DI PUSKESMAS WIYUNG
SURABAYA, 15-28 JUNI 2015
Oleh :
ANNISA RACHMAWATI
NIM. 011211232018
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan dokumentasi kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Menjelaskan konsep dasar teori nifas fisiologis.
1.2.2.2 Menjelaskan komsep dasar asuhan kebidanan pada nifas fisiologis dengan
pendekatan Varney
1.2.2.3 Melakukan asuhan kebidanan pada nifas fisiologis dan mendokumentasikan
dalam SOAP
1.2.2.4 Melakukan pembahasan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar serta
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Asuhan Kebidanan
Nifas fisiologis. Serta sebagai acuan dalam menilai pemahaman dan
keterampilan penulis dalam menyikapi kasus.
2.1.1.2 Fisiologi.
Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah 1-2 hari plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira ± 3 jari di bawah
pusat,3-5 hari 1 jari di atas sympisis, 6-10 hari uterus sudah tidak teraba lagi.
Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang ± 15 cm, lebar
± 12 cm, dan tebal ± 10 cm. Sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis
dari bagian lain. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium
yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior
menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm.. Selama 2 hari berikut uterus
tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun ke rongga panggul
dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan mencapai ukuran normal dalam
waktu 4 minggu.
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300
gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot
tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus
berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas
keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber
pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung
cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu
ketiga.
Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar
telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang
mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri
mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum
hamil.
Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan
kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama
beberapa hari setelah persalinan, porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu
mulut serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk
kembali.
Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tetapi
tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi
isthmus uteri yang hampir tidak dapat dilihat.
Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang berdinding
lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil. Rugae terlihat kembali
pada minggu ketiga, hymen muncul kembali sebagai potongan jaringan yang
disebut sebagai carunculae mirtiformis.
Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia, disamping itu
kapasitasnya bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan
intravesika ( Maryunani, 2009)
3) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti
semula setelah 3-4 minggu (Saifuddin, 2006).
4) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut
sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-
garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna
menjadi keputihan (Saifuddin, 2006)
5) Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar putting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan
diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang
kaya akan antibody dan protein yang sangat bagus untuk bayi (Suherni , 2009).
6) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi
pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan
(Saifuddin, 2006).
b. Pengeluaran lochea
Cairan atau secret yang keluar pada masa nifas disebut dengan lochea.
Macam-macam lochea antara lain:
1) Lochea Rubra
(a) Muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
(b) Warna merah
(c) Berasal dari robekan/ luka pada plasenta, liquor amni, mekonium, dan darah
2) Lochea Sanguiolenta
(a) Pada hari ketiga sampai hari ketujuh
(b) Warna coklat
(c) Terdiri dari sedikit darah, banyak serum, selaput lender, dan kuman penyakit
yang telah mati.
3) Lochea Serosa
(a) Pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh
(b) Warna agak kuning cair dan tidak berdarah lagi
4) Lochea Alba
(a) Setelah 2 minggu ( 10 sampai 15 hari)
(b) Berwarna kekuningan
(c) Berisi selaput lendir, leucasisten, dan kuman penyakit yang telah mati
5) Lochea Perusenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluar
2) Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan
adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya
terjadi pada hari ke tiga dan ke lima. (widyasih, 2009).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis (Manajemen Asuhan
Kebidanan).
2.2.1 Pengkajian (Data Subjektif, Data Objektif)
Dalam langkah pertama ini bidan harus mencari dan menggali data dari pasien,
baik berasal dari pasien itu sendiri, keluarga, atau data kesehatan lainnya dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleg bidan itu sendiri (Varney, 2004)
No register :
Tanggal Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Oleh :
Tempat, tanggal, dan oleh siapa pengkajian itu dilakukan agar petugas
kesehatan selanjutnya mengetahui perlakuan apa sajakah yang telah diberikan kepada
klien, sehingga menghindari adanya ‘double action’, hal ini penting untuk data yang
berkelanjutan/catatan perkembangan.
A. Subjektif
1. Identitas Klien
Bertujuan untuk mengidentifikasi/mengenal penderita dan menentukan
status sosil ekonominya yang harus kita ketahui yang bermanfaat saat kita
menentukan anjuran atau pengobatan apa yang akan diberikan (Hanni Umi
dkk, 2010). Biodata mencakup indentitas pasien, antara lain nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat (Ambarwati, 2010)
Biodata
Nama :
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan
klien.Nama perlu ditanyakan kepada klien dan kepada suami klien
.
Umur :
Semakin tua usia ibu lebih dari 35 tahun terlalu muda (> 20 thn )
mempunyai resiko pendarahan lebih besar karena organ reproduksi
belum atau tidak mencapai titik maksimal dan menjalankan fungsi
reproduksinya.
Agama :
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama
pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di
dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Agama merupakan aspek
yang mendukung dalam kesehatan klien. (Momon Sudarma, 2008)
Pendidikan:
Data status pendidikan diperlukan mengetahui tingkat
intelektualitas kilen, pendidikan merupakan salah bagian dalam
aspek sosial yang harus dikaji.Pendidikan juga merupakan hal yang
dapat mempengaruhi prilaku klien. (Kemenkes no 369).
Menggambarkan kemampuan seorang ibu dalam menyerap
konseling yang di berikan oleh bidan.
Pekerjaan :
dikaji untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan, serta menunjukkan tingkat ekonomi
keluarga klien, sehingga ikut menentukan intervensi yang di
sesuaikan dengan kemampuan klien secara ekonomi.
Suku/Bangsa :
untuk mengetahui ras, sehingga mengetahui resiko penyakit yang
mungkin menyangkut dengan ras, kebiasaan suatu bangsa juga
yang dapat menunjang diagnostik
Alamat :
dikaji untuk mengetahui tempat tinggal klien, sehingga mudah
untuk melakukan kunjungan dan pemantauan.
2. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama klien datang ke tempat bidan. Anamnesa
keluhan utama klien dipergunakan untuk membantu menentukan diagnosa
kebidanan. (Harry Oxorn & William R. Forte, Ilmu Kebidanan : Patologi dan
Fisiologi Persalinan).
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa
nifas (Ambarwati, 2009). Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau
terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu-
minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009)
Afterpain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan oleh
kontraksi rahim, berlangsung 2-4 jam. Tetapi, belum dirasakan oleh
ibu saat ini.
Nyeri akibat luka episiotomi, kebanyakan ibu merasakannya.
Kerigat berlebih
Pembesaran payudara
Konstipasi akibat kekurangan intake cairan.
Kurang mobilisasi ataupun makanan yang berserat.
Retensi urine karena takut sakit saat berkemih. (Maryunani, 2009)
5. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati, 2009)
Pola eliminasi
a) Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2009)
b) Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum,
apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu
hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar, setelah
2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3
ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau
perektal ( Saleha, 2009).
c) Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong. Supaya buang air
besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. (Ambarwati,
2009).
Pola Aktifitas
Segera setelah persalinan keaadan umum baik klien dapat melakukan
ambulasi dini, aktifitas santai yang berguna bagi semua sistem tubuh
terutama fungsi usus, kandung kemih . Sirkulasi darah dan paru disamping
membantu mencegah trombosit pada pembuluh darah tungkai dan
mengubah perasaan sakit menjadi sehat .
Pola Tidur-Istirahat
Istirahat yang cukup untuk ibu masa nifas yaitu pada siang kira-kira 2 jam
dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
1) Mengurangi jumlah ASI
2) Memperlambat ivolusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan
3) Depresi (Suherni etc.all, 2009)
Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009)
Pola Kesehatan Fungsional
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat konsumsi
alkohol, jamu-jamu tradisional atau pernah memiliki riwayat menjalani
pijat di luar tindakan medis.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesesuaian penampakan usia
b. Status gizi umum (malnutrisi atau obesitas)
c. Tingkat emosi, , adanya orientasi waktu, tempat, orang, ingatan,
proses logika, perilaku umum (bersahabat, kooperatif, menolak)
d. Temuan kegagalan sistem, seperti sianosis, distres pernafasan, batuk
persisten, abnormalitas suara dan bicara, wajah asimetris, abnormalitas
tulang
e. Postur tubuh, gaya berjalan, dan gerkan tubuh
f. Cara berjalan : apakah klien berjalan normal atau sempoyongan
Kesadaran :
1. COMPOS MENTIS : merespon dengan baik
2. APATIS : perhatian berkurang
3. SOMNOLENS : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.
4. SOPOR : dengan rangsangan kuat masih memberi respons gerakan.
5. SOPOR-COMATOUS : hanya tinggal reflex cornea (sentuhan ujung
kapas pada kornea, akan menutup kelopak mata).
6. COMA : tidak memberi repson sama sekali.
TTV:
Tensi Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia
postpartum. (Nanny, 2011)
Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus
dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak
akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih
dari 38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009)
Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menii setelah
partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas
umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh,
sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009)
3. Pemeriksaan penunjang
Uji Laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin, hemtokrit, sel
darah putih (leukosit). Hemoglobin normal ; 12-14 g/dl, hemtokrit normal;
37-43%, leukosit normal 12.000/mm3, dan urin yang normal adalah 1500
cc.(Doenges, 2005)
2.2.7 Evaluasi
Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup
evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan masalah dan diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif apabila memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja
sebagian dari terncana tersebut telah efektif sedangkan sebagaian lagi belum.
Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidan perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui prosses
manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa proses menajemen tersebut tidak
efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah dalam
proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang memengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah terkahir
bergantung pada klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Saminem, 2010).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
I. SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. A
Umur : 27 th Umur : 29 th
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama :Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Berdagang
Alamat : Lakarsantri
No. Telp : 085xxx
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada perut dan luka jahitan. Puting susu datar dan ASI tidak lancar.
C. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No KET
Suami UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny Sex BB/PB H M Laktsi Peny
Mengu
Tidak Tidak Tidak
1. 1 8 bulan Normal Bidan BPM ♂ 2100 6,5 th hidup Tidak nakan
ada ada ada
KB pil
F. Riwayat Kontrasepsi
Sebelumnya ibu menggunakan KB pil. Ibu berencana untuk menggunakan kb pil setelah 40
hari PP.
G. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus, ginjal,
jantung,, asma, TBC , HIV, IMS maupun hepatitis. Tidak ada riwayat alergi obat dan
makanan
J. Pola Kebiasaan
Tidak mengkonsumsi alkohol, jamu, obat-obat terlarang, dan merokok, serta tidak memiliki
binatang peliharaan.
II. OBJEKTIF
A. Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV :
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Suhu : 36’1 ºC
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
B. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak pucat dan tidak odem.
Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterus.
Bibir : tidak kering dan tidak pucat.
Payudara : tidak ada kelainan, ASI(+) sedikit, puting datar, bersih,
tidak ada nyeri tekan,
Abdomen : tidak ada bekas operasi, TFU 2 jari bawah pusat,
kontraksi uterus baik.
Vulva : lochea Rubra, perineum ada luka jahitan, sedikit odem,
bersih, tidak ada kelainan.
Anus : tidak ada hemoroid, bersih.
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada odem, ataupun varises.
III. ANALISA
Ny “N” P2002 1 hari post-partum fisiologis dengan nyeri luka perinium dan puting datar.
IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal 17 Juni 2015
14.45 WIB 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaannya bahwa ibu dalam keadaan baik.
15.00 WIB 2. Mengajari ibu cara menyusui yang benar.
Evaluasi : Ibu kurang telaten dalam memberikan ASI pada bayinya.
15.30 WIB 3. Memberi kesempatan Ibu untuk tidur.
Evaluasi : Ibu tidur selama ± 1 jam.
17.30 WIB 4. Memberi KIE pada ibu tentang :
Pemberian ASI+PASI.
Evaluasi : Ibu meberikan ASI dan PASI dengan pengawasan bidan.
Proses penyembuhan luka pada ibu nifas.
Evaluasi : ibu dapat menerima dan mengerti keadaannya.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Evaluasi : ibu makan sesuai porsi di Puskesmas habis, dengan
tambahan roti. Minum air putih ± 2 gelas dan teh manis 1 gelas.
Personal hygiene
Evaluasi : ibu mandi 2x/hari di Puskesmas, dan sering mengganti
softex.
KB 40 hari PP
Evaluasi : ibu ingin menggunakan KB pil
.
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian selanjutnya mengintrepertasi data. Dalam hal ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus. Diagnosa dalam kasus adalah P2002, hari
pertama post-partum dengan nyeri luka perinium dan puting datar. Masalah yang muncul pada
ibu adalah nyeri pada luka perinium. Untuk nyeri perineum terjadi akibat luka masih dalam fase
inflamasi sehingga manifestasi klinisnya adalah rubor, kalor, dolor. Sebagaimana di jelaskan
dalam (Rusda, 2004) Adanya luka robekan yang terjadi setelah episiotomi biasanya akan
menyebabkan rasa nyeri. Dan dimana biasanya proses penyembuhan membutuhkan waktu yang
cukup lama.
Pada kasus Ny N ASI ibu keluar sedikit. Hal ini wajar terjadi pada hari pertama post
partum, sehingga ibu diberi motivasi untuk terus memberikan ASI ekslusif tanpa PASI pada 6
bulan pertama. Namun pada prakteknya ibu kurang telaten dalam memberikan ASI pada bayinya
dan memberikan PASI tanpa sepengetahuan bidan jaga. Sehingga Ny N diberikan KIE
pemberian ASI + PASI yang benar dan dilakukan pendampingan ketika ibu menyusui bayinya.
Ny. N juga di ajarkan cara perawatan payudara untuk memperlancar ASInya. Perawatan
payudara adalah tidakan pengurutan atau rangsangan pada otot payudara pada masa nifas untuk
memperlancar pengeluaran ASI. (Pitriani, 2014)
Ny N diberikan KIE Personal Hygiene untuk menjaga kebersihan tubuh ibu dan terpenting
menjaga kebersihan genetalia untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan diri ibu membanu
mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari sangat dianjurkan, setelah ibu cukup kuat untuk
beraktivitas untuk melakukan personal hygiene. Personal hygiene dilakukan untuk mengurangi
ketidaknyamanan pada ibu, misalnya mengganti pembalut. (Safrudin, 2009)
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat
nutrisi yang lengkap untuk mempercepat pemulihan kesehatan, kekuatan, meningkatkan kualitas
dan kuantitas ASI, serta mencegah infeksi. (Bahiyatun, 2009). Untuk itu Ny N diberikan KIE
tentang kebuthan nutrisi yang seimbang dan tidak melakukan tarak.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa yang kritis bagi Ibu maupun bayi sehingga pemberian
asuhan kebidanan yang baik dan benar pada ibu nifas sangatlah dibutuhkan. Asuhan
Kebidanan diawali dari manajemen asuhan kebidanan yang baik dan benar, sehingga
pelayanan yang diberikan efektif dan sesuai kebutuhan ibu khususnya pada kasus nifas
fisiologis.
Tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang terjadi pada Ny “N”. Tanda dan
gejala yang terjadi pada ibu nifas meliputi perubahan perubahan fisiologis maupun
psikologis terjadi pada Ny “N”. Asuhan kebidanan yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan Ny “N”.
Dalam kasus Ny “N”, ibu memberikan PASI pada bayinya secara diam-diam, ini
menunjukkan kegagalan dalam memberikan KIE tetang ASI ekslusif pada ibu. Pemberian
PASI juga dilakukan dengan cara yang salah, untuk itu dilakukan monitoring yang lebih
kepada Ny “N” untuk menghindari terjadinya tindakan ibu yang dapat membahayakan
bayinya.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi institusi
Laporan ini dapat menjadi tambahan kepustakaan atau bahan rujukan serta menambah
kajian baru tentang Asuhan Kebidanan nifas fisiologis pada khususnya.
5.2.2 Bagi tempat praktik.
Laporan ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan
kepada pasien nifas fisiologis pada khusunya.
5.2.3 Bagi mahasiswa
Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk
menyusun laporan selanjutnya.
Daftar Pustaka
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Ashuan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta :EGC
Handajati, Sutjiati Dwi. 2009. Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan :kehamilan.Yogyakarta: CV Andi OF SET
Maryunani. 2009. Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta : Dian Press
Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Yogyakarta :
Deepublish.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
Rusda, M. 2004. Anestesi Filtrasi Pada Episiotomi. USU. Medan
Saefudin AB.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta:
EGC
Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Suherni,dkk. 2009. Perawatan Maternitas. Jakarta. : Agro Media Pustaka
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta.
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakrta :EGC
Varney, Helen. 2007. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Widyasih . 2009. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wiknojosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono