Tugas ini diampu oleh Umaroh, SKM, M.Kes yang disusun oleh :
INDAH NURHIDAYATI
NIM. P1337424822237
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
A. Latar Belakang
Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin
sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena
kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro
yang berlangsung lama atau menahun (Nikmatuzaroh, 2019). Masalah KEK
sebelum masa kehamilan dapat diperbaiki melalui konseling sebelum seorang
wanita menikah sehingga wanita yang sudah terdeteksi KEK sebelum dia hamil,
maka dapat dilakukan penanganan untuk memperbaiki masalah KEK pada wanita
tersebut.
Kondisi nutrisi yang kurang baik bagi ibu hamil akan menjadi penyebab
kesakitan dan kematian yaitu anemia dan kurang energi kronis (KEK). Ibu hamil
yang mengalami anemia dapat mengalami kejang sampai kematian jika
kekurangan zat besi. KEK masih merupakan masalah gizi utama yang sering
menimpa WUS. Seseorang dapat dikatakan KEK apabila hasil dari pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) di bawah 23,5 cm. Dampak dari wanita pranikah yang
menderita KEK antara lain dapat mengakibatkan terjadinya anemia, kematian
pada ibu pada saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran
prematur, bayi lahir cacat hingga kematian pada bayi (Farid, 2019).
Dampak yang serius juga dialami oleh janin dan bayi yang dilahirkan dari
ibu hamil yang kekurangan nutrisi. Masalah yang terjadi antara lain gangguan
pertumbuhan di dalam uterus, bayi dengan BBLR dan bayi lahir prematur. Jika
Ibu hamil dalam kondisi kekurangan asam folat, maka beresiko melahirkan bayi
dengan Neural Tube Defects (NTDs). Selain itu bayi bisa mengalami kretinisme
atau retardasi mental jika ibu hamil dalam kondisi kekurangan yodium (Triani,
2022).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah didapatkan bahwa Angka
Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup tahun 2020 sebesar 7,79/1.000
KH (4.189 kasus), lebih baik dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar
8,24/1.000 KH (4.455 kasus) dan lebih baik dari target 8,30/1.000 KH dengan
persentase capaian sebesar 100,73% (Dinas Kesehatan, 2020). AKB digunakan
untuk mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta
kualitas hidup dari masyarakat yang kemudian hal ini dituangkan dalam rumusan
Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan ketiga untuk mencapai target yang
diharapkan yaitu salah satu indikatornya menurunkan Angka Kematian Neonatal
(AKN) setidaknya hingga 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Selain itu didapatkan pula data prevalensi WUS yang mengalami KEK di
Jawa Tengah pada tahun 2020 mencapai 39.823 jiwa. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa KEK masih menjadi permasalahan utama yang dapat berpotensi
meningkatkan angka kejadian AKI dan AKB di Jawa Tengah maupun di
Indonesia.
Gizi yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh
kembang janin dan kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan serta keselamatan
selama proses melahirkan. Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi
wanita pranikah disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal
alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur
dengan kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga
dapat berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang
janin. Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi kondisi
kesehatan secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat
memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan (Triani,
2022)
Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang strategis dalam upaya
peningkatan kesehatan sebelum hamil atau masa prakonsepsi. Pengetahuan
mengenai gizi berperan penting dalam pemenuhan kecukupan gizi seseorang.
Kurangnya pengetahuan terhadap gizi akan mempengaruhi pemahaman konsep
yang berhubungan dengan gizi.
Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan salah satunya dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau
penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan
kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan
pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dengan pemberian
pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan asupan gizi pada wanita
usia subur.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pranikah pada Nn.D Usia 22 tahun dengan KEK di
Puskesmas Karangrayung II.
C. Tujuan
Untuk mengetahui aplikasi asuhan kebidanan pranikah pada Nn.D Usia 22 Tahun
dengan KEK di Puskesmas Karangrayung II.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam
memberikan informasi tentang kebutuhan Pranikah dan asuhan yang diberikan
pada calon pengantin.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pasien, Keluarga dan Masyarakat
Untuk memberikan informasi tentang pelayanan kebidanan secara
professional kepada calon pengantin
b. Untik institusi pendidikan
Untuk menambah sumber informasi serta sebagai bahan referensi bacaan
kepada mahasiswa diperpustakaan Poltekkes Kemenkes Semarang
c. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
menerapkan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kepada
calon pengantin yang sesuai secara terstandart.
BAB II
PEMBAHASAN
11
Tabel 1.1 imunisasi TT
Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan
TT I 0
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Delfanti et al, (2018)
tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga
tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan
Imunisasi bahwa hasil dari uji statistik untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan responden dengan kepedulian melakukan imunisasi TT di KUA
Balikpapan Utara Kelurahan Gunung Samarinda Kota Balikpapan Tahun
2018 menggunakan uji ChiSquare dengan tingkat probabilitas α : 0,05.
Setelah mengolah data ternyata terdapat 0 sel (8,17%) dengan frekuensi
harapan<5, sehingga dianalisis menggunakan continuity correction
didapatkan nilai p value= 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05). Berdasarkan
kriteria penolakan Ho, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang imunisasi TT pada calon pengantin dengan kepedulian
melakukan imunisasi di KUA Balikpapan Utara Kelurahan Gunung
Samarinda Kota Balikpapan Tahun 2018.
4) Menjaga Kebersihan Organ Genetalia
a) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
b) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik
c) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
d) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
e) Khusus untuk perempuan:
(1)Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
(2)Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama
(3)Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap
4 jam sekali atau setelah buang air.
(4)Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan
f) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
12
d. Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan, Persalinan dan Pasca
Salin
1) Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor
yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak
diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi:
a) Akibat hubungan seks pranikah
b) Akibat gagal/drop out KB
c) Pada unmet need (perempuan usia subur yang tidak ingin punya anak
tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak ada
yang lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari kehadiran
buah hati dalam perkawinan mereka.
2) Tanda-tanda kehamilan
a) Tes kehamilan poitif (+)
b) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak menstruasi
pada siklus haid bulan berikutnya)
c) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil
d) Tidak ada nafsu makan
e) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya
f) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
3) Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin,
yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga kesehatan
ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh nasehat atau
pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b) Pengukuran tekanan darah Ibu.
c) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
13
d) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
f) Penilaian status imunisasi TT
g) Tablet tambah darah
h) Tes laboratorium
i) Tata laksana kasus
j) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
a) Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali
b) Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
c) Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
(Kementrian Kesehatan, 2016).
4) Proses Kehamilan
minggu ke 1 (hari
100 mm ke 7) minggu ke 4 (hari ke 28) minggu ke 8 (hari ke 56)
550 mm
14
inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan
harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi)
yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim, hingga plasentasi/
pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan, dua unsur penting yang
harus ada yaitu sel telur dan sel sperma.
Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium perempuan, saat
terjadi ovulasi seorang perempuan setiap bulannya akan melepaskan satu sel
telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba
fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah
ovulasi. Berbeda dengan perempuan yang melepaskan satu sel telur setiap
bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma.
Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon)
masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur
yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang
bisa membuahi sel telur (Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., &
Manuaba, 2010).
5) Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama
tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat
yang cukup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah :
a) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
b) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari
perut
c) Tidur cukup (9 - 10 jam), tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur
miring pada kehamilan lanjut
d) Berpakaian longgar yang menyerap keringat, memakai kutang yang dapat
menahan payudara yang membesar serta memakai alas kaki bertumit
rendah.
e) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
f) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksama.
g) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok.
15
h) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter.
i) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
6) Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan ibu
juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat menyebabkan
kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum waktunya dan yang
paling parah adalah kematian pada bayi.
7) Kehamilan dan Persalinan Berisiko
Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4
terlalu dan 3 terlambat.
4 Terlalu yaitu:
a) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
b) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
c) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
d) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
3 Terlambat yaitu:
a) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
Kedaruratan
b) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
c) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara
jarak kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak
kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi
si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi
kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali normal
dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk tumbuh
dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang. Sebelum
merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan, misalnya
bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan untuk
mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
16
8) Penundaan Kehamilan
Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua
pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan
tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan misalnya seperti:
a) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
b) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
c) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal,
penilaian lendir vagina.
9) Tanda Bahaya Kehamilan
Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu dan
janin, hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-tanda
yang dapat mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya. Beberapa
tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
b) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
c) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
d) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
e) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
f) Muntah terus dan tidak mau makan.
g) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
h) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama
sekali.
10) Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orang tua, ipar dan
keluarganya mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan ekonomi
juga harus diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak boleh
dibebani dengan pekerjaan atau tugas menumpuk. Beberapa kondisi
emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil:
a) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah
marah, tidak semangat
b) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak, tidak
nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya
17
perubahan kondisi fisiknya.
c) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap perkembangan
bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya meninggal, atau cacat
d) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi
e) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan-
makanan yang mungkin tidak pada musimnya sehingga sulit didapat. Hal
tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan keluarga dan suami.
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan
untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi,
cemas, tekanan-tekanan atau stres dalam berkeluarga.
Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas, tekanan, stres pada
ibu hamil :
1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan
perasaan nyaman. Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari selama 20
menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya,
dengan meminta si ibu membayangkan dirinya berada di sebuah tempat
yang nyaman, tempat yang pernah dikenalnya dan disukainya. Misalnya
merasa sedang berada di pantai yang tenang atau mendengarkan musik
yang lembut.
e. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu
penularannya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama
Penyakit Kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita
dapat terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.
1) Gejala Infeksi Menular Seksual
a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari
biasanya.
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah
kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar
kemaluan.
18
Herpes
Geneta
lia
Kondilom
a
akuminata
Konjungtivis
Gonore Sifilis
is gonore Gambar 2.5 Jenis- IMS
a) Gonore dan Klamidia berakibat kemandulan bagi penderitanya,
jika tidak diobati dengan benar.
b) Kondiloma akuminata (Jengger Ayam) dan Herpes genitalis sangat
menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup.
c) Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati.
d) Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita sifilis
seringkali cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
e) HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan.
3) Penyebab terjadinya IMS
Tidak semua IMS dapat diobati. HIV/AIDS, Hepatitis B & C,
Herpes genitalis dan Kondiloma akuminata (Jengger ayam) termasuk
jenis- jenis IMS yang tidak dapat disembuhkan.HIV adalah yang
paling berbahaya karena selain tidak dapat disembuhkan, HIV
merusak kekebalan tubuh manusia untuk melawan penyakit apapun.
Akibatnya, orang yang terkena HIV dapat menjadi sakit-sakitan dan
banyak yang meninggal karenanya. HIV akan lebih mudah menulari
kita, jika kita terkena IMS.
Hepatitis, merupakan peradangan hati yang dapat merusak
hingga hati tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis B dapat
dicegah dengan melakukan vaksinasi, tetapi Hepatitis C hingga kini
belum ada vaksinnya. Herpes genitalis, sering kambuh dan sangat
nyeri jika sedang kambuh. Pada Herpes, yang dapat diobati hanya
gejala luarnya saja, tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup dalam
tubuh penderita selamanya.Kondiloma akuminata (Jengger Ayam),
19
pada laki-laki dapat menyebabkan kanker penis sedangkan pada
perempuan seringkali menyebabkan kanker rahim.
4) HIV/AIDS
a) Penularan HIV
Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh
manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV
diantaranya:
(1) Hubungan Seks. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom,
HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani
atau cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau
melalui selaput mukosa yang berada di bagian alam vagina,
penis atau dubur.
(2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang
mengandung HIV atau melalui alat suntik atau alat tindakan
medis lain yang tercemar HIV. Selain dari jarum suntik, para
pengguna narkoba suntik bergantian juga risiko tertular HIV.
HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran,
dan ketika menyusui.
(3) Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik
bergantian juga risiko tertular HIV.
(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran,
dan ketika menyusui.
b) Gejala HIV
Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti
halnya orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi
orang tersebut bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan
tubuh. Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu orang
tersebut mulai menunjukkan kumpulan gejala akibat menurunnya
kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
c) Pencegahan Penularan IMS da HIV
(1) Saling Setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan
hubungan seks dengan orang lain:
(2) Kondom
Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang
20
terinfeksi virus.
(3) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV
dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya,
hindari NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri.
(4) Penggunaan alat-alat yang steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat
penembus) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian.
Penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah.
f. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
1) Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah kanker payudara.
Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama.
Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Serviks atau leher
rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke
liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap.
Proses terjadinya kanker ini diperlukan waktu 1-20 tahun.
a) Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker leher rahim, antara lain adalah :
(1)Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia
muda. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker leher rahim.
(2)Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa gonta-
ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker leher rahim.
(3)Merokok. Perempuan perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker leher rahim dibandingkan dengan perempuan
yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir leher
rahim pada perempuan perokok mengandung nikotin dan zat-
zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
21
menurunkan daya tahan leher rahim di samping merupakan
faktor pencetus (ko- karsinogen) infeksi virus.
(4)Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim dapat
menjadi pemicu kanker leher rahim.
b) Tanda-tanda Kanker Leher Rahim
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut:
(1) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
(2) Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
(3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
(4) Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
(5) Timbul gejala-gejala kurang darah bila terjadi perdarahan
kronis.
(6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
bila ada radang panggul.
(7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi.
Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat :
(1) Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah
bening lainnya.
(2) Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga
menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan
nyeri dada.
(3) Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.
c) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena sebagian
besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut.
Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini,
kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir
100%. kuncinya adalah deteksi dini. Deteksi dini kanker leher
rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan Tes IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat). Deteksi dini kanker leher rahim
22
dianjurkan untuk perempuan usia 30, 50 tahun yang sudah
berhubungan seksual dan dapat dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi
dini kaker leher rahim dapat dilakukan di Bidan / Dokter,
Puskesmas, Rumah Sakit. Pada stadium awal umumnya kanker
leher rahim tidak memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya
yaitu pendarahan pasca senggama, pendarahan tidak normal dari
vagina mulai bercak-bercak hingga menggumpal disertai bau
busuk, keputihan berbau busuk, nyeri pinggang saat buang air
kecil dan buang air besar
2) SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko diderita oleh
perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini, penyebab pasti
kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat dipastikan beberapa
penyebab terjadinya kanker payudara.
a) Faktor Risiko Kanker Payudara
(1)Perempuan yang merokok atau sering terkena/menghisap asap rokok
(perokok pasif)
(2)Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk mengandung
banyak zat pengawet atau pewarna
(3)Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun
(4)Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun
(5)Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
(6)Tidak pernah menyusui anak
(7)Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh
kelainan tumor jinak atau tumor ganas
(8)Di antara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara
b) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
SADARI merupakan cara deteksi dini akan adanya benjolan atau
perubahan pada payudara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya oleh
karena itu SADARI dianjurkan dilakukan sebulan sekali setelah selesai
haid
c) Langkah-langkah melakukan SADARI
23
Gambar 1.6 Langkah-langkah SADARI
(1) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang
(2) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara
(3) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar
(4) Pijatlah payudara sambil berbaring
(5) Pijatlah payudara saat mandi
g. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri
Kehidupan seksual suami dan istri adalah suatu hubungan yang dibina oleh
suami dan istri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan bentuk
kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan berdua.
Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan untuk
melakukan hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan telah
hidup bersama setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut
terganggu oleh beberapa hal. Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik dan psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Faktor
fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya
pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara
faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, serta suasana hubungan yang pribadi
atau kadar cinta dengan pasangan.
Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun istri
(perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga tidak
boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat
dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing
pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan
seksual itu dilaksanakan, pihak suami atau istri sama-sama mengetahui apa
yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka. Tujuannya adalah
agar kedua belah pihak sama-sama puas.
1) Gangguan Seksual pada Perempuan
a) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan
ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
b) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang mengeluarkan
cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang.
c) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.
24
d) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap
aktivitas seksual.
25
berakar dan hidup subur di masyarakat. Perlu dipikirkan bahwa mitos-mitos
terkadang timbul karena ketakutan dan rasa ketidaknyamanan. Terutama dalam
sebuah perkawinan, mitos tidak selalu harus dipercaya dan harus diuji
kebenarannya.
1) Contoh mitos 1: Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan
keluarnya darah dari vagina.
Faktanya adalah: darah yang keluar dari vagina setelah berhubungan pertama
kali timbul karena terjadinya peradangan dan perobekan pada selaput dara.
Selaput dara ini merupakan selaput yang juga memiliki pembuluh darah.
Apabila terjadi robekan pada bagian yang terdapat pembuluh darah maka
terjadi perdarahan, apabila terjadi robekan tetapi tidak mengenai pembuluh
darah maka pendarahan tidak terjadi.
2) Contoh mitos 2: Hubungan seks pada saat hamil dapat menyebabkan turun
peranakan (prolaps uteri). Prolapsus uteri adalah penurunan sebagian atau
seluruhnya bagian kandungan ke vagina.
Faktanya adalah: Lima faktor yang sering menimbulkan prolapsus uteri
yaitu:
a) Kawin terlalu muda dan kehamilan dini
b) Banyak melahirkan (lebih dari empat kali)
c) Malnutrisi / kurang gizi
d) Pada saat melahirkan, mengejan sebelum leher rahim terbuka sempurna
e) Membawa barang terlalu berat dan kurang istirahat pada waktu hamil dan
setelah melahirkan
3) Contoh mitos 3: Hubungan seks harus sering agar bayi dalam rahim subur
dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi
mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang
normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya
agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar
sang bayi normal dan sehat.
Faktanya adalah: Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang
ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan
pertumbuhan bayi.
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada
tidaknya sperma yang masuk ke dalam rahim selama kehamilan. Yang benar
26
adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur
berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
4) Contoh mitos 4: Konon kalau posisi laki-laki ketika melakukan hubungan
seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki
yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi
kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan.
Faktanya: Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional, karena
jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi laki-laki ketika berhubungan
seksual. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang
berhasil membuahi sel telur.
Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel
telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan
kromosom Y yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi
ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.
i. Panduan pelayanan calon pengantin selama pandemi Covid-19
1) Layanan pencatatan nikah di KUA kecamatan dilaksanakan setiap hari
kerja dengan jadwal mengikuti ketentuan sistem kerja yang telah
ditetapkan.
2) Pendaftaran nikah dapat dilakukan secara online antara lain melalui
laman simkah.kemenag.go.id, telepon, email, atau secara langsung ke
KUA kecamatan.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 dan/atau
terkait proses pendaftaran nikah, pemeriksaan nikah dan pelaksanaan
akad nikah dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan
dan semaksimal mungkin mengurangi kontak fisik dengan petugas KUA
kecamatan.
4) Pelaksanaan akad nikah dapat diselenggarakan di KUA atau di luar KUA.
5) Peserta prosesi akad nikah yang dilaksanakan di KUA atau di rumah
diikuti sebanyak-banyaknya 10 orang.
6) Peserta prosesi akad nikah yang dilaksanakan di masjid atau gedung
pertemuan diikuti sebanyak-banyaknya 20 persen dari kapasitas ruangan
dan tidak boleh lebih dari 30 orang.
7) KUA kecamatan wajib mengatur hal-hal yang berhubungan dengan
petugas, pihak calon pengantin, waktu, dan tempat agar pelaksanaan akad
nikah agar protokol kesehatan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
27
8) Dalam hal pelaksanaan akad nikah di luar KUA, kepala KUA kecamatan
dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak terkait dan/atau
aparat keamanan untuk pengendalian pelaksanaan pelayanan akad nikah
dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat.
9) Dalam hal protokol kesehatan dan/atau ketentuan pada angka 5 dan angka
6 tidak dapat terpenuhi, penghulu wajib menolak pelayanan nikah disertai
alasan penolakannya secara tertulis yang diketahui oleh aparat keamanan
sebagaimana form terlampir.
10) Kepala KUA kecamatan melakukan koordinasi tentang rencana
penerapan tatanan normal baru pelayanan nikah kepada ketua gugus tugas
kecamatan.
11) Kepala kantor kementerian agama kabupaten/kota melakukan
pemantauan dan pengendalian pelaksanaan tatanan normal baru
pelayanan nikah di wilayahnya masing-masing.
2. KEK
a. Pengertian KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama
atau menahun. Cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil dengan pengukuran LILA (Wulandari, 2021).
Kekurangan energi kronik di definisakan sebagai keadaan ketika
wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protin) yang berlangsung
lama atau menahun. Kekurangan energi kronik (KEK) di tandai dengan
lingkar lengan atas <23,5 cm. kekurangan energi kronik pada wanita usia
subur (pra konsepsi) yang berlangsung secara terus menerus dan dalam
waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain
lingkar lengan terhadap batasan lain untuk mendefinisikan kekurangan
energi kronis, yaitu jika indek masa tubuh (IMT) <18,5 kg/m. IMT di
kategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu underweight ringan (mild),
underweight sedang (modarate), dan underweight berat (serve) (Kartini,
2021)
Kekurangan energi kronis merupakan suatu keadaan dimana status gizi
seseorang berada pada kondisi yang kurang baik. Hal ini dapat disebabkan
karena kurangnya konsumsi pangan dan sumber energi yang mengandung
28
zat mikro. Kebutuhan wanita hamil akan meningkat dari biasanya dimana
pertukaran dari hampir semua beban terjadi sangat aktif terutama pada
trimester III. Karena itu peningkatan jumlah konsumsi makan perlu
ditambah, terutama konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi
semua kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan
menyebabkan malnutrisi atau biasanya disebut KEK. Kontribusi dari
terjadinya KEK ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin
antara lain dapat meningkatkan resiko BBLR.
b. Indikator KEK
Lingkar Lengan Atas telah digunakan sebagai indikator proksi
terhadap risiko kekurangan energi kronis untuk ibu hamil di indonesia
karena tidak terdapt data berat badan prahamil pada sebaian besar ibu
hami. Namun pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. Ibu hamil dengan KEK pada
batas 23,5 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23,5 cm
(Wulandari, 2021)
c. Klasifikasi KEK
1) Klasifikasi KEK berdasarkan IMT
a) Tingkat 1 : 17,0 – 18,4
b) Tingkat 2 : 16,0 – 16,9
c) Tingkat 3 : <16,0
2) Klasifikasi KEK berdasarkan LILA : KEK < 23.5 cm
Kekurangan energi kronik terjadi melalaui beberapa tahapan, yaitu
pada tahapan awal akan terjadi ketidak cukupan zat gizi, terutama energi
dan protein. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama
maka cadangan jaringan akan di gunakan, Tahap kedua adalah terjadinya
kemerosotan jaringan karena pengunaan cadangan terius menerus yang di
tandai dengan penurunan berat badan, Ketiga terjadi perubahan biokimia
dan dapat dideteksi dengan pemeriksaaan laboratorium. Wanita dengan
rentang usia 19-26 tahun memiliki kemungkinan hamil 2 kali lebih besar
dari pada wanita dengan rentang usia antara 35-27 tahun. pada tabel di
bawa ini akan terlihat besarnya kesempatan bagi seorang wanita untuk
hamil di kaitkan dengan faktor usia (Kartini, 2021).
d. Etiologi KEK
29
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi
kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Nikmatuzaroh,
2019)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
antara lain :
1) Jumlah asupan makanan
2) Usia ibu hamil
3) Beban kerja/Aktifitas
4) Penyakit /infeksi
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
6) Pendapatan keluarga
7) Pemeriksaan Kehamian (Perawatan Ante Natal)
e. Patofisiologi KEK
Patofisiologi kekuranan energi kronik terjadi melalaui beberapa
tahapan, yaitu pada tahapan awal akan terjadi ketidak cukupan zat gizi,
terutama energi dan protein. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka
waktu yang lama maka cadangan jaringan akan di gunakan, Tahap kedua
adalah terjadinya kemerosotan jaringan karena pengunaan cadangan terius
menerus yang di tandai dengan penurunan berat badan, Ketiga terjadi
perubahan biokimia dan dapat dideteksi dengan pemeriksaaan
laboratorium.
Kekurangan energi kronik biasanya terjadi pada masa remaja dan
akan berlanjut ke masa sebelumnya jika tidak di tangani. KEK pada calon
pengantin wanita akan menyebabkan masalah pada masa selanjutnya saat
wanita tersebut hamil dan menyusui. Wanita yang mengalami KEK pada
masa kehamilan dapat mengalami anemia, komplikasi pada masa
kehamilan, perdarahan dan mudsah terserang penyakit infeksi, pengaruh
kurang energi kronik pada proses persalinan dapat mengakibatkan proses
pada persalinan menjadi sulit dan lama, persalinan sebelumnya waktunya
(prematur), dan persalinan melalui operasi. Ibu yang kek akan
mengakibatkan janin yang di kandungnya keguguran, abortus, bayi lahir
mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan (asfiksia
30
intrapartum), dan berat badan lahir rendah BBLR. Wanita dengan rentang
usia 19-26 tahun memiliki kemungkinan hamil 2 kali lebih besar dari pada
wanita dengan rentang usia antara 35- 39 tahun. pada tabel di bawa ini
akan terlihat besarnya kesempatan bagi seorang wanita untuk hamil di
kaitkan dengan faktor usia (Kartini, 2021)
f. Faktor yang mempengaruhi KEK
1) Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik
atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup.
Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
2) Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang
hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi
dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu
energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan
energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil
akan lebih baik.
3) Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak
yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka
yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi,
maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang
dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang ibu hamil
kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain
31
untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan
janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-
rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263
kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg
dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Penyakit /infeksi Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena
penyakit infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan
mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,
muntah dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang
nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu
rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan
pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu
meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah
baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi
semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai
pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari
pada yang kurang bergizi. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara
garis besar adalah sebagai berikut:
a) Asam folat Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat
pada masa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan
otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu
hamil yang normal maupun beresiko. Pemberian suplemen asam
folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3
bulan pertama kehamilan.
32
b) Energy Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi
protein saja tetapi pada susunan gizi seimbang energy juga protein
Hal proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
c) Protein Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu
dibutukan protein sebesar 910 gram dalam 6 bullan terakhir
kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu
hamil.
d) Zat besi (FE) Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat
besi secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa
sel darah merah, dan sinesa darah otot. Kenaikan volume darah
selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah
zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat
meningkatnya volume darah adalah 500 mg.
e) Kalsium Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.
f) Pemberian suplemen vitamin Vitamin D terutama pada kelompok
beresiko penyakit seksual dan di negara dengan musim dingin
yang panjang
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah sebanyak 60
persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk
membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi
dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20
persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein.
Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya
total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
g. Faktor Resiko Terjadinya KEK
1) Remaja
Kekurangan energi kronik biasa saja terjadi pada masa remaja
dan akan berlanjut ke masa sebelum hamil dan saat hamil jika tidak di
tangani, KEK pada calon pengantin wanita atau calon ibu akan
menyebabkan masalah pada masa selanjutnya saat wanita tersebut
hamil dan menyusui. Wanita yang mengalami KEK pada masa
kehamilan dapat mengalami anemia, komplikasi pada masa kehamilan,
33
perdarahan dan mudah terserang penyakit infeksi, pengaruh kurang
energi kronik pada proses persalinan dapat mengakibatkan proses pada
persalinan menjadi sulit dan lama, persalinan sebelumnya waktunya
(prematur), dan persalinan melalui operasi. Ibu yang KEK akan
mengakibatkan janin yang di kandungnya keguguran, abortus, bayi
lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan
(asfiksia intrapartum), dan berat badan lahir rendah BBLR. Masa
remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri
seseorang.
Pertumbuhan pada usia anak yang relatifte terjadi dengan
kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasyki usia
remaja. Usia remaja 10-18 tahun merupakan priode rentang gizi
karena bebbagai sebab seperti penyebab langsung yaitu penyakit anak
atau mungin penyakit infeksi yang di derita anak. Penyebab tidak
langsung yaitu seperti ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta elayanan kesehatan kesehatan lingkungan dan kebiasaan
makan yang buruk.
Secara umum KEK pada remaja di sebabkan karena makanan
yang terlalu sedikit. Penurunan berat badan yang secara drastis pada
remaja seperti takut gemuk seperti ibunya atau di pandang kurang
seksi oleh lawan jenis. Makanan - makanan yang bervariasi dan cukup
mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi,
ubi dan kentang setiap hari serta makanan yn mengandung protein
seperti daging, ikan telur, kacang-kacangan, atau susu perlu di
konsumsi oleh para remaja tersebut sekurang- kurangnya sehari sekali
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian KEK
diantaranya terdapat factor penyebab langsung dan factor penyebab
tidak lamgsung. Factor penyebab langsung yaitu tingkat konsumsi
energy, tingkat konsumsi protein, penyakit infeksi dan usia menarche.
Sedangkan penyebab tak langsung adalah pengetahuan tentang gizi pra
konsepsi dan aktifitas fisik (Nurfulaini, 2021)
2) Wanita usia subur
WUS sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus
di perhatikan status kesehatanya, Terutama status gizinya. Kualitas
seorang generasi penerus akan di tentukan oleh kondisi ibunya sejak
34
sebelum hamil dan selama kehamilan, masa pernikahan dapat di
kaitkan dengan masa pra konsepsi karena setelah menikah wanita akan
menjalani proses konsepsi (Kartini, 2021).
Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan
wanita usia subur harus mempunyai gizi yang baik dengan LILA tidak
kurang dari 23,5 cm . apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari
angka tersebut, sebaiknya kehamlan di tunda sehingga tidak beresiko
melahirkan BBLR (Diantoko and Nofi, 2019).
Kesehatan ibu hamil ketika mempersiapkan kehamilnya sangat
menunjng kelahiran bayi yang sehat. Secara umum, gizi yang baik
dapat mendukung kelahiran bayi sehat tanpa komplikasi. Oleh sebab
itu, penting untuk memperhatikan asupan gizi bagi calon ibu hamil
pada masa konsepsi. Priode pra konsepsi adalah priode selama
sebelum kehamilan atau satu bulan sebelum pembuahan yang
menentukan kualitas kehidupan. Masa pra konsepsi yang di dukung
dengan kondisi gizi yang baik pada calon ibu akan menunjang fungsi
yang optimal reproduksi.
Hal tersebut berkaitan dengan proses pematangan telur, produksi
zel telur dengan kualitas, serta membuat proses pembuahan yang
sempurna. Gizi yang baik juga akan mempersiapkan cadangan enenrgi
untuk tumbuh kembang janin. Pemenuhan asupan nutrsi yang cukup
akan mempengaruhi kondisi secara menyeluruh pada masa
kontrasepsi. Pentingnya masa konsepsi (pembuahan) dalam
menunjang kesehatan bayi yang sehat dapat di lakukan dengan
beberapa cara berikut.
a) Melengkapi pola makan yang bervariasi untuk nutrisi yang
seimbang. Hindari makanan siap saji yang tidak sehat pada 6 bulan
sebelum kehamilan.
b) Cermati jumlah konsumsi makanan, sehingga terhindar dari
kondisi makanan berlebih.
c) Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung pengwet.
Makanan yan di awetkan seperti makanan kaleng, instan dan
minuman dengan bahan kimia merupakan jenis makanan yang
diawetkan
3) Ibu hamil
35
Ibu hamil kekuragan energy kroniks (KEK) dengan LILA <23,5
cm alah keadaan dimana ibu hamil mengalami kekuragan gizi (kalori
dan protein) yang berlansung lama dan menahun di sebabkan karena
ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang di butuhkan
tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh
baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Ibu
hamil KEK beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau
BBLR (berat kurang dari 2500 gr). Bayi yang di lahirkan BBLR akan
mengalami hambatan perkembangan dan kemunduran pada fungsi
intelektualnya, dan akan mempunyai resiko kematian.
Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan
wanita usia subur harus mempunyai gizi yang baik dengan LILA tidak
kurang dari 23,5 cm . apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari
angka tersebut, sebaiknya kehamlan di tunda sehingga tidak beresiko
melahirkan BBLR. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di
tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu.
Pemeberian makan tambahan makanan yang tinggi energy dan tinggi
protein melalui pemberian PMT-ibu hamil selama 90 hari dan di
pandukan dengan penerapan porsi kecil tapi sering, akan berhasil
menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200-450
kalori dan 12- 20gram protein dan kebutuhan ibu adalah angka yang
mencukupi untuk memeenuhi gizi janin.
Maka makan yang bervariasi dan cukup mengandung energi dan
protein (termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap
hari dan makan yang mengandung protein seperti daging, ikan , telur,
kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak
dari kelapa atau mentega dapat di tambahkan pada makanan untuk
meningkatkan pasokan energy). PMT dan pemeberian zat gizi pada
ibu hamil yang menderita KEK dapat meningkatkan konsntrasi hb
(Diantoko and Nofi, 2019)
4) Pada janin
Untuk pertumbuhan janin yang baik diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat
makanan tersebut. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang
tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui
36
plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Gangguan suplai
makanan dari ibu mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir mati
(kematian neonatal), cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) atau PJT (pertumbuhan janin terhambat) (Wulandari,
2021)
h. Pemeriksaan Penunjang KEK
1) Pemeriksaan Antropometri antara lain: pengukuran LILA(Lingkar
Lengan Atas) < 23,5 cm, IMT < 18,5, kenaikan berat badan ibu kurang
dari 1 kg pada trimester pertama, kurang dari 3 kg pada trimester
kedua, dan kurang dari 6 kg pada trimester ketiga
2) Pemeriksaan Klinis yaitu tampak lemah dan pucat, conjungtiva pucat,
nadi lemah atau lambat, keringat dingin
3) Pemeriksaan Laboratorium yaitu serum albumin (gr/100ml) wanita
hamil <3,0 (kurang), 3,0-3,4 (criteria margin), 3,5+(cukup) dan serum
protein (gr/100ml) wanita hamil 5,5 (kurang), 5,5-5,9(criteria margin),
6,0+ (cukup)
4) Pemeriksaan Dietetik digunakan food recall 24 jam. Metode ini dapat
memberikan gambaran asupan zat gizi yang lebih optimal dan
memberikan variasi yang lebih besar tentang intake ibu hamil
(individu). Hasil dibandingkan dengan AKG yakni 1900 kkal
ditambah 180 kkal pada trimester I, 300 pada trimester II dan III.
5) Sensitivity dan Specifity dalam penelitian ini pengukuran LILA tidak
dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek melainkan jangka panjang (kronis) karena mencerminkan
tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh
banyak oleh cairan tubuh. LILA hanya sensitif untuk mereka wanita
usia subur dan ibu hamil. Pengukuran LILA digunakan karena
pengukurannya sangat mudahdan dapat dilakukan oleh siapa saja.
i. Penatalaksanaan KEK
Penatalaksanaan untuk remaja wanita pra nikah dengan KEK adalah
dengan memberikan konseling mengenai gizi seimbang pada calon
pengantin, dengan konseling tersebut diharapkan calon pengantin mau
melakukan apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan untuk bisa
meningkatkan asupan nutrisi, sehingga masalah KEK dapat teratasi.
37
Istirahat lebih banyak Terapi kekurangan energi kronis ditujukanpada
pengobatan individu disertai tindakan-tindakan preventif di masyarakat
dengan perbaikan-perbaikan pada faktor-faktor penyebab. Penatalaksaan
ibu hamil dengan kekurangan energi kronis adalah:
1) Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.
a) Tambahan Makanan
Makanan pada ibu hamil sangat penting , karena makanan
merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk
perkembangan janin dan tubuhnya sendiri. Keadaan gizi pada
waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamilharus
mendapat tambahan protein ,mineral,dan energy.
b) Istirahat lebih banyak Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga
dengan cara mengurangi kegiatan yang melelahkan . siang 4 jam /
hari, malam 8 jam/hari
2) Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
a) Contoh makanan tambahan antara lain : susu untuk ibu hamil.
Makanan yang berprotein (hewani dan nabati), susu, roti, dan biji-
bijian, buah dan sayuran yang kaya vit C, sayuran berwarna hijau
tua, buah dan sayuran lain
b) Cara mengolah makanan
Sebaiknya makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis
sayuran segera dihabiskan setelah diolah, susu sebaiknya jangan
terlalu lama terkena cahaya karena akan menyebabkan hilangnya
vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum dimasak dan
apabila makanan yang mengandung protein lebih baik dimasak
jangan terlalu panas
c) Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu
dilakukan adalah :
(1) Rujuk untuk konsultasi
(2) Perencanaan sesuai kondisi ibu hamil
(3) Minum tablet zat besi tatau tambah darah
(4) Periksa kehamilan secara teratur
38
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam
suatu situasi Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW (2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney H, Marlyn HE, David W,
Marilyn LW (2012), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-keterampilan
dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
berfokus pada klien. Menurut Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW
(2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut sebagai berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan.
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
39
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
2. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Data Subyektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis.
a) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan, sehingga
antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab.
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak,
< 16 tahun atau > 35 tahun.
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu
selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan pentingnya
agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan lain –
lain (Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi, 2015).
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis, dan
keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang
peka budaya kepada klien.
e) Pendidikan
40
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan
klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan
yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur.
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien,
sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert mengetahui
jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan.
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah
untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan lain
yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri.
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke ke
fasilitas kesehatan.
j) Riwayat Obstetri
a) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun.
b) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur
atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari.
c) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal
adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti
sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun
penyakit yang mempengaruhi.
d) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah
klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi tanda
kontroksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri
haid.
41
e) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat Menurut Walyani (2015; h. 114) normalnya yaitu 2 kali
ganti pembalut dalam sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu
berarti telah menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.
k) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang, penyakit
umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami dahulu.
l) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada perempuan harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang
telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013; h. 29 - 30). Berikut
ini jadwal pemberian imunisasi yang sudah pernah mendapatkan
imunisasi TT.
m) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan menunda
kehamilan atau tidak.
n) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan dengan
pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan pantangan.
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah
selama BAB/BAK atau tidak.
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk mandi
minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan menjaga
kebersihan kuku .
d) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 – 2
jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam.
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang
seberapa berat aktivitas pasien.
42
f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti
minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat terlarang
dan kebiasaan lainnya.
43
Ttest) terhadap intensitas pengetahuan pada sebelum dan sesudah
diberi perlakuan pemberian buku saku kesehatan reproduksi dan
seksual diperoleh nilai signifikan p-value 0,000 lebih kecil dari α
(0.05). maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian buku
saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin terhadap
pengetahuan catin tentang reproduksi dan seksual pada catin.
44
Suhu normal antara 35,8 – 37° C.
f) Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila frekuensi
pernafasan lebih dari normal disebut takipnue dan jika frekuensi
pernafasan kurang dari normal disebut bradipnue.
g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan
yang abnormal, terhadap dua kemungkinan perkembangan barat
badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lambat dari kedaan normal.
Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna
mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan
yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status
berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan
cara menimbang (Anggraeni, 2012).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan
tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
45
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil. Bila
ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu
kurang (Mandriwati, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Mandriwati (2008) tentang Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin
(Catin) dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil
analisis dengan uji exact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu
0,07 hal tersebut berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi calon
penganti dengan kadar hemoglobin ibu hamil.
2) Status Present
a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok.
b) Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah,
sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret.
d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya
tidak ada polip dan sekret.
e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak
terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu.
f) Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan adanya
kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih.
g) Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
h) Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan.
i) Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan.
j) Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau tidak.
46
k) Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak
ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit
berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat
pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan.
l) Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
m)Anus : Normalnya tidak ada haemoroid.
n) Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan warna
kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia. Normalnya kedua tangan
dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak ada.
3) Pemeriksaan Penunjang.
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien.
a) Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan..............
b) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
perempuan yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (marmi, 2012).
c) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat
diabaikan
d) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data P dalam
SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kelima, keenam dan ketujuh.
