Di Susun Oleh :
P1337424417048
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi
Balita dan Anak usia prasekolah.
Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita dan
Anak usia prasekolah di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Semarang Poltekkes
Kemenkes Semarang. Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari adanya
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Ambarwati, SST selaku pembimbing klinik Asuhan Kebidanan
Neonatus Bayi Balita dan Anak usia prasekolah
2. Ibu Elisa Ulfiana, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing institusi
3. Keluarga yang selalu mendukung penulis.
4. Semua pihak yang ikut membantu penulisan laporan yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi asuhan kebidanan pada balita sakit sesuai dengan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Bangetayu?
C. Tujuan
Untuk mengetahui aplikasi asuhan kebidanan pada anak balita sesuai
dengan Manajemen Terpad Balita Sakit di Puskesmas Bangetayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Balita
Menurut Marmi dan Raharjo (2012), bayi lima tahun atau yang
sering disingkat sebagai balita merupakan salah satu periode usia
manusia setelah bayi sebelum masa anak awal. Sedangkan menurut
Septiari (2012) anak balita adalah anak yang menginjak usia di atas 1
tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah 5 tahun.
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun) (Sutomo dan Anggraeni,2010).
B. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah radang akut
saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru.ISPA merupakan masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, reketsia) ke dalam saluran
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari (Wijayaningsih, 2013).
C. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan
ricketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
Miksovirus (termasuk didalamnya virus influensa, virus para-
influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptokokus
hemolitikus, stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus influenza,
Bordetella pertusis, Korinebakterium diffteria. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebaran ISPA adalah bakteri
stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang berada di
udara bebas masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian
atas (Wijayaningsih, 2013). Faktor lain yang menyebabkan ISPA
mudah menjangkit adalah lemah dan belum sempurnanya
kekebalan tubuh bayi, sehingga lebih mudah terjangkiti ISPA.
Rendahnya asupan gizi, status gizi kurang dan buruknya sistem
sanitasi lingkungan juga diperkirakan berkontribusi dalam
kejadian ISPA terlebih lagi apabila ada peralihan dari musim
kemarau ke musim hujan (Wijayaningsih, 2013).
D. Patofisiologi ISPA
ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
ricketsia.Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran
nafas. Pada paparan pertama virus akan menyebabkan mukosa
membengkak dan menghasilkan banyak lendir sehingga akan
menghambat aliran udara melalui saluran nafas. Batuk merupakan
mekanisme pertahan tubuh untuk mengeluarkan lendir keluar dari
saluran pernafasan. Bakteri dapat berkembang dengan mudah
dalam mukosa yang terserang virus, sehingga hal ini menyebabkan
infeksi sekunder, yang akan menyebabkan terbentuknya nanah dan
memperburuk penyakit (Nurhidayah, dkk, 2008).
b. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan di tambah satu atau lebih gejala
berikut:
1) Pernafasan cepat tanpa stridor
2) Gendang telinga merah
3) Sakit/keluar cairan dari telinga kurang dari 2 minggu
4) Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe
leher yang nyeri tekan.
c. ISPA berat
Meliputi gejala ISPA sedang / ringan tambah satu atau lebih
gejala berikut:
1) Pernafasan cepat dan stridor
2) Membran keabuan di faring
3) Bibir / kulit kebiruan (sianosis)
4) Kejang, apnea, dehidrasi berat
F. Klasifikasi ISPA
Menurut Kementrian Kesehatan RI pada buku bagan manajemen
terpadu balita sakit tahun 2016 klasifikasi nya yaitu sebagai berikut
:
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik
napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta). Atau saturasi oksigen <90%
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah
untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan
untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Batuk bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat.
H. Pencegahan
Bagian yang penting dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular adalah dengan memutus rantai penularan.
Pemutusan rantai penularan dapat dilakukan dengan menghentikan
kontak agen penyebab penyakit dengan pejamu.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
Pneumonia pada anak antara lain (Wijayaningsih, 2013):
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik
diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak
yang mengandung cukup gizi.
Dalam penelitian Siwi,Bejo dan Kusuma yang berjudul
“Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten”
disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian pneumonia. Gizi kurang akan merusak sistem
pertahanan mekanik, sehingga mudah sekali terkena penyakit
infeksi seperti pneumonia.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya
tahan tubuh terhadap penyakit baik.
Dalam penelitian Feby,zulhaida, dan Ernawati yang berjudul
“Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Sawit
Kabupaten Langkat Tahun 2017” semakin lengkap status
imunisasi maka kejadian infeksi saluran pernapasan akut
semakin kecil.
Dalam penelitian puspita dan vitawati yang berjudul
“Hubungan Pemberian Imunisasi DPT Dan Campak Terhadap
Kejadian Pneumonia Pada Anak Usia 10 Bulan-5 Tahun Di
Puskesmas Sagurara Kota Palu Tahun 2015” pemberian
imunisasi lengkap sebelum anak mencapai usia 1 tahun anak
akan terlindung dari berbagai penyakit yang paling utama
adalah infeksi saluran pernafasan. Dengan pemberian
imunisasi berarti mencegah kematian pneumonia yang
diakibatkan oleh komplikasi penyakit campak dan pertusis.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan rumah agar
tetap bersih.
Dalam penelitian suryani,suharyo,dan sidartani yang
berjudul ”faktor risiko lingkungan yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita” anak yang tinggal
didalam rumah yang bersih dan berventilasi baik memiliki
angka indeks ISPA yang lebih rendah dibanding anak yang
berada dalam rumah yang berventilasi buruk.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien pneumonia .
Salah satunya adalah dengan memakai penutup hidung dan
mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau
orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
e. Menghindari anak dari paparan langsung asap rokok
Dalam penelitian Dinar,Moch,dan Rara yang berjudul
“Hubungan Antara Faktor Perilaku Orangtua Dengan Kejadian
Pneumonia Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota
Malang” terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan
merokok didalam rumah dengan kejadian pneumonia balita.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa balita yang memiliki
anggota keluarga merokok didalam rumah memiliki resiko
lebih tinggi terjangkit pneumonia dibandingkan dengan balita
yang tidak memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam
rumah.
I. Upaya penatalaksanaan
Menurut Kementrian Kesehatan RI pada buku bagan manajemen
terpadu balita sakit tahun 2016 upaya penatalaksaan nya yaitu
sebagai berikut :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik
napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta). Atau saturasi oksigen <90%
Upaya penatalaksanaan :
Berikan oksigen maksimal 2-3 liter per menit dengan
menggunakan nasal prong dan berikan dosis pertama antibiotik
yang sesuai jika keadaan tidak membaik rujuk segera ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah
untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan
untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Upaya penatalaksanaan :
Berikan amoxicilin selama 3 hari atau 5 hari, beri pelega
tenggorokan dan pereda batuk yang aman, obati wheezing bila
ada, apabila batuk >14 hari atau wheezing berulang lakukan
rujukan untuk pemeriksaan lanjutan, dan lakukan kunjungan
ulang 2 hari.
c. Batuk bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat.
Upaya penatalaksanaan :
Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, obati
wheezing bila ada, apabila batuk >14 hari lakukan rujukan
untuk pemeriksaan batuk karena sebab lain , apabila batuk >21
hari lakukan rujukan untuk pemeriksaan TB, apabila wheezing
berulang rujuk untuk pemeriksaan lanjutan dan lakukan
kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT
PADA An. N UMUR 1 TAHUN 3 BULAN
DENGAN BATUK BUKAN PNEUMONIA DI PUSKESMAS BANGETAYU
I. PENGKAJIAN
II. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : An. M
5. Riwayat Imunisasi :
Pemberian Usia
Jenis imunisasi
Sudah 0 hari
Hb 0
DPT-HB-Hib3
Sudah 4 bulan
OPV 4
IPV
Sudah 9 bulan
MR
Sudah 24 bulan
MR lanjutan
2. Pengukuran antropometri:
BB : 9 KG
PB : 79 CM
3. Status Present:
Kepala : rambut hitam, tidak ada benjolan abnormal
Muka : sedikit pucat, tidak oedema
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak kuning
Hidung : hidung tersumbat dan terdapat sekret, tidak ada polip,
simetris
Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada labiopalatosis
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan
abnormal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan
vena jugularis. Tidak ada nyeri tekan
Dada :simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada nyeri
tekan
Pulmo : terdapat wheezing, tidak ada ronkhi .
Abdomen : tidak ada pembesaran limpa dan hepar, tidak kembung
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung : tidak ada kelainan tulang punggung
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : ekstrimitas atas dan bawah pergerakan normal, tidak ada
oedem, jari lengkap, kuku bersih dan tidak pucat
Kulit : Turgor kulit baik,tidak sianosis, tidak ikterik
V. ANALISA
An N usia 1 tahun 3 bulan dengan batuk bukan pneumonia
VI. PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu hasil pemeriksaan An. N kepada ibunya
Hasil: ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada anaknya dan merasa lega
2. Memberi tahu ibu bahwa batuk yang diderita anaknya adalah batuk
bukan pneumonia
Hasil: ibu merasa lega dan tersenyum
3. Memberitahu ibu untuk tidak memberikan es, makanan pemicu batuk
dan coklat terlebih dahulu kepada anaknya
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan anjuran
4. Memberitahu ibu untuk menghindarkan anaknya terlebih dahulu dari
keluarga atau orang yang sedang batuk dan orang yang sedang merokok
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
5. Memberikan obat pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
serta menjelaskan bagaimana cara pemberiannya
Hasil : ibu mengerti dan bersedia memberikan untuk anaknya
6. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 5 hari lagi jika batuk,pilek dan
demam yang di derita anaknya belum membaik
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk segera memeriksakan anaknya
ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Anak balita adalah anak yang menginjak usia di atas 1 tahun atau
lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah 5 tahun. Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Penyakit tersering yang banyak diderita pada anak balita
diantaranya penyakit yang menyangkut infeksi saluran pernafasan akut
seperti halnya batuk,pilek, diare,demam. Batuk pilek dan menjadi penyakit
tersering yang di alami oleh balita . Batuk dan demam merupakan faktor
risiko untuk pengembangan pneumonia. Oleh karena itu Diagnosis
memainkan peran penting dalam perawatan medis .Salah satu
tantangan yang paling penting dalam manajemen pneumonia adalah
diagnosis dini dan tepat apa klasifikasi penyakit yang sedang di derita
oleh balita tersebut apakah masuk ke dalam pneumonia berat,
pneumonia atau batuk bukan pneumonia agar memberikan
penatalaksanaan yang tepat dan sesuai sehingga bisa tertangani dengan
baik.
B. Saran
1. Untuk ibu dan keluarga
Diharapkan dapat mengikuti apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
demi kesehatan ibu nifas
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber
pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas bagi
masyarakat
3. Bagi Penulis
Penulis diharapkan selalu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan referensi
pembelajaran untuk selanjutnya.
5. Bagi Puskesmas/Tempat PKL
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan puskesmas atau temapat PKL
dapat menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memberikan asuhan
kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo, B dan Anggraeni,DY. 2010. Menu Sehat Alami untuk Balita dan
Batita. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta