Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN FISIOLOGIS

Oleh :
Virna Safira Puspaningtyas
NIM. 011913243028

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan pada persalinan fisiologis di Puskesmas Dupak


Surabaya Telah disahkan oleh Tim Pembimbing pada :

Hari, tanggal :

Tempat : Puskesmas Dupak Surabaya

Surabaya, 17 Desember 2019


Mahasiswa,

Virna Safira Puspaningtyas


011913243028

Pembimbing Akademik
Progam Studi Profesi Kebidanan Pembimbing Klinik
FK UNAIR
Puskesmas Dupak Surabaya

Dwi Izzati, S.Keb., Bd. M.Sc.


NIP. 198607182016113201

Siska Wulandari, SST., M.Kes


NIP. 19800506200722010
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT.karena atas rahmat dan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Fisiologis.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan dan kesulitan,
namun karena adanya bantuan dari berbagai pihak laporan ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Soetojo, dr. Sp.U(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2. Dr. BaksonoWinardi, dr.,SpOG(K) selaku koordinator program studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
3. Ibu Dwi Izzati, S.Keb., Bd. M.Sc selaku pembimbing akademik profesi
4. Ibu Siska Wulandari, SST selaku pembimbing di Puskesmas Dupak
5. Semua tenaga kesehatan Puskesma Dupak Surabaya
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini
dan laporan selanjutnya.

Surabaya, 20 Desember 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke
dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan
yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada persalinan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam,
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Nurul Jannah, 2017: 1).

Persalinan normal juga dapat dikatakan sebagai suatu fenomena alam yang mengarah pada
penciptaan kehidupan baru, hal tersebut merupakan momen paling menyentuh dan spesial dalam
kehidupan seorang wanita dan merupakan pengalaman unik yang bisa mereka dapatkan dan pada
persalinan normal ini seorang ibu dilatih untuk menghilangkan rasa takut dan kegelisahannya
dalam menghadapi persalinannya (Eun-Young Choi, dkk, 2015: 233).

Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dimana angka
kematian ibu bersalin yang cukup tinggi. Keadaan ini disertai dengan komplikasi yang mungkin
saja timbul selama persalinan, sehingga memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik
dalam bidang kesehatan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan angka
kematian, kesakitan ibu dan perinatal. Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah
dalam pelayanan kesehatan. Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi (Atika Purwandari, dkk, 2014: 47).

Asuhan persalinan normal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan dan memberikan
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang terintegritas dan lengkap
tetapi dengan intervensi, sehingga setiap intervensi yang akan di aplikasikan dalam asuhan
persalinan normal mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi
tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan. Asuhan persalinan memegang
kendali penting pada ibu karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinannya,
membuat ibu lebih
yakin untuk menjalani hal tersebut serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan (Aat Agustini, dkk, 2012: 2). Maka untuk
melaksanakan standar Asuhan Persalinan Normal (APN) diperlukan pengetahuan dan
keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar yang ada, salah
satunya upaya yaitu perlunya bidan mengikuti pelatihan APN terutama yang belum pernah
mengikuti.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa profesi S1 Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga mampu mengetahui dan melakukan asuhan kebidanan
persalinan fisiologis, mampu menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen
kebidanan kompetensi bidan di Indonesia dan pendokumentasian SOAP untuk asuhan
kebidanan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu membuat teori persalinan fisiologis
2. Mahasiswa mampu membuat konsep dasar asuhan kebidanan pada persalinan
fisiologis
3. Mahasiswa mampu membuat kasus persalinan fisiologis
4. Mahasiswa mampu membuat pembahasan dari kasus persalinan fisiologis
5. Mahasiswa mampu membuat kesimpulan dari kasus persalinan fisiologis
6. dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan menggunakan dokumentasi
SOAP pada kasus persalinan fisiologis
1.3 Manfaat
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang telah dipelajari kepada pasien atau
klien dan mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
2. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan dalam bidang obstetri dan ginekologi.
3. Manfaat Bagi Institusi
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah referensi tentang asuhan
kebidanan persalinan fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Persalinan Fisiologi

2.2.1. Pengertian Persalinan


Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Penyebab awitan persalinan spontan tidak diketahui, walaupun sejumlah teori menarik
telah dikembangkan dan profesional perawatan kesehatan mengetahui cara
menginduksi persalinan pada kondisi tertentu.
Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan
lengkap (10 sentimeter). Hal ini dikenal sebagai tahap pembukaan serviks. (Varney,
2008)
Persalinan adalah saat yang menengangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan
keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi
ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan
tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses
kelahiran bayinya. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)

2.2.2. Etiologi Persalinan


Sebab terjadinya persalinan merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor
humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan
nutrisi. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan bio-fisika telah banyak
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya persalinan yaitu :
a) penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang dapat mengakibatkan
peregangan dari otot-otot uterus
b) meningkatnya kadar prostaglandin
c) keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemika otot-otot uterus
d) berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan
e) tekanan pada ganglion servikale yang terletak di belakang serviks yang tertekan
yang merupakan penyebab peningkatan kontraksi uterus (Prawirohardjo, 2002)
2.2.3. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan merupakan serangkaian perubahan posisi dari bagian
presentasi janin yang merupakan suatu bentuk dari adaptasi atau akomodasi bagian
kepala janin terhadap jalan lahir.
1) Engagement
Engagement adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik di dalam jalan lahir dan sedikit
fleksi. Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan
sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan.
2) Desensus.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam
PAP, biasanya sejajar dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP) dapat dalam keadaan
asinklitismus yaitu bila sutura sagialis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat
di antara simfisis dan promontorium. Pada sinklitismus, os parietal depan dan
belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simfisis
atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka di katakan kepala dalam
keadaaan asinklitismus, ada dua jenis asinklitismus yaitu sebagai berikut :
 Asinklitismus posterior ; bila sutura sagitalis mendekati simfisis dan os.
Parietal belakang lebih renda dari os. Parietal depan.
 Asinklitismus anterior ; bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os.parietal belakang.
Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi
bila berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvis dengan
panggul yang berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan
dan dilatasi serviks. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan
lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intrauterin,
kekuatan meneran, atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya
badan anak.
3) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini, dagu dibawa
lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-
ubun besar. Hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding serviks,
dinding pelvis, dan lantai pelvis dengan adanya fleksi, diameter suboccipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm).
Sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi
maksimal.
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa fleksi bisa terjadi. Fleksi ini
disebabkan karena anak di dorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
serviks, dinding panggul, atau dasar panggul. Akibat dari keadaan ini terjadilah
fleksi.
4) Rotasi Interna
Rotasi interna atau putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke
depan bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan ke
arah simfisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan karena
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
5) Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke
atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Jika kepala
yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi,
maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menebusnya.
Suboksiput yang tertahan pada pinggir bawah simfisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum: ubub-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu bayi dengan gerakan
ekstensi.
6) Rotasi Eksterna
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan
miring. Di dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang di laluinya sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu
mengalami putaran dalam di mana ukuran bahu (diameter bisa kromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak.
7) Ekspulsi
Bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan
bayi di lahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Kontraksi yang efektif menyebabkan fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul sehingga persalinan tidak
begitu bertambah panjang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus, keadaan yang
menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi
kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin
tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan ibu keadaan
kardiovaskuler respirasi metabolik ibu. Kontraksi uterus berirama teratur dan
involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki
tiga fase yaitu:
a. Increment (ketika intensitasnya terbentuk),
b. Acme (puncak atau maksimum),
c. Decement (ketika relaksasi).
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium
pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno Triphospat
(ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh
ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra selular dan
menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali
lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan
relaksasi miofibril.
Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk
menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin maju sampai
janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang serviks,
regangan serviks merangsang kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan
meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi
uterus bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan
saraf simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif.
1) Kekuatan HIS kala I bersifat :
- Kontraksi bersifat simetris.
- Fundus dominan.
- Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
- Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek
mengejan.
- Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang berkontraksi tidak akan
kembali ke panjang semula.
- Setiap kontraksi mulai dari “pace-maker” yang terletak sekitar insersi
tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2
cm per detik.
2) Kekuatan HIS kala II terjadi pada akhir kala pertama atau permulaan kala
dua mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3-4 menit, durasi berkisar 60-
90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala
atau bagian terendah menekan serviks di mana terdapat fleksus frikenhauser
sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan
mengakibatkan ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, muka, kepala seluruhnya.
3) Kekuatan his kala III Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk
melepaskan plasenta dari insersinya.
4) Kekuatan his kala IV Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat
dengan amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini diikuti oleh
interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk
trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi
penghentian pengeluaran darah postpartum.
2. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting
dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian
evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah
persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio sesaria. Pada jalan lahir,
tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran
pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami
kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran
panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi
kesulitan dalam persalinan pervaginam. Pada jalan lahir lunak yang berperan pada
persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu
otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga
sangat berperan pada persalinan.
3. Passanger
Passanger adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada
janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada
persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak,
hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin
sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
2.2.5. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10
cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga dengan kala
pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong
keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari
dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
kemudian.
1. Kala I (Kala Pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran,
ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi
menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
- Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
- Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase.
 Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
 Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
 Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi
10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan
pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.
Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum sudah sedikit
terbuka. Pada multigravida ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan
dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersamaan.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II
- His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina.
- Perineum terlihat menonjol.
- Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
- Peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Diagnosis kala II ditegakkan atas
dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta) persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan psikologis kala III :
- Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.
- Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat lelah.
Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit.
- Menaruh perhatian terhadap plasenta.
4. Kala IV (Kala Pengawasan) dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV :
 Tingkat kesadaran.
 Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan.
 Kontraksi uterus.
 Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 samapai 500 cc.
Asuhan dan pemantauan pada kala IV :
 Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang
uterus berkontraksi.
 Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara
pusat dan fundus uteri.
 Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
 Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau
episiotomi).
 Evaluasi kondisi ibu secara umum.
 Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan.

2.2.6. Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Persalinan


1. Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan
Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan
bahwa seorang wanita sedang mendekati waktu bersalin. Wanita tersebut akan
mengalami berbagai kondisi berikut, mungkin semua, atau malah tidak sama
sekali. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain :
a. Lightening
Adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Biasanya
mulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan, sesak napas yang
dirasakan sebelumnya selama trimester ketiga kehamilan akan berkurang
karena kondisi ini akan menciptakan ruang yang lebih besar di dalam
abdomen atas untuk ekspansi paru. Lightening menyebabkan tinggi fundus
menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8
bulan. Pada kondisi ini, tidak lagi dapat melakukan pemeriksaan ballottement
terhadap kepala janin yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simfisis
pubis pada palpasi abdomen. Pada langkah keempat pemeriksaan Leopold
ini, jari-jari yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar. Pada
primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan. Hal ini
kemungkinan disebabkan peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hicks dan
tonus otot abdomen yang baik, yang memang lebih sering ditemukan pada
primigravida.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”, yang selama masa
kehamilan, serviks dalam keadaan menutup, panjang, lunak, sekarang serviks
masih lunak, dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit
penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Perubahan ini
diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hicks. Serviks
menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan.
Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
c. Persalinan Palsu
Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat Braxton Hicks
yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.
Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intermitten
bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan sejati.
d. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. Apabila
terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi tersebut disebut Ketuban Pecah
Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih
80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami
KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka dalam waktu 24 jam.
e. Bloody Show
Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks
pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan
lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lendir inilah yang dimaksud
sebagai bloody show. Paling sering terlihat sebagai lendir bercampur darah
yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni.
Ketika melihat lemdir tersebut, wanita sering kali berpikir bahwa ia “melihat
tanda persalinan”. Kadang-kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam
bentuk massa. Plak yang keluar pada saat persalinan berlangsung dan tetlihat
pada vagina. Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi,
biasanya dalam 24 jam hingga 48 jam. (Varney, 2008)
2. Perubahan Hormon
a. Kortisol
Kelenjar hipofisis anterior janin manusia mengalami pematangan dalam
minggu terakhir gestasi karena pengeluaran hormone berubah. Namun tidak
terdapat perubahan pasti yang dapat diukur di darah ibu sebelum persalinan.
Beberapa penelitian mengsyaratkan kadar kortisol lebih tinggi pada bayi yang
mengalami persalinan spontan dibandingkan mereka yang mengalami induksi
atau dilahirkan melalui sectio caesarea. Namun kortisol tersebut tampaknya
berasal dari ibu dan kadarnya berkaitan dengan nyeri pada ibu. Persalinan itu
sendiri, baik spontan maupun dengan induksi, menyebabkan stress sehingga
terjadi peningkatan produksi kortisol yang kemudian dapat menembus
plasenta. (Jane Coad, 2006)
b. Progesteron
Progesteron sangat penting untuk pemeliharaan kehamilan dini, dan
hilangnya progesteron akan mengakibatkan berakhirnya kehamilan.
Progesteron menyebabkan hiperpolarisasi miometrium, mengurangi
amplitudo potensial aksi dan mencegah kontraksi efektif. Progesteron
mengurangi reseptor-reseptor adrenergik alfa, menstimulasi produksi cAMP,
dan menghambat sintesis reseptor oksitosin. (Ruswana Anwar, 2005)
c. Estrogen
Estrogen merupakan lawan progesteron untuk efek-efek ini dan mungkin
memiliki peran independen dalam pematangan serviks uteri dan membantu
kontraktilitas uterus. (Ruswana Anwar, 2005)
d. Prostaglandin
Golongan prostaglandin diketahui penting dalam kemajuan persalinan, dan
telah banyak diteliti, tetapi masih belum jelas apakah zat golongan ini
berperan dalam memulai persalinan dan bagaimana sintesis mereka diatur di
uterus. Pada akhir kehamilan, sintesis prostaglandin mudah dirangsang oleh
rangsangan local minor. Misalnya koitus, pemeriksaan dalam, pengusapan
pada selaput ketuban, dan atau amniotomi. Prostaglandin dibentuk di selaput
ketuban janin, desidua, miometrium, dan serviks, kadar turun cepat setelah
plasenta lepas. (Jane Coad, 2006)
e. Oksitosin
Oksitosin digunakan secara luas untuk induksi dan penguatan persalinan pada
manusia. Produksi oksitosin endogen dapat dirangsang misalnya oleh
stimulasi putting payudara. Namun, belum pasti apakah oksitosin penting
untuk permulaan persalinan normal. Oleh karena reseptor oksitosin hanya
terdapat di uterus, kelenjar mammae, dan hipofisis. (Jane Coad, 2006)
f. Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin
berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang
panggul sehingga mempermudah persalinan.
g. Cortichotropin-releasing hormone
Penelitian terkahir mendapatkan CRH mungkin berperan penting dalam
inisiasi persalinan. CRH disintesis oleh plasenta dan mencapai sirkulasi ibu.

3. Efek Persalinan pada Fisiologi Ibu


a) Tekanan Darah
Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20
mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu di antara
kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan
mengubah posisi tubuh dari telentang ke ke posisi miring, perubahan tekanan
darah selama kontraksi dapat dihindari. Untuk memastikan tekanan darah
yang sebenarnya, pastikan mengeceknya dengan baik pada interval antar
kontraksi, lebih baik dengan posisi ibu berbaring miring. Nyeri, rasa takut
dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah. Apabila
seorang wanita merasa sangat takut dan khawatir pertimbangkan
kemungkinan bahwa rasa takutnya (bukan karena pre-eklamsi) menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
b) Metabolisme.
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob
meningkat, disebabkan oleh ansietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan
aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang. Peningkatan curah jantung
dan cairan yang hilang mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapat
perhatian serta ditindak lanjuti guna mencagah terjadinya dehidrasi.
c) Suhu.
Meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Peningkatan suhu tubuh yang normal ialah peningkatan suhu
yang tidah lebih dari 0,5 sampai 1derajat Celcius. Namun, bila persalinan
berlangsung lebih lama, peningkatan suhu dapat mengindikasikan dehidrasi,
dan parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini,
peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap
normal pada keadaan ini.
d) Denyut Nadi (frekuensi jantung).
Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi.
e) Pernafasan.
Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal pernafasan karena
frekuensi dan irama pernafasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa
takut dan penggunaan teknik pernafasan. Amati pernafasan wanita dan bantu
ia mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi yang panjang, yang
ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.
f) Perubahan pada Ginjal.
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini diakibatkan peningkatan
laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang
jelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang
selama kehamilan. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam)
untuk mengetahui adanya distensi, untuk mencegah
(1) obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan
mencegah penurunan bagian presentasi janin.
(2) trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan
menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama
periode pascapartum awal.
g) Perubahan pada Saluran Cerna.
Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat berkurang, maka
saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung
menjadi lebih lama. Makanan yang dikonsumsi selama periode menjelang
persalinan cenderung akan tetap berada dalam lambung selama persalinan.
Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan
umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk
tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan. Tetapi makan dan
minum sedikit demi sedikit berguna mempertahankan energi dan hidrasi.
h) Perubahan Hematologi.
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gm/100ml selama persalinan dan
kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama paca partum jika
tidak ada kehilangan darah yang abnormal. (Varney, 2004)

2.2.7 Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. (JNPK-KR, 2008). Tujuan dari
penggunaan partograf dalam persalinan yaitu :
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laborotorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
di mana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medic ibu
bersalin dan bayi baru lahir. (JNPK-KR, 2008)
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu
menolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan dan kelahiran, serta
menggunakan informasi yang tercatat, sehingga secara dini mengidentifikasi
adanya penyulit persalinan, dan membuat 7 keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu.
Waktu pengisian partograf yang tepat untuk pengisian partograf adalah
saat dimana proses persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat
pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV.
Isi partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi
ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus, kondisi
ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan
partograf (JNPK-KR, 2008). Isi partograf yaitu:
a. Informasi tentang ibu Informasi tentang ibu mencakup :
1) Nama dan umur.
2) Gravida, para, abortus.
3) Nomor catatan medik atau nomor puskesmas.
4) Tanggal dan waktu mulai dirawat.
5) Waktu pecahnya selaput ketuban.
b. Kondisi Janin
Partograf juga juga mencakup kondisi janin, yaitu :
1) Denyut jantung janin.
2) Warna dan adanya air ketuban.
3) Penyusupan atau molase kepala janin.
c. Kemajuan Persalinan
Hal-hal yang diperhatikan dalam kemajuan persalinan yaitu :
1) Pembukaan serviks.
2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
3) Garis waspada dan garis bertindak.
d. Waktu dan Jam
Dalam pengisian partograf perlu diperhatikan waktu, yaitu :
1) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
e. Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terus dipantau dalam pengisian partograf, yaitu :
1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
2) Lama kontraksi (dalam detik).
f. Obat-obatan yang diberikan
Obat-obatan yang dapat diberikan yaitu :
1) Oksitosin.
2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
g. Kondisi ibu yang dipantau adalah :
1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
2) Urin (volume, aseton atau protein).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis


No. Register
Anamnesa
Pengkajian
I. Data Subjektif
1) Identitas Istri dan Suami
 Nama
 Umur : Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun cenderung menjalani secsio
caesarea (Fraser et al, 2009:569). Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35
tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi.
 Agama : Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelumdan pada saat persalinan
(Sulistyawati dkk,2010:221).
 Pendidikan : Pendidikan yang kurang membuat masyarakat tetap berorientasi
pada pengobatan dan pelayanan tradisional sehingga mempengaruhi
kesejahteraan ibu (Manuaba, 2010:11)
2) Keluhan
Keluhan utama yang biasanya dirasakan ibu bersalin adalah:
 Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek,
dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap pembukaan
serviks, makin beraktivitas (jalan) makin bertambah.
 Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.
Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
 Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

3) Riwayat Menstruasi
 HPHT berguna untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan,
sebagai patokan apakah klien melahirkan aterm atau tidak.
 Hari Perkiraan Lahir (HPL) bersifat perkiraan ilmiah dan tidak selalu tepat
untuk wanita karena, masa kehamilan normal penuh dapat terjadi antara 38 –
42 minggu. Biasanya persalinan dapat terjadi dua minggu sebelum dan
sesudah Hari Perkiraan Lahir yang telah diperhitungkan.
4) Riwayat Obstetri Lalu
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas Ket.
o. Lam
Sua
Anak Penyu Jeni Penyu Temp PB/B Hid a Penyu
mi UK Penol Seks Mati
ke lit s lit at B up men lit
ke
eteki
HAMIL INI
Riwayat obstetri lalu digunakan untuk mengetahui kemungkinan risiko
berdasarkan riwayat dahulu yang mungkin berdampak pada persalinan saat ini

5) Riwayat Kehamilan Sekarang


Berapa kali klien kontrol kehamilan (ANC) dimana dan berapa kali. Pergerakan
anak pertama kali pada umur kehamilan ke berapa bulan. Imunisasi TT, status
emosional, KIE yang sudah didapat, pemeriksaan lab dan obat-obatan yang sudah
didapat atau dikonsumsi. Hal ini untuk mengetahui kemungkinan risiko
berdasarkan riwayat dahulu yang mungkin berdampak pada persalinan saat ini
6) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Ibu
 Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai
penyulit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematurus, partus
lama akibat inersia uteri, perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri,
syok, infeksi intrapartum maupun pasca salin (Wiknjosastro, 2005:450).
Kadar Hb normal 11 g/dl (Manuaba, 2010:239)
 Idealnya, pada ibu yang menderita DM tanpa komplikasi selama
kehamilannya, persalinan dapat dilakukan secara spontan pada saat sudah
cukup bulan (Fraser et al, 2009:338).
7) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang berpotensi menurun
ataumenular kepada ibu dan bayi, seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,
diabetesmellitus, hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli. Gemelli juga
dipengaruhi faktor keturunan selain bangsa, umur dan paritas.
8) Riwayat Psikososial dan Budaya
 Respon pasien dan keluarga terhadap kondisi kehamilan klien saat ini, yang
berkaitan dengan tingkat psikologis, dan sosial
 Tradisi yang mempengaruhi persalinan, adat-istiadat yang ada di lingkungan
sekitar, kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang
mengganggu kehamilan ibu.
9) Data Fungsional Kesehatan
1. Nutrisi
Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan
memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa
memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur
dan kurang efektif (Wiknjosastro, 2008:55).
2. Eliminasi
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga penting
untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Jika kondisi pasien
tidak memungkinkan untuk BAK sendiri di toilet, maka tugas bidan atau
keluarga terdekat untuk memfasilitasinya. Penting untuk menanyakan kepada
pasien, karena pasien dianjurkan untuk tidak menahan BAK karena urine yang
tertahan di dalam kandung kemih akan menghambat penurunan kepala janin.
(Sulistyawati dkk, 2010:46)
3. Personal Hygiene
Bagi ibu yang sedang berada pada proses persalinan normal, mandi air hangat
dapat menjadi pereda nyeri efektif yang akan meningkatkan mobilitas tanpa
meningkatkan efek samping bagi ibu atau bayinya (Fraser dan Cooper,
2009:442)
4. Istirahat
Pada awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
sebagai persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama
bagi primipara (Sulistywati dkk, 2010:47)
5. Aktivitas
Dalam kala I apabila ketuban belum pecah wanita inpartu boleh duduk atau
berjalan-jalan. Jika berbaring sebaiknya ke sisi letaknya punggung janin, jika
ketuban sudah pecah wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring
(Mochtar, 2015:77)

II. Data Objektif


a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan Umum: Baik/jelek
 Tanda-Tanda Vital meliputi
a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg (Fraser et
al, 2009:453). Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi
miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari
(Varney et al, 2007:686). Tekanan darah diukur tiap 2-4 jam sekali,
kecuali jika
tidak normal.
b) Nadi
Jika frekuensi nadi meningkat lebih dari 100x/menit, hal tersebut dapat
mengindikasikan adanya ansietas, nyeri, infeksi, ketosis, atau perdarahan
(Fraser et al, 2009:453). Frekuensi nadi biasanya dihitung setiap 1-2 jam
selama awal persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih cepat
(Fraser et al, 2009:453).
c) Respiration Rate (RR)
Pernafasan normal 16-24x/menit. Sedikit peningkatan frekuensi
pernapasan masih normal selama persalinan, dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney et al, 2007:687).
d) Suhu
Normalnya 36,1oC – 37,6oC. Suhu sedikit meningkat selama persalinan,
tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Dianggap normal adalah
peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 - 1oC yang mencerminkan
peningkatan metabolisme selama persalinan.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah
Pada wajah perlu dilakukan pemeriksaan edema yang merupakan tanda
klasik preeclampsia (Varney et al, 2007:693).
2. Mata
Konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat menandakan anemia.
Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin
terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada konjungtivitis. Kelopak
mata yang bengkak kemungkinan adanya pre eklamsia (Romauli, 2011:174).
3. Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi puting
ibu misalnya kolostrum kering atau berkerak, muara duktus yang tersumbat
kemajuan dalam mengeluarkan puting yang rata atau inversi pada wanita
yang merencanakan untuk menyusui (Varney et al, 2007: 1051).
4. Abdomen
Pada ibu bersalin perlu dilakukan pemeriksaan TFU, yaitu pada saat tidak
sedang kontraksi dengan menggunakan pita ukur. Kontraksi uterus perlu
dipantau mengenai jumlah kontraksi selama 10 menit, dan lama kontraksi.
Pemeriksaan DJJ dilakukan selama atau sebelum puncak kontraksi pada lebih
dari satu kontraksi. Presentasi janin, dan penurunan bagian terendah janin
juga perlu dilakukan pemeriksaan. Sebelum melakukan pemeriksaan
abdomen, anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih (Wiknjosastro,
2008: 42–43). Perlu dikaji juga mengenai luka bekas operasi SC sebagai
informasi tambahan untuk melakukan tindakan selanjutnya (Saifuddin, 2006:
106). Kandung kemih harus sering diperiksa setiap 2 jam untuk mengetahui
adanya distensi juga harus dikosongkan ntuk mencegah obstruksi persalinan
akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan bagian
presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang
lama yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine
selama periode pascapartum awal (Varney et al, 2007: 687). Perlu dikaji juga
jaringan parut pada abdomen untuk memastikan integritas uterus (Varney et
al, 2007: 693).
5. Ekstremitas
Oedema pada ekstremitas atas dan bawah untuk mengetahui risiko pre
eklampsi, namun edema pada kaki dan pergelangan kaki biasanya merupakan
edema dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran darah vena akibat
uterus yang membesar. Refleks patella, bila refleks patella negatif,
kemungkinan pasien kekurangan vitamin B1. Pemeriksaan ini akan sangat
berguna jika menghadapi pasien dengan preeklamsia atau eklamsi. (Varney et
al, 2007:693).
6. Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat pengeluaran pervaginam berupa
blody slym, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka sebagai
tanda gejala kala II (Manuaba, 2012:184). Pada genetalia dilakukan
pemeriksaan adanya luka atau massa termasuk kondilomata, varikositas vulva
atau rektum, adanya perdarahan pervaginam, cairan ketuban dan adanya luka
parut di vagina. Luka parut di vagina mengindikasikan adanya riwayat
robekan perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya (Wiknjosastro,
2008:45).
7. Anus
Perineum mulai menonjol dan anus mulai membuka. Tanda ini akan tampak
bila betul-betul kepala sudah di dasar pangul dan mulai membuka pintu
(Wiknjosasto, 2008:46). Selain itu, umumnya ditemukan wasir (haemorroid)
akibat terjadi pelebaran vena haemorroidalis interna dan pleksus
hommorroidalis eksternal karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran
uterus Sarwono (2005),

c. Pemeriksaan Ginekologis
1. Pemeriksaan Dalam (VT)
Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan melakukan pemeriksaan
langsung pada jalan lahir. Pemeriksaan dalam antara lain :
 Adakah kelainan pada dinding vagina, elastisitas perineum
 Pembukaan atau dilatasi 1 sampai 10 cm (evaluasi tiap 4 jam). Pada
primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm tiap jam. Pada
multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm tiap jam.
 Penipisan atau effacement
 Ketuban utuh (u) atau sudah pecah, jika sudah keruh atau jernih
 Presentasi. Presentasi yakni bagian pertama janin yang memasuki pintu
atas panggul. (Varney, 2008)
 Denominator adalah penunjuk presentasi janin. Terdiri dari UUK (ubun-
ubun kecil) apabila presentasi belakang kepala. UUB (ubun-ubun besar)
apabila presentasi puncak kepala. Muka atau mentum apabila presentasi
muka atau bayi dalam keadaan defleksi maksimum.
 Adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah
 Hodge. untuk menentukan sampai di manakah bagian terendah janin
turun dalam panggul dalam persalinan.
a) Bidang Hodge I ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis
dan promontorium.
b) Bidang Hodge II ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I
terletak setinggi bagian bawah simfisis.
c) Bidang Hodge III ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I
dan II terletak setinggi spinaiskiadika kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I,
II, dan III terletak setinggi oskoksigis.

III. Identifikasi Diagnosa Kebidanan


- Diagnosa aktual : hasil analisis data dan perumusan masalah yang diputuskan
oleh bidan sesuai dengan teori masalah-masalah yang sering terjadi pada ibu
persalinan fisiologis, harus mencakup GPAPAH yang menjelaskan mengenai
riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya (kehamilan yang ke berapa,
jumlah persalinan, kehamilan aterm/preterm, riwayat abortus, serta jumlah anak
hidup), usia kehamilan, janin hidup, tunggal, letak janin/presentasi, intrauterine,
keadaan jalan lahir kesan baik, keadaan ibu dan janin baik. (Suryani, 2008; h.
99).
Contoh : G2P1001, UK 38/40 minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati,
intra/ekstrauterine, inpartru kala 1 fase laten/aktif
- Masalah : merupakan satu atau beberapa keluhan ibu di luar diagnosa medis
namun dapat berpengaruh bagi persalinan baik melalui fisiologis maupun
psikologis. Misalnya kecemasan, perasaan takut, kekurangan cairan

IV. Diagnosa / Masalah Potensial


diagnose/masalah yang mungkin akan muncul berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnose yang sudah diidentifikasi. Misalnya distosia bahu, lilitan tali pusat

V. Kebutuhan Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan bersama
dengan tim kesehatan yang lain sesuai kondisi pasien. (Suryani, 2008; h. 99).
1) Mandiri : sesuai kewenangan bidan.
2) Kolaborasi : bekerja sama dengan dokter atau tim medis lainnya agar keadaan
umum klien bisa diperbaiki dan segera mendapat penanganan yang tepat.
3) Rujukan : mengalihkan tanggung jawab ke tenaga kesehatan yang lebih
kompeten.

VI. Menyusun Rencana Asuhan


Kala I
1. Perhatikan psikososial ibu dan beri dukungan mental pada ibu dengan
menghadirkan keluarga. Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayinya.
R/ Dukungan dan perhatian akan mengurangi perrasaan tegang, membantu
kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi
2. Anjurkan pada ibu untuk makan dan minum.
R/ Asupan cairan yang cukup dapat mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu
dalam proses persalinan serta sebagai persediaan energy dalam mengejan
3. Bantu ibu memilih posisi yang nyaman dengan tidur miring kiri. Ibu dapat
istirahat/tidur dengan posisi apapun kecuali pada poisi berbaring telentang.
R/ Hal ini dikarenakan jika ibu berbaring telentang maka berat uterus dan isinya
menekan vena cafa inferior ibu. Ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui
sirkulasi utero plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi.
Berbaring telentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan
menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif. Ibu dianjurkan untuk berbaring
miring ke kiri untuk mempercepat peurunan kepala janin.
4. Anjurkan ibu untuk jalan-jalan jika ketuban belum pecah dan pembukaan belum
lengkap.
R/ Bila his jarang, bagian terendah belum masuk pintu atas panggul dan ketuban
maka pasien diperbolehkan jalan agar his bertambah kuat dan sering. Bila his
jarang, kepala belum masuk pintu atas panggul dan ketuban ibu tidak boleh
jalan, dianjurkan tidur miring kiri untuk menghindari kelainan letak. Bila his
kuat, kepala masuk pintu atas panggul, ketuban pasien tidak boleh jalan karena
dengan jalan his akan bertambah kuat dan lebih cepat mendorong anak,
sehinggga persalinan akan terjadi terlalu cepat. Bila his kuat, presentasi sudah
masuk lebih dalam, ketuban atau , penderita tidak boleh jalan dan harus tidur
miring kiri agar tidak terjadi persalinan yang terlalu cepat.
5. Observasi tanda-tanda vital dan kesejahteraan janin.
R/ Mengetahui perkembangan kondisi ibu dan janin, deteksi dini bila ada
kegawatdaruratan.
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kencing tiap 2 jam.
R/ Kandung kemih yang penuh dapat menghalangi penurunan kepala janin
sehingga menyebabkan nyeri waktu his.
7. Melakukan observasi kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu, dan janin.
R/ Hal ini perlu dipantau untuk mengetahui bila terjadi perburukan kondisi ibu
atau janin sehingga dapat dilakukan tindakan segera.
8. Tunggu pembukaan lengkap. Jika telah memasuki kala II segera pimpin
persalinan secara sesuai standar asuhan kebidanan persalinan normal.

Kala II
1. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan essensial.
R/ kelengkapan dan kesiapan alat persalinan adalah kebutuhan penting yang
menunjang persalinan berjalan lancar.
2. Melakukan cuci tangan dan mengenakan APD lengkap.
R/ merupakan tindakan kewaspadaan universal untuk melindungi dari setiap
cairan yang mungkin patogen yang menular melalui darah.
3. Memastikan tanda dan gejala kala II (doran, teknus, perjol, vulka)
R/ gejala dan tanda kala dua merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan
penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai
4. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
R/ Informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan.
5. Memimpin persalinan saat ada his, maksimal selama 2 jam pembukaan lengkap
R/ Pada primipara kala II harus berlangsung maksimal 2 jam.
6. Memberikan dukungan dan dampingi ibu
R/ dengan dukungan dan mendampingi selama persalinan akan membuat ibu
merasa lebih aman dan nyaman sehingga dapat mempercepat proses persalinan.
7. Menganjurkan pada ibu cara meneran yang baik dan efisien, mengikuti dorongan
alamiah. Dan mengevaluasi cara meneran ibu.
R/ cara meneran yang benar akan dapat memperlancar proses pengeluaran bayi
8. Menganjurkan pada ibu posisi yang nyaman untuk persalinan.
R/ posisi yang nyaman dan benar dapat memperlancar proses persalinan
9. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas
cepat dan dangkal.
R/ melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya bayi secara bertahap dan
hati-hati- dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan
perineum.
10. Tunggu hingga kepala janin selesai melahirkan dan melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
R/ pengamatan yang cermat dapat mencegah setiap gangguan, memberi waktu
untuk bahu berotasi internal kearah diameter anteroposterior pintu bawah
panggul.
11. Lakukan penilaian bayi baru lahir.
R/ proses penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan bukanlah suatu proses
sesaat yang dilakukan satu kali. Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah
bayi perlu resusitasi terutama pada bayi yang lahir pada usia kehamilan <37
minggu.
12. Melakukan IMD segera setelah bayi lahir.
R/ meletakkan bayi diatas abdomen ibu, memungkinkan ibu untuk segera kontak
dengan bayinya, menyebabkan uterus berkontraksi, dan mempertahankan bayi
bebas dari cairan yang saat ini terakumulasi dimeja atau tempat tidur di area
antara kaki ibu.

Kala III
1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
R/ oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat menurun
pasokan oksigen kepada bayi.
2. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
R/ dengan dilakukan penjelasan, pasien akan lebih tenang dan tidak cemas atas
tindakan yang dilakukan.
3. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
R/ Mempercepat proses pengeluaran plasenta. Pasca persalinan pada plasenta
previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi dengan baik.
4. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
R/ Tindakan masase fundus uteri dilakukan agar uterus berkontraksi. Jika
uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik lakukan penatalaksanaan
atonia uteri
5. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Jika terdapat laserasi
lakukan penjahitan.
R/ Penjahitan digunakan untuk mendekatkan kembali jaringan tubuh dan
mencegah kehilangan darah
6. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
R/ memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai
kondisi ibu
Kala IV
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan pendarahan.
R/ dua jam pertama merupakan saat-saat yang memerlukan perhatian khusus
sehubungan dengan adanya komplikasi kala III serta mengetahui perkembangan
kondisi ibu dan memastikan tidak terjadi komplikasi atau resiko potensial
komplikasi.
2. Membersihkan perineum ibu dan membantu ibu mengenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
R/ kebersihan dan kondisi kering meningkatkan kenyamanan dan relaksasi serta
menurunkan risiko infeksi.
3. Melakukan dekontaminasi alat-alat dan lingkungan ibu dengan larutan klorin
0.5%.
R/ larutan klorin 0.5% ampuh dalam mematikan mikroorganisme.
4. Melakukan pemeriksaan dan perawatan pada bayi baru lahir :
 Pengukuran antropometri pada bayi.
 Beri salep mata antibiotik profilaksis
 Suntikkan vitamin K1 1 mg IM
 Pastikan suhu bayi normal
 Berikan gelang identitas
 Berikan vaksin HB0 dan Vaksin HBIg

5. Mengajarkan ibu cara menyusui anaknya.


R/ Kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah persalinan.
6. Memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu pasca persalinan.
R/ Mencukupi kebutuhan nutrisi ibu dan untuk memulihkan tenaga setelah
persalinan.
7. Mengajarkan ibu untuk mobilisasi dini di tempat tidur seperti miring kanan dan
ke kiri.
R/ Mempercepat penyembuhan luka dan mencegah trombosis vena

VII. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ibu yang mengacu pada Planning.

VIII. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan
dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses yaitu tidak terjadi
komplikasi/penyulit pada persalinan ibu. Persalinan ibu dapat berjalan dengan lancar
dan bayi sehat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN FISIOLOGI

Tanggal pengkajian : 05-12-2019 pukul 11.00 WIB


No. RM : 0150xx
Tempat : VK Puskesmas Dupak
Oleh : Virna Safira Puspaningtyas

Subjektif :
a) Biodata
Nama : Ny. MR Nama Suami : Tn. Sh
Umur : 28 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Pesapen Barat

b) Keluhan Utama
Ibu datang ke puskesmas mengeluhkan mulai kenceng – kenceng sejak kemarin pukul 23.00
wib dan hari ini keluar lendir darah sekitar pukul 10.00 wib.
c) Riwayat Menstruasi
Siklus : ±28 hari
d) Lama : ±7 hari Riwayat
HPHT : 01 Maret 2019 Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas Ket
La
Sua ma
Hami Peny Penol Jeni Peny Temp Sek PB/B Hid Mat Peny
mi UK men
l ke ulit ong s ulit at s B up i ulit
ke etek
i
38/
39 Spt. 2700 7
1 1 - Bidan - BPS Pr - - -
mg B gr thn
g
HAMIL INI

f) Riwayat kehamilan sekarang


Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua ibu. Pada kehamilan ini ibu melakukan ANC
rutin 10 kali di puskesmas perak timur.
Status imunisasi TT : TT5, ibu mengatakan lupa tepatnya kapan terakhir kali menerima
suntik TT namun ibu memperkirakan lebih dari 10 tahun yang lalu. Selama atau sebelum
kehamilan ini ibu tidak pernah suntik TT.
 Trimester I : periksa 2 kali di puskesmas perak timur, tidak ditemui penyulit
kehamilan, sudah dilakukan ANC terpadu. Selama kehamilan trimester pertama ini
berat badan ibu sering naik-turun dan ibu sering mengalami gatal-gatal di seluruh
tubuh sehingga mendapat terapi obat CTM dan terapi multivitamin untuk kehamilan
yaitu asam folat, kalk dan Vitamin B Compleks.
 Trimester II : periksa 6 kali di puskesmas perak timur tidak ditemui penyulit
kehamilan. Ibu mengatakan merasa ada gerakan janin pertama kali pada usia
kehamilan ±4 bulan. Dilakukan skrining preeklampsi pada UK 13/14 mgg. terapi
multivitamin untuk kehamilan yaitu Fe, kalk dan vitamin B Compleks.
 Trimester III : periksa 2 kali di puskesmas perak timur dan 3 kali di puskesmas
dupak. Ibu masih sering mengeluhkan gatal-gatal di seluruh tubuh, terapi yang
didapatkan CTM, prednisolone dan betamethasone salep untuk mengatasi keluhan
ibu dan terapi multivitamin untuk kehamilan yaitu Fe, kalk dan vitamin B Compleks.
Pada UK 36/37 mgg ibu diperiksakan albumin dan reduksi urine karena didapati
kedua kaki bengkak namun tekanan darah terpantau normal. Pada UK 38/39 mgg
juga didapati kedua kaki bengkak sehingga dilakukan pemeriksaan albumin dan
reduksi urine lagi. Ibu mendapatkan terapi multivitamin Fe dan vitamin B1. Edukasi
yang didapatkan ibu berupa persiapan persalinan.
g) Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertama menggunakan metode kontrasepsi suntik 3
bulan dan tidak pernah ganti-ganti. Ibu tidak ada keluhan selama menggunakan metode
tersebut.
h) Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu tidak sedang atau pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, ginjal, hipertensi
DM, dan asma, tidak sedang atau pernah pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, HIV, dan PMS.
i) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dari ibu maupun suami tidak ada yang pernah menderita penyakit hipertensi,
penyakit jantung, asma, hepatitis, ginjal, penyakit infeksi menular dan keturunan kembar.
j) Riwayat psikososial budaya
Riwayat pernikahan ibu 1 kali, sudah berjalan ±9 tahun. Ibu merasa cemas dengan
persalinan keduanya ini. Persalinan ini didampingi oleh suami dan anak pertamanya.
Pengambil keputusan adalah pada suami. Tidak ada adat dan budaya yang mempengaruhi
kehamilan dan persalinan
k) Data fungsional Kesehatan
 Nutrisi : Ibu mengatakan makan terakhir pukul 10.00 wib dan hanya makan buah
 Eliminasi
BAK : bak terakhir pukul 10.00 wib, tidak ada keluhan
BAB : bab terakhir pukul 05.00 wib, tidak ada keluhan
 Personal hygiene : Ibu mandi terakhir pukul 08.00 wib

Obyektif :
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. HPL : 08 Desember 2019
4. Antropometri : BB awal hamil : 60,7 kg
BB saat ini : 65,1 kg
TB : 150 cm
Lila : 29 cm
IMT awal kehamilan : 26,97 kg/m2 (berat badan berlebih)
IMT sekarang : 28,93 kg/m2
5. Tanda-tanda : TD : 120/70 mmHg
Vital Nadi : 83 x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 36oC

b. Pemeriksaan Fisik
1 Muka : Sedikit pucat
.
2 Payudara : Puting menonjol, bersih dan tidak ada lecet, sudah keluar
. cairan ASI
3 Abdomen : Tidak ada bekas operasi SC, terdapat linea nigra dan striae
. gravidarum, kandung kemih kosong
 Leopold 1 : TFU 3 jari dibawah proc. Xyphoideus,
bagian fundus teraba tidak bulat, lunak, tidak
melenting,
 Leopold 2 : teraba, datar dan keras seperti papan di
kanan ibu, teraba bagian-bagian kecil janin di kiri ibu
 Leopold 3 : bagian bawah teraba bulat, keras,
melenting, tidak dapat digoyangkan
 Leopold 4 : divergen
TFU menurut Mcdonald = 31 cm
Penurunan kepala menurut WHO : kepala 1/5
HIS : 3 x 42” x 10’
DJJ : 130x/mnt, reguler, terdengar jelas di puka
4 Genitalia : Tidak oedema, tidak ada varises, terdapat pengeluaran
. lendir dan darah, terdapat hemoroid
5 Pemeriksaa : Pukul 11.05 oleh bidan Dian
. n dalam VT Ø 3 cm, effacement 50%, ketuban utuh, konsistensi
lunak, presentasi kepala, hodge I
5 Ekstremitas : tidak ada oedem dan varises pada ekstremitas atas dan
. ekstremitas bawah.

c. Data Rekam Medis


- Pemeriksaan USG tidak terkaji
- KSPR : 2 KRR (2 skor awal hamil)
- Hasil lab 12 april 2019 (uk 5 mgg) di puskesmas perak timur
Hb : 12,1 gr/dL
GDA : 123
HbsAg : Non-reaktif
Syphilis : Non-reaktif
PITC Non-reaktif
- Skrinning PE 31 Juni 2019 di puskesmas perak timur (uk 13/14 mgg)
MAP : 83 (negative)

ROT : 10 (negative)
IMT : 27,06 (beresiko)
- Hasil lab 02 oktober 2019 (uk 30/31 mgg) di puskesmas perak timur
Hb : 12,5 gr/dL
GDA : 117
- Hasil lab 06 november 2019 (uk 35/36) di puskesmas perak timur
Hb : 11,6 gr/dL
GDA : 73
Albumin : Negatif
Reduksi urin : Negatif
- Hasil lab 27 november 2019 (uk 38/39 mgg) di puskesmas dupak
Albumin : Negatif
Reduksi urin : Negatif

Analisa :
Diagnosa : G2P1001, UK 39/40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine presentasi kepala,
keadaan umum ibu dan janin baik. Inpartu kala I fase laten.
Penatalaksanaan :

Kala 1 fase laten

Tanggal/ja Penatalaksanaan Keterangan


m
05 Desember - Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2019 bahwa ibu sudah memasuki masa proses persalinan. R/ ibu
& keluarga mengetahui kondisinya saat ini
- Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga
mengenai tindakan yang akan dilakukan. R/ ibu & keluarga
mengerti dan bersedia
- Memfasilitasi ibu untuk memilih ingin didampingi oleh
siapa untuk memberikan dukungan psikologis selama
Virna Safira
persalinan.
- Mengajarkan kepada ibu dan keluarga secara lisan dan
visual teknik pernafasan pada saat kontraksi datang
- Memfasilitasi ibu dalam mobilisasi yang berpengaruh pada
penunrunan kepala janin. R/ ibu mengerti
- Memfasilitasi ibu untuk memenuhi asupan nutrisi dan
cairan. R/ Ibu menolak untuk makan
- Mengecek ulang persiapan baju dan kebutuhan lain bagi ibu
dan bayi
- Melakukan pemantauan kala I fase laten, hasil terlampir di
lembar observasi.
- Mempersiapkan alat, obat, dan tempat untuk APN, alat-alat
sudah dipersiapkan.