47
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH
PADA Nn. D USIA 22 TAHUN CALON PENGANTIN
DI PUSKESMAS PENAWANGAN II
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 12 September 2022
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Penawangan II
Biodata
Nama ibu : Nn. D Nama suami : Tn. W
Umur : 22 Tahun Umur : 24 Tahun
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Sedadi Alamat : Sedadi
RT 08 / RW02 RT 08 / RW 02
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang : Nn.D mengatakan ingin Cek Lab pra nikah
2. Keluhan Utama : Nn.D mengatakan tidak ada keluhan
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun
Nyeri Haid : Tidak ada
Siklus : ± 30 hari, teratur
Lama : ± 7-8 hari
Banyaknya : Hari ke 1-3 ganti pembalut 3-4 x/hari
Hari ke 4-7 ganti pembalut 3x/hari
Haid terahir : 5 September 2022
48
49
4. Riwayat Kesehatan:
1. Penyakit / kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Catin Perempuan: Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit
Jantung, Hipertensi, Asma, Diabetes Melitus (penyakit kencing manis),
ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, (Infeksi Menular Seksual/penyakit kelamin) dan
HIV/AIDS (Human Immuno Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi
Syndrome).
Catin Laki-laki: Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit
jantung, hipertensi, asma, Diabetes Melitus (penyakit kencing manis),
ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, (Infeksi Menular Seksual/penyakit kelamin) dan
HIV/AIDS (Human Immuno Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi
Syndrome).
a. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Catin Perempuan : Tidak ada keluarga yang pernah atau sedang
menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, talasemia, cacat
bawaan, hepatitis dan TBC (batuk lama)
Catin Laki-laki : Tidak ada keluarga yang pernah atau sedang
menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, talasemia, cacat
bawaan, hepatitis, kencing manis/diabetes melitus dan TBC (batuk
lama)
5. Riwayat Imunisasi : TT5, Nn D mengatakan baru selesai melakukan vaksin
covid-19 ke 2 pada tanggal 24 Januari 2022
6. Rencana KB: Belum ada
7. Riwayat Pernikahan
- Nn.D mengatakan ini merupakan pernikahan pertama begitupun dengan calon
pengantin laki - laki
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok : nasi 3 x perhari
Komposisi : Nasi : 3 x @ 1 piring (sedang )
Lauk: 3 x @ 1 potong (sedang), jenisnya daging, telur, tempe,
tahu
50
Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering, terdapat caries dan
gigi graham kanan berlubang
Telinga : Telinga tampak simetris kanan dan kiri dan bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Tidak ada tarikan dinding dada, simetris
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembersaran
hepar, tidak ada nyeri tekan
Punggung : Tidak ada cekungan atau benjolan abnormal
Anus : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Tidak ada varises, tidak ada oedem
c. Status Obstetrik
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
Mamae : Simetris kanan dan kiri, puting susu menonjol, tidak ada massa
abnormal
Abdomen : Tidak ada striae gravidarum, tidak ada massa abnormal, tidak
ada nyeri tekan
Genetalia : Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Golda :A
b. Hb : 14,1 gr%
c. HbsAg : NR
d. HIV : NR
e. IMS : NR
f. Pp test : - (negative)
D. ANALISA
Nn.D Usia 22 Tahun Calon Pengantin dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
E. PENATALAKSANAAN
Tanggal September 2021 Jam 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien dan pasangan dalam
keadaan sehat secara umum. Pada pemeriksaan Hb 13,3 yang artinya normal,
PP Test negative namun pada penimbangan berat badan klien memiliki IMT
54
16,6 atau termasuk LiLA 22 cm atau dibawah LiLA normal dimana LiLA
normal adalah >23,5 cm atau klien termasuk KEK (kekurangan energi kronis)
Hasil : Catin mendengarkan hasil pemeriksaan dengan seksama.
2. Menjelaskan kepada klien bahwa LiLA yang kurang dari batas normal
mengindikasikan KEK.
Hasil : klien mengerti penjelasan yang diberikan.
3. Mengarahkan klien agar melakukan vaksin booster dikarenakan jarak vaksin
ke 2 dan 3 sudah melebihi jarak minimal pemberian vaksin booster yaitu 6
bulan.
Hasil : Calon pengantin paham dan bersedia diberikan vaksin booster.
4. Melakukan kolaborasi dengan tenaga gizi untuk membantu menghitung,
memonitoring serta mengevaluasi asupan pemberian makanan dan kenaikan
berat badan.
Hasil : telah dilakukan konsultasi dengan tenaga gizi.
5. Memberikan KIE berupa kesehatan reproduksi, lifestyle yang beresiko, diet,
dan olahraga
Hasil : Klien paham dan mau mengikuti anjuran yang diberikan
Pembimbing Klinik
Sarni,S.ST
NIP. 19691217 199003 2 003
Pembimbing Institusi
55
NO.RM :2756
Nama Pasien : Nn. D
Tempat : Puskesmas penawangan II
Tanggal dan CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan Paraf
Jam
19 September S :
2021 - Nn.D mengatakan ingin melakukan cek Kembali Ttd Mahasiswi
Jam : 10.00 untuk pengukuran LILA yang kurang dari 23.5
O :
KU : Baik Yulia Ayuningsih
NIM. P1337424822258
Kesadaran : Composmetis
TD : 110/80
Nadi : 88 x/ menit Ttd CI
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,8oC
LILA : 22 cm
A : Nn.N usia 22 tahun calon pengantin Sarni, S.ST.Keb
NIP. 19691217199003 2 003
P :
1. Memberitahu Nn.D jika hasil pemeriksaan tanda Ttd Pembimbing Institusi
vital dalam batas normal yaitu TD 110/80 mmH,
nadi 88 x/ menit, pernapasan 26 x/menit, dan
suhu 36,8oC. Secara keseluruhan Nn.D dalam
keadaan baik
Hasil : Nn. Mendengarkan hasil pemeriksaan Rizky Amelia, SSiT, M.Kes
dengan seksama NIP. 19810520200212 2002
2. Melakukan pengukuran ulang pada LILA dan
hasilnya 22cm yang artinya LILA klien masih
kurang dari normalnya Wanita yaitu > 23,5 cm
Hasil : Telah dilakukan dan klien paham hasil
pemeriksaan
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
gizi seimbang, persiapan kehamilan sehat, dll
seputar kebutuhan calon pengantin
57
menggunakan leaflet
Hasil : Nn.D mendengarkan dengan seksama
dan bisa menjawab ketika dievaluasi
4. Memberitahu Nn.D untuk mengingat siklus
menstruasi dan mencatat tanggal mulai dan
selesai menstruasi sebagai pertimbangan usia
kehamilan jika terjadi kehamilan setelah
menikah
Hasil : Nn.D mengatakan bersedia untuk
mengingat dan mencatat sesuai anjuranyang
diberikan
5. Memberikan kartu tanda vaksin TT dengan
status TT5, serta memberitahu jika imunisasi
TT5 dapat dilakukan setahun setelah TT5 atau
jika sedang hamil dapat dilakukan diusia
kehamilan diatas 5 bulan
Hasil : Nn.D menerima kartu dan mengucapkan
terimakasih
6. Memberikan resep asam folat 400 mcg (1x1)
untuk kesehatan ibu dan mencegah kecacatan
janin saat proses kehamilan dan cara
mengonsumsinya dengan air putih tidak
bersamaan dengan teh,susu dan kopi.
Hasil : Nn.D mengatakan bersedia untuk
konsumsi obat yang sudah diberikan
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di
lembar RM, Register catin dan lembar catin
Hasil : Telah dilakukan
58
NO.RM : 2756
Nama Pasien : Nn. D
Tempat : Puskesmas penawangan II
Tanggal dan CATATAN PERKEMBANGAN Nama dan Paraf
Jam
3 Oktober S :
2022 - Nn.D mengatakan ingin imunisasi catin yang Ttd Mahasiswi
Jam : 10.00 seharusnya dilakukan pada minggu kemarin tetapi
ditunda karena jarak dengan vaksin covid-19
belum ada satu bulan
O : Yulia Ayuningsih
NIM. P1337424822258
1. Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmetis Ttd CI
TD : 118/76
Nadi : 88 x/ menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,8oC Sarni, S.ST.Keb
NIP. 19691217199003 2 003
LILA : 25,5 cm
2. Status Present : Dalam batas normal
3. Status TT : TT5 Ttd Pembimbing Institusi
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1) HB : 14,3 gr/dl
2) Golongan Darah : O
3) PP Test : Negatif Rizky Amelia, SSiT, M.Kes
NIP. 19810520200212 2002
A : Nn.D usia 22 tahun calon pengantin
P :
8. Memberitahu Nn.D jika hasil pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal yaitu TD 118/76 mmH,
nadi 88 x/ menit, pernapasan 26 x/menit, dan
suhu 36,8oC. Secara keseluruhan Nn.D dalam
keadaan baik
Hasil : Nn. Mendengarkan hasil pemeriksaan
dengan seksama
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad atau janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa
yang merupakan awal ari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling
memberi kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan
(sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar cinta dan kasih
(mawadah wa rahmah). Informasi pra nikah yang perlu diinformasikan kepada
calon pengantin menurut Kemenkes RI 2016 seperti Kesehatan Reproduksi, Hak
Reproduksi dan Seksual, Organ Reproduksi. Ada beberapa hal peersiapan
pernikahan yaitu persiapan fisik, persiapan gizi, status imunisasi TT, dan
menjaga kebersihan organ genetalia. Selain itu bidan juga memberikan informasi
tentang kehamilan, penundaan kehamilan, persalinan, pasca persalinan, Infeksi
Menular Seksual (IMS), deteksi dini kanker leher rahi (servik) dan kanker
payudara, gangguan dalam kehidupan seksual suami istri, dan mitos pada
perkawinan.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Kekurangan energi kronik (KEK) di tandai dengan lingkar lengan atas
<23,5 cm. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan dan
sumber energi yang mengandung zat mikro. Peningkatan jumlah konsumsi
makan perlu ditambah, terutama konsumsi pangan sumber energi untuk
memenuhi semua kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori
akan menyebabkan malnutrisi atau biasanya disebut KEK. Kontribusi dari
terjadinya KEK ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin antara
lain dapat meningkatkan resiko BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah jumlah asupan makanan, usia ibu
hamil, aktifitas, penyakit, pengetahuan ibu tentang gizi, dan pendapatan
keluarga.
Nn.D Usia 22 Tahun Calon Pengantin dengan Kekurangan Energi
Kronik (KEK). Dilaksanakan asuhan kebianan pranikah kepada calon pengantin
untuk mempersiapkan kehamilannya dengan memperhatikan status gizi sebelum
hamil dan pada saat hamil kelak, serta lebih meningkatakn aktivitas fisik atau
memperbanyak olahraga. Dilakukan pendekatan SOAP, dan dari hasil anamnesa
dan pemeriksaan, klien didapatkan masalah KEK. Penatalaksanaan yang
diberikan difokuskan pada konseling mengenai KEK pada calon pengantin.
B. Saran
1. Bagi Pasien, Keluarga dan Masyarakat
Diharapkan melalui laporan ini dapat memberikan informasi tentang
pelayanan kebidanan secara professional pada asuhan kebidanan pranikah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah sumber informasi dan bahan bacaan mahasiswa
di perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang mengenai asuhan
kebidanan pada calon pengantin (pranikah).
3. Bagi Penulis
Diharapkan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
menerapkan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan
pranikah secara terstandart.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, A. C. (2012) Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Delfanti, R. L. et al. (2018) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan
Keluarga Tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian
melakukan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Samarinda
Balikpapan, New England Journal of Medicine. doi: 10.1056/nejmoa1407279.
Diantoko and Nofi, D. (2019) BUKU PEGANGAN PETUGAS KUA Sebagai
Konselor 1000 HPK Dalam Mengedukasi Calon Pengantinmenuju Bengkulu
Bebas Stanting. Yogyakarta : CV Budi Utama.
Farid, T. (2019) ‘Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi
Kronik (KEK) di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin’, 1(2), pp. 178–183.
Available at: http://repository.unism.ac.id/1596/.
Kartini, S. (2021) ‘MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA
FASE PRA KONSEPSI DENGAN KEK (KEKURANGAN ENERGI
KRONIK)’, Universitas Alauidin Makassar, pp. 1–23.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) ‘Buku Saku Kespro dan Seksual
Bagi Calon Pengantin’, in, p. 15.
Kesehatan, D. (2020) ‘Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun2020’, p. 48. Available at:
https://e-renggar.kemkes.go.id/file_performance/1-030018-2tahunan-010.pdf.
Mandriwati (2008) Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., & Manuaba, I. B. G. (2010) Buku Ajar
Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
marmi (2012) Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. pustaka pelajar yogyakarta.
Nikmatuzaroh, R. . dan N. M. (2019) ‘Asuhan Kebidanan Pada Pranikah Dengan
Kek’, Skripsi.
Nurfulaini (2021) ‘MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA
PRAKONSEPSI DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS TAHUN 2021
(Literatur’, Universitas Alaudin Makassar, 2(1).
Paratmanitya, Hadi H, S. (2012) ‘Asupan Makan dan Status Gizi Pranikah’, Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, 8.
Triani, E. (2022) ‘Efektivitas Pendidikan Kesehatan Gizi Prakonsepsi Terhadap
Pengetahuan Calon Pengantin Wanita Usia Subur di KUA Ungaran Barat
Kabupaten Semarang’, Jurnal Universitas Ngudi Waluyo, pp. 1–23.
Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW, P. S. (2012) Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Jogjakarta: Pustaka Baru Pers.
Wulandari, P. (2021) ‘STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA “NY.W”
G3P2001 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU 4 HARI DENGAN MASALAH
KEKURANGAN ENERGI KRONIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARU
ILIR KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2021’, Jurnal Kebidanan, 4(1).