Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam
yang dimulai dari tanda–tanda persalinan. Persalinan lama merupakan salah
satu penyebab kematian ibu dan janin. Persalinan lama dapat menyebabkan
infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dan perdarahan post partum yang dapat
menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia
yang dapat meningkatkan kematian bayi. Persalinan kala I dikatakan
memanjang apabila telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam
pada multi. kala I fase laten yang memanjang, uterus cenderung berada pada
status hypertonik, ini dapat mengakibatkan kontraksi tidak adekuat dan hanya
ringan (kurang dari 15 mmHg pada layar monitor), oleh karena itu kontraksi
uterus menjadi tidak efektif.
Persalinan lama masih merupakan salah satu masalah di Indonesia
khususnya didaerah pedesaan, dikarenakan masih banyak pernikahan yang
terjadi pada usia dini. Insiden persalinan lama menurut penelitian 2,8–4,9
persen. Persalinan lama masih banyak terjadi dan keadaan ini menyebabkan
angka kesakitan dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi
(AKB) masih tinggi dan harus diupayakan mencegah terjadinya persalinan
lama tersebut.
Faktor–faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan meliputi faktor ibu,
faktor janin, dan faktor jalan lahir. Faktor ibu meliputi usia, his dan paritas.
Faktor janin meliputi sikap, letak, malposisi dan malpresentasi, janin besar, dan
kelainan kongenital seperti hidrosefalus. Sedangkan faktor jalan lahir meliputi
panggul sempit, tumor pada pelvis, kelainan pada serviks dan vagina.3
Penyebab kala I secara psikologis, yaitu: ketakutan, kecemasan,
kesendirian, stres atau kemarahan yang berlebihan dapat menyebabkan
pembentukan katekolamin (hormon stres) dan menimbulkan kemajuan
persalinan melambat, kelelahan dan putus asa adalah akibat dari prapersalinan

1
yang panjang. Sebab kala I memanjang adalah keadaan his, keadaan jalan lahir,
keadaan janin, yang sering di jumpai dalam kala I lama yaitu kelainan his. His
yang tidak efisien atau adekuat akan mengakibatkan vasokontriksi plasenta,
dengan adanya gangguan fungsi plasenta akan mengakibatkan suplai O 2 ke
janin berkurang serta perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim
mengalami kelainan, selanjutnya dapat mengalami distress janin, maka
kesejahteraan janin akan terganggu. Karena dapat membahayakan ibu dan anin
maka perlu dilakukan penanganan tepat terhadap pasien denan kala I
memanjang.12
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan kajian kasus asuhan kebidanan
persalinan dan BBL menggunakan pola pikir manajemen kebidanan dan
mendokumentasikan hasil asuhan.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian asuhan kebidanan
persalinan dan BBL pada Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur
kehamilan 40 minggu 4 hari dengan persalinan kala I memanjang.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data asuhan kebidanan persalinan
dan BBL pada Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamilan
40 minggu 4 hari dengan persalinan kala I memanjang.
c. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan persalinan dan BBL
pada Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamilan 40 minggu
4 hari dengan persalinan kala I memanjang.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan kebidanan
persalinan dan BBL Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur
kehamilan 40 minggu 4 hari dengan persalinan kala I memanjang.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan persalinan dan
BBL pada Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamilan 40
minggu 4 hari dengan persalinan kala I memanjang.

2
f. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan persalinan
dan BBL pada Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamilan
40 minggu 4 hari dengan persalinan kala I memanjang.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan ibu dan anak berkaitan
dengan persalinan kala I memanjang.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat melakukan pengkajian hingga pendokumentasian, meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung dalam
menerapkan asuhan kebidanan persalinan dan BBL pada kasus persalinan
kala I memanjang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
kebidanan persalinan dan BBL pada kasus persalinan kala I
memanjang.
b. Bagi Bidan Pelaksana di RS
Laporan komprehensif ini dapat memberikan tambahan informasi
asuhan kebidanan persalinan dan BBL pada kasus persalinan kala I
memanjang.

3
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus


Pasien Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamialn 38 minggu 6
hari datang ke Puskesmas Jetis pada Senin, 30 September 2019 pukul 13.00
WIB. Hasil anamnesa pasien merasakan kenceng-kenceng dan keluar lendir
darah dari jalan lahir seak pukul 06.00 WIB. HPHT: 19-12-2018, HPL: 26-9-
2019, UK: 40 minggu 4 hari, riwayat obstetrik G1P0Ab0Ah0. Pasien
mengatakan tidak memiliki penyakit sistemik selama kehamilan seperti
hipertensi, DM, asma, penyakit jantung, dan hepatitis serta keluarga tidak
memiliki penyakit sistemik seperti hipertensi, DM, asma, penyakit jantung, dan
hepatitis.
Hasil pemeriksaan TTV diperoleh TD: 100/70 mmHg, N: 84 kali/menit,
RR: 20 kali/menit, S: 36,7 C, LiLA: 25 cm, BB: 65 kg, TB: 158 cm. Hasil
pemeriksaan fisik meliputi wajah tidak pucat dan tidak bengkak, konjungtiva
merah muda, sklera putih, tidak terdapat pembengkakan kelenjar limfe, puting
payudara menonjol dan tidak terdapat massa, abdomen membesar memanjang
dan tidak terdapat bekas operasi, dan tidak terdapat pembengkakan pada
ekstremitas.
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan leopold 1: teraba bulat, lunak
dan tidak melenting yaitu bokong, TFU: 2 jari di bawah prosessus xifoideus,
leopold 2: teraba datar, luas, terdapat tahanan yaitu punggung/punctum
maximum sebelah kanan, leopold 3: teraba keras, bulat, tidak melenting yaitu
kepala janin, leopold 4: bagian terendah janin sudah masuk panggul (divergen),
TFU: 28 cm, DJJ: 142 kali/menit. His: 2x/10 menit/20-30 detik. Hasil PD:
vulva uretra tenang, vagina licin, serviks lunak, pembukaan 3 cm, selaput
ketuban positif, presentasi kepala, turun di Hodge 1. air ketuban negatif, STLD
positif.
Dilakukan pemeriksaan kemajuan persalinan per 4 jam sekali pada Ny A.
Pada pukul 17.00 WIB dilakukan pemeriksaan kemajuan persalinan didapatkan

4
hasil yaitu pembukaan 3 cm. Pasien diedukasi untuk jalan-jalan agar penurunan
kepala janin lebih cepat terjadi. Pada pukul 21.00 WIB dilakukan pemeriksaan
kemajuan persalinan didapatkan hasi pembukaan masih 3 cm. pasien
mengatakan bahwa kontraksi hilang timbul. Atas advice dokter residen SpOG
dilakukan rujukan ke RS Bethesda atas diagnosa kala I memanjang. Pasien
diedukasi mengenai keadaannya saat ini dan diberikan dukungan emosional
serta disiapkan alat rujukan dan dipasang infus RL 500cc 20 tpm prarujukan.
B. Kajian Teori
1. Persalinan
a. Definisi Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian yang fisiologis.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin.3
b. Tanda-Tanda Persalinan Telah Dekat
1) Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus karena kepala bayi sudah memasuki pintu atas panggul
yang disebabkan oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan otot,
ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin kepala
kearah bawah.
2) Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone dan
estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi, yang lebih sering yang disebut his palsu, sifat his palsu
yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah, datanganya tidak teratur,

5
tidak ada perubahan serviks, durasinya pendek, tidak bertambah
jika beraktivitas.4
c. Tanda-Tanda Persalinan
1) Timbulnya his persalinan
His pembukaan dengan sifat-sifatnya yaitu nyeri melingkar
dari punggung memancar ke perut bagian depan, teratur, makin
lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya, jika
dibawa berjalan bertambah kuat, dan mempunyai pengaruh pada
pendataran atau pembukaan serviks.5
2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat di
kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan darah sedikit.4
3) Pendataran dan pembukaan
Lendir dari canalis servikalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabnya karena lepasnya selaput
janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
kapiler terputus.5
4) Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban
robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap tetapi kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, hal ini
di sebut dengan ketuban pecah dini.5
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor janin, plasenta dan
air ketuban (passenger), dan faktor penolong persalinan. Hal ini sangat
penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang
disebabkan oleh tidak terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari
faktor-faktor tersebut.

6
1) Power (Tenaga/Kekuatan)
a) His (Kontraksi Uterus)
Kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah
kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi dan relaksasi.
Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah saraf
intrinsic.
b) Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau
dipecahkan, serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar
panggul, sifat kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong
keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau
usaha volunteer. Keinginan mengedan ini di sebabkan karena,
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intra abdominial dan tekanan ini menekan
uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk
mendorong keluar, tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan
sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh lebih kuat, saat
kepala sampai kedasar panggul timbul reflex yang
mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-
otot perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga
mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu ada his dan tanpa tenaga
mengedan bayi tidak akan lahir.4
2) Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri
dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat
agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada
rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.6
3) Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)
a) Janin

7
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin.4
b) Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan normal.6
c) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran
yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin,
dengan demikian pembentukan komponen amnion yang
mencegah ruptur atau robekan. Penurunan ini terjadi atas 3
kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan
amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran
muara dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan,
dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan
amnion selama ketuban masih utuh.6
e. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Pembukaan)
Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang di
tandai dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus
yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit), cairan lendir bercampur darah (show) melalui
vagina. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler serta
kanalis servikalis karena pergeseran serviks mendatar dan terbuka.4
Kala I dibagi atas 2 fase yaitu :
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai 3 cm, berlangsung dalam
7-8 jam.

8
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6
jam dan dibagi dalam 3 subfase, yaitu :
(1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerai : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Nurul, 2017: 5-6).
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Dari pembukaan 4 hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm hingga 2
cm (multipara).4

2) Kala II (Pegeluaran)
Kala II persalinan disebut juga kala pengeluaran yang
merupakan peristiwa terpenting dalam proses persalinan karena
objek yang dikeluarkan adalah objek utama yaitu bayi.6 Kala II
dimulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, gejala dan
tanda kala II adalah :
a) Adanya pembukaan lengkap (tidak teraba lagi bibir portio), ini
terjadi karena adanya dorongan bagian terbawah janin yang
masuk kedalam dasar panggul karena kontraksi uterus yang
kuat sehingga portio membuka secara perlahan.
b) His yang lebih sering dan kuat (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul
rasa mengedan, karena biasanya dalam hal ini bagian terbawah
janin masuk ke dasar panggul sehingga terjadi tekanan pada

9
otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan.
c) Adanya pengeluaran darah bercampur lendir, di sebabkan oleh
adanya robekan serviks yang meregang.
d) Pecahnya kantung ketuban, karena kontraksi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan yang besar antara
tekanan di dalam uterus dan diluar uterus sehingga kantun
ketuban tidak dapat menahan tekanan isi uterus akhirnya
kantung ketuban pecah.
e) Anus membuka, karena bagian terbawah janin masuk ke dasar
panggul sehingga menekan rectum dan rasa buang air besar,
hal ini menyebabkan anus membuka.
f) Vulva terbuka, perineum menonjol, karena bagian terbawah
janin yang sudah masuk ke Pintu Bawah Panggul (PBP) dan di
tambah pula dengan adanya his serta kekuatan mengedan
menyebabkan vulva terbuka dan perineum menonjol, karena
perineum bersifat elastis.
g) Bagian terdepan anak kelihatan pada vulva, karena labia
membuka, perineum menonjol menyebabkan bagian terbawah
janin terlihat di vulva, karena ada his dan tenaga mengedan
menyebabkan bagian terbawah janin dapat dilahirkan.6
Pada akhir kala I, segmen uterus, serviks, dasar panggul, dan
pintu keluar vulva membentuk satu jalan lahir yang continue. Gaya
yang diperlukan untuk mengeluarkan janin berasal dari aktifitas
otot uterus dan dari otot abdomen sekunder dan diagfragma, yang
memperkuat kontraksi sewaktu kepala janin melewati panggul,
kepala bayi akan melakukan gerakan-gerakan utama meliputi:
a) Masuknya kepala dalam Pintu Atas Panggul
(PAP)/Engagement)
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigrafida
terjadi di bulan akhir kehamilan sedangkan pada multigrafida

10
biasanya terjadi pada awal persalinan. Kepala masuk ke PAP
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan flexi
yang ringan. Masuknya kepala melintasi PAP dalam kuadran
syinclitismus, yaitu arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang PAP atau sutura sagitalis terdapat ditengah-
tengah jalan lahir/ tepat diantara simpisis dan promotorium
sehingga, dari parietal depan dan belakang sama tingginya.
b) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk kerongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.
Pada multipara majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi secara bersamaan. Majunya kepala
bersamaan dengan gerakan fleksi, putaran faksi dalam, dan
extensi. Penyebab majunya kepala : Meningkatnya cairan intra
uterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan
mengedan, melurusnya badan anak oleh pelurusan bentuk
rahim.
c) Flexi
Dengan majunya kepala, biasanya flexi juga bertambah
hingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambahnya flexi ialah bahwa ukuran
kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter sub
occipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan sub occipito
frontalis (11 cm).
d) Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar kedepan kebawah symfisis. Pada presentasi belakang
kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang memutar kedepan kebawah symfisis.
e) Ekstensi

11
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar
panggul, terjadilah extensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala harus
mengadakan extensi untuk melaluinya. Pada kepala terjadi dua
kekuatan, yang satu mendesaknya kebawah dan satunya
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas.
Resultannya ialah kekuatan kearah depan atas.
f) Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali
kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut
putaran retribusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran
dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sepihak (disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini
adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pintu bawah panggul.
g) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah
sympysis dan menjadi hypomochilion dan kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.4
3) Kala III (Kala Uri)
Kala III dimulai sejak bayi bayi lahir sampai lahirnya
plasenta atau uri. Partus kala III disebut juga kala uri. Kala III
merupakan periode waktu dimana penyusutan volume rongga
uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Oleh karena
tempat perlengektan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan

12
kemudian lepas dari dinding uterus.7 Tanda – Tanda Lepasnya
Plasenta:
a) Berubahan Bentuk dan Tinggi Fundus
b) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva (tanda ahfeld)
c) Semburan darah yang mendadak dan singkat.
Pemeriksaan plasenta meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Selaput ketuban utuh atau tidak
b) Plasenta (ukuran plasenta) yang terdiri atas : Bagian maternal,
jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon, bagian fetal,
utuh atau tidak.
c) Tali pusat, meliputi : Jumlah arteri dan vena, adakah arteri
atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta
suksenturia, dan insersi tali pusat apakah sentral, marginal,
panjang tali pusat
4) Kala IV (Kala Pemantauan)
Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta
lahir lengkap, hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau
penolong persalinan masih mendampingi anita setelah persalinan
selama 2 jam (2 jam post partum). Dengan cara ini kejadian-
kejadian yang tidak diinginkan karena perdarahan postpartum
dapat dikurangi atau dihindarkan.7
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta
dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput
ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi
uterus sehinga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15
menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi
atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil
(masase) fundus uteri, dan bila perlu dilakukan kompresi
bimanual.6

13
Untuk mengetahui apakan ada tidaknya robekan jalan lahir,
periksa darah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir,
vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan
lecet. Introitus vagina juga akan tampak terluka dan terbuka.
Pemantauan dan evaluasi lanjut dapat berupa observasi tanda-
tanda vital,kontraksi uterus, lochea, kandung kemih, dan
perineum.9
2. Persalinan Kala I Memanjang
a. Definisi
Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya
tidak adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama
sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2
cm per jam pada primigravida dan kurang dari 1,5 per jam pada
multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai pembukaan
lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen
persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali lebih besar
daripada multigravida.10
b. Etiologi
Menurut Mochtar sebab-sebab terjadinya partus lama yaitu:11
1) Kelainan letak janin
2) Kelainan-kelainan panggul
3) Kelainan his
4) Janin besar atau ada kelainan kongenital
5) Primitua
6) Ketuban pecah dini
c. Tanda dan Gejala
Gejala utama yyang perlu diperhatikan pada persalinan lama
diantaranya adalah:
1) Dehidrasi
2) Tanda infeksi

14
a) Temperatur tinggi
b) Nadi dan pernafasan
c) Abdomen meteorismus
3) Pemeriksaan abdomen
a) Meteorismus
b) Lingkaran bandle tinggi
c) nyeri segmen bawah rahimi
4) Pemeriksaan lokal vulva- vagina
a) Odema vulva
b) Cairan ketuban berbau
c) Cairan ketuban bercaampur mekonium
5) Pemeriksaan dalam
a) Edema serviks
b) Bagian terendah sulit didorong ke atas
c) Terdapat kaput pada bagian terendah
6) Keadaan janin dalam rahim
a) Asfiksia sampai terjadi kematian
d. Patofisiolgis
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi
kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentasi muka,
dahi dan puncak kepala, Kelainan panggul seperti pelvis terlalu kecil dan
CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan his seperti inersia uteri,
incoordinate uteri action. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan
pembukaan serviks berjalan sangat lambat, akibatnya kala I menjadi
lama.10
e. Komplikasi
1) Bagi ibu
a) Ketuban pecah dini
Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga
dari uterus diarahkan ke bagian membran yang meyentuh os
internal. Akibatnya, ketuban pecah dini lebih mudah terjadi infeksi.

15
b) Sepsis Puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus
persalinan lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini.
Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang
berulang-ulang.
c) Ruptur Uterus
Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan
bahaya serius selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas
sehingga tidak ada engagement atau penurunan, segmen bawah
rahim menjadi sangat teregang, dan dapat diikuti oleh rupture.13
d) Cedera dasar panggul
Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubung
adalah konsekuensi pelahiran pervaginam yang sering terjadi,
terutama apabila pelahirannya sulit.13
e) Dehidrasi
Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal atau
telah turun, temperatur meningkat.12
f) Pemeriksaan dalam
g) Pada pemeriksaan dalam terdapat oedema serviks, dan air ketuban
bercampur dengan mekoneum. 12
2) Bagi janin
Persalinan dengan kala I lama dapat menyebabkan detak jantung
janin mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi sampai bradikardi.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan NST atau OCT menunjukkan
asfiksia intrauterin. Dan pada pemeriksaan sampel darah kulit kepala
menuju pada anaerobik metabolisme dan asidosis. Selain itu,
persalinan lama juga dapat berakibat adanya kaput suksidaneum yang
besar (pembengkakan kulit kepala) seringkali terbentuk pada bagian
kepala yang paling dependen, dan molase (tumpang tindih tulang-
tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan bentuk
kepala. 12

16
f. Prognosis
1) Bagi ibu
Persalinan lama terutama fase aktif memanjang menimbulkan
efek terhadap ibu. Beratnya cedera meningkat dengan semakin
lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah
waktu 24 jam serta terdapat kenaikan insidensi atonia uteri, laserasi,
perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok. Angka kelahiran dengan
tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu (Oxorn,
2010).
2) Bagi janin
Oxorn (2010) mengatakan bahwa semakin lama persalinan,
semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering
terjadi keadaan berikut ini:
a) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b) Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala
janin

c) Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps


yang sulit

d) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini


mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya
dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada
janin membawa akibat yang buruk bagi anak. Bahaya tersebut
lebih besar lagi jika kemajuan persalinan pernah terhenti.
Kenyataan ini khususnya terjadi saat kepala bayi macet pada
dasar perineum untuk waktu yang lama sementara tengkorak
kepala terus terbentur pada panggul ibu.

g. Pemeriksaan Penunjang
Oxorn (2010) mengatakan untuk menegakkan diagnosis diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang antara lain :

17
1) Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.
2) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin guna
mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia atau tidak.
3) Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit ditegakkan
karena terjadi moulage yang cukup banyak dan caput succedanum
yang besar, pemeriksaan sinar rontgen dapat membantu menentukan
posisi janin disamping menentukan bentuk dan ukuran panggul.
h. Penanganan Medis
Menurut Saifuddin (2009), Simkin (2005) dan Oxorn (2010),
penanganan umum pada ibu bersalin dengan kala I lama yaitu menilai
keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya dan menentukan
keadaan janin:
1) Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya
minimal
2) sekali dalam 30 menit selama fase aktif.
3) Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat
4) dipenuhi lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
5) Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau
bercampur
6) darah pikirkan kemungkinan gawat janin.
7) Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban
pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban
yang dapat menyebabkan gawat janin.
Perbaiki keadaan umum dengan :
1) Beri dukungan semangat kepada pasien selama persalinan.
2) Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Dehidrasi
ditandai adanya aseton dalam urine harus dicegah.
3) Pengosongan kandung kemih dan usus harus

4) Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya


diredakan dengan pemberian analgetik (tramadol atau pethidine 25

18
mg). Semua preparat ini harus digunakan dengan dosis dan waktu
tepat sebab dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu
kontraksi dan membahayakan bayinya.

5) Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi


sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan
meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan
dengan maksud yang jelas.

Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio secarea.


Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam. Apabila kontraksi tidak
adekuat:
1) Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan   mengubah
posisi dalam persalinan.
2) Rehidrasi melalui infus atau minum.
3) Merangsang puting susu.
4) Acupressure.
5) Mandi selama persalinan fase aktif.
6) Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan
partograf.
7) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.
Apabila   tidak   didapatkan   tanda   adanya   CPD (Cephalopelvic
disproportion):
1) Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan.
2) Apabila ketuban utuh maka pecahkan ketuban.
3) Apabila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang
dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterus.
4) Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc
dekstrosa atau NaCl.
5) Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan.

19
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pasien Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamialn 38 minggu 6
hari datang ke Puskesmas Jetis pada Senin, 30 September 2019 pukul 13.00
WIB. Hasil anamnesa pasien merasakan kenceng-kenceng dan keluar lendir
darah dari jalan lahir seak pukul 06.00 WIB. HPHT: 19-12-2018, HPL: 26-9-
2019, UK: 40 minggu 4 hari, riwayat obstetrik G1P0Ab0Ah0. Pasien
mengatakan tidak memiliki penyakit sistemik selama kehamilan seperti
hipertensi, DM, asma, penyakit jantung, dan hepatitis serta keluarga tidak
memiliki penyakit sistemik seperti hipertensi, DM, asma, penyakit jantung, dan
hepatitis.
Pada Ny A datang dengan mengalami tanda-tanda persalinan. Seorang ibu
hamil akan mengalami tanda-tanda persalinan yaitu timbulnya his persalinan.
His persalinan bersifat nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan, teratur, makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya, jika dibawa berjalan bertambah kuat, dan mempunyai pengaruh
pada pendataran atau pembukaan serviks. Dengan adanya his permulaan akan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan,
lendir yang terdapat di kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah,
yang menjadikan darah sedikit.4,5
Hasil pemeriksaan TTV diperoleh TD: 100/70 mmHg, N: 84 kali/menit,
RR: 20 kali/menit, S: 36,7 C, LiLA: 25 cm, BB: 65 kg, TB: 158 cm. Hasil
pemeriksaan fisik meliputi wajah tidak pucat dan tidak bengkak, konjungtiva
merah muda, sklera putih, tidak terdapat pembengkakan kelenjar limfe, puting
payudara menonjol dan tidak terdapat massa, abdomen membesar memanjang
dan tidak terdapat bekas operasi, dan tidak terdapat pembengkakan pada
ekstremitas.
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan leopold 1: teraba bulat, lunak
dan tidak melenting yaitu bokong, TFU: 2 jari di bawah prosessus xifoideus,

20
leopold 2: teraba datar, luas, terdapat tahanan yaitu punggung/punctum
maximum sebelah kanan, leopold 3: teraba keras, bulat, tidak melenting yaitu
kepala janin, leopold 4: bagian terendah janin sudah masuk panggul (divergen),
TFU: 28 cm, DJJ: 142 kali/menit. His: 2x/10 menit/20-30 detik. Hasil PD:
vulva uretra tenang, vagina licin, serviks lunak, pembukaan 3 cm, selaput
ketuban positif, presentasi kepala, turun di Hodge 1. air ketuban negatif, STLD
positif.
Hasil pemeriksaan fisik dan abdomen dalam keadaan normal. Ny A
mengalami his 2x/10 menit/20-30 detik dan pembukaan 3 cm sesuai dengan
teori bahwa persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang di tandai
dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit),
cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler serta kanalis servikalis karena pergeseran
serviks mendatar dan terbuka.4
Dilakukan pemeriksaan kemajuan persalinan per 4 jam sekali pada Ny A.
Pada pukul 17.00 WIB dilakukan pemeriksaan kemajuan persalinan didapatkan
hasil yaitu pembukaan 3 cm. Pasien diedukasi untuk jalan-jalan agar penurunan
kepala janin lebih cepat terjadi. Pada pukul 21.00 WIB dilakukan pemeriksaan
kemajuan persalinan didapatkan hasi pembukaan masih 3 cm. Pasien
mengatakan bahwa kontraksi hilang timbul.
Pada pasien Ny. A diketahui bahwa pembukaan tetap 3 cm dari
pemeriksaan pukul 13.00 ampai pukul 21.00. Teori menunjukkan bahwa pada
kala I fase laten pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai
3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam. Namun pada Ny A terjadi fase laten selama
10 jam sehingga waktu kala I fase laten telah melebihi batas normal pada
primigravida.
Ny A mengatakan bahwa his hilang timbul. Pada fase laten normal, akan
diikuti dengan fase aktif persalinan yaitu frekuensi dan lama kontraksi uterus
akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika

21
terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dari pembukaan
4 hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm hingga 2 cm
(multipara). 4
Setelah berkonsultasi dengan dokter residen SpOG maka dilakukan
tindakan perujukan pasien Ny A ke R Bethesda. atas diagnosa kala I
memanjang. Pasien diedukasi mengenai keadaannya saat ini dan diberikan
dukungan emosional serta disiapkan alat rujukan dan dipasang infus RL 500cc
20 tpm prarujukan. Menurut Saifuddin penanganan umum pada ibu bersalin
dengan kala I lama yaitu menilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat
hidrasinya dan menentukan keadaan janin. Selain itu pasein perlu diberi
dukungan selama persalinan. Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per
hari apabila terdapat tanda-tanda dehidrasi yaitu adanya aseton dalam urine.10
B. Analisa
Dari hasil pengkajian diperoleh:
Diagnosa :Ny. A usia 27 tahun G1P0Ab0Ah0 UK 40 minggu
4 hari janin tunggal memanjang intrauterin hidup
presentasi kepala sudah masuk panggunl inpartu
kala 1 memanjang
Diagnosa Potensial :sepsis, fetal distress
Masalah : kecemasan
Kebutuhan : dukungan emosional
Antisipasi tindakan segera : Bidan berkolaborasi dengan dokter residen SpOG
untuk melakukan rujukan pasien ke RS Bethesda, dilakukan manajemen pasien
rujukan dengan dipasang infus RL 500 cc 20 tpm.
C. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
mengalami persalinan kala I memanjang.
Evaluasi: Pasien dan keluarga mengerti keadaan saat ini.

