Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI


DI PUSKESMAS GEMPOL TAHUN 2022

EVI SOLIHATUL AFIAH


NIM : 220705076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2022
Pendahuluan
Latar Belakang

 Bendungan ASI adalah penyempitan pada saluran ASI yang disebabkan karena air susu mengental sehingga
menyumbat lumen saluran

 Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan
ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas.

 Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat ibu
nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985 (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231 (37, 12 %) ibu nifas
Tinjauan Pustaka
Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah


plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati,
2015).

Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah bendungan yang


terjadi pada kelenjar payudara oleh karena
ekspansi dan tekanan dari produksi dan
penampungan ASI. Bendungan ASI terjadi
pada hari ke 3-5 setelah persalinan
Tinjauan Kasus
DATA SUBJEKTIF
Analisis

Penatalaksanaan
Pathway Kasus Kebidanan
Pembahasan
 Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara akibat penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar
yang tidak dikosongkan dengan sempurna pada saat menyusui bayi atau karena kelainan pada puting susu
(Rukiyah,Yulianti, 2012: 20)
 Berdasarkan data Subjektif yang diperoleh dari Ny. I yaitu Ibu mengeluh sejak tadi pagi payudaranya terasa
sakit, bengkak, nyeri, terasa panas, Bayinya susah menyusu dan Ibu merasa cemas denga keadaanya.
Berdasarkan data objektif yang di peroleh dari hasil pemeriksaan, di dapatkan Tekanan Darah 120/70 mmHg,
Nadi 86 x/mnt, Pernafasan 20 x/mnt, Suhu 38,3 °C. pada pemeriksaan payudara ibu tampak merah, puting susu
menonjol, hiperpigmentasi pada areola mammae, tampak bengkak.
 Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan yang telah didapatkan dari pasien Ny I dengan bendungan ASI,
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada.

Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi penulis


mengantisipasi terjadinya mastitis. Bendungan ASI berpotensial terjadi mastitis.
Bendungan ASI juga berpotensial membuat ibu tidak mau menyusui bayinya karena
akan merasa sakit pada payudaranya pada saat menyusui sehingga nutrisi bayi tidak
tercukupi (Ardyan, 2014). Pada tahap ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus Ny I
Tindakan segera atau kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang memerlukan penanganan
yang cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang ahli
dibidangnya. Berdasarkan kasus ini, tidaka ada data yang mendukung perlunya tindakan segera.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan bendungan ASI menurut kemenkes RI, sanggah
payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat
selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari bagian depan
payudara sehingga putting menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar, pada masa-masa awal atau
bila bayi yang menyusui tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau
pengeluaran ASI secara manual dari payudara, letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada
payudara setelah menyusui atau setelah payudara dipompa, bila perlu berikan parasetamol 3x1 500 mg per
oral untuk mengurangi nyeri, lakukan evaluasi setelah 3 hari (Kemenkes RI, 2013: 227-228).

Teori menyatakan bahwa mengevaluasi hasil tindakan adalah penting untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
asuhan yang telah kita berikan kepada pasien, untuk itu kita perlu melakukan evaluasi dengan cara mengacu pada
beberapa pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan.
Pada kasus bendungan asi, diharapkan bendungan asi dapat teratasi, ibu paham mengenai cara dan teknik menyusui
yang baik dan benar, cara melakukan perawatan payudara serta menyusui bayinya secara on demand. Kondisi kesehatan
ibu yang sudah membaik dimana bendungan ASI tidak menjadi mastitis
Penutup
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, penulis telah mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan
diagnose, melakukan asuhan kebidanan kehamilan dengan benar dan tepat sesuai teori dan
dibandingkan dengan fakta yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
bendungan asi

Saran

1. Saran untuk bidan


2. Saran untuk Puskesmas
3. Saran untuk institusi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai