Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL

DI RSUD RATU AJI PUTRI BOTUNG


KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

DISUSUN OLEH:

NURIYATI
NIM.21082037

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Ny. H Usia Kehamilan 36 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif Janin Tunggal Hidup
Intra Uterin di RSUD Ratu Aji Putri Botung”.
Dalam penyusunan laporan praktik ini saya menyadari adanya kekurangan dan
kesulitan, namun karena adanya bantuan dari berbagai pihak semua ini dapat terselesaikan.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat :
1. Bapak H. Mujito Hadi, MM, selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda
2. Bapak Assoc. Prof. Dr.Eka Ananta Sidharta, CA.,CfrA, selaku Rektor Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda
3. Ibu Hestri Norhapifah, S.ST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda
4. Surati, S.ST selaku pembimbing yang telah menyediakan fasilitas praktik dan ilmu
selama dua minggu.
5. Eka Frenty Hadiningsih, S.ST, M.Keb selaku pembimbing akademik yang telah
berkenan waktu untuk memberikan bimbingan hingga penyusunan laporan ini selesai.
Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharap kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini dan laporan
selanjutnya. Akhirnya saya berharap semoga laporan asuhan kebidanan ini bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca sekalian.
Samarinda, September 2022

Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


DI RSUD RATU AJI PUTRI BOTUNG
KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Disusun Oleh:
NURIYATI
21082037

Telah Disetujui
Pada tanggal

Mengetahui,
Pembimbing Lahan

Surati, S.ST

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Eka Frenty Hadiningsih, SST.M.keb


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Nurul Jannah, 2017: 1).
Persalinan normal juga dapat dikatakan sebagai suatu fenomena alam yang
mengarah pada penciptaan kehidupan baru, hal tersebut merupakan momen paling
menyentuh dan spesial dalam kehidupan seorang wanita dan merupakan pengalaman
unik yang bisa mereka dapatkan dan pada persalinan normal ini seorang ibu dilatih
untuk menghilangkan rasa takut dan kegelisahannya dalam menghadapi persalinannya
(Eun-Young Choi, dkk, 2015: 233).
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di
Negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup.
Beberapa Negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Sahata 179.000 jiwa
per 100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 69.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup,
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di
Negara-Negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup,
Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup,
Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup
(WHO, 2014).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI
(yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara–
negara tetangga di Kawasan ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia
mencapai 228, AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per
100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan
Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni
dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target
yang diharapkan berdasarkan Melenium Development Goals (MDSGs) pada tahun
2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti AKI di Indonesia jauh diatas
target yang ditetapkan WHO patau hampir dua kali lebih besar dari target WHO
(Depkes Kesehatan Indonesia, 2015).
Angka kematian ibu (AKI) melahirkan di Kabupaten Penajam Paser Utara masih
tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan AKI di Kabupaten lainnya yaitu
mencapai 107,6 per 10.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Sedangkan berdasarkan
hasil Survey Kesehatan Demografi Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 bahwasanya
AKI di Indonesia mengalami peningkatan yang seknifikan yaitu 359 kematian/100
ribu kelahiran hidup dari yang sebelumnya hanya 228/100 ribu kelahiran pada tahun
2000. Padahal pada target MilleniumDevelopment Goals (MDGs) pada tahun 2015
ialah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga per empatnya yaitu sebesar
102/100.000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Sebagian besar masalah penyebab kematian yaitu karena perdarahan, keracu
pada kehamilannya serta terinfeksi pada waktu masa nifas. Proses perdarahan tidak
lain di sebabkan karena ibu hamil mengidap penyakit anemia. Akan tetapi dalam hal
kematian pada ibu hamil diakibatkan infeksi yaitu menunjukkan adanya indikasi
kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanganan dalam manajemen infeksi,
tentu dalam hal ini berkaitan dengan tenaga yang membantu dikala persalinan.
Berbagai upaya untuk mengurangi AKI yang telah banyak dilakukan, dan salah
satu langkah terobosan yang paling mutakhir dari Kementerian Kesehatan di tahun
2011 ialah program Jaminan Persalinan (JARPERSAL) yaitu sebagai upaya
mengurangi angka kematian ibu dan bayi menuju pencapaian target. Adapun tujuan
dari Jampersal tersebut adalah upaya untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.
Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
dimana angka kematian ibu bersalin yang cukup tinggi. Keadaan ini disertai dengan
komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga memerlukan
pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bidang kesehatan, meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan
perinatal. Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi (Atika Purwandari, dkk, 2014: 47).
Di Afrika dan Negara berkembang lainnya penyebab tingginya angka kematian
ibu dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan yang terampil dalam membantu proses
persalinan sehingga hal tersebut menjadi penyebab utama kematian ibu pada daerah
tersebut. Dengan demikian, perawatan intra-partum yang meliputi persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan terampil sangat penting untuk mengurangi angka
kematian pada ibu (Abdurrahman, dkk, 2016: 64).
Banyak penelitian di Indonesia yang menunjukan bahwa ibu-ibu di Indonesia
tidak mau meminta pertolongan tenaga terlatih untuk memberikan asuhan persalinan
dan melahirkan bayi. Sebagian dari mereka beralasan bahwa penolong terlatih tidak
memperhatikan kebudayaan, tradisi dan keinginan pribadi para ibu dalam persalinan
dan kelahiran bayinya. Penyebab lain dari utilisasi atau pemanfaatan fasilitas
kesehatan adalah peraturan yang rumit dan prosedur tak bersahabat/menakutkan bagi
para ibu.
Asuhan persalinan normal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang
terintegritas dan lengkap tetapi dengan intervensi, sehingga setiap intervensi yang
akan di aplikasikan dalam asuhan persalinan normal mempunyai alasan dan bukti
ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan
proses persalinan. Asuhan persalinan memegang kendali penting pada ibu karena
dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinannya, membuat ibu lebih
yakin untuk menjalani hal tersebut serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin
terjadi dan ketidaknormalan dalam proses persalinan (Aat Agustini, dkk, 2012: 2).
Maka untuk melaksanakan standar Asuhan Persalinan Normal (APN) diperlukan
pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai
dengan standar yang ada, salah satunya upaya yaitu perlunya bidan mengikuti
pelatihan APN terutama yang belum pernah mengikuti. Hubungan antara kompetensi
bidan berdasarkan sikap dengan pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal (APN) juga
dapat mempengaruhi dimana sikap bidan yang kurang mendukung dapat
menyebabkan kurangnya kepatuhan bidan dalam pelaksaan asuhan persalinan normal
yang dilakukan. Sikap bidan terhadap asuhan persalina normal (APN) yaitu dibuktikan
dengan adanya tindakan yang sesuai saat persalinan berdasarkan 58 langkah asuhan
persalinan normal yang merupakan salah satu faktor keberhasilan bidan dalam
menyelamatkan ibu dan bayi dimasa kritis yaitu masa persalinan dan nifas. Maka
upaya untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan APN dapat dapat dilakukan instansi
kesehatan dengan menumbuhkan sikap bidan yang mendukung terhadap pelaksaan
APN melalui kegiatan seminar, pelatihan dan pengawasan (Suyanti, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul
“Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. U Usia Kehamilan 38-39 Minggu Inpartu
Kala I Fase Aktif Janin Tunggal Hidup Intra Uterin di RSUD Ratu Aji Putri Botung”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. U Usia
Kehamilan 38-39 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif Janin Tunggal Hidup Intra
Uterin di RSUD Ratu Aji Putri Botung.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis
potensial yang mungkin timbul pada ibu bersalin.
c. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
d. Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan
ibu bersalin.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
f. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan.
g. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.

C. Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi bagi rekan-rekan mahasiswa kebidanan ITKES WHS
Samarinda dalam Penerapan Asuhan Persalinan Normal.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan kepada instansi terkait
dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam penerapan pada Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada Ny. U Usia Kehamilan 38-39 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin di RSUD Ratu Aji Putri Botung.
4. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang
Asuhan Persalinan Normal.
5. Bagi Pasien
Pasien dapat menerima asuhan kebidanan persalinan normal yang bersih dan
sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
1) Konsep Dasar Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat dari dalam
uterus ke dunia luar. persalinan mencakup proses fisilogis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janjinya melalui
jalan lahir. persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin (jannah, 2014) Menurut Rohani (2014), Persalinan adalah
proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui
jalan lahir yang berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks oleh kekuatan his.
2) Jenis-Jenis Persalinan
a. Persalinan Spontan Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan Buatan Yaitu persalinan yang berlangsung dengan presentase
belakang kepala dengan bantuan tenaga ibu sendiri, tanpa adanya bantuan dari
luar misalnya ekstraksi dari foceps/vakum atau sectio caessarea.
c. Persalinan Anjuran Yaitu persalinan yang berlangsung bila kekuatan yang di
perlukan untuk persalinan di timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
misalnya pemberian Pitocin, prostaglandin (Damayanti, dkk, 2014:oktarna,
2016;prawirohardjo,2014).
3. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
a. Teori Penurunan Hormon
Satu sampai dua terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron. Penurunan
progesteron mempengaruhi relaksasi otot-otot Rahim, Sedangkan penurunan
estrogen mempengaruhi kerentanan otot-otot Rahim. Pada saat kehamilan terjadi
keseimbangan antara kedua hormon tersebut dan pada akhir kehamilan terjadi
penrunan hormon.
b. Teori Distensi Rahim
Rahim yang membesar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot rahim
sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
c. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terdapat ganglion servikalis, ketika ganglion tersebut
mengalami penekanan pada kepala janin dan mengakibatkan kontraksi pada
Rahim.
d. Teori Plasenta Menjadi Tua
Akibat tuanya placenta mengakibatkan turunnya kadar progesteron yang
mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi
pada Rahim.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan
karena menyebabkan kontraksi pada myometrium pada setiap umur kehamilan.
f. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot Rahim (kuswanti dan melina, 2014:3-4).
4. Faktor-faktor terjadinya persalinan
Ada 6 faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan yaitu :
a. Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang membantu atau mendorong prnurunan
dan keluarnya janin. Kekuatan tersebut terdiri dari his, kontraksi otot Rahim,
kontraksi diafrgama, dan aksi dari ligament dengan kerja sama yang baik dan
sempurna.
1) His
His adalah kontraksi uters karena otot-otot polos Rahim bekerja. Sifat his
yang baik yaitu kontraksi simetris, fndus dominan, terkoordinasi dan
relaksasi.
2) Tenaga ibu.
b. Passenger (faktor janin)
Passenger ini meliputi letak janin, sikap janin, presentasi, bagian bawah, dan
posisi janin.
c. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari tulang panggul (rangka panggul) dan bagianbagian lunak
dari pangul (otot-otot. Jaringan-jaringan, dan ligament-ligamen)
d. Psikologi ibu
Keadaan psikologi ibu memberi pengaruh pada persalinan ibu, ibu yang bersalin
di damping suami atau keluarga atau orang-orang yang di percayai ibu
cenderung mengalami proses persalinan yang lancar karena adanya kepercayaan
dan rasa nyaman yang dirasakan ibu. Di bandig dengan ibu bersalin yang tanpa
pendampingan.
e. Faktor penolong
Kompetensi yang di miliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar
persalinan dengan mencegah kemaian dan neonatal (asrinah dkk,2010:9-21).
f. Faktor posisi ibu
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi ibu dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang di berikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa
letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (sondakh, 2013).
5. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
a. Teori Penurunan Hormon
Satu sampai dua terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron. Penurunan
progesteron mempengaruhi relaksasi otot-otot Rahim, Sedangkan penurunan
estrogen mempengaruhi kerentanan otot-otot Rahim. Pada saat kehamilan terjadi
keseimbangan antara kedua hormon tersebut dan pada akhir kehamilan terjadi
penrunan hormon.
b. Teori Distensi Rahim
Rahim yang membesar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot rahim
sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
c. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terdapat ganglion servikalis, ketika ganglion tersebut
mengalami penekanan pada kepala janin dan mengakibatkan kontraksi pada
Rahim.
d. Teori Plasenta Menjadi Tua
Akibat tuanya placenta mengakibatkan turunnya kadar progesteron yang
mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi
pada Rahim.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan
karena menyebabkan kontraksi pada myometrium pada setiap umur kehamilan.
f. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot Rahim (kuswanti dan melina, 2014:3-4).
6. Fisiologis Persalinan
a. Perubahan Fisiologi Persalinan Kala I
Perubahan fisiologis persalinan kala I menurut Jannah (2014) yaitu:
1) Uterus
Uterus terdiri atas dua komponen fungsional utama yaitu miometrium dan
serviks.Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan
pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam persalinan.Kontraksi
uterus saat persalinan merupakan kontraksi otot yang menimbulkan rasa
yang sangat sakit, kontraksi ini bersifat involunter yang bekerja dibawah
kontrol saraf. Kontraksi berawal dari fundus, kemudian menyebar
kesamping dan ke bawah. Kontraksi terbesar dan terlama adalah dibagian
fundus, namun pada puncaknya kontraksi dapat mencapai seluruh bagian
uterus.
2) Serviks
Kala I persalinan ditandai dengan perubahan serviks secara progresif. Kala I
dibagi menjadi fase laten dan dase aktif. Fase laten berlangsung mulai dari
pembukaan serviks 0 cm sampai 3 cm. Pada fase ini, kontraksi uterus
kontraksi berlangsung 10-20 menit selama 15-20 detik. Fase aktif dimulai
pembukaan serviks 4 cm sampai 10 cm. Pada fase ini, kontraksi
uterusmenjadi efektif. Di fase aktif kontraksi berlangsung 2-3 menit sekali
selama 60 detik.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 15
mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg. Tekanan darah di antara
kontraksi kembali normal seperti sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan
cemas dapat juga meningkatkan tekanan darah.
4) Jantung
Pada setiap kontraksi 400ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke
dalam systemvaskuler ibu, hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung
sebesar 10-15%.
5) Suhu Tubuh
Suhu tubuh dapat sedikit naik (0,5-1 0C) selama persalinan dan segera turun
setelah persalinan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan metabolisme
dalam tubuh.
6) Sistem Pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik meningkat dan pemakaian oksigen terlibat dari
peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan
alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia, dan hipokapnea (CO2
menurun).
7) Psikologis
Seorang wanita yang sedang dalam masa persalinan mengalami perubahan-
perubahan fisiologis dan psikologis yang bermacam-macam, Pada fase laten
biasanya ibu merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan
segera berakhir. Pada fase aktif rasa khawatir ibu semakin meningkat.
Kontrasi menjadi semakin kuat dan frekuensinya semakin sering. Dalam
keadaan ini ibu ingin didampingi orang lain karena takut tidak mampu
beradaptasi dengan kontraksinya.
b. Perubahan Fisiologis kala II
Menurut Walyani, Purwoastuti, (2016) perubahan fisiologis kala II yaitu :
1) Uterus
Perbedaan keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim
(SBR) tampak lebih jelas. SAR dibentuk oleh korpus uteri dimana
dndingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sedangkan SBR
dibentuk oleh isthimust uteri yang sifatnya makin tipis disebabkan oleh
regangan. Dengan kata lain SAR dan SBR mengadakan relaksasi dan
dilatasi.
2) Serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap,
pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim
(SBR), dan serviks.
c. Perubahan Fisiologis Pada Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus
uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.Biasanya plasenta lepas daalam 6 menit-
15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri.Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.Komplikasi yang
dapat timbul pada kala II adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio
plasenta, dan tanda gejala tali pusat (Walyani, Purwoastuti, 2016).
d. Perubahan Fisiologis Pada Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir.
Hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali
dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan masase. Perlu dipastikan
bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada tersisa dalam uterus serta
bener-bener dijamin tidak terjadi perdarahan. Pemantauan tanda vital dimulai
segera setelah plasenta lahir. Kandung kemih harus kosong saat setelah plasenta
keluar agar uterus dapat berkontarksi dengan kuat. Hal ini berguna untuk
menghambat terjadinya perdarahan lanjut. Kemudian yang harus diperhatikan
ialah robekan perineum. Robekan perineum dapat dihindari dan dikurangi
dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin.
7. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Jannah, (2014) tanda persalinan yang sudah dekat ditandai dengan adanya
lightening atau settling atau dropping dan terjadi his palsu. Persalinan itu sendiri
ditandai dengan his persalinan, yang mempunyai ciri seperti :
a. pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan;
b. his bersifat teratur
c. mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. semakin beraktivitas semakin bertambah kekuatan kontraksinya Selain his,
persalinan ditandai juga dengan pengeluaran lendir karena terjadinya pembukaan
dan pengeluran darah dikarenakan kapiler pembuluh darah pecah. Persalinan juga
dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang pecah dengan sendirinya.
8. Tahapan Persalinan
a. Persalinan Kala I
Kala I atau kala pembukaan berlangsung dari pembukaan nol (0 cm) sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam,
sedangkan multigravida sekitar 8 jam.Pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Kala pembukaan dibagi menjadi dua fase :
1) Fase laten
a) Pembukaan serviks berlangsung lambat
b) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm
c) Berlangsung dalam 7-8 jam
2) Fase aktif
Berlangsung selam 6 jam dan dibagi menjadi tiga subfase,
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap.
b. Persalinan Kala II
Kala II atau disebut juga kala ―pengusiran‖, dimulai dengan pembukaan lengkap
dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi.
Kala II ditandai dengan :
1) His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengejan
3) Tekanan pada rektum dan anus terbuka, serta vulva membuka dan perineum
meregang.
c. Persalinan Kala III
Kala III atau kala pelepasan uri adalah periode yangdimulai ketika bayi lahir dan
berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Lama kala III pada
primigravida dan multigravida hampir sama berlangsung ± 10 menit.
d. Persalinan Kala IV
Dimulai dari lahir plasenta sampai dua jam pertama postpartum untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum. Kala IV pada primigravida
dan multigravida sama-sama berlangsung selama dua jam.
Observasi yang dilakukan pada kala IV meliputi :
1) Evaluasi uterus
2) Pemeriksaan dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum
3) Pemeriksaan dan evaluasi plasenta, selaput dan tali pusat
4) Penjahitan kembali episiotomi dan laserasi (jika ada)
5) Pemantauan dan evaluasi lanjut tanda vital, kontraksi uterus, lokea,
perdarahan, kandung kemih.
9. Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan adalah asuhan yang diberikan selama persalinan,dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan amandengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi (Rohani, dkk, 2014). Dalam asuhan persalinan terdiri
dari empat kala yaitu sebagai berikut :
a. Asuhan Persalinan Kala I
Asuhan persalinan kala II yaitu asuhan yang diberikan dimulai dari inpartu yang
ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
membuka dan mendatar hingga mencapai pembukaan lengkap (Rohani dkk,
2014). Menurut Jannah (2014)
b. Asuhan Persalinan Kala II, III, IV
Tanda-tanda kala II persalinan :
1) Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran)
2) Perineum menonjol (perjol)
3) Vulva vagina membuka (vulka)
4) Adanya tekanan pada spinter anus (teknus) sehingga ibu merasa ingin BAB
5) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
6) Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kala II :
1) Pemantauan ibu
2) Pemantauan janin
3) Persiapan penolong persalinan
Asuhan persalinan kala II, III, IV merupakan kelanjutan data yang
dikumpulkan dan dievaluasi selama kala I yang dijadikan data dasar untuk
menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama kala II, III, IV persalinan. Kala
II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir
dari keluarnya bayi, Kala III dari bayi lahir hingga plasenta lahir dan Kala IV
dimulai dari lahirnya plasenta hingga 2 jam postpartum.
Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang diberikan secara
bersih dan aman selama persalinan berlangsung.Menurut (Prawirohardjo,2016).
APN terdiri dari 60 langkah yaitu :
1) Mengamati tanda gejala persalinan kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau
vaginanya.
c) Perineum menonjol, Vulva dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan.Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung
suntik steri sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali
di partus set/ wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengotaminasi
tabung suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air desifenksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan
cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar.
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum
pecah, sedangkan pembukaan lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di
dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
10) Memastikan Denut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal(120-180kali/ menit).
11) Memberitahu Ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu Ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi Ibu untuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set
17) Memakai sarung tangan DTT atau sterip pada kedua tangan
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang
lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat
pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan – lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kassa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke
arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
pungggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati – hati
membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu penek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu – bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yangg bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,
ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada bayinya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10
unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke
arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati – hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
 Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati – hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
39) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps desinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan massase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras).
41) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban
lengkap dna utuh. Meletakkan plasenta didalam kantung plastik atau tempat
khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
42) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
43) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
44) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
45) Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
46) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
47) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
48) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering.
49) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
50) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdaraha pervaginam :
a) Dua sampe tiga kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. Setiap 15
menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
b) Setiap 20- 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
 Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
51) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
52) Mengevaluasi kehilangan darah.
53) Memriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
54) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
55) Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
56) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi,
membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah serta membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
57) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
58) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
59) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit.Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang.

