Disusun Oleh :
FITRI ARIYANA
2210106107
1
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Fitri Ariyana
2210106107
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alaamin. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan reading jurnal tentang preeklamsia berat dengan pemberian MGso4.
Penyusunan reading jurnal ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan kerjasama
dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam Menyusun reading jurnal
ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik ndan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak. Semoga Allah SWT selalu memberikan kelimpahan rahmat-Nya kepada kita
semua.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
DAFTAR LAMPIRAN IV
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Masalah 5
B. Skala 6
C. Kronologi 6
D. Solusi 6
BAB II TINJUAN PUSTAKA 8
A. Asuhan Kebidanan 9
B. Telaah Jurnal 10
BAB III PEMBAHSAN 13
A. Deskripsi 13
B. Teori Pokok 13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 23
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA
4
DAFTAR LAMPIRAN
Jurnal 1
Jurnal 2
Jurnal 3
Data Fokus
5
BAB I
PENDAHULUAN
1. Masalah
Preeklamsia adalah kelainan multisistem yang secara tipikal mempengaruhi 2%-
5% kehamilan dan salah satu penyebab terbanyak kematian ibu dan bayi. Secara
global,76.000 wanita dan 500.000 bayi meninggal setiap tahun karena preeklamsia
(Poonetal,2019). Menurut the American College of Obstetriciansand Gynecologists
hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi preeklamsia-eklampsia,hipertensi
kronik,superimposed preeklamsia,dan hipertensi gestasional(ACOG,2019).
World Health Organization (WHO) Tahun 2019 memperkirakan setiap hari,
sekitar 810 wanita meninggal karena kehamilan dan persalinan3 . Preeklampsia
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal di seluruh dunia,
preeklamsia biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan3 . Menurut National
Emergency Obstetric and Newborn Care pada Tahun 2019 sekitar 10% dari semua
kematian ibu disebabkan oleh preeklampsia3 .
2. Skala
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 terdapat
sekitar 800 wanita meninggal di dunia akibat kehamilan dan persalinan setiap harinya,
99% kematian ini terjadi di negara berkembang. Hipertensi kehamilan menyumbang 10%
penyebab AKI sekaligus penyebab terbesar angka mordibitas dan mortalitas maternal dan
perinatal di seluruh dunia (Preeclampsia and Maternal Mortality: a Global Burden.
Preeclampsia Foundation. 2017).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2014), empat penyebab kematian ibu
terbesar yaitu perdarahan (30,3%), hipertensi dalam kehamilan (HDK) (27,1%), infeksi
(7,3%) dan lain-lain. Jumlah AKI di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 39 per
100.000 kelahiran hidup dan penyebab utama adalah perdarahan, preeklampsia atau
eklamsia dan sepsis.
3. Kronolgi
Menurut Cunningham, kriteria minimum untuk
mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi disertai
6
proteinuria minimal. Hipertensi terjadi ketika tekanan darah
sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg dengan pengukuran tekanan
darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila terdapat 300
mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+
dipstick.
Dampak preeklampsia dapat mengakibatkan kematian ibu, terjadinya
prematuritas, serta dapat mengakibatkan Intra Uterin Growth Retardation (IUGR) dan
kelahiran mati. Faktor yang sering dujumpai sebagai faktor risiko pre eklamsia antara
lain usia, paritas, riwayat preeklampsia sebelumnya, riwayat hipertensi, keturunan,
antenatal care (pemeriksaan kehamilan), riwayat penggunaan KB, pengetahuan ibu
hamil, pekerjaan ibu hamil, dan keberdayaan ibu hamil.
Preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Preeklamsia
merupakan gangguan hipertensi dalam kehamilan . Preeklamsia adalah penyakit
kehamilan yang berkisar dari hipertensi ringan sampai berat dan disertai dengan
mendasari sistemik patologi yang dapat memiliki dampak ibu dan janin yang parah.
Preeklampsia dapat menimbulkan gangguan baik bagi janin maupun ibu. Kondisi
preeklampsia dan eklampsia akan memberi pengaruh buruk bagi kesehatan janin akibat
penurunan perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel
pembuluh darah plasenta.
Faktor yang sering ditemukan sebagai faktor risiko yang dapat meningkatkan
insiden preeklampsia antara lain paritas, usia yang ekstrim, riwayat penyakit seperti :
riwayat hipertensi, diabetes mellitus, bayi besar, molahidatidosa dan obesitas. Di negara
berkembang seperti Indonesia, Penyakit hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan
mortalitas yang cukup tinggi pada ibu dan bayi, Preeklampsia dapat terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal, Ibu yang ibu, kenaikan berat badan, kenaikan tekanan
darah dan pemeriksaan protein urine (Gary Cunningham,2012).
4. Solusi
Keberhasilan upaya pemerintah untuk kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat
dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Indikator ini tidak hanya mampu menilai
program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
7
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI
menunjukkan 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2015).
Pre eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang sangat berbahaya bagi ibu
dan janin dalam proses persalinan, kejadian preeklampsia yang berujung eklampsia sulit
dicegah. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pengawasan hamil yang teratur, frekuensi kunjungan antenatal bertambah sering pada
trimester 3 dengan memperhatikan keluhan ibu, kenaikan berat badan, kenaikan tekanan
darah dan pemeriksaan protein urine (Gary Cunningham,2012).
Komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin, salah satunya adalah
kejang eklampsia. Morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi pada kehamilan dapat
dicegah dengan pemberian profilaksis magnesium sulfat (MgSO4). Magnesium sulfat
sudah digunakan lebih dari seabad sebagai antikonvulsan karena efek samping yang
minimal serta keamanan yang sudah teruji. Agen neuroprotektor ini bertindak sebagai
stabilitator membran sel dan pada sistem saraf pusat bekerja sebagai pemblokir non-
kompetitif dari N-metil reseptor d-aspartat (NMDA) glutamat. Mekanisme antikonvulsan
MgSo4 berupa penurunan resistensi perifer terjadi dengan inaktivasi miosin rantai kinase
sehingga terjadi relaksasi arteri dan berujung pada penurunan tekanan darah. Penggunaan
MgSO4 sebagai profilaksis kejang pada preeklamsia terbukti memiliki pengaruh yang
bermakna pada berbagai studi. Pengaruh penggunaan MgSO4 pada pasien preeklampsia
berupa penurunan kasus kejang eklampsia, penurunan penggunaaan antihipertensi,
penurunan tekanan darah sistolik dan sebagai agen neuroprotektor pada janin.
8
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny’B Usia 30 Tahun G2P1A0 Usia Kehamilan 39+ 3 Minggu
Dengan Pre Eklampsi Berat (PEB) Di Ruang Bersalin (VK) RSUD Dr Soedirman Kebumen
Deskripsi Kegiatan
Subjektif
Tanggal : 27 Oktober 2022
Seorang pasien G2P1A0 usia kehamilan
No RM : 45501 kehanilan 39+3 mgg, datang dengan
membawa surat rujukan dari poli dengan
Identitas Pasien pre-eklampsi berat (peb) mengeluh tensi
tinggi sejak kemarin , kenceng-kenceng
Nama : Ny’P jarang, pusing (-), nyeri ulu hati (-), mual
(-), ,muntah (-).
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Objektif
Suku : Jawa Keadaan umum : Baik
9
S : 36 0C.
Kebagoran,pejagoan,06/02,
pejaggoan kebumen RR : 20 X/menit.
Pemeriksaan Penunjang
Protein Urine (3+)
Protab PEB
Terpasang infus RL 12 Tpm, O2 3 Ipm
nasal kanul, Mintenance Mgso4 1 masih
berlangsung.
Analisa
Ny.P umur 30 tahun G2P1A0 UK 39+3
minggu dengan preeklampsi berat.
Penatalaksanaan
10
1. Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan.
- Ibu mengerti penjelasan hasil
dari bidan.
2. Pemberian Mgso4 dan pemberian
obat nefidipine 10 mg atas intruksi
dokter SpOG.
- Telah diberikan obat.
3. Melakukan pemeriksaan CTG.
- Telah dilakukan.
4. Menganjurkan ibu tetap rilex.
- Telah dilakukan.
5. Memberikan KIE pada ibu dan
keluarganya tentang tindakan yang
akan dilakukan dan tujuannya.
- Ibu mengerti penjelasan dari
bidan.
6. Memberikan KIE pada ibu dan
keluraganya tentang manajemen
nyeri.
- Ibu mengerti penjelasan dari
bidan.
B. Telaah Jurnal
13
BAB III
PEMBAHSAN
Pasien Ny. B G2P1A0 Hamil 39+3 mgg, datang dengan membawa surat rujukan
dari poli dengan pre eklampsi berat (PEB) mengeluh tensi tinggi sejak kemarin, kenceng-
kenceng dirasakan jarang (+), pusing (-), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-). Keadaan
mmHg, nadi : 86 x/m, suhu : 36, 0C, pernafasan : 20 x/m, DJJ 150 x/m, VT: 6 cm, .
berlangsung.
nasal kanul, maintenance Mgsop4 pertama sedang berlangsung. Dan pemeberian obat
untuk tetap rileks dan memeberikan edukasi kepada ibu dan keluarganya tentang seluruh
tidakan yang akan dilakukan dan tujuannya, memberitahu ibu dan keluarganya tentang
manajemen nyeri, makan dan minum, miring kekiri dan kekanan dan memberitahu ibu
B. Teori Pokok
1. Pengertian
14
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga)
atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia
ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-
masing penyakit di atas tidak sama.
2. Etiolgi dan Klasifikasi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara teoritik
urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi, dan
terakhir proteinuri. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas
dapat dianggap bukan preeklamsi. Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun, penderita serinhkali tidak
merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri
kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup
lanjut.
3. Faktor Risiko Preeklamsia
1. Kehamilan pertama.
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsi.
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan
tekanan darah tinggi).
6. Kehamilan kembar.
4. Gambaran Klinis Preeklampsia
a. Gejala subjektif
15
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat
dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan
tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat
lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih
dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga
akan menemukan takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran,
hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak.
7. Patofisiolgi Preeklamsia
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit
saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan
nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler
meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan
tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia
dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim. Perubahan pada organ-organ:
1) Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan
eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh
berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik
16
ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai
ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru.
2) Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui
penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air
dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein
tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium,
natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal.
3) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda
preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
4) Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.
5) Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan
kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6) Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema
paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi
pneumonia, atau abses paru.
8. Diagnosis Preeklamsia
17
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan apabila ada hipertensi awitan baru yang
ditemukan pada usia kehamilan >20 minggu. Saat ini proteinuria tidak menjadi syarat
mutlak diagnosis preeklampsia. Hipertensi yang disertai manifestasi klinis preeklampsia
berat dapat ditetapkan sebagai preeklampsia meskipun tanpa proteinuria.
Preeklampsia diklasifikasikan menjadi preeklampsia dengan atau tanpa gejala
berat. Pasien dapat digolongkan menjadi preeklampsia dengan gejala berat bila
memenuhi salah satu parameter gejala berat. Kriteria diagnosis preeklampsia serta
karakteristik preeklampsia dengan gejala berat terdapat pada tabel dibawah.
No Parameter Deskripsi
Jika tidak ada proteinuria, diagnosis ditegakkan bila ada hipertensi awitan baru yang disertai
salah satu parameter gejala berat berikut:
18
5. Gangguan fungsi Peningkatan enzim transaminase 2 kali lipat dari nilai rujukan.
liver
6. Edema paru
7. Nyeri kepala Nyeri kepala awitan baru yang tidak membaik dengan obat serta
atau gangguan tidak berkaitan dengan etiologi lain.
penglihatan
dr. Audiza Luthffia, 2021
9. Penatalaksanaan Preeklamsia
Tatalaksana komprehensif dibutuhkan untuk mencegah terjadinya berbagai
komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin, salah satunya adalah kejang
eklampsia. Morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi pada kehamilan dapat dicegah
dengan pemberian profilaksis magnesium sulfat (MgSO4). Magnesium sulfat sudah
digunakan lebih dari seabad sebagai antikonvulsan karena efek samping yang minimal
serta keamanan yang sudah teruji. Agen neuroprotektor ini bertindak sebagai stabilitator
membran sel dan pada sistem saraf pusat bekerja sebagai pemblokir non-kompetitif dari
N-metil reseptor d-aspartat (NMDA) glutamat. Mekanisme antikonvulsan MgSo4 berupa
penurunan resistensi perifer terjadi dengan inaktivasi miosin rantai kinase sehingga
terjadi relaksasi arteri dan berujung pada penurunan tekanan darah. Penggunaan MgSO4
sebagai profilaksis kejang pada preeklamsia terbukti memiliki pengaruh yang bermakna
pada berbagai studi. Pengaruh penggunaan MgSO4 pada pasien preeklampsia berupa
penurunan kasus kejang eklampsia, penurunan penggunaaan antihipertensi, penurunan
tekanan darah sistolik dan sebagai agen neuroprotektor pada janin.
Pencegahan agar preeklampsia tidak jatuh pada kondisi kejang dan menjadi
eklampsia sangat penting dilakukan. Pengontrolan tekanan darah dengan antihipertensi
penting diberikan, namun profilaksis kejang seperti pemberian MgSO4 diketahui dapat
menurunkan kejadian eklampsia pada pasien preeklampsia berat (Cox AG, Marshall SA,
Palmer KR, Wallace EM., 2019).
19
Risiko kesehatan yang timbul dapat menjadi lebih berat apabila keadaan
preeklampsia jatuh pada kondisi kejang eklampsia. Keadaan ini harus dicegah salah
satunya dengan pemberian antikonvulsan MgSO4. Pemberian MgSO4 sebagai terapi
pencegahan kejang eklamsia saat ini sudah menjadi standar pelayanan penatalaksanaan
pasien preeklampsia pada berbagai rumah sakit. Terapi profilaksis ini harus segera
diberikan segera setelah pasien terdiagnosis preeklampsia berat (Hariyanti., 2011).
20
BAB IV
A. Kesimpulan
Kesimpulan dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan kejadian kejang pada
preeklampsia agar tidak menjadi eklampsia. Magnesium sulfat atau Mgso4 telah
digunakan sebagai antikonvulsan sejak lama dan terbukti memiliki efikasi yang lebih
baik dari antikejang lainnya. Magnesium sulfat atau Mgso4 juga dapat menurunkan
penggunaan antihipertensi pada pasien preeklampsia, menurunkan angka kematian ibu.
B. Saran
Saran untuk ibu dalam proses kehamilan dengan mempersiapkan persalinannya
agar dapat meningkatkan pelayanan pada ibu hamil dalam memberikan penyuluhan,
konseling, dan mengingatkan ibu untuk mengikuti program pendidikan kesehatan seperti
mengikuti kelas ibu hamil, untuk ibu yang yang mempunyai usia yang beresiko dapat
dianjurkan untuk melakukan deteksi dini penyulit kehamilan dan antenatal care secara
rutin kepada petugas kesehatan untuk kesehatan dalam mempersiapkan persalinannya
(dokter ataupun Bidan).
21
DAFTAR PUSTAKA
Apriliya, M. U., Windayanti, H., Sari, I. N., Sari, N. M. P., Esti, M. W., Rahmayanti, D. P.,
Erwinda, W., Zulaikhah, F., Trinova, R., Susilowati, N. R., Oktafia, W. E., & Sari, M. W.
(2021). Literature Review : Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Berat. 54–66.
Bayi, K., & Lahir, B. (2021). AHMAR METASTASIS HEALTH JOURNAL Hubungan
Preeklampsia dan Paritas. January.
Bhoko, M. S., & Atok, Y. S. (2020). Hubungan Pemberian Magnesium Sulfat (MgSO4) pada
Persalinan Pre-Eklampsia terhadap Kejadian Afiksia di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar. CHMK Nursing Scientific Journal, 3(Januari), 1.
http://cyber-chmk.net/ojs/index.php/ners/article/download/756/247/
Imelda, A. D., & Putriana, Y. (2018). Penanganan Awal Kejadian Preeklamsia Berat dan
Eklampsia Salah Satu Rumah Sakit di Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
Betik, 13(2), 203. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.930
Ofori, D. A., Anjarwalla, P., Mwaura, L., Jamnadass, R., Stevenson, P. C., Smith, P., Koch, W.,
Kukula-Koch, W., Marzec, Z., Kasperek, E., Wyszogrodzka-Koma, L., Szwerc, W.,
Asakawa, Y., Moradi, S., Barati, A., Khayyat, S. A., Roselin, L. S., Jaafar, F. M., Osman,
C. P., … Slaton, N. (2020).
Riya, R. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil
Trimester III di Puskesmas Talang Bakung Jambi. Midwifery Health Journal.
http://ojs.stikeskeluargabunda.ac.id/index.php/midwiferyhealthjournal/article/view/51
Sa’adah, A., & Lestari, R. H. (2015). ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT DI RUANG PONEK RSUD KABUPATEN
JOMBANG: On Mother Maternity Midwifery …. … Kebidanan ….
http://www.journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikeb/article/view/64
(Apriliya et al., 2021; Bayi & Lahir, 2021; Bhoko & Atok, 2020; Imelda & Putriana, 2018; Ofori
et al., 2020; Riya, 2021; Sa’adah & Lestari, 2015; 2557)
22
Jurnal 1
23
24
25
26
27
JURNAL 2
28
29
30
31
32
33
34
35