Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA An.L UMUR 1 TAHUN 3 BULAN


DENGAN ISPA RINGAN DI PUSKESMAS
DANAU SEMBULUH

Oleh :

SELVIANA YUNITA SARI

NIM. 201908091

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA An.L UMUR 1


TAHUN 3 BULAN DENGAN ISPA” di Puskesmas Danau Sembuluh telah
disetujui oleh pembimbing.

Hari/tanggal : Juli 2020

Seruyan, Juli 2020


Mahasiswa

Selviana Yunita Sari

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Ita Eko Suparni,S.siT.M.Keb Rina,Amd.Keb

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Asuhan Kebidanan Pada
An.L Umur 1 Tahun 3 Bulan Dengan ISPA Di Puskesmas Danau Sembuluh.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun laporan ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu
penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu selama penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini karena keterbatasan pengetahuann dan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu kritik dan saran yang bermanfaat guna perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini sangat penulis harapkan.

Seruyan, Juli 2020

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................3
1.4Manfaat.....................................................................................................4
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1 Kajian dari sumber pustaka....................................................................10
2.2 Kajian dari jurnal penelitian...................................................................25
BAB 3 Tinjauan Kasus
3.1 Data subjektif.........................................................................................26
3.2 Data Objektif..........................................................................................31
3.3 Analisa ...................................................................................................34
3.5 Implementasi..........................................................................................35
3.6 Evaluasi..................................................................................................38
BAB 4 Pembahasan
4.1 Pembahasan............................................................................................39
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan.............................................................................................43
5.2 Saran.......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut

yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti

sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Irianto, 2015). Menurut WHO (2007),

ISPA menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit

menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun,

98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Kelompok yang

paling berisiko adalah balita, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-

negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.

Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan pertama

penyebab kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47% (2014) dan 63,45%

(2015). Selain itu, penyakit ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit

terbanyak di rumah sakit (Kemenkes RI, 2015). Terdapat lima Provinsi dengan

ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%),

Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Karakteristik penduduk

dengan ISPA yang tertinggi berdasarkan umur terjadi pada kelompok umur 1- 4

tahun (25,8%). Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk kondisi

ekonomi menengah ke bawah (Kemenkes, 2013).

Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dampak

yang ditimbulkan sangat besar terhadap penderita tidak hanya pada anak-anak

tetapi juga orang dewasa. Selain itu penyakit ISPA juga dapat menjadi pemicu dari
penyakit-penyakit lainnya dan berkembang menjadi penyakit yang berbahaya

seperti pneumonia bahkan dapat menimbulkan kematian (Najmah, 2016).

Pengendalian penyakit ISPA memerlukan upaya promosi kesehatan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat dan mampu

mengembangkan kesehatan serta terciptanya lingkungan yang kondusif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapatkan suatu perumusan

masalah yaitu “ Bagaimana Penerapan Asuhan Kebidanan Pada An.L Umur 1 Tahun

3 Bulan Dengan ISPA Di Puskesmas Danau Sembuluh dengan Pendokumentasian

SOAP”

1.3 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada An.L Umur 1

Tahun 3 Bulan Dengan ISPA secara komprehensif

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif Pada An.L Umur 1 Tahun 3 Bulan

Dengan ISPA di Puskesmas Danau Sembuluh

b. Melakukan pengkajian data objektif Pada An.L Umur 1 Tahun 3 Bulan

Dengan ISPA di Puskesmas Danau Sembuluh

c. Melakukan Analisa Pada An.L Umur 1 Tahun 3 Bulan Dengan ISPA di

Puskesmas Danau Sembuluh

d. Melakukan penatalaksanaan Pada An.L Umur 1 Tahun 3 Bulan Dengan

ISPA di Puskesmas Puskesmas Danau Sembuluh.


1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode penilaian pada para mahasiswa dalam melaksanakan

tugasnya dalam menyusun laporan, membimbing dan mendidik mahasiswa

agar lebih terampil dalam memberikan asuhan kebidanan serta sebagai

tambahan bahan referensi di perpustakaan tentang asuhan kebidanan pada

anak sakit.

1.4.2 Bagi Ibu dan Keluarga

Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu yang

mempunyai bayi tentang kesehatan nya.

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah

ada serta mutu pelayanan kesehatan.

1.4.3 Bagi Lahan Praktek

Menambah pengetahuan dan referensi tentang pemberian asuhan

kebidanan pada anak sakit keluarga dengan pendekatan manejemen

kebidanan

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 ISPA

1. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan

akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung

kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi

kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan

atau berurutan (Muttaqin, 2010).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari

saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya

seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat

infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang

berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

2. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA

antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus,

Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2012).

3. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan

dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2010):

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan


1) Pneumonia Berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah

atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan

yaitu 6x per menit atau lebih.

2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah

atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:

- Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari

½ volume yang biasa diminum)

- Kejang

- Kesadaran menurun

- Stridor

- Wheezing

- Demam / dingin.

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

1) Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah

ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat ndiperiksa anak harus

dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).

2) Pneumonia Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

- Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih


- Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.

3) Bukan Pneumonia

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada

napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :

- Tidak bisa minum

- Kejang

- Kesadaran menurun

- Stridor

- Gizi buruk

Klasifikasi ISPA adalah :

 ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala

batuk, pilek dan sesak.

 ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih

dari 39 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.


0

 ISPA berat

Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,

nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan

gelisah.

4. Penyebab penyakit ISPA


ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah

satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang

biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak

menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah

tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar

kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah

mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak

nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung

zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen

yang sangat berbahaya bagi kesehatan

5. Faktor resiko

Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :

a. Faktor Demografi

Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Jenis kelamin

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-lakilah

yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki

merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering

terkena polusi udara.

2) Usia

Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang

penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga

yang memasak sambil menggendong anaknya.


3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas

kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan

upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang

kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang

mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang

penyakit ISPA.

b. Faktor Biologis

Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu :

1) Status gizi

Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau

terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan

mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum air

putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan

tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga

dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh.

6. Tanda Gejala ISPA

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu

atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal

pada waktu berbicara atau menangis).

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C atau jika dahi anak diraba.
0

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala

dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari

satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu

tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung

jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan

arloji.

2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

5) campak.

6) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

7) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

8) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-

gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala

sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak

gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

7. Penatalaksanaan Kasus ISPA

a. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan

demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk

waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,

kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan

menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,

diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulangulang

yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada

bayi yang menyusu tetap diteruskan.

d. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan

cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

e. Lain-lain

- Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.

- Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan

dan menghindari komplikasi yang lebih parah.

- Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi

cukup dan tidak berasap.

- Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka

dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

- Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama

5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan

agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk

pemeriksaan ulang.
8. Pencegahan ISPA

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita

atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.

Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak

minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup,

kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh

yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga

dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun

orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita

supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh

virus / bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan

mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga

dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan

terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi

udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri

yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara
yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa

virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang

melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari

sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan

melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

2.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Jurnal Ilmiah

1. Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap Upaya

Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Oleh Ike Niki.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang terjadi pada

saluran pernafasan akut seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru yang bisa

berlangsung hingga kurang lebih 14 hari. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk

melihat hubungan antara pengetahuan tentang ISPA dan dukungan keluarga

terhadap upaya pencegahan penyakit ISPA. Populasi dalam penelitian ini adalah

ibu yang memiliki balita, dan dalam pengambilan sampel menggunakan Teknik

Simple Random Sampling didapatkan hasil 48 responden. Dalam upaya

pencegahan penyakit ISPA peneliti membedakan antara upaya pencegahan

dengan imunisasi dan non imunisasi. Hasil: Hubungan antara pengetahuan

dengan upaya pencegahan dengan imunisasi diperoleh hasil p=0.011 < α=0.05.

Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakit ISPA non

imunisasi, yaitu ASI Ekslusif (p=0,031), merokok dalam rumah (p=0.006),

penggunaan obat nyamuk (p=0.037), dan membuka jendela (p=0,008).


Hubungan antara dukungan keluarga dan upaya pencegahan penyakit ISPA

dengan imunisasi (p=0,047) dan non-imunisasi berupa status ASI Ekslusif

(p=0,0001). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan upaya

pencegahan dengan imunisasi dan non imunisasi (ASI eksklusif, merokok

dalam rumah, penggunaan obat nyamuk dan membuka jendela rumah). Ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan upaya pencegahan ISPA.