B. Teori Manajemen Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan (Midwifery Management) adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan
dan evaluasi (Mudillah dkk, 2012: 110).
2. Tahapan dalam Manajemen kebidanan
Langkah – langkah asuhan kebidanan menurut varney (1997), yaitu sebagai berikut :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah berikutnya.
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang
meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung,
data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat memerikan
informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil
mungkin.Pasien adalah sumber informasi yang akurat dan ekonomis, yang di
sebut sebagi sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber data
skunder adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain dan anggota
keluarga.
Tekhnik pengumpulan data ada tiga yaitu ; Observasi, dimana pengumpulan
data melalui indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah),
pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka),
perdaban (suhu badan, nadi). Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang
umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang
penting di perhatikan adalah data yang ditanyakan di arahkan data yang relefan,
dan Pemeriksaan, dimana pengumpulan data yang dilakukan dengan memakai
instrument/alat mengukur. Dengan tujuan untuk memastikan batas dimensi
angka, irama kuantitas. Misalnya pengukuran tinggi badan dengan meteran,
berat badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensimeter.
Data secara garis besar diklasifikasikan sebagai data subyektif dan data
obyektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif harus mengembangkan
hubungan antar personalyang efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai,
lebih diperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan
mencemaskan, berupa pendapatan data/fakta yang sangat bermakna dalam kaitan
dengan masalah pasien (Mufdillah, dkk 2012: 111-113).
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara, anamneses dengan melakukan
tanya jawab untuk memperoleh data meliputi : riwayat kesehatan, riwayat
reproduksi : riwayat haid, riwayat obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas, riwayat ginekologi, riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data
sosial ekonomi dan psikologi.Dan pemeriksaan fisik, yang meliputi keadaan
umum klien, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi dan dilakukan pemeriksaan penunjang bila perlu.
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.
Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan
proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga
dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan
hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien
yang sebenarnya.
Pada persalinan kala I umumnya klien akan mengeluh tentang keadaannya
dimana klien merasakan mules pada perut bagian bawah yang menjalar
kepinggang, dan klien juga mengatakan bahwa terdapat pengeluaran lender
bercampur dengan darah, serta sifat nyeri yang dirasakan semakin lama semakin
sering dan bertambah kuat. Pada persalinan kala II umumnya ibu akan
merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran, adanya tekanan pada anus dan
tampak perineum menonjol, vulva, dan spingter ani membuka.
Pada persalinan kala III akan tampak pengeluaran plasenta dimana tali pusat
akan bertambah panjang yang di sertai dengan adanya semburan darah dan
terjadi perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri. Serta pada persalinan kala IV
atau kala obserfasi akan di tandai dengan kontraksi uterus yang baik, dan tanda-
tanda vital dalam batas normal pada 2 jam post partum, dengan pemantauan 15
menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua post partum.
b. Langkah II : Interpretasi Diagnosa atau Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data - data
yang di kumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga di temukan masalah atau diagnose yang spesifik. Langkah awal dari
perumusan masalah/diagnose kebidanan adalah pengelolahan/analisa data yang
menggabungkan dan menghubungkan satu dengan lainnya sehingga tergambar
fakta (Mufdillah, dkk 2012: 113).
Pada kala I persalinan, lama pembukaan yang berlangsung pada primigravida
yaitu berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung
selama 8 jam yang dimulai dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 10 cm.
Pada fase laten persalinan yang dimulai sejak awal kontraksi menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap yang berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm yang umumnya berlangsung selama 8 jam.
Kemudian pada fase aktif persalinan frekuensi dan kontraksi uterus meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggab adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10 cm dengan kecepatan rata-rata
1 cm per jam pada multigravida dan primigravida, atau lebih dari 1 sampai 2 cm
multigravida. Pada kala I persalinan juga perlu adanya pemeriksaan tanda-tanda
vital sekitar 2 atau 3 jam dan memperhatikan agar kandung kemih selalu kosong,
serta pemantauan denyut jantung janin ½ jam sampai 1 jam.
Pada kala II persalinan, dimulai dari pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi, pada kala II his menjadi lebih kuat, lebih
sering dan semakin lama. Proses ini berlangsung selama ± 1,5 jam pada
primigarvida dan ± 0,5 jam pada multigravida. Ibu akan merasakan adanya
dorongan kuat untuk meneran bersama dengan adanya kontraksi, adanya tekanan
pada anus dan tampak perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka,
serta meningktnya produksi pengeluaran lender bercampur darah. tanda pasti
kala II di tentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks
telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada kala III persalinan, dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit setelah penyuntikan oksitosin. Pada
manajemen aktif kala III ini bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga mencegah terjadinya perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah.Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu terjadinya perubahan
bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, dan terjadinya semburan darah
secara mendadak dan singkat.
Pada kala IV persalinan, dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum, dimana pemantauan dilakukan dengan mengobservasi tanda-tanda
vital pasien, kontrasi uterus, perdarahan dan kandung kemih pada15 menit pada
jam pertama dan 30 menit pada jam kedua post partum.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnose Atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangakaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap – siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar – benar terjadi(Mufdillah, dkk 2012: 117).
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I yaitu
terjadinya kala I lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital, DJJ kurang
dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit, terjadinya perdarahan pervaginam selain
dari lender dan darah, ketuban pecah yang bercampur dengan mekonium kental
yang di sertai dengan tanda gawat janin, kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi
dalam 10 menit dan berlangsung kurang dari 20 detik serta tidak di temukan
perubahan serviks dalam 1-2 jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah
kanan garis waspada pada partograf.
Pada kala II persalinan, kemungkinan masalah yang dapat terjadi yaitu,
terjadinya kala II lama yang di sertai dengan partus macet/kasep, dimana
partograf melewati garis waspada, terjadinya distosia bahu, kontraksi tidak
teratur dan kurang, tanda-tanda vital meningkat, dan ibu tampak kelelahan. Pada
manajemen aktif Kala III persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu
diantaranya terjadinya perdarahan pervaginam dikarenakan terjadinya laserasi
jalan lahir, atonia uteri karena kontraksi uterus yang tidak baik, dan terjadinya
retensio plasenta dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu terjadinya
perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang banyak, tanda-tanda vital
melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu tubuh meningkat,
kontraksi uterus yang tidak baik.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera.
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak
segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukan situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter. Mungkin
juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi
situasi setiap pasien untuk menetukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah
ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Mufdillah,
dkk 2012: 117-178).
Dalam persalinan tindakan yang memerlukan penanganan segera diantaranya:
Pada kala I persalinan yaitu terjadinya kala I lama yang mengakibatkan tanda
gawat janin, ketuban pecah yang bercampur mekonium kental, dan kontraksi
uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung dari 20 detik
serta tidak di temukan perubahan serviks dalam 1-2 jam atau pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf.
Pada kala II persalinan, kemungkinan masalah yang dapat terjadi yaitu,
terjadinya kala II lama yang di sertai dengan partus macet/kasep, dimana
partograf melewati garis waspada, terjadinya distosia bahu, kontraksi tidak
teratur dan kurang, tanda-tanda vital meningkat, dan ibu tampak kelelahan. Pada
manajemen aktif Kala III persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu
diantaranya terjadinya perdarahan pervaginam dikarenakan terjadinya laserasi
jalan lahir, atonia uteri karena kontraksi uterus yang tidak baik, dan terjadinya
retensio plasenta dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan masalah yang dapat terjadi yaitu terjadinya
perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang banyak, tanda-tanda vital
melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu tubuh meningkat,
kontraksi uterus yang tidak baik.
e. Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Komprehensif/Menyeluruh
Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnose atau masalah yang telah diidentiikasi atau antisipasi, pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap di lengkapi (Mufdillah, dkk 2012).
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Rencana yang dibuat harus rasional
dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
evidance terkini serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan
klien.
Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada persalinan normal yaitu,
memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam
kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap
persalinan, membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia
berperan serta aktif dalam menentukan asuhan. Membantu keluarga dalam
merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran dan memberikan asuhan
pasca persalinana dini, dan mengenali masalah secepatnya dan mengambil
keputusan yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien).
Perencanaan asuhan tindakan yang perlu dilakukan juga dapat berupa,
pemantauan terus menerus kemajuan persalinan mengunakan partograf,
pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi kebutuhan nutrisi dan
dehidrasi ibu, menganjurkan ibu perubahan ambulasi dan posisi ibu,
menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman, serta
menganjurkan keluarga member dukungan.
f. LangkahVI : Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksankan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggab efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk
2012: 118-119).
3. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan (SOAP)
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjekti dan
objekti yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial serta
kongseling untuk tindak lanjut.
a. Data Subjektif
Merupakan data yang berisi informasi dari klien.Informasi tersebut dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu
pemeriksaan laboratorium, USG, dll.Apa yang dapat di obserfasi oleh bidan
akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang akan di tegakkan.
c. Assessment
Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif
yang didapatkan.
d. Planning/Perencanaan
Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan
yang dibuat (Ai Nursiah, 2014: 234).
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN


PADA NY. U G1P0000 USIA KEHAMILAN 38-39 MINGGU
DI RSUD RATU AJI PUTRI BOTUNG

NO. REGISTER :
MASUK RS TANGGAL, JAM : 30 Agustus 2022
DIRAWAT DIRUANG : VK

Biodata Ibu suami


Nama : Ny. U Tn. P
Umur : 22 Tahun 29 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa Jawa
Pendidikan : SMA DIII
Pekerjaan : IRT Pegawai
Alamat : Penajam RT 01
No. Telpon/Hp : 0822-02xx-xxxx

DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk kamar bersalin
Nyeri perut tembus ke belakang yang di sertai pelepasan lendir dan darah sejak
tanggal 29 Agustus 2022 pukul 21.00 WITA.
2. Keluhan utama
Ibu merasakan nyeri perut tembus ke belakang sejak tanggal 29 Agustus 2022
pukul 21.00 WITA, dan terdapat pelepasan lendir dan darah sejak tanggal 29
Agustus 2022 pukul 21.00 WITA. Sifat nyeri yang dirasakan hilang timbul
dan semakin lama semakin sering dan tidak ada pengeluaran air dari jalan
lahir. Serta usaha klien untuk mengatasi keluhannya adalah dengan mengelus-
ngelus perut dan pinggangnya.
3. Tanda-tanda persalinan
a. Kontraksi uterus sejak tanggal 29 Agustus 2022 pukul 21.00 WITA
Frekuensi 3 kali dalam 10 menit
Durasi 35-40 detik
Kekuatan : kuat/sedang/lemah
Lokasi ketidaknyamanan di daerah perut tembus kepinggang.
b. Pengeluaran per vaginam Lendir darah : ya/tidak
Air ketuban : ya/tidak, banyaknya ….. cc, warna …..
Darah : ya/tidak, banyaknya 2 cc, warna merah
4. Riwayat sebelum masuk ruang bersalin :
Pasien dari UGD.
5. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT: 07-12-2021 HPL: 14-09-2022
Menarche umur 14 tahun, siklus 28 hari, lama 7 hari, banyaknya 2-3x ganti
pembalut.
ANC teratur/tidak, frekuensi 10 kali, di UPT Puskesmas Penajam
Keluhan/komplikasi selama kehamilan: Tidak ada
Riwayat merokok/minum-minuman keras/minum jamu : tidak pernah
Imunisasi TT 1 : ya/tidak, tanggal lupa
Imunisasi TT 2 : ya/tidak, tanggal pada saat hamil usia 5 bulan
6. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 12 kali
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Hamil Persalinan Nifas


Ke Tgl Umur Jenis peno komplikasi Jenis BB laktasi komplikasi
lahir keha persali long Ibu Bayi kelamin lahir
milan nan
1 Hamil ini

8. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


No Jenis Mulai Memakai Berhenti/ Ganti Cara
kontrasepsi Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
9. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, asma, dan
hipertensi. Tidak ada riwayat penyakit menular: tuberculosis, malaria,
hipertensi, dan penyakit menular seksual. Tidak ada riwayat alergi
makanan maupun obat-obatan. Tidak ada riwayat operasi dan sebelumnya
tidak pernah di opname di rumah sakit maupun di puskesmas.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes
militus, asma, dan penyakit keturunan lainnya.
c. Riwayat keturunan kembar
Tidak ada keturunan kembar.
10. Makan terakhir tanggal 29 Agustus 2022 jam 17.00 WITA Jenis Nasi, Lauk
dan sayur.
Minum terakhir tangal 29 Agustus 2022 jam 17.10 WITA Jenis air putih
11. Buang air besar terakhir tanggal 29 Agustus 2022 Jam 18.00 WITA
12. Buang air kecil terakhir tanggal 29 Agustus 2022 Jam 18.00 WITA
13. Istirahat/tidur dalam 1 hari terakhir 6 Jam
14. Keadaan Psikososial Spiritual/kesiapan menghadapi proses persalinan
a. Pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan dan proses persalinan
Ibu mengatakan mengetahui tanda-tanda persalinan dan proses persalinan.
b. Persiapan persalinan yang telah dilakukan (Pendamping ibu, biaya, dll)
Ibu mengatakan sudah mempersiapkan persiapan persalinan, saat ini ibu
didampingi oleh suami dan ibu menggunakan BPJS untuk jaminan
kesehatan ibu dan bayi.
c. Tanggapan Ibu dan Keluarga terhadap proses persalinan yang dihadapi
Ibu mengatakan cemas karena kondisi saat ini.

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
kesadaran : Composmentis
b. Status emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 89 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,6 0C
c. TB : 155 cm
BB : sebelum hamil 45 kg, BB sekarang 55 kg
IMT : BB/TB2 (45/1552 = 18,75)
LILA : 28 cm
c. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak edema
Cloasma gravidarum +/-
Mata : simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak
bengkak, konjungtiva merah muda, sklera putih
(tidak ikterus)
Mulut : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah,
tidak ada caries, tidak ada gigi yang tanggal, tidak
ada stomatitis dan gusi tidak berdarah.
Leher : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid,
kelenjar limfe dan vena jugularis, tidak ada kelainan.
d. Payudara
Bentuk : simetriks kiri dan kanan
Putting susu : putting susu menonjol
Colostrums : kolostrum ada saat di pencet
e. Abdomen
Pembesaran : Nampak pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan
Benjolan : Tidak ada benjolan
Bekas luka : tidak ada bekas luka operasi
Strie gravidarum : Nampak striae alba dan linea nigra
Palpasi Leopold
Leopold I : Teraba bulat dan lunak (bokong)
Leopold II : Teraba keras memanjang seperti papan dibagian
kiri dan teraba bagian kecil-kecil di sebelah kanan
(punggung kiri)
Leopold III : Teraba keras, bulat dan melenting (kepala)
Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul (divergen)
Osborn test :-
TBJ : TFU: 30 cm, TBJ : (30-11)x155=2945 gram
Auskultasi DJJ : punctum maksimum sebelah kiri kuadran 3
Frekuensi : 132kali per menit
HIS : Frekuensi : 3 kali dalam 10 menit
Durasi : 35-40 detik
Kekuatan : kuat/sedang/lemah
Palpasi supra pubik :-
h. Punggung : nyeri
i. Pinggang : nyeri/tidak
j. Ekstremitas
Kekakuan otot dan sendi : kuat
Edema : tidak ada oedema
Varices : Tidak ada varices
Refleks patella : positif
Kuku : bersih

k. Genetalia luar
Tanda chadwich : Ada

Varices : Tidak ada


Bekas luka : Tidak ada
Kelenjar bartholini : Tidak ada
Pengeluaran : Lendir darah dan air ketuban
l. Anus
Hemoroid : Tidak ada
m. Pemeriksaan dalam, tanggal 30 Agustus 2022 oleh Nuriyati
Vulva dan vagina normal, portio tebal, pembukaan 5, selaput keetuban (+),
penurunan hodge 2+, molase tidak ada.
1. Pemeriksaan penunjang
HB: 12 gram%
HBSAg : Negatif
ASSASSMENT
1. Diagnosis Kebidanan
Ny. U umur 22 tahun, G1P0000 usia kehamilan 38-39 minggu kala I fase
laten, janin tunggal, hidup intra uterin.
2. Masalah
Nyeri perut tembus ke belakang
3. Kebutuhan
Mengelus-ngelus perut dan pinggangnya.
4. Diagnosis potensial
Tidak ada
5. Masalah potensial
Tidak ada
6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a. Mandiri
 Observasi kesejahteraan ibu dan janin
 Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri
b. Kolaborasi
Kolaboraasi dengan dokter SpOG untuk tindakan selanjutnya
c. Merujuk
Tidak ada

PLANNING ( Termasuk Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi )


Tanggal 30 Agustus 2022 jam 08.00 WITA
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah dalam waktu persalinan
yaitu sudah pembukaan 4 cm, TD: 90/80 mmHg, N: 89x/m R: 20x/m, S: 36,6 0C
DJJ 136x/m, dan secara keseluruhan kondisi ibu dan janin dalam batas normal.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan kepada suami atau keluarga untuk memberi dukungan dan support
mental kepada ibu agar semangat dalam menjalani proses persalinan. Evaluasi :
suami atau keluarga bersedia untuk memberikan dukungan dan support mental
kepada ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk makan atau minum di sela-sela kontraksi agar
menambah energi saat mengejan.
Evaluasi : ibu bersedia untuk makan atau minum
4. Melakukan masase atau pijatan lembut dengan sedikit ditekan atau seperti
mengusap-usap pada titik nyeri (bagian punggung) ibu untuk mengurangi nyeri
karena kontraksi.
Evaluasi : masase sudah dilakukan dan ibu merasa nyeri kontraksi berkurang.
5. Mengajari ibu untuk melakukan relaksasi dengan cara menarik nafas panjang
melalui hidung dan di hembuskan melalui mulut, bermanfaat mengurangi nyeri
saat ada kontraksi.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat melakuka relaksasi dengan benar.
6. Mengobservasi keadaan ibu dan janin tiap 1 jam serta mencatat pada
lembarobservasi.
Evaluasi : observasi sudah dilakukan dan telah dicatat pada lembar patrograf.
7. Melakukan asuhan sayang ibu dengan memberikan perhatian dan menyemangati
ibu dalam menghadapi proses persalinan.
Evaluasi : asuhan sayang ibu sudah dilakukan dan ibu tampak relaks.
8. Menyiapkan partus set, resusitasi set, heating set, obat-obatan esensil (oksitosin,
metil ergometrin dan lidocain), tempat yang nyaman, serta perlengkapan ibu dan
bayi.
Evaluasi : peralatan, obat-obatan esensial, serta perlengkapan ibu dan bayi sudah
di siapkan.
9. Mendokumentasikan semua tindakan
Evaluasi : dokumentasi tindakan sudah dilakukan

PERSALINAN KALA II
Tanggal 30 Agustus 2022 Pukul 11.00 WITA
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin kuat dan sudah tidak tahan ingin meneran, rasanya
seperti ingin buang air besar.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaaan Umum : Baik
Kesadaran :Composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90 kali/ menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 36,1oC
Abdomen : DJJ 128 kali/menit reguler, his 4x10’ 45” teratur kuat
perlimaan 1/5, Kandung kemih kosong
Genetalia : VT : 10 cm, portio tidak teraba, penipisan 100% ketuban sudah
pecah, jernih, sutura sagitalis terpisah, tidak ada molase atau
penyusupan, penurunan kepala di Hodge IV, POD teraba UUK,
presentase belakang kepala, tidak ada penumbungan atau lilitan
tali pusat, tidak teraba bagian terkecil janin, terdapat dan tanda
gejala kala II : perenium menonjol, vulva membuka, tekanan
pada anus.

3. ANALISA
Ny. U umur 22 tahun G1P0000 usia kehamilan 38-39 minggu janin tunggal, hidup intra
uterin dengan persalinan kala II

4. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap (10 cm),
ketuban sudah pecah.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia dipimpin untuk mengejan
b. Memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin, metil ergometrin,
dan obat-obatan esnsial lainya, memakai APD, persiapan menolong persalinan.
Evaluasi : alat sudah lengkap dan penolong persalinan sudah siap.
c. Memposisikan ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang
benar, yaitu apabila ada kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari
hidung, ditahan kemudian mengejan, amat tidak boleh tertutup, menundukan
kepala melihat ke perut, dagu menempel pada dada, tidak boleh bersuara saat
mengejan, kedua tangan bera pada selengkangan paha dan ditarik kearah dada.
Evaluasi : ibu nyaman dengan posisi dorsal recumbent dan bisa mengejan
dengan benar
d. Meminta suami atau keluarga untuk memberi support, makan atau minum saat
tidak ada kontraksi
Evaluasi : suami atau keluarga bersedia memberi support serta makan atau
minum pada ibu
e. Melakukan pertolongan persalinan yaitu meletakkan handuk atau kain bersih di
perut ibu, saat kepala bayi terlihat 5-6 cm didepan vulva, menyiapkan kain 1/3
bagian di bokong ibu untuk stenen, membuka partus set, memakai sarung tangan
steril, membantu ibu melahirkan kepala, menganjurkan ibu untuk bernafas
pendek, tidak ada lilitan tali pusat, menunggu bayi putaran paksi luar, posisi
tangan biparietal, membantu ibu melahirkan bahu anterior dan superior,
melakukan sanggah susur, bayi lahir spontan (pukul 11.15 WITA) bayi
menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin
perempuan.
Evaluasi : pertolongan persalinan sudah dilakukan, bayi lahir spontan pukul
11.15 WITA.
f. Mendokumentasikan semua tindakan
Evaluasi : dokumentasi sudah dilakukan

PERSALINAN KALA III


Tanggal 30 Agustus 2022 Pukul 11.25 WITA
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lega dan senang bayinya sudah lahir, ibu merasa lemas dan mulas.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Abdomen : Tidak ada janin kedua
TFU : setinggi pusat
Kontraksi : keras
Kandung kemih : kosong
Genetalia : Tampak tali pusat menjulur di depan vulva dan semburan
darah ±100 cc.
3. ANALISA
Ny. U umur 22 tahun P1000 persalinan kala III

4. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa tidak ada janin kedua dan
akan disuntikkan oksitosin 10 IU (1 cc) pada paha kanan bagian luar untuk
membantu melahirkan plasenta
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia disuntik oksitosin
b. Menyuntikkan oksitosin menggunakan spuit 3 cc, dosis 1 cc, (10 IU), secara IM
pada paha kanan bagian luar.
Evaluasi : oksitosin sudah disuntikkan
c. Melakukan jepit potong tali pusat, memegang tali pusat sekitar 5 cm, mengklem
tali pusat kearah ibu 3cm, dan ke arah bayi 2 cm, menggunting dengan tangan
kiri melindungi perut bayi, kemudian mengikat tali pusat menggunakan benang
tali pusat, setelah itu bayi diletakkan di perut ibu untuk IMD selama 1 jam.
Evaluasi : jepit potong tali pusat sudah dilakukan
d. Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali), memajukan klem 5-10 cm
didepan vulva, tangan dorsokranial, terdapat tanda-tanda pelepasan tali pusat
seperti: semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, perubahan uterus
menjadi globuler.
Evaluasi : pelepasan plasenta sudah dilakukan dengan teknik PTT sudah di
lakukan (kontraksi keras)
e. Melakukan pengecekan plasenta dengan kassa, sisi maternal lengkap (20
kotiledon), sisi vetal lengkap ( 1 pembuluh darah vena dan 2 pembuluh darah
arteri.
Evaluasi : pengecekan plasenta sudah dilakukan (plasenta lengkap)
f. Mengecek pelebaran atau laserasi jalan lahir dengan menggunakan kassa
Evaluasi : terdapat laserasi jalan lahir derajat 2
g. Memberitahu ibu bahwa terdapat laserasi jalan lahir derajat 2 dan akan
dilakukan penjahitan perenium.
Evaluasi : ibu bersedia dilakukan penjahitan luka perenium
h. Menjahit luka perenium derajat II yaitu (mukosa vagina, kulit dan jaringan
perinium), menggunakan benang cromic, menjahit dengan teknik satu-satu (2
kali jahitan) dari bagian dalam hingga ke permukaan perenium dan menjahit
dengan anestesi dengan lidokain.
Evaluasi : Menjahit luka perenium sudah dilakukan.
i. Mendokumentasikan semua tindakan
Evaluasi : dokumentasi sudah dilakukan
j. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir selama 15 detik, dengan
cara masase lembut pada perut bagian bawah searah jarum jam, (kontraksi keras)
Evaluasi : masase uterus
PERSALINAN KALA IV
Tanggal 30 Agustus 2022 Pukul 11.40 WITA
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa lelah dan mules karena selesai bersalin, dan luka jahitan
terasa perih

2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kontraksi uterus teraba keras
TFU 1 jari di bawah pusat
Kandung kemih kosong
Perdarahan 50 cc

2. ANALISA
Ny. U umur 22 tahun P1A0AH1 persalinan kala IV

3. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TTV, TD: 110/70
mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36,5 0C, TFU 2 jari di bawa pusat, kontraksi
keras, perdarahan 15 cc.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b. Membersihkan tubuh ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air dtt,
membantu ibu menggunakan pembalut di celana, memakai baju bersih dan
menggunakan jarik.
Evaluasi : ibu sudah merasa nyaman karena telah dibersihkan dan sudah
menggunakan pakaian bersih
c. Memastikan kontraksi uterus dan mengajari ibu atau keluarga cara melakukan
masase uterus, yaitu, tangan ibu atau keluarga di letakkan pada perut bagian
bawa ibu kemudian mengusap (pijatan lembut) searah jarum jam selama 15
detik.
Evaluasi : kontraksi keras, ibu mengerti dan dapat melakukan masase uterus
dengan benar
d. Dekontaminasi alat-alat yang telah digunakan kedalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit dan memuang sampah pada tempatnya
e. Evaluasi : dekontaminasi alat sudah dilakukan dan sampah telah di buang pada
tempatnya
f. Mengecek apakah terjadi perdarahan atau tidak
Evaluasi : tidak terjadi perdarahan
g. Cuci tangan 7 langkah
Evaluasi : cuci tangan 7 langkah telah dilakukan
h. Melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam post partum yaitu, setiap 15
menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam ke dua
Evaluasi : pemantauan dua jam post partum telah dilakukan.
i. Medokumentasi tindakan dan melengkapi partograf
Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan dan partograf sudah di lengkapi.

Samarinda, 20222
CI Lapangan Pembimbing Institusi Mahasiswa

(……………………….) (……………………….) (……………………….)