Kala 2

Jam Dokumentasi Asuhan Keterangan


S : ibu merasakan kenceng-kenceng yang semakin sering, ada rasa
ingin mengejan
14.22 O : k/u baik, HIS = 4 x 40.10”, DJJ = 130x/menit reguler,
pemeriksaan dalam VT Ø 10cm, eff 100%, denominator UUK depan,
Hodge III, ketuban utuh, ada dorongan rectum, perineum menonjol,
vulva membuka, tampak bagian kepala janin di introitus vagina.
A : Inpartu kala II
P:
- Menginformasikan kepada ibu bahwa sekarang ibu akan
bersalin
- Menyiapkan dan mendekatkan alat, bahan untuk proses
persalinan, dan mengkondisikan tempat dan lingkungan
Virna Safira
persalinan dan Bidan
- Persiapan petugas memakai APD (memakai celemek, cuci PKM Dupak
tangan, memakai handscoon steril, masker dan sepatu
pelindung)
- Melakukan amniotomi atas indikasi pembukaan lengkap,
bagian kepala janin terlihat di introitus vagina namun ketuban
masih utuh. Ketuban pecah, jernih
- Menginformaskan dan memfasilitasi ibu untuk mengejan pada
saat ada his, serta mengevaluasi cara ibu meneran ibu
- Melibatkan pendamping dalam memberikan ibu support
mental untuk tetap tenang dalam menghadapi persalinannya
- Memfasilitasi kebutuhan cairan saat tidak ada kontraksi
- Memfasilitas ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi Ibu;
ibu memilih posisi terlentang dengan kedua lengan merangkul
kaki.
14.50 - Memberikan ibu apresiasi pada saat meneran dengan benar
- Membantu ibu melakukan pertolongan persalinan sesuai APN
- Bayi lahir pervaginam, langsung menangis, kulit kemerahan,
tonus otot baik, jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan
- Mengeringkan bayi diatas perut ibu.

Kala 3

Jam Dokumentasi Asuhan Keterangan


S : ibu merasa lega, mules di perut bagian bawah Virna Safira
O : k/u ibu baik, compos mentis
Abdomen : tidak ada janin kedua, tfu setinggi pusat
Genitalia : terdapat pengeluaran darah dari jalan lahir, tali pusat di
depan vulva
A : inpartu kala III
P:
- Menginformasikan kepada ibu bahwa sekarang akan disuntik
oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus. R/ ibu bersedia.
- Menyuntikkan oksitosin 10 IU pada paha kanan ibu, oksitosin
sudah disuntikkan dan tidak ada reaksi alergi dan kontraksi
14.51
uterus keras
- Mengklem tali pusat dan melakukan pengguntingan tali pusat.
Tali pusat sudah di klem dan digunting
- Meletakkan bayi di dada ibu dan menyelimuti bayi dengan
kain yang kering. Bayi dilakukan IMD.
- Memindahkan klem di dekat perineum ibu lalu melakukan
peregangan talipusat terkendali (PTT) untuk melahirkan
plasenta
15.00 - Plasenta lahir spontan
- Melakukan masase pada fundus uteri, tfu 2 jari dibawah pusat,
kontraksi keras
- Melakukan pengecekan adanya laserasi perinium. Didapati
laserasi perineum derajat 2
- Melakukan pengecekan kelengkapan plasenta. Plasenta dan
selaput ketuban lengkap

Kala 4

Jam Dokumentasi Asuhan Keterangan


S : ibu tidak ada keluhan Virna Safira
O : k/u ibu baik, compos mentis, TD = 100/70
Abdomen : tfu 2 jari di bawah pusat, kontraksi keras
Genitalia : rupture perineum derajat 2
A : inpartu kala IV
P:
- Menginformasikan kepada ibu bahwa plasenta sudah lahir dan
lengkap jika merasa pusing berkunang-kunang atau pandangan Virna Safira
gelap segera beritahu bidan. R/ ibu mengatakan tidak
mengalami hal-hal tersebut.
- Memberikan informed consent bahwa terdapat robekan
perineum sehingga harus dilakukan penjahitan. R/ ibu
15.30 mengerti dan bersedia. Bidan
- Melakukan penjahitan laserasi dengan menyuntikkan lidokain
1% yang diencerkan dengan aquades dalam spuit 5 cc terlebih
dahulu. Tidak ada reaksi alergi. Luka laserasi dijahit
menjelujur dan subcutis. Luka selesai dijahit, tidak ada
perdarahan aktif Virna Safira
- Mengevaluasi kontraksi dan kandung kemih, kontraksi keras
dan kandung kemih teraba kosong.
- Melakukan evaluasi perdarahan. Perdarahan yang keluar
±100cc
- Mengevaluasi IMD. IMD berhasil dilakukan selama ±30 menit
- Membersihkan ibu dan lingkungan ibu dari bekas darah
dengan air DTT dan membantu ibu mengganti pakaian ibu
- Membuang sampah medis dan non medis kedalam tempat
sampah yang disediakan dan dekontaminasi alat-alat bekas
pakai dalam larutan klorin 0,5% serta kembalikan alat yang
tidak terpakai ke tempat yang telah disediakan; Alat-alat bekas
pakai sudah direndam dalam larutan clorin 0,5% serta alat
yang tidak terpakai telah dikembalikan ketempat semula.
- Mengajarkan ibu dan keluarga teknik masase uterus. R/ ibu
dapat melakukan dengan baik
16.00
- Memfasilitasi ibu untuk beristirahat
- Melakukan pemantauan kala 4. Hasil terlampir pada partograf
- Melakukan perawatan pada bayi baru lahir :
 Melakukan pemeriksaan antropometri, didapatkan
BB/PB = 3000gr/49cm, LK/LD = 31cm/34cm
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan
HR = 150x/mnt, RR = 46x/mnt, S = 36,8oC
 Melakukan pemeriksaan fisik, didapatkan
BAK dan BAB (-), terdapat lubang anus dan lubang uretra
di bagian tengah penis, tidak ada kelainan.
 Menutup talipusat dengan kassa steril kering
 Memberikan salep mata chloramphenicol 1%, dan
17.00
menyuntikan vitamin K di paha kiri bayi
 Memakaikan pakaian bersih dan membedong agar
kehangatan bayi terjaga.
 Memberi suntikan imunisasi Hb0 1 jam setelah pemberian
suntikan vitamin K pada paha kanan bayi.
 Menjaga bayi tetap hangat, membedong bayi, dipakaikan
topi
17.30 - Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini di tempat tidur seperti
miring kiri-kanan. R/ ibu mengerti dan mau melakukan
anjuran bidan
- Memberikan privasi pada ibu dan suami untuk melakukan
bonding dengan bayi
- Membantu memindahkan ibu dan bayinya ke ruang nifas untuk
rawat gabung ibu dan bayi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari data kehamilan diketahui ibu melakukan ANC sebanyak 10 kali. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Antenatal Care bertujuan untuk mendeteksi dini
terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dan dapat menurunkan angka
kematian ibu serta memantau keadaan janin (Winkjosastro dalam Damayanti, 2009). WHO juga
merekomendasikan pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu hamil sangat dianjurkan
untuk mengurangi kematian selama kehamilan maupun saat persalinan. Rasional dalam
meningkatkan frekuensi kunjungan program antenatal adalah untuk mendiagnosis adanya
penyulit kehamilan sedini mungkin; namun tidak ada penelitian sebelumnya yang menilai efek
dari lebih sedikit kunjungan dengan ditemukannya penyulit kehamilan, sebab yang lebih penting
dari kunjungan antenatal adalah kualitas pemeriksaannya. Tenaga kesehatan juga dianjurkan
untuk melakukan promosi kesehatan rutin terkait gaya hidup sehat dan anjuran nutrisi untuk ibu
hamil (Mohamed Shaker El‐Sayed Azzaz, A., Martínez‐Maestre, M.A. and Torrejón‐Cardoso,
R., 2016).

Pada data subjektif Ny. MR datang ke puskesmas dupak pukul 11.00 wib mengeluhkan
kenceng-kenceng mulai pukul 23.00 wib. Ibu merasakan kenceng-kenceng semakin sering
setelah terjadi pengeluaran lendir bercampur darah mulai pukul 10.00 wib. Secara teori
keluarnya lendir bercampur darah pada masa akhir kehamilan bisa saja merupakan tanda awal
persalinan, karena selama masa kehamilan, serviks ditutupi oleh lendir yang kental. Ketika
mendekati persalinan, serviks akan membesar dan membuat jalan agar lendir itu keluar melalui
vagina. Warnanya bisa bening, merah muda, atau sedikit berdarah. Namun lendir bercampur
darah tidak selalu menjadi tanda awal bahwa akan melahirkan karena lendir ini bias juga keluar
ketika berhubungan seks saat hamil (Hall, J.E., 2010). Saat dilakukan pemeriksaan, didapati
kontraksi uterus terjadi dalam 10 menit sebanyak 3 kali dengan durasi 42 detik. Kontraksi yang
semakin sering pada akhir kehamilan dapat dipengaruhi oleh kadar hormon oksitosin yang
meningkat dalam plasma. Sumber lain juga menyebutkan terjadinya peregangan serviks uterus,
seperti yang terjadi selama persalinan, dapat menyebabkan refleks neurogenik melalui nukleus
paraventrikular dan supraoptic dari hipotalamus yang menyebabkan kelenjar hipofisis posterior
meningkatkan sekresi oksitosin yang memicu timbulnya kontraksi (Zhang, 2010).

Dalam praktiknya, pemeriksaan vagina adalah intervensi medis yang dilakukan pada saat
masuk ke bangsal persalinan, untuk mengkonfirmasi onset persalinan, menentukan permulaan
fase aktif persalinan dan memantau perkembangannya dengan menilai dilatasi serviks, tingkat
penipisan, konsistensi serviks dan keturunan serta posisi bagian presentasi janin. Meskipun ada
kurangnya bukti untuk mendukung atau menolak penggunaan VT dalam persalinan untuk
meningkatkan hasil, kebijakan umum untuk memantau perkembangan persalinan dengan VT
dilakukan setiap dua hingga empat jam seperti yang disarankan dalam berbagai pedoman
internasional dan nasional dan protokol rumah sakit local. Namun bagi persepektif wanita dalam
persalinan, VT dapat menjadi suatu hal yang positif dan memotivasi ketika menegaskan bahwa
persalinan sedang mengalami kemajuan, tetapi juga dapat dialami sebagai hal yang mengganggu,
invasif dan memalukan. Seringnya melakukan VT juga dapat menyebabkan infeksi (de Klerk,
H.W., Boere, E., van Lunsen, R.H. and Bakker, J.J., 2018). Pemeriksaan dalam yang dilakukan
pada Ny. MR, didapati pembukaan masih 3 cm, penipisan serviks 50 persen, penurunan kepala
hodge I, teraba ubun-ubun kecil dan ketuban utuh. Seperti yang didefinisikan oleh Friedman
(1972) dalam William Obstetric 22nd edition, onset persalinan laten adalah titik di mana ibu
merasakan kontraksi teratur dilatasi serviks berakhir di antara 3 dan 5 cm. Teori lain juga
menyebutkan fase laten adalah fase dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak munculnya kontraksi pertama kali yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan 3 cm, fase laten biasanya berlangsung dalam 7-8 jam. Karena fase
ini berlangsung lambat ibu biasanya diperbolehkan untuk berjalan-jalan atau melakukan aktivitas
ringan seperti biasanya selama selaput ketuban belum pecah.

Aktivitas kemajuan persalinan dipantau oleh tenaga penolong dengan menggunakan alat
bantu yaitu Partograf. Menurut Budijanto D (2006), partograf dapat digunakan untuk mendeteksi
dini masalah dan penyulit dalam persalinan seperti partus lama, perdarahan dan gawat janin,
sehingga dapat sesegera mungkin mengambil tindakan atau merujuk ibu dalam kondisi optimal.
Menurut WHO (1994) partograf merupakan suatu cara yang tepat untuk memantau keadaan ibu
dan janin selama dalam persalinan. Partograf standar WHO dapat membedakan dengan jelas
perlu atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Juga dapat dengan jelas membedakan persalinan
normal dan abnormal dan mengidentifikasi wanita yang membutuhkan intervensi (Bosse G,
Massawe S, Jann A., 2002). Setelah dilakukan observasi, 4 jam kemudian, ibu mengeluhkan
ingin mengejan dan didapati adanya tanda-tanda persalinan kala II antara lain adanya dorongan
ingin meneran, tekanan anus, vulva yang membuka perineum menonjol, dan terlihat bagian
kepala janin di introitus vagina. Kemudian, saat dilakukan pemeriksaan dalam diketahui
pembukaan lengkap 10 cm. Menurut Kilpatrick and Laros (1989) tahap ini disebut dengan
second stage labor atau kala 2 persalinan yang dimulai ketika dilatasi serviks maksimal (10cm)
dan berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi (janin). Pembukaan lengkap yang terjadi
disebabkan oleh kontraksi uterus yang adekuat, seperti yang sudah diketahui kontraksi uterus
berperan penting dalam proses peregangan serviks uterus (Lewis, 2015). Kontraksi ini menjadi
semakin kuat menjelang akhir kehamilan; kemudian berubah tiba-tiba, dalam beberapa jam,
menjadi kontraksi yang sangat kuat yang mulai meregangkan serviks dan kemudian memaksa
bayi untuk segera keluar melalui jalan lahir. Cunningham, F. G. et al., (2005) menemukan bahwa
perkembangan pada ibu multigravida terjadi lebih cepat pada persalinan fase aktif, dengan
peningkatan dilatasi serviks normal minimal 1,5 cm/jam. Penurunan kepala dimulai pada tahap
selanjutnya, dilatasi maksimal dimulai pada sekitar 7 hingga 8 cm, pada nulipara menjadi paling
cepat setelah 8 cm. Dari pernyataan tersebut maka tidak ada kesenjangan pada kemajuan
persalinan yang dialami oleh Ny. MR dengan teori yang ada.
Atas indikasi pembukaan lengkap (10 cm) dan kepala bayi sudah crowning namun
selaput ketuban belum pecah, sehingga amniotomi sebaiknya dilakukan. Dalam The American
College of Obstetricians and Gynecologists (2010) menyebutkan, jika membran utuh,
kecondongan untuk melakukan amniotomi boleh dilakukan. Manfaat yang diperkirakan dari
tindakan amniotomi adalah persalinan yang lebih cepat, dapat mendeteksi dini cairan amnion.
Kemudian, yang harus diperhatikan dalam tindakan amniotomi adalah, kepala janin harus
diaplikasikan dengan baik ke serviks dan tidak terlepas dari panggul selama prosedur agar
mencegah prolaps tali pusat. Secara teori, amniotomi dianggap dapat mengintensifkan dan
meningkatkan frekuensi kontraksi uterus dengan meningkatkan produksi dan pelepasan
prostaglandin dan oksitosin dan karenanya untuk mempersingkat durasi persalinan, dan prosedur
yang paling umum dalam praktik kebidanan. Namun, beberapa literatur menunjukkan
ketidaksetujuan mengenai tindakan amniotomi selama persalinan spontan (ER, P. and NA, I.J.R.,
2017). Bukti penelitian menunjukkan bahwa hanya wanita dengan kemajuan persalinan yang
benar-benar abnormal yang harus menjalani amniotomi (Iravani, M., Janghorbani, M., Zarean, E.
and Bahrami, M., 2015). Sebab tindakan amniotomi juga dapat meningkatkan insiden perlukaan
pada (kepala) bayi, perdarahan pasca persalinan dan emboli air ketuban, serta meningkatkan
kejadian sepsis neonaturum (Vadivelu, M., Rathore, S., Benjamin, S.J., Abraham, A.,
Belavendra, A. and Mathews, J.E., 2017)

Proses persalinan kala 2 Ny MR ini menempuh waktu sekitar 10 menit dari dilakukannya
amniotomi, seperti yang sudah dijelaskan pada salah satu paragraf diatas, menurut Kilpatrick and
Laros (1989) second stage labor atau kala 2 persalinan yang dimulai ketika dilatasi serviks
maksimal (10cm) dan berakhir dengan persalinan janin yang berdurasi rata-rata adalah sekitar 50
menit untuk nullipara dan sekitar 20 menit untuk multipara, tetapi bisa sangat bervariasi masing-
masing wanita. Pada kala 2 ini tidak dilakukan pertolongan persalinan dengan melakukan
tindakan kristeller maupun episiotomi karena Ny. MR sangat kooperatif dalam mengikuti
anjuran dari bidan untuk mengatur pernafasan dan saat mengejan, juga tidak ada indikasi
perinium kaku atau resiko gawat janin sehingga tindakan episiotomi dapat dihindari. Sesuai
dengan teori dari Erza (2012) bahwa pada ibu yang bisa mengatur pola pernapasan dengan baik
untuk tenaga mengejan dapat menghindarkan dari tindakan episiotomi. Selain itu memberikan
kebebasan ibu dalam memilih posisi seperti apa saat persalinan juga dapat mencegah terjadinya
persalinan dengan tindakan. Wanita harus didorong untuk mengambil posisi apa pun yang
mereka anggap paling nyaman. Preferensi wanita dapat berubah selama persalinan. Namun,
banyak wanita memilih posisi tegak atau posisi ambulant pada tahap awal persalinan dan
memilih untuk berbaring ketika persalinan mereka berlanjut. Dukungan terus menerus selama
persalinan memiliki manfaat klinis yang bermakna bagi wanita dan bayi dan tidak ada bahaya
yang diketahui. Semua wanita harus memiliki dukungan selama persalinan dan kelahiran.
Dukungan persalinan berkelanjutan oleh petugas persalinan dapat mengurangi Ibu dari letih yang
berlebih selama dan setelah persalinan dan melahirkan dan lebih puas. Pada periode postpartum,
ibu yang memiliki dukungan persalinan menunjukkan peningkatan ikatan bayi ibu dan menyusui
(Iravani, M., Janghorbani, M., Zarean, E. and Bahrami, M., 2015).
Proses persalinan kala 3 Ny. MR menempuh waktu 9 menit setelah bayi lahir. Dalam satu
menit setelah bayi lahir, Ny MR diberikan suntikan oksitosin pada paha kanan secara
intramuscullar (IM). Pemberian uterotonika menjadi salah satu prosedur di fasilitas kesehatan
yang menganut langkah asuhan persalinan normal (APN) yang tertuang dalam JNPKKR (2017)
dengan dasar pemberian uterotonika adalah salah satu tindakan manajemen aktif kala 3. Proses
manajemen aktif kala 3 dimulai dengan pemberian uterotonika sebelum plasenta lahir, tali pusat
dipotong dalam waktu 2-3 menit setelah bayi lahir, dan plasenta dilahirkan dengan mekanisme
penarikan tali pusat terkendali (controlled cord traction) (GLOWM, 2013). Oksitosin digunakan
secara luas pada tahap ketiga persalinan normal, tetapi waktu pemberiannya berbeda di berbagai
lembaga. Oksitosin, yang diberikan sebelum terjadi pengeluaran plasenta diketahui dapat
mengurangi kehilangan darah (Prendiville et al., 1988). Namun, ada juga bahaya signifikan yang
terkait dengan praktik ini. Penggunaan oksitosin, ergonovine atau methylergonovine, sebelum
pengeluaran plasenta dapat menjebak janin kedua yang tidak terdiagnosis dan tidak dapat
terkeluarkan. Kemudian, traksi tali pusat yang terkendali dimaksudkan untuk membimbing
plasenta dengan lembut dari rahim, melalui introitus segera setelah pemisahan plasenta,
berpotensi mengurangi kehilangan darah dan risiko pemisahan sebagian dan / atau jebakan
(Brucker, M.C., 2001).

Setelah proses pengeluaran plasenta, tahap selanjutnya adalah manajemen persalinan kala
4 yaitu asuhan pasca persalinan. Pada kasus Ny. MR, dilakukan manajemen kala 4 yaitu
melakukan evaluasi jumlah perdarahan, dan evaluasi adanya laserasi, penjahitan perineum dan
pemantauan keadaan umum ibu serta bayi. Pada Ny. MR didapati adanya laserasi derajat 2.
Laserasi atau terjadinya robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan. Hal ini
dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti kepala janin besar, presentasi defleksi (dahi,
muka), primipara, letak sungsang, pimpinan persalinan yang salah, trauma alat dan episiotomy.
Laserasi vagina dan perineum diklasifikasikan menjadi 4 namun pada laserasi derajat 2, robekan
hanya sebatas kulit dan selaput lendir, fasia dan otot-otot perineum namun harus tetap dilakukan
penjahitan/penyatuan jaringan kulit perineum agar tidak terjadi perdarahan dan infeksi luka
robekan. Perbaikan pada robekan perineum hampir sama dengan perbaikan sayatan episiotomi,
hanya saja garis pembelahan jaringan pada robekan spontan biasanya tidak teratur (Pasiowan, S.,
Lontaan, A. and Rantung, M., 2015).

Secara keseluruhan, asuhan kebidanan persalinan pada Ny. MR sudah sesuai dengan
asuhan persalinan normal dimana asuhan dilakukan dengan bersih, aman dan nyaman mulai dari
kala 1 sampai dengan kala 4 dan telah dilakukan upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir. Pencegahan
komplikasi persalinan melalui asuhan persalinan normal kedua yaitu mencegah terjadinya
retensio plasenta dengan melaksanakan manajemen aktif kala 3, kemudian mengandalkan
partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Pemantauan
keadaan umum Ny. MR dan bayinya dilakukan 2 jam pertama pasca persalinan. Selama 2 jam
pertama pasca persalinan dilakukan pematauan berkala tanda-tanda vital ibu dan bayi, tinggi
fundus uteri, kandung kemih, kontraksi uterus, dan darah yang keluar dengan hasil observasi
yang dikatakan dalam batas normal.

Melahirkan adalah peristiwa yang mengubah hidup. Perawatan yang diterima seorang
wanita selama persalinan memiliki potensi untuk memengaruhi dirinya baik secara fisik maupun
emosional dalam jangka pendek dan panjang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa tujuan perawatan intrapartum adalah mencapai ibu dan anak yang sehat menggunakan
intervensi sesedikit mungkin sesuai dengan keselamatan. Dalam perawatan kebidanan, banyak
intervensi yang kompleks, yang mengandung sejumlah komponen berbeda yang mungkin
berdampak pada dampak intervensi dalam pengaturan perawatan kesehatan. Woman-centred
care merupakan konsep penting dalam teori kebidanan. Woman-centred care sering dianggap
identik dengan perawatan kebidanan. Ini menyiratkan bahwa asuhan kebidanan difokuskan pada
kebutuhan individu yang unik, harapan dan aspirasi, daripada kebutuhan profesi atau lembaga
kebidanan (Leap, 2009). Internationl Confederation of Midwives juga mendukung filosofi
kemitraan, kepekaan budaya, dan kenormalan yang berpusat pada wanita saat kelahiran; promosi
perawatan diri, dan hak untuk menentukan sendiri (Internationl Confederation of Midwives
[ICM], 2017). Salah satu subtema terkuat yang muncul dalam konsep Woman-centred care
adalah bahwa Empowerement atau pemberdayaan. Pemberdayaan melibatkan perempuan dalam
pengambilan keputusan bersama dengan mempertimbangkan preferensi dan kebutuhan individu
mereka selama pemberian perawatan (Daemers et al., 2017; Ebert et al., 2014; Floris et al., 2017;
Homer et al., 2009; Thompson et al., 2016). Di seluruh studi mengenai promosi kelahiran normal
fisiologis terkait erat dengan penyediaan perawatan yang berpusat pada wanita. Komponen kunci
dari Woman-centred care antara lain seperti, perawatan yang komprehensif dan
berkesinambungan (Continuity of Care), kepuasan kelahiran ibu, outcome yang positif,
pemberian afirmasi positif oleh tenaga kesehatan selama siklus kehidupan wanita seperti dalam
kehamilan, persalinan hingga masa nifas. Selain memberikan kepuasan pada ibu, perawatan yang
berfokus pada wanita juga meningkatkan derajat kesehatan yang positif serta kualitas tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan (Brady, S., Lee, N., Gibbons, K. and Bogossian, F.,
2019).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada asuhan kebidanan persalinan fisiologis yang diberikan pada Ny MR mulai dari
pengkajian data subjektif, objektif, analisis dan penatalaksanaan yang diperoleh dan
dilakukan telah sesuai dengan teori yang ada. Penatalaksanaan yang telah dilaksanakan
sesuai denga analisa dan kebutuhan klien. Terjalinan hubungan yang baik antara klien dan
bidan. Klien cukup kooperatif dengan asuhan yang diberikan.

5.2 Saran
1) Bagi Bidan
Sebagai lini terdepan dalam pelayanan kesehatan ibu diharapkan bidan memiliki
kemampuan, keterampilan, dan performa yang baik agar asuhan kebidanan yang diberikan
dapat maksimal dan komprehensif
2) Bagi Mahasiswa
Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan dasar untuk penyusunan
laporan selanjutnya
3) Bagi Ibu Bersalin dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat mendampingi dan menjaga ibu pada setiap proses persalinan,
agar ibu dapat kooperatif dan dapat mengurangi rasa beban maupun nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rusmana. (2005). “Endokrinologi Kehamilan dan Persalinan”. Makalah Subbagian


Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Unpad, Bandung.
Brady, S., Lee, N., Gibbons, K. and Bogossian, F., 2019. Woman-centred care: An integrative
review of the empirical literature. International Journal of Nursing Studies, 94, pp.107-
119.
Brucker, M.C., 2001. Management of the third stage of labor: an evidence-based approach.
Journal of Midwifery & Women's Health, 46(6), pp.381-392.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2010. Jakarta : PT. Bina
Pustaka.
Coad, Jane. 2006. Anatomy and Physiology for Midwives. Second Ed. Edited by Melvin
Dunstall. London: Elsevier Inc.
Cunningham, F. G. et al. (2005) William OBSTETRICS 22nd edition. twenty-sec. Edited by D.
Rouse et al. United States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
de Klerk, H.W., Boere, E., van Lunsen, R.H. and Bakker, J.J., 2018. Women’s experiences with
vaginal examinations during labor in the Netherlands. Journal of Psychosomatic
Obstetrics & Gynecology, 39(2), pp.90-95.
ER, P. and NA, I.J.R., 2017. The effects of amniotomy on labor duration, cesarean section rates,
and maternal and fetal outcomes. Official Publicat Perinatal Med Found, 25(1), pp.19-25.
Guyton, A. C. and Hall, J. E. (2006) Text Book of Medical Physiology. Eleventh E. Edited by R.
Gruliow. Jackson, Mississippi: Churchill Livingstone, Inc.
Iravani, M., Janghorbani, M., Zarean, E. and Bahrami, M., 2015. An overview of systematic
reviews of normal labor and delivery management. Iranian journal of nursing and
midwifery research, 20(3), p.293.
JNPK-KR. 2008.Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir). Jakarta.
Mohamed Shaker El‐Sayed Azzaz, A., Martínez‐Maestre, M.A. and Torrejón‐Cardoso, R., 2016.
Antenatal care visits during pregnancy and their effect on maternal and fetal outcomes in
pre‐eclamptic patients. Journal of Obstetrics and Gynaecology Research, 42(9), pp.1102-
1110.
Norwitz, E. R. and Schorge, J. O. (2001) OBSTETRICS AND GYNECOLOGY AT A
GLANCE.pdf. 1th edn. London: Blackwell Science, Inc.
Pasiowan, S., Lontaan, A. and Rantung, M., 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 3(1), pp.54-60.
Pitkin, J., Peattie, A. B. and Magowan, B. A. (2003) Obstetrics and Gynaecology An Illustrated
Colour Text. 1th edn. Edited by I. Ramsden. London: Elsevier Inc.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 2.Jakarta : EGC.
Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika.
Vadivelu, M., Rathore, S., Benjamin, S.J., Abraham, A., Belavendra, A. and Mathews, J.E.,
2017. Randomized controlled trial of the effect of amniotomy on the duration of
spontaneous labor. International Journal of Gynecology & Obstetrics, 138(2), pp.152-
157.

Anda mungkin juga menyukai