Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “N” G2 P1001 UK 38 MINGGU INPARTU KALA I FASE


LATEN DENGAN KPD JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERI DI
PUSKESMAS TIMIKA KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2020

DisusunOleh:

Sisma H L
NIM 19690133

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “N” GII P1001 UK 38 MINGGU INPARTU KALA I FASE
LATEN DENGAN KPD JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERI DI
PUSKESMAS TIMIKA KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2020

Atas nama mahasiswa :

NAMA : Sisma H L

NIM : 19690133

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Institusi

Siti Aminah,SST, S.Pd., M.Kes


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan


2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lahir (MochtarRustam.1998 : 91)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. ( Agustini. 2002: 2)
Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandunga nmelalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan).
2.1.2 Tanda dan Gejala
persalinan. Wanita tersebut mungkin mengalami semua, sebagian
atau bahkan tidak sama sekali tanda gejala yang ada dibawah :

1. Lightening, mulai dirasakan kira –kira dua minggu sebelum persalinan,


adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor.
2. Perubahan Servik, konsistensi servik menjadi seperti pudding dan
terjadi sedikit penipisan
3. Persalinan Palsu, persalinan palsu tediri dari kontraksi uterus yang
sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.
4. Ketuban pecah Dini, pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir
kala satu persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan
mengalami persalinan spontan dalam 24 jam.
5. Bloody show, plak lender disekresi serviks sebagai hasil proliferasi
kelenjar lender serviks pada awal kehamilan.
6. Lonjakanenergy, wanita hamil mengalami lonjakan energi 24 sampai
48 jam sebelum terjadinya persalinan. Ia akan merasa bersemangat,
setelah beberapa minggu dan hari merasa letih secara fisik dan
kelelahan akibat kehamilan.
7. Gangguan saluran cerna, ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk
diare, kesulitan mencerna, mual muntah, diduga hal-hal tersebut
merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada
penjelasan untuk hal ini.
2.1.3 Bentuk- bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
a. Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.
b. Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan
berlangsung dengan bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan
pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll) dan
perabdomen (SC).
c. Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak
dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau
prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.
d. Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
2.1.4 Teori Penyebab Mulainya Persalinan
Penyebab sebenarnya yang membuat persalinan di mulai masih belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang turut berperan dan saling terkait
antara lain :
1. Perubahan kadar hormone
Perubahan kadar hormone disebabkan oleh plasenta yang mengalami
penuaan, sehingga villi konugalis mengalami perubahan yang
mengakibatkan kadar progesterone menurun yang menyebabkan
relaksasi otot menghilang. Terjadi 1-2 mgg sebelum persalinan dimulai
kadar esterogen dan prostaglandin meninggi. 
2. Distensi uterus
a. Serabut otot yang teregang sampai batas kemampuannya akan
bereaksi dengan mengadakan kontraksi.
b. Produksi dan pelepasan prostaglandin miometrium
c. Keadaan uterus yang semakin membesar menyebabkan iskemik
otot uterus sirkulasi uterus plasenta terganggu
3. Tekanan janin
Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhan di dalam uterus yang
akan menyebabkan :
a) Penurunan ketegangan pada dinding uterus
b) Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut hingga timbul
kontraksi
Faktor-faktor lain antaralain :

a) Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah


b) Gangguan emosional yang kuat (lewat korteks hipotalamus
hipofise) dapat menyebabkan pelepasan oksitosin.
4. Teori instansi mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion serviks (fleksus Franken
houser). Bila ganglion ini geser dan ditekan penurunan kepala janin
maka dapat menimbulkan kontraksi uterus.
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang
berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot
perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerjasama
yang baik dans empurma. Ada dua power yang bekerja dalam proses
persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan
kontraksi uterus karena otot – otot polos bekerja dengan baik dan
sempurna, pada saat kontraksi, otot –otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek, Sedangkan tenaga mengejan ibu
adalah tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran

2. Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah factor
janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap
janin menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbut
ubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksik epala, kaki, dan lengan.
Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin
dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat
dikatakan etak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta
letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian
janin apa yang paling bawah.

3. Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :
- Bagian keras, bagian ini terdiri dari tulang panggul ( Os coxae, Os
Sacrum, Os Coccygis ), dan Artikulasi( Simphisis pubis, Artikulasi
sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu).
- Bagian lunak, jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah
SBR, Serviks Utreri, dan vagina. Diamping itu otot – otot, jaringan
ikat, dan ligament yang menyokong alat – alat urogenital juga
sangat berperan penting dalam persalinan.
4. Psikis Ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot
– otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom maupun
yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan rasa
tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu
tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan
persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan.
5. Penolong
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan
ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang
dapat membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat
dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia –sia jika saat untuk mengejan
yang ibu lakukan tidak tepat.

2.1.6 Mekanisme Penurunan Kepala


1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap
sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan pinggir atas
simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat
juga terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut
lancip kepan dengan pintu atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut
lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil
rendah dari ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang panggul dengan
ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di
dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
3. Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis
dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan
rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di
bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi
berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
5. Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan
miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar
panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan
belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang.
mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila ada
penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan
operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2012).
2.1.7 Tanda persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir
bercampur darah.
c) Dapat disertai pecah ketuban
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu:
perlunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan
serviks.
2.1.8 Tahap Persalinan Normal
1. Kala 1 : Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap ( 10 cm). Hal
ini sering dikatakan sebagai tahap pembukaan serviks ( Helen Varney
2007)
Fase Laten dimulai sejak pemukaan awal sampai dengan 4 cm
biasanya fase ini berlangsung kurang dari 8 jam. Sedangkan fase aktif
persalinan berlangsung ketika pembukaan 4 sampai dengan lengkap.
Dalam proses ini terjadi penurunan bagian terbawah janin.
2. Kala II : Kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.
3. Kala III : Penatalaksanaan aktif pada ala III (Pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindari terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi : Pemberian
oksitosin dengan segera. Pengendalian tarikan pada tali pusat,
Pemijitan uterus segera setelah plasenta lahir.
4. Kala IV : Kala II adalah o menit sampai 2 jam setelah persalinan
plasenta berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena
kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu
keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus
terus memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.

2.2 Konsep dasar KPD


2.2.1 Pengertian KPD
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu. Ketuban Pecah Dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada
kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8 – 10% perempuan hamil
aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. Pada kesimpulan yang dapat
diambil bahwa Ketuban Pecah Dini adalah Pecahnya selaput ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan. Ketuban pecah dini bisa terjadi pada
usia kehamilan Aterm maupun pada kehamilan Prematur.
2.2.2 Etiologi ketuban pecah dini
Walaupun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini,
namunpenyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti.Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat denganKPD, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun beberapa etiologi dari penyebab kejadian
ketuban pecah dini menurut beberapa ahli yaitu:
a. Serviks inkompeten (leher rahim)
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari
aterm, serviks yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan
sebagai akibat dari peningkatan aktifitas uterus melainkan akibat dari
kelemahan intrinsik uterus sehingga menyebabkan ketuban pecah.
b. Ketegangan rahim berlebihan
Ketegangan rahim berlebihan maksudnya terjadi pada kehamilan
kembar dan hidramnion. Etiologi hidramnion belum jelas, tetapi
diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban
bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya.
Dicurigai air ketuban dibentuk dari sel-12 sel amnion. Di samping itu
ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada anensefalus. Air
ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan
yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh janin,
diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya
masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila
janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus atau tumor-
tumor plasenta. Hidramnion dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum
waktunya.
c. Kelainan letak janin dalam rahim
Kelainan letak janin dalam rahim maksudnya pada letak sungsang dan
lintang. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak
dengan bebas, dan demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak
sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena
bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas difundus
uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil
disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan
ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya.
d. Kelainan jalan lahir
Kelainan jalan lahir maksudnya kemungkinan terjadi kesempitan
panggul yang terjadi pada perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, disporposi sefalopelvik. Kelainan letak dan kesempitan panggul
lebih sering disertai dengan ketuban pecah dini namun mekanismenya
belum diketahui dengan pasti. 8
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam
kavum amnion, di samping juga ada kelainan selaput ketuban itu
sendiri. Hal ini terjadi seperti pada sindroma Ehlers-Danlos, dimana
terjadi gangguan pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan
struktur kolagen dengan gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan
sendi, termasuk pada selaput ketuban yang komponen utamanya adalah
kolagen. 72% penderita dengan sindroma Ehlers-Danlos ini akan
mengalami persalinan preterm setelah sebelumnya mengalami ketuban
pecah dini preterm.
f. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) sudah
cukup untuk melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut. Bila
terdapat bakteri patogen di dalam vagina maka frekuensi amnionitis,
endometritis, infeksi neonatal akan meningkat 10 kali. Ketuban pecah
dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan oleh adanya infeksi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang terikat pada
membrane melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan
melemahnya membran. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa matriks
metaloproteinase merupakan enzim spesifik yang terlibat dalam
pecahnya ketuban oleh karena infeksi.
g. Trauma
Trauma yang didapat, misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
karena biasanya disertai infeksi. Frekuensi koitus pada trimester ketiga
kehamilan yang lebih dari tiga kaliseminggu diyakini berperan pada
terjadinya KPD. Hal ini berkaitan dengan kondisi orgasme yang
memicu kontraksi rahim oleh karena adanya paparan terhadap hormon
prostaglandin didalam semen atau cairansperma.
h. Anemia
Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah KPD. Hasil penelitian ini
sejalan dengan teori dari Allen (2001) yang menyatakan bahwa anemia
dapat menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi
stres ibu dan janin, yang merangsang sintesis corticotropin releasing
hormone (CRH ). Konsentrasi CRH merupakan peningkatan faktor
risiko utama untuk persalinan dengan ketuban pecah sebelum
waktunya. CRH juga meningkatkan produksi kortisol janin, dan kortisol
dapat menghambat pertumbuhan longitudinal janin. Mekanisme
alternatif bisa jadi bahwa kekurangan zat besi meningkatkan kerusakan
oksidatif pada eritrosit dan unit fetoplasenta. Kekurangan zat besi juga
dapat meningkatkan risiko infeksi ibu yang mengakibatkan pecahnya
ketuban terlalu dini.
2.2.3 Faktor risiko ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-
hari, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat
membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga
keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban pecah sebelum
waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat
dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan
hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang berat. Pola pekerjaan ibu
hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja Fisik pada saat
hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam
perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja
menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah
dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun
pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan
kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu
maupun janin.
2. Paritas.
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi, risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetric lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi/ dicegah dengan keluarga berencanaParitas kedua dan ketiga
merupakan keadaan yang relative lebih aman untuk hamil dan
melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum
terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah
selaput ketuban dengan baik. Ibu yang telah melahirkan beberapa kali
lebih berisiko mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus
mengalami gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban
mudah rapuh dan akhirnya pecah spontan. Pada paritas yang rendah
(satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada
multiparitas
3. Riwayat KPD sebelumnya
Berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis terjadinya KPD
secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm
terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya
akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada
wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi
membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang
semakin menurun pada kehamilan berikutnya
4. Usia kehamilan
Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur
kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering
ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan
lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin
sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang
penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD
sampai kelahiran berbanding terbalik dengan, usia kehamilan saat
ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan
beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester
II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur.
Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan
membahayakan janin serta situasi maternal.
5. Nutrisi saat hamil
Kenaikan berat badan berkaitan dengan status nutrisi, kenaikan BB
yang selama hamil adalah 11,5-16 kg pada IMT normal yaitu 18,5-24,9
kg/m2. Semakin sedikit kenaikan berat badan selama hamil semakin
buruk satus gizi ibu hamil. Sedangkan status gizi berkaitan dengan
kejadian ketuban pecah dini.20 Ibu hamil dianjurkan untuk menambah
asupan protein menjadi 12 % per hari 75-100 gram. Ibu hamil yang
mengkonsumsi protein kurang dari kebutuhan akan semakin tinggi
resikonya untuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Protein
merupakan bagian dari zat gizi dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air.
Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada di dalam
otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di
dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh.
Protein mempunyai fungsi yang khas yang tidak dapat di gantikan oleh
zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Komponen utama dari selaput ketuban adalah kolagen, serat
kolagen merupakan komponen utama dari ECM (Extracellular Matrix)
dan merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga buah rantai, yang
membentuk triple helix seperti, memberikan kekuatan tarik ke ECM.
Sebagian besar bukti mengarah bahwa ketuban pecah dini berhubungan
dengan proses biokimia meliputi rusaknya kolagen antarmatriks
ekstraseluler amnion dan korion.
Matriks ekstraseluler terdiri dari serat tiga dimensi diisi dengan
makromolekul yang berbeda seperti: kolagen (terutama tipe I dan III),
elastin, glukosaminoglikan, dan proteoglikan. Rusaknya kolagen antar
matriks ekstraseluler amnion, korion dan programmed death of cell
pada membrane janin dan lapisan uteri maternal (desidua) sebagai
respon terhadap berbagai rangsangan seperti peregangan membrane
(membrane stretching) dan infeksi saluran reproduksi, yang
menghasilkan mediator seperti prostaglandin, sitokin dan hormone
protein yang mengatur aktivitas enzim degradasi matriks. Komponen
utama matriks ekstraseluler adalah protein berserat. Protein sangat
dibutuhkan untuk ibu hamil selain untuk perkembangan janin, protein
juga dibutuhkan untuk pembentukan jaringan pada tubuh ibu termasuk
jaringan ikat pada selaput ketuban .
6. Riwayat Penyakit
Pada riwayat penyakit yang dapat dijadikan sebagai faktor predisposisi
terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya riwayat infeksi traktus
genital dan anemia pada saat kehamilan. Karena penyakit tersebut
sangat bepengaruh terhadap terjadinya ketuban pecah dini. Sehingga
perlu dilakukan pengkajian riwayat penyakit untuk mengetahui faktor
penyebab yang mungkin terjadinya terhadap komplikasi yang sedang
terjadi.
2.2.4 Tanda dan Gejalaketuban pecah dini
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan air ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban barbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri,
kepala janin yang terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri
perut, denyut jantung janin betambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
yang terjadi.
2.2.5 Patofisiologiketuban pecah dini
Ketuban pecah dini secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat
keseimbangan antara sisntesis dan degrasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor risisko untu terjadinya ketuban pecah dini adalah :
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
2. kurangnya tembaga dan asama askorbik yang berakibat pertumbuhan
3. struktur abnormal karana antara lain merokok.
2.2.6 Diagnosis Ketuban Pecah Dini
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban
divagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan
cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes laksmus (Nitrazin Test) merah
menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu
ibu lebih dari 38°C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah
>15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami
infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). Pada Pemeriksaan
dalam Cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan pada ketuban pecah dini yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin. Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan
dilakukan penangan aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi
latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi.
2.2.7 Komplikasi ketuban pecah dini
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea. Atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan prematur
Selaput ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung usia kehamilan. pada kehamilan aterm 90%
terjadi setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu
50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.5
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada
ibu akan terjadi korioamnionitis. Pada bayi akan terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitas, umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering
pada aterm. Secara umum insiden infeksi skunder pada ketuban peah
dini meningkat sebandingdengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan
antara terjadinya gawat janin dan derajat ologohidramnion, semakin
sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
4. Sindromdeformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.
2.2.8 Penatalaksanaan ketuban pecah dini
1. Pastikan diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janian.
4. Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina
yang kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.
5. Diagnosis ketuban pecah dini prematur dengan inspekulo diliat adanya
cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Periksaan pH vagina
perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar
7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menakan pH vagina.
6. Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat
dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion. Nilai air ketuban
normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita
dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit
untuk pemeriksa lebih lanjut. Jika pada perawtan air ketuban berhenti
keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan
dalam kala aktif. Korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi.
Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan
penatakasanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan
pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada
infeksi dan gawat janin, penatalakaanaan bergantung pada usia
kehamilan
TINJAUAN KHASUS

I. Pengkajian
Tanggal : 02-01 -2021
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Kamar bersalin Puskesmas Timika
A. Data subyektif
1. Biodata

Istri Suami
Nama : Ny. M Tn. B
Umur : 29 tahun 33 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Penghasilan : - Rp. 5.000.000,-
Umur menikah : 21 tahun 25 tahun
Berapa kali/berapa 1x/ 11 tahun 1x/ 11 tahun
lama :
Alamat : JL.Baru

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan kenceng sejak tadi malam, keluar cairan jam 08.00
warna jernih
3. Riwayat kesehatan
a) Penyakit yang lalu.
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular
(TBC, HIV/AIDS, Hepatitis) menurun (DM, Ashma) menahun
(Hipertensi)
b) Penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti
( TBC,HIV/ AIDS, Hepatitis), menurun (DM, Ashma), menahun
(Hipertensi)

c) Penyakit keluarga
Ibu mengatakan suami dan keluarga tidak mempunyai riwayat
tidak sedang menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis,
HIV/AIDS), penyakit menurun ( DM ,Asma), Penyakit menahun
(Hipertensi)
4. Riwayat obstetri
a) Riwayat menstruasi.
Amernorhoe : 9 bulan ini
Menarche : Usia 11 Tahun
Lama : 7 - 8 Hari
Banyak : +3 – 4 kali / hari ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Teratur/Tidak : Teratur
Dismenorhoe : Tidak pernah
Fluor albus : Tidak pernah
HPHT : 11– 04– 2020
TP/HPL : 18 – 01 – 2021
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu.
Tgl/ Anak
UsiaKe Tempat Penyulit
No Bln/Th JenisPe Penol Nifa
hamila Persali Kehamil JK BB UsiaAnak
. Persalina rsalinan ong PB s
n nan an
n

1 02-02- 9 Bln Bidan Spt B Bidan Tidak ♀ 32 50 HPP 5 Th


2019 (Ruma Ada 00 -
h)

2 Hamilini

c) Riwayat Kehamilan sekarang.


Ibu mengatakan ini kehamilan ke II dengan usia kehamilan 9
bulan.
ANC TM I : 2 Kali
Keluhan mual
Hasil pemeriksaan k/u :Baik, T : 100/60, Plano Tes
+

Terapi :Asamfolat, FE, Kalk

ANC TM II : .3 Kali
Tidak ada keluhan

Hasil pemeriksaan k/u :Baik, T : 110/70, TFU :


Sesuai Uk, DJJ + Normal (120 – 160 x/menit)

Terapi AsamFolat, FE,Kalk

ANC TM III : 5Kali


Keluhan TAA

Hasil pemeriksaanRcu: Baik, T : 110/70, Tfu :


Sesuai uk, Djj + Normal (120 – 160 x/menit)

Terapi AsamFolat, FE,Kalk

Gerak anak sejak 5 bulan

Gerak 24 Jam terakhir lebih dari 10 x gerak

Mulai persalinan :Tgl 02 -01-2021 Jam 10.00

5. Riwayat KB
Menjadi peserta KB :
Tahun 2019 Jenis Kontrasepsi Suntik 3 bulan keluhan Tidak bisa Mens
berhenti ingin hamil

6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 6 Tahun
Usia Pertama Menikah : 22 Tahun
7. Riwayat Psikososial.
Ibu, suami dan keluarga menginginkan dan bahagia dengan kehamilan
ini dan ibu mengatakan siap dalam proses persalinan
8. Riwayat Budaya
Ibu mengatakan slamatan 7 bulanan dan nanti juga akan mengadakan
slamatan sepasaran jika bayi sudah lahir
9. Perilaku Kesehatan.
Jamu : Ibu mengatakan tidak minum jamu
Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
Minum minuman keras : Ibu mengatakan tidak minum minuman keras.
10. Pola Kebiasaan sehari – hari.

No. Pola Selama Inpartu


Kebiasaan
1. Nutrisi Makan : selama inpartu ibu tidak mau makan
Minum : sedikit saat his trelaksasi ( air putih dan teh manis)
2. Eliminasi BAB Tidak BAB
BAK 1 x 100 cc
3. Istirahat Istirahat saat HIS Terelaksasi
4. Personal Ibu mengatakan sudah mandi tadi pagi
Higiene
5. Aktivitas Tidur miring kiri ( posisi nyaman ibu)

B. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaanumum : baik
kesadaran : composmentis
keadaanemosional : stabil
TTV TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,8oC
R : 20x/menit

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
Rambut : Warna hitammerata, tidak rontok, tidak ketombe kulit
kepala sehat
Wajah : Tidak ada edema, tidak pucat
Mata : conjungtiva merah muda, seklera putih, penglihatan
baik
Hidung : tidak ada pengeluaran, Tidak ada cuping hidung
Telinga : tidak ada pengeluaran, bentuk normal, simetris
Mulut : gigi bersih, tidak ada caries, gusi tidak mudah berdarah
Leher : bentuk normal, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe,
vena jugularis dan kelenjar thyroid
Dada : Payudara membesar, putting susu menonjol,
hiperpigmentasi pada areola, pengeluaran colostrum +/+
Abdomen : pembesaran rahim sesuai usia kehamilan, tidak ada
bekas operasi ada linea nigra dan strie alba
Genitalia : normal, tidak ada edema, varices, terdapat pengeluaran
cairan ketuban
Anus : normal, tidak ada hemoroid

Ekstremitas
Atas : kuku bersih, normal, simetris, tidak ada edema
Bawah : normal, simetris, tidak ada edema, tidak ada varices

3. Palpasi :
Leopol I : Teraba bulat lunak (bokong)
Leopol II : teraba membujur dari atas kebawah pada perut ibu
sebelah kanan (Pu-KA)
Leopolt III : teraba bulat melenting (kepala) tidak dapat
digoyang
Leopolt IV : kepala sudah masuk PAP 3 / 5

Variasi :-
MC Donnald : TFU 31 cm
TBJ : (31 - 11 ) x 155
His : 3 x 10 x 40”

a. Auskultasi
Punctum maximum : Punggung Kanan / Perut ibu sebelah kanan
bawah
DJJ : 140 x / menit, regular / irregular

b. Perkusi
Reflek patella : + / +
c. Pemeriksaan Dalam
Oleh Bidan Tari : Jam 10.00
v/v : Tidak ada benjolan
 : 2 cm
Eff : 50 %
Ketuban : negatif Jernih
Presentasi : belakang kepala
Hodge : II
Demiator : UUK
Bagian kecil Janin : Tidak teraba
Cairan pada sarung tangan : Cairan ketuban dan lendir darah
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa : G2 P1001 Uk 38 Minggu Inpartu Kala I Fae Laten dengan
KPD. Janin Tunggal Hidup Intra Uteri
DS :Ibu mengatakan kenceng sejak tadi malam, keluar cairan ketuban
jam 08.00, warna jernih
DO : VT 2 cm EFF : 50% let kep H II ket negatif jernih, DJJ +
140 x/menit

B. Masalah : Tidak Ada


DS :-
DO :-

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL

Dx Pontensial :Infeksi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN / TINDAKAN SEGERA


Bedrest total dan miring kiri

V. INTERVENSI

Dx G2 P1001 Uk 38Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan KPD. Janin


Tunggal Hidup Intra Uteri

Tujuan : Persalinan berjalan dengan lancar dan tidak terjadi komplikasi


Kriteria Hasil :
Tidak terjadi infeksi
Kala I : Pembukaanlancardansesuaiwaktu

Kala II : berlangsung < 2 jam, bayi lahir normal dan selamat

Kala III : berlangsung <30 menit, plasenta lahir spontan, lengkap

Kala IV : Tidak terjadi HPP


Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan komunikasi terapiutik pada ibu dan
keluarga
R : terjalin rasa percaya sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu
R : Ibu mengerti dengan kondisi saat ini bahwa ketuban sudah pecah
dan bayi harus segera lahir
3. Pantau TTV dan CHPB
R :Kondisi ibu dan janin terpantau dalam kondisi baik dan aman
4. Anjurkan ibu untuk tidur miring dan tidak turun dari tempat tidur
R :Tidak terjadi prolaps tali pusat

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : jam : 10.00
Dx :G2 P1001 UK 38 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan KPD. Janin
Tunggal Hidup Intra Uteri
1. Melakukan pendekatan dengan komunikasi terapiutik pada ibu dan
keluarga
2. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu
3. Memantau TTV dan CHPB
4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring dan tidak turun dari tempat
tidur

VII. EVALUASI

Tanggal : 02.01.2021 jam 14.00

Dx :G2 P1001 UK 38 MingguInpartu Kala I Fase Laten dengan KPD. Janin


Tunggal Hidup Intra Uteri

S : Ibu mengatakan ingin BAB


O : K/u : Baik, Td : 110/70, S : 37 C, N : 90 x/menit, Vt  10 cm, Eff 100
%, Kep H III (+) Ket negatif Jernih DJJ (+) 144 x/menit
A : G2 P1001 UK 38 Minggu Inpartu Kala II dengan KPD. Janin Tunggal
Hidup Intra Uteri
P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu akan segera melahirkan
2. Melakukan pertolongan persalinan sesuai 60 langkah APN. Bayi lahir
normal spontan, segera menangis, jam 14.15 JK Perempuan

VIII. CATATAN PERKEMBANGAN

KALA III

Tanggal : 02-01-2021 jam : 14.20

S :ibu lega dengan kelahiran anak keduanya, ibu merasakan perut mules

O : Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik

Genetalia :Terdapat pengeluaran darah, talipusat menjulur

A : P2001 Uk 38 Minggu inpartu kala III

P:

1. Memeriksa kembali uterus. Tidak ada lagi janin dalam uterus,


bayi tunggal.
2. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha
dorsal lateral kanan. Pukul 14.17 WIB
3. Melakukan PTT sewaktu ada his. Tidak ada tahanan. Tali pusat
bertambah panjang, adasemburan darahtiba-tiba.
4. Melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir. Plasenta lahir
spontanpukul 14.20 WIB
5. Melakukan masase uterus selama 15 detik, dengan meletakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Hasil : uterus teraba keras
6. Melakukan penilaian perdarahan, memeriksa kedua sisi plasenta
baik yang menempel ke ibu maupun janin, hasilnya selaput
lengkap dan utuh, perdarahan ±200 cc
7. Melakukan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif. Hasil : perineum tidak terjadi robekan
KALA IV

Tanggal :02-01-2021 jam 14.30

S :ibu lega dengan kelahiran anak keduanya, ibu merasakan perut mules

O : Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik

Genetalia :pegeluaran darah normal

A : P2002 kala IV

P:

1. Membersihkan tubuh ibu dari darah dan kotoran yang lainnya dengan air
DTT. Ibu merasa sudah bersih dan nyaman
2. Memakaikan pembalut dan pakaian kepada ibu. Ibu sudah merasa lebih
nyaman
3. Menganjurkan ibu makan dan minum untuk menambah tenaga ibu dan
meminta ibu untuk tidak tarak pada makanan apapun kecuali jika alergi. Ibu
makan nasi, ayam goreng, sayur dan minum air teh hangat manis
4. Menganjurkan ibu untuk belajar miring kanan dan kiri jika ibu tidak pusing
kemudian belajar untuk duduk. Ibu bisa melakukannya
5. Membantu ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin BAK
6. Melakukan observasi 2 jam postpartum 15 menit pada jam pertama dan 30
menit pada jam kedua
7. Melengkapi partograf

2 Jam PP

Tanggal : 02-01-2021 jam 16.15

S :Pasien lega bayinya telah lahir

O : K/u : Baik

Td : 120/80 mmHG
N : 90 x/menit

S : 37 C

RR : 22 x/menit

TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

A : P 2002 2 jam post partum

P : 1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik

2. Mengajari ibu cara cebok yang benar dan jaga kebersihan

3. Memberikan KIE tentang ASI Eksklusif

4. Memberi motivasi pada ibu tentang KB

Anda mungkin juga menyukai