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada Ny. U
dengan persalinan normal dengan pendekatan manajemen kebidanan SOAP mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan
praktek yang dialami penulis saat melakukan studi kasus.
Ny. U datang ke rumah sakit pada hari Senin tanggal 29 Agustus 2022, pukul 22.00 WITA,
mengeluh kenceng-kenceng dan sudah keluar lendir darah dari jalan lahir. Dari hasil
perhitungan HPHT 07-09-2021 ditemukan HPL 14-09-2022 yang berarti kehamilan ibu cukup
bulan yaitu usia kehamilan 38-39 minggu. Hal ini sesuai dengan Fitriana (2018) yang
menyatakan bahwa tanda-tanda persalinan kala I diantaranya adalah terjadinya his atau
kontraksi yang belum teratur dan keluarnya lendir bercampur darah.
1. Kala I
Ny. U mengatakan kenceng-kenceng pada pukul 21.00 WITA tanggal 29 Agustus 2022,
sudah keluar lendir darah dan belum keluar cairan dari jalan lahir, dilakukan pemeriksaan
dalam (VT), dengan hasil pembukaan 5 cm, kemudian Ny. U dianjurkan untuk istirahat.
Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam (VT) ke dua padapukul 11.00 WITA tanggal
30m Agustus 2022 dengan hasil pemeriksaan, pembukaan 10 cm, sesuai dengan
Kemenkes (2013) yang menyatakan bahwa persalinan dengan partograf dimulai pada
pembukaan 5 cm. kemudian Ny. U dianjurkan istirahat di dilakukan observasi karena
sudah memasuki kala I fase aktif dengan pembukaan 5 cm. Hal ini sesuai dengan
Fitriana, dkk (2018) yang menyatakan bahwa persalinan kala I Fase Aktif yang
berlangsung selama 6-7 jam. Saat melakukan observasi persalinan kala I, Ny. U
mengeluh terasa nyeri pada daerah punggung dan perut, kemudian menganjurkan ibu
untuk melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri akibat kontraksi.
Cara melakukan relaksasi nafas yaitu menarik nafas dari hidung dalam waktu 3-5 detik
kemudian menghembuskan lewat mulut dalam waktu 3-5 detik pada saat kontraksi uterus
dengan kombinasi posisi duduk/tiduran 10 menit, berjalan 10 menit, dan berdiri 10 menit
(Astuti Titi, 2019). Asuhan ini didukung oleh penelitian Astuti Titi (2019) yang
mengatakan bahwa relaksasi nafas bertujuan untuk mengurangi ketegangan otot,
mengurangi rasa takut dan kecemasan yang ada padadiri pasien karena ketika dilakukan
relaksasi nafas, ibu akan merasakanrileks dan nyaman. Penulis juga melakukan massage
ef lurage yaitu pijatan dengan tekanan lembut pada punggung ibu serta penulis
memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada Ny. U dan memberi makan atau
minum di sela-sela kontraksi. Asuhan ini didukung oleh penelitian Susilawati, (2018)
yang menyatakan bahwa massageef lurage adalah bentuk massage dengan menggunakan
telapak tanganyang memberi tekanan lembut dengan pola gerakan melingkar
padapinggang bagian bawah. Asuhan yang diberikan sesuai dengan PERMENKES nomer
1109/Menkes/Per/IX/20017 tentang pelayanan pengobatan alternatif melalui akupuntur,
akupressure, naturopatihomeopati, aromaterapi dan ayurweda. Pada pukul 11.15.00 Ny.U
merasakan adanya pengeluaran cairan ketuban hasil pemeriksaan dalam pembukaan 10
cm, selaput ketuban tidak teraba, terdapat pengeluaran ketuban jernih dan lendir darah.
Pada jam 11.00 WITA Ny.U mengatakan ingin mengejan dan seperti ingin BAB. Hasil
pemeriksaan dalam (VT) pembukaan 10 cm, tidak ada penumbungan tali pusat, tidak ada
molase, dan selaput ketuban sudah tidak teraba. Kalasatu Ny. U berlangsung selama 9
jam. Hal ini masih dalam batas normal sesuai dengan teori Fitriana, (2018) bahwa
persalinan pada ibu primigravida berlangsung selama 12 jam.
2. Kala II
Berdasarkan data rekan medis pada pukul 16.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam (VT)
dengan hasil, vulva tenang, portio tidak teraba, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban
sudah pecah, presentasi belakang kepala, tidak ada penumbungan tali pusat atau
ektremitas janin, UUK berada pada jam 12, terdapat tanda gejala kala II yaitu dorongan
mengejan, tekanan pada anus, pereniummenonjol dan vulva membuka, hal ini sesuai
dengan Asrinah (2010) yang menyatakan tanda-tanda kala II yaitu telah terjadi
pembukaanlengkap, rasa ingin meneran, ada dorongan pada rektumatau vagina, perineum
terlihat menonjol, vulva dan spingter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir
darah. Kontraksi 4x/10’50”. Bayi Ny. U lahir pada pukul 11.15 WITA, bayi perempuan
lahir spontan, kulit kemerahan, menangis kuat, tonus otot baik, APGAR skor 9 dan
dilakukan IMD selama 1 jam. Asuhan persalinan yang diberikan pada Ny.U sudah sesuai
dengan 60 langkah APN dan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan standar 10
persalinan kala II yang aman.
3. Kala III
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai
plasenta lahir (Sari dan Rimnadhini, 2014). Setelah memastikan tidak ada janin kedua,
Ny. U di suntikkan 10 IU oxytosin pada paha kanan bagian anterolateral segera setelah
bayi lahir dan menunggu tanda-tanda lepasnya plasenta. Asuhan ini didukung oleh
penelitian Purwanti (2017) yang menyatakan bahwa tujuan pemberian oxytocin adalah
untuk memperkuat kontraksi uterus yang muncul setelah bayi lahir. Kemudian terdapat
tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu semburan darah secara tiba-tiba, tali pusat
memanjang, dan perubahan uterus menjadi globuler, kemudian melahirkan plasenta
dengan Teknik PTT, plasenta lahir lengkap pada pukul 11.25 WITA, terdapat laserasi
jalan lahir derajat 2 yaitu mukosa dan kulit perenium, dan sudah dijahit. Hal ini sesuai
dengan Sari dan Rimandhini (2014) yangmenyatakan bahwa Kala III dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses
pada kalaIII berlangsung selama 5-30 menit. Asuhan yang diberikan sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan standar 11 penatalaksanaan aktif persalinan kala 3.
4. Kala IV
Laserasi perenium derajat 2 sesuai dengan teori Sari dan Rimandini (2014) yaitu laserasi
perineum derajat 2 yaitu mukosa vagina dan kulit perenium, sudah dilakukan penjahitan,
ibu megeluh perutnya terasa mules dan nyeri pada luka jahitan perenium, kemudian
membersihkan badan ibu dari bekas cairan dan darah setelah itu membantu ibu
menggunakan pakain bersih, kemudian mendekontamiasi alat kedalam larutan klorin
0.5% dan melakukan pemantauan 2 jam post partum yaitu 1 jam pertama setiap 15 menit
sekali dan pada jam ke dua setiap 30 menit sekali. Di dapatkan hasil, keadaan umum
baik, kesadaran compos mentis, pemeriksaan TTV normal yaitu TD : 110/70 mmHg, N:
80x/m, R: 20x/m, S: 36,5 0C, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung
kemih kosong dan pengeularan darah dalam batas normal, lokhea rubra setelah itu
melengkapi partograf. Hal ini sesuai dengan Dwi (2012) yang menyatakan bahwa Kala
1V dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah plasenta lahir,
observasi yang harus dilakukan pada kala IV diantaranya adalah tingkat kesadaran,
pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus TFU dan perdarahan dan sesuai dengan
Nurjasmi (2016) yang menyatakan bahwa Membersihkan ibu dengan mengguanakan air
desinfeksi tingkat tinggi dan membantuibu memakai pakaian yang bersih dan kering,
Mendekontaminasi daerahyang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5%
dan membilas dengan air bersih. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mengevaluasi kehilangan darah. Memeriksa tekanan darah, nadi,
dan keadaan kandungkemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan
setiap30 menit selama jam kedua pascapersalinan, melengkapi partograf. Asuhan yang
diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanannomor 14 penanganan pada 2 jam
pertama setela persalinan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. U dengan
menerapkan manajemen Varney dapat diambil kesimpulan :
1. Pada pengkajian Ny. U G1P0000 Umur 22 tahun Hamil 38-39 minggu dengan
Persalinan normal diperoleh data subyektif dan data obyektif. Data subjektif
ibu mengatakan mengeluarkan cairan dari jalan lahir yang berwarna jernih dan
berbau khas sejak tanggal 29 Agustus 2022, ibu cemas dengan keadaan
bayinya karena ibu belum merasakan adanya kontraksi. Pada data obyektif
keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, TTV:TD: 90/60 mmHg, N:
89x/menit, S: 36,6 ˚C, R: 20 x/menit, BB: 55 kg, pengeluaran pervaginam:
keluar llendir campur darah, pembukaan: 5 cm, Hb: 12 gr/dl, golongan darah:
B , HbsAg : (-) negative
2. Diagnosa kebidanan diperoleh dari hasil pengkajian Ny. U Usia Kehamilan 38-
39 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif Janin Tunggal Hidup Intra Uterin.
Masalah Ny. U merasa cemas dengan keadaanya yang sedang dialaminya dan
kebutuhannya memberikan support mental dari bidan dan keluarga.
3. Pelaksanaan pada kasus Ny. U Usia Kehamilan 38-39 Minggu Inpartu Kala I
Fase Aktif Janin Tunggal Hidup Intra Uterin telah dilakukan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
4. Pada langkah manajemen kebidanan dari pengkajian sampai evaluasi kasus ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan praktik.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan saran yang
mungkin bermanfaat yaitu :
1. Bagi Penulis
Diharapkan hasil dari studi kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini.
2. Bagi Profesi
Diharapkan hasil dari studi kasus ini dapat menambah referensi dan wawasan
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu khususnya pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini.
3. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk studi kasus selanjutnya atau
dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan
khususnya pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
DAFTAR PUSTAKA

Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb dan Patologi
Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
Jannah, Nurul. ASKEB II Persalinan Berbasis Kometensi, Jakarta : ECG, 2017.
Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. 2014. ASKEB II Persalinan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Liliyana, dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan, Jakarta : ECG, 2012
Mangkuji, Betty, dkk. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP, Jakarta : ECG : 2014
Mufdillah, dkk.Konsep Kebidanan Edisi Revisi, Yogyakarta :NuhaMedika : 2012
Nursiah, Ai, dkk. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan,Bandung : PT. Refika Aditama,
2014.
Pranoto, Ibnu, dkk. Patologi Kebidanan, Yogyakarta :Fitramaya, 2014
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2014.
Purwoastuti, Th. Endang, dkk. Konsep Kebidana, Yogyakarta : PB, 2014
Yulifah, Rita, dkk. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta :
SalembaMedika : 2014.

Anda mungkin juga menyukai