22
2. Memberitahu ibu dan keluarga tentang dampak kehamilan persalinan
kala I memanjang yaitu pada ibu dapat menyebabkan persalinan lama,
infeksi pada ibu dan janin serta gawat janin/fetal distress.
Evaluasi: Pasien dan keluarga mengetahui dampak kehamilan
postdate.
3. Memberikan dukungan emosional dan menjelaskan advice dokter
residen SpOG akan dilakukan tindakan rujukan ibu ke RS yang lebih
lengkap untuk menangani ibu.
Evaluasi: ibu mengerti.
4. Melakukan inform consent tindakan rujukan pasien.
Evaluasi: Pasien dan keluaga setuju dilakukan rujukan ke RS
Bethesda.
5. Melakukan pemasangan infus RL 500 cc 20 tpm untuk tindakan
prarujukan.
Evaluasi: telah dilakukan.
6. Melakukan observasi keadaan ibu, TTV, his, dan DJJ.
Evaluasi: telah dilakukan observasi keadaan ibu, TTV, his, dan DJJ.

23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan
kebidanan yang diberikan pada kasus persalinan dan BBL dengan persalinan
kala I memanjang. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. A di
Puskesmas Jetis telah sesuai dengan teori. Selain itu dari penatalaksanaan
kasus ini kami dapat:
1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik asuhan kebidanan pada Ny.
A sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan
kewenangan bidan.
2. Mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan pada Ny. A yaitu
persalinan kala 1 fase laten dengan persalinan kala I memanjang dan
masalah kecemasan.
3. Menentukan diagnosa potensial pada Ny. A dengan persalinan kala I
memanjang yaitu sepsis dan gawat janin.
4. Menentukan kebutuhan segera yaitu dengan melakukan kolaborasi
dengan dokter residen SpOG untuk dilakukan rujukan pasien.
5. Melaksanakan tindakan untuk menangani kasus Ny. A persalinan kala 1
memanjang dengan rehidrasi cairan infus RL 500cc 20 tpm.
6. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada Ny. A dengan
persalinan kala I memanjang.
7. Mendokumentasian kasus persalinan kala I memanjang.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengalaman melakukan pengkajian,
pengambilan keputusan hingga evaluasi serta pendokumentasian asuhan
kebidanan persalinan kala I memanjang.
2. Bagi Bidan di Puskesmas Jetis
Dapat mempertahankan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala
I memanjang.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, 2014.
2. Purwandari Atik, dkk. “ Studi Kasus Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
Ny. D.N Dengan Persalinan Normal di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang Kota Manado Tahun 2014 “.Jurnal Ilmiah Bidan. Vol 2 no. 1
(Januari – Juni 2014).
http//ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/jib/article/view /219.pdf
(Diakses tanggal 17 juni 2017).
3. Prawirohardjo, S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka (2009).
4. Nursiah, Ai, dkk. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : PT.
Refika Aditama, 2014.
5. Setiawati, Dewi. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan, Makassar :
Alauddin University Press, 2013.
6. Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal,Yogyakarta:
Nuha Medika, 2015.
7. Kuswanti, Ina dan Fitria Melina. ASKEB II Persalinan, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2014
8. Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh
Askeb dan Patologi Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
9. Jannah, Nurul. ASKEB II Persalinan Berbasis Kometensi, Jakarta : ECG,
2017.
10. Saifudin, Abdul Bari. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
11. Mochtar AB, Kristanto H. 2010. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
12. Manuaba, C. 2010. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
13. Cunningham FG, et.al. 2010. William Obstetrics. United states of America:
Mcgraw Hill Companies Inc.

25

Anda mungkin juga menyukai