2. Peran Keluarga Dalam Penanganan Anak dengan Penyakit ISPA Di RSUD

Piru Oleh Dary

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk

menguraikan peran keluarga dalam penanganan anak dengan ISPA. Partisipan

dalam penelitian ini adalah 10 orang yang memiliki anak usia balita (1 – 5

Tahun) dengan penyakit ISPA. Hasil penelitian terhadap partisipan mengenai

peran keluarga dalam penanganan anak dengan penyakit ISPA meliputi tiga

tema yaitu: (1) pengetahuan keluarga, (2) peran keluarga, (3) pencegahan

penularan ISPA. Kesimpulan: Peran keluarga yang dilakukan dalam

penanganan anak dengan ISPA dengan cara pengobatan tradisional. Jika

pengobatan tradisional tidak membuahkan hasil barulah keluarga akan

membawa balitanya berobat ke RS untuk mendapatkan obat dari tenaga

kesehatan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA An.L UMUR 1 TAHUN 3 BULAN
DENGAN ISPA RINGAN DI PUSKESMAS
DANAU SEMBULUH

3.1 PENGKAJIAN

1.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh: Bidan Di : Puskesmas D.sembuluh

Pada tanggal : 04 Juli 2020 Pukul : 10.00 WIB

1.1.1 Identitas

Nama Anak : An.L

Umur : 1 Tahun 3 Bulan

Tanggal/jam lahir : 20-04-2019/02.00 WIB

Jenis kelamin : Perempuan

Nama Ibu : Ny.U Nama Ayah :Tn.Y

Umur : 26 Th Umur : 27 Th

Suku/ Bangsa : Dayak/indo Suku/ Bangsa : Dayak/indo

Agama : Islam Agama : Islam


Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan

Penghasilan :- Penghasilan : Rp.2.500.000/bl

Alamat : Sembuluh I Alamat : Sembuluh I

1.1.2 Keluhan datang

Ibu mengatakan alasan datang ke puskesmas adalah ingin

memeriksakan anaknya yang sejak tadi malam rewel karena pilek

dan ibu juga mengatakan anaknya belum diberi obat apapun sejak

semalam (1 hari)

1.1.3 Keluhan utama

Ibu mengatakan bahwa anaknya batuk, pilek, dan rewel.

1.1.4 Riwayat Kesehatan

a. Imunisasi

Ibu mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi lengkap sampai

dengan umur 9 bulan

b. Imunisasi lanjutan

Ibu mengtakan anak nya belum mendapatkan imunisasi lanjutan

c. Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan anaknya belum pernah menderita penyakit

apapun yang menyebabkan harus dibawa ke rumah sakit.

d. Riwayat penyakit sekarang


Ibu mengatakan anaknya sekarang rewel karena ada batuk dan

pilek sehingga susah tidur.

e. Riwayat penyakit keluarga/menurun

Ibu mengatakan dalam keluarga baik keluarga istri maupun

keluarga suami tidak ada riwayat penyakit menurun (Jantung,

Diabetes Milietus, Asma) dan riwayat penyakit menular (Hepatitis,

TBC, HIV/AIDS).

1.1.2 Riwayat Sosial

a. Yang mengasuh

Ibu mengatakan yang mengasuh anaknya adalah ibu sendiri

dan suaminya.

b. Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga

lain baik.

c. Hubungan dengan teman sebaya

Ibu mengatakan hubungan dengan temannya sebayanya baik

dan anaknya aktif bermain.

d. Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, bersih letak

rumah berdeketan dengan rumah yang lain.

1.1.3 Pola kebisaan sehari-hari (sebelum sakit dan selama sakit)

a. Nutrisi

1) Sebelum sakit
Pola nutrisi yang diberikan :

- Pagi jam : Ibu mengatakan pukul 07.30 WIB.

- Siang jam : Ibu mengatakan pukul 11.00 WIB.

- Malam jam : Ibu mengatakan pukul 17.00 WIB.

2) Selama sakit

Pola nutrisi yang diberikan :

- Pagi jam : Ibu mengatakan pukul 07.30 WIB.

- Siang jam : Ibu mengatakan pukul 11.00 WIB.

- Malam jam : Ibu mengatakan pukul 17.00 WIB.

Baik sebelum atau selama sakit tidak ada perubahan pola nutrisi.

Nutrisi yang diberikan ke anak berupa nasi, sayur, lauk, air

putih, susu formula, dan kadang diberikan biskuit.

b. Istirahat atau Tidur

1) Sebelum sakit :

- Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang selama 1-

2 jam.

- Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam selama

9-10 jam.

2) Selama sakit :

- Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang selama 1

jam.
- Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam selama

8-9 jam.

Ibu mengatakan bahwa anaknya menjadi susah tidur.

c. Mandi

1) Sebelum sakit :

- Pagi jam: Ibu mengatakan pada pukul 07.00 WIB.

- Sore jam : Ibu mengatakn pada pukul 16.00WIB.

2) Selama sakit :

- Pagi jam: Ibu mengatakan pada pukul 07.30 WIB.

- Sore jam : Ibu mengatakn pada pukul 16.00WIB.

d. Aktifitas

1) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif bermain.

2) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya menjadi rewel dan

tidak mau bermain.

e. Eliminasi

1) Sebelum sakit :

- BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 3-4 kali sehari warna

kuning pekat.

- BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dan

konsistensinya lembek.
2) Selama sakit :

- BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 3-5 kali sehariwarna

kuning pekat.

- BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dan

konsistensinya lembek.

1.2 DATA OBJEKTIF

1.2.1 Status generalis

a. Keadaan umum: Baik

b. Kesdaran : Composmentis

c. TTV : R : 33x/m

N : 110x/m

S : 39.9 ºC

d. BB/TB : 9.1 kg/105 cm

e. Lingkar kepala : 41 cm

1.2.2 Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.

b. Muka : Bersih, tidak ada oedema.

c. Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva merah muda ,

sklera putih.

d. Telinga : Kanan kiri simetris, bersih, tidak ada serumen.

e. Hidung : Simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih

dan encer, kulit hidung bagian luar tampak kemerahan.


f. Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak ada

stomatis, gusi tidak bengkak, tenggorokan kemerahan.

g. Leher : Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran

kelenjar limfe dan thiroid.

h. Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat

bernapas, tidak ada bunyi stridor dan tidak ada bunyi weezing.

i. Perut : Tidak ada benjolan, tidak kembung

j. Ekstermitas : Simetris kanan kiri, jari-jari lengkap, gerakan

aktif.

k. Genetalia : Labia mayor menutupi labia minor, terdapat klitoris

dan ada lubang vagina dan ureter .

l. Anus : Berlubang (positif)

1.2.3 Pemeriksaan tingkat perkembangan :

a. Belajar berdiri sendiri dengan berpegangan.

b. Dapat berjalan tanpa bantuan.

c. Memanggil ayah dengan kata "bapak", memanggil ibu dengan

kata "ibu".

1.2.4 Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan.

1.3 ANALISA

An.L umur 1 tahun 3 bulan dengan ISPA ringan

1.4 PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya bahwa anaknya

menderita ISPA ringan


“ Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya ”

2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang

seimbang pada anaknya yaitu makanan yang mengandung karbohidrat

(nasi), protein (lauk pauk), mineral (sayuran), lemak (minyak kelapa

dan minyak ikan) dan vitamin (buah dan sayur) dan cairan

secukupnya.

“Ibu bersdia untuk memenuhi kebutuhan cairan, nutrisi pada anaknya”

3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan anaknya dan lingkungan

yaitu dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang anak

dan membersihkan lingkungan di sekitar rumah agar terbebas dari

penyakit.

“ Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan anaknya ”

4. Menganjurkan ibu untuk membersihkan hidung jika anak pilek

menggunakan tissu dan kain bersih.

“ Ibu bersedia untuk membersihkan hidung jika anak pilek ”

5. Menganjurkan ibu untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat

cukup yaitu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 10 jam.

“ Ibu bersedia untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat cukup

6. Memberikan terapi berupa

PCT syrup 3x1/2

Obat puyer : ambroxrol, vit C, Dexamethason, CTM 3 tab, x bungkus.

3x1.
“ Ibu bersedia untuk memberikan obat ke anaknya ”

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang kepuskesmas

apabila anaknya belum sembuh atau ada keluhan lain langsung segera

datang ke fasilitas kesehatan terdekat.

“ Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang untuk

pemeriksaan pada anaknya ”

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 23-04-2020 Pukul : 11.30 WIB

S : Ibu mengatakan anaknya sudah tidak lagi batuk, pilek

dan rewel, makan nya teratur dan tidak istirahat nya

cukup.

O : - Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- TTV : N : 110 x/m

Rr : 33 x/m

S : 36,2 0C

- Hidung tidak ada lendir yang keluar dan anak

terlihat lebih aktif

A : An. L umur 1 tahun 3 bulan dengan riwayat ISPA ringan


P : 1. Menganjurkan pada ibu untuk tetap mempertahankan kondisi

anaknya yang sehat, menjaga kebersihanya dan memberikan

nutrisi yang cukup

2. Mengajurkan pada ibu untuk rutin membawa anaknya ke

posyandu untuk memantau tumbuh kembang anaknya.

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang

saluran pernafasan akut seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru yang bisa

berlangsung hingga kurang lebih 14 hari. Penyakit ini juga bisa terjadi pada

struktur saluran diatas laring tetapi lebih banyak terjadi pada saluran atas dan

bawah yang secara stimulant atau berurutan (Muttaqin, 2010). Dalam buletin

pneumonia menurut data WHO menyatakan bahwa penyakit ISPA masih menjadi

masalah kesehatan di dunia. Penyakit ISPA dapat dikatakan permasalahan yang

penting dalam hal kesehatan karena kasus yang cukup tinggi dan dapat

menyebabkan kematian bagi penderitanya terutama bayi dan balita dengan

proporsi kematian untuk balita sebesar 19-26%. ISPA juga termasuk pembunuh

utama dan penyebab kematian pada anak usia dibawah lima tahun di dunia.
mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan ISPA pada

balita. Dalam rangka untuk menurunkan angka kejadian ISPA sangat diperlukan

peran petugas kesehatan yaitu terutama yang berhubungan dengan ISPA dan cara

pencegahannya. Upaya dalam mencapai tingkat kesejahteraan hidup masyarakat

yang optimal memerlukan kesadaran akan pentingnya hidup sehat.

Berdasarkan dari data subjektif didapatkan An.L Usia 1 tahun 3 bulan datang

ke puskesmas dengan ibunya Ny.U mengatakan anaknya batuk, pilek dan rewel.

Penyakit ISPA pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab

diantaranya adalah faktor indvidu itu sendiri (umur, berat badan lahir (BBL),

status imunisasi, gizi, dan pemberian ASI Eksklusif), faktor lingkungan (ventilasi,

kepadatan hunian di dalam rumah, dan pencemaran udara yang terjadi di alam

rumah), dan faktor perilaku seseorang (Maryunani, 2010).

Menurut Stela 2016, ISPA sampai saat ini masih merupakan penyakit

menular infeksi yang menyebabkan kematian balita. Rendahnya kualitas

lingkungan pemukiman, serta pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang

kurang, menyebabkan penyakit ini masih menjadi ancaman yang berbahaya bagi

balita. Tingginya insiden penyakit ini tidak terlepas dari faktor penularan yang

mudah terjadi dan faktor sosioekonomi masyarakat.

Balita merupakan individu yang masih berada pada masa tumbuh kembang.

Sistem imun pada usia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan usia-usia

selanjutnya. Sistem imun yang belum sempurna pada balita menyebabkan balita

rentan terkena infeksi, yang salah satunya adalah ISPA. Pencegahan ISPA sangat
erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh seseorang (Stela,

2016).

Menurut Stela (2016), ISPA sangat rentan kepada balita, itulah mengapa

kasus ISPA sebagai penyakit dengan prevalensi sangat tinggi di dunia juga

menunjukkan angka kematian anak yang sangat tinggi dibandingkan penyakit

lainnya. Orang tua memiliki peran yang penting dalam masa pertumbuhan anak,

sekaligus dalam proses pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA. Peran

orang tua antara lain adalah : peran sebagai penyedia, perawatan anak, sosialisasi

anak, peran pendidikan, dan peran afektif. Alasan mengapa orang tua memegang

peranan penting bagi kesehatan anak karena kehidupan seorang anak ditentukan

oleh lingkungan keluarga.

Penanganan yang dilakukan masing-masing orang tua berbeda. Menurut

penelitian yang dilakukan Florentina (2013), keterlambatan pencarian layanan

kesehatan merupakan salah satu penyebab tingginya kematian akibat ISPA.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku pencarian pelayanan kesehatan

antara lain status sosial ekonomi, usia ibu, pendidikan ibu, persepsi orang tua, usia

anak, jenis kelamin anak, jumlah balita dalam keluarga.

Menurut teori data yang diperoleh melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan data tersebut meliputi :

Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Sistemis, Pemeriksaan Penunjang.

Pada langkah ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari

pemeriksaan yang dilakukan langsung kepada pasien dan semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Dalam prakteknya pengkajian sudah dilakukan


sesuai dengan teori, meliputi pengkajian data objektif, sehingga dalam melakukan

pengkajian data objektif sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada dan tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnose spesifik. Dilahan praktek interpretasi data sudah

dilakukan sesuai dengan teori yang ada dan tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktek.

Diagnose pada An. L Usia 1 tahun 3 bulan dengan ISPA ringan.

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu menjelaskan tentang pemenuhan

kebutuhan cairan dan nutrisi yang seimbang pada anaknya yaitu makanan yang

mengandung karbohidrat (nasi), protein (lauk pauk), mineral (sayuran), lemak

(minyak kelapa dan minyak ikan) dan vitamin (buah dan sayur) dan cairan

secukupnya, menjaga kebersihan anaknya dan lingkungan yaitu dengan

mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang anak dan membersihkan

lingkungan di sekitar rumah agar terbebas dari penyakit, dan memberikan

terapi berupa PCT syrup 3x1/2 dan Obat puyer : ambroxrol, vit C, Dexamethason,

CTM 3 tab, x bungkus. 3x1.

Menurut teori penatalaksanaan disesuaikan dengan rencana manajemen yang

telah dibuat, demi kelancaran dalam penatalaksanaan. Pada kasus diatas

pelaksanaan sudah dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Sehingga pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
Menurut teori evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keaktifan asuhan yang

sudah diberikan meliputi teratasi masalah apakah sudah sesuai dengan

diagnosanya. Pada kasus ini evaluasi sudah dibuat sesuai dengan teori dan

perencanaan serta pelaksanaan yang ada, sehingga dalam kasus ini tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

Pada kasus An. L evaluasi sudah dilakukan dengan teori. Evaluasi pada kasus

ini adalah hasil pemeriksaan telah disampaikan pada ibu nya Ny. U dan dapat

menjelaskan kembali informasi yang telah disampaikan bidan dengan baik.

BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Balita merupakan individu yang masih berada pada masa tumbuh kembang.

Sistem imun pada usia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan usia-usia

selanjutnya. Sistem imun yang belum sempurna pada balita menyebabkan balita

rentan terkena infeksi, yang salah satunya adalah ISPA. Pencegahan ISPA sangat

erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh seseorang.

Berdasarkan data diatas ditemukan tidak ada kesenjangan antara fakta dan

teori bahwa pada An.L usia 1 tahun 3 bulan mengalami batuk, pilek dan rewel.

Berdasarkan teori bahwa Seseorang yang memiliki gejala batuk pilek dan rewel di

diagnosa dengan ISPA ringan. ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk

kesaluran nafas, Pencegahan ISPA yaitu dengan Menjaga kesehatan gizi agar tetap

baik, Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri,

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan dan Mencegah anak berhubungan

dengan penderita ISPA .

5.2 Saran

Di harapkan untuk tenaga kesehatan terutama bidan untuk lebih

meningkatkan pemberian penyuluhan tenntang perawatan pada balita sakit

dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) agar balita dapat terhindar dari

masalah yang berpotensi terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, R. dan D. Rahmawati. 2012. ISPA: Gangguan Pernafasan pada Anak,

Panduan bagi Tenaga Kesehatan dan Umum. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan

Maryunani, A. (2010) Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans

Info Media.

Misnadiarly (2008) Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,

Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta:

Pustaka Obor Populer.

Anda mungkin juga menyukai