta.
SA¡nchez-Aranguren, L.C. et al., 2014. Endothelial dysfunction and preeclampsia:
role of oxidative stress. Frontiers in Physiology, 5(October), pp.1–11.
Available at: http : // journal. frontiersin. org / journal / 10.3389 / fphys.
2014. 00372 / full.
Sankaralingam, S. et al., 2006. Preeclampsia: current understanding of the
molecular basis of vascular dysfunction. Expert reviews in molecular
medicine, 8(3), pp.1–20.
Yulianti D. 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan. EGC.
2005
Page 172