Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN ANAK SEHAT DENGAN IMUNISASI

PADA BY.”J” USIA 3 BULAN DENGAN IMUNISASI DPT 1 DAN POLIO 2


DI KLINIK PRATAMA RIENS 

Disusun Oleh :

Wiwin Werdi Rahayu


Nim : 202006090060

PRODI PROFESI KEBIDANANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN AJARAN 2020/2021
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Imunisasi


a. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah upaya untuk memperkuat system pertahanan tubuh (Depkes
dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). Imunisasi adalah usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh, agar
tubuh membuat zat antibody untuk mencegah terhadap penyakit (Aziz Alimul,
2004).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu (Proverawati, 2010).
b. Jenis Kekebalan
Ada 2 jenis kekbalan yang bekerja dalam tubuh bayi / anak :
1) Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi
dapat bertahan lama.
Kekebalan aktif dibagi menjadi 2 jenis :
a) Kekebalan aktif alami : Dimana anak membuat kekebalan sendiri
setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit.
b) Kekebalan aktif buatan : Kekebalan yang dibuat tubuh setelah
m e n d a p a t vaksin (imunisasi).
2) Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat antibody sendiri tetapi
diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak, sehingga proses cepat
tetapi tidak bertahan lama.
Kekebalan pasif dapat terjadi melalu dua cara :
a) Kekebalan pasif alami atau bawaan : Kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya, kekebalan ini tidak berlangsung lama yaitu 3
bulan setelah lahir.
b) Kekebalan pasif buatan : Kekebalan yang diperoleh setelah anak/ bayi
mendapatkan suntikan zat penolak (A.H Markum, 2002).
c. Tujuan Imunisasi
Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi
sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita atau
anak pra sekolah. Adapun tujuan program imunisasi :
1) Tujuan umum
Yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut yang
dimaksud adalah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles (campak),
polio dan tuberculosis.
2) Tujuan khusus
a) Tercapainya target universal chil immunization (UCI), yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi.
b) Tercapainya ERAPO (eradiksi polio), yaitu tidak adanya virus polio liar
di Indonesia, yang dibuktikan dengan tidak ditemukan virus polio liar
pada tahun 2008.
c) Tercapainya ETN (eliminasi tetanus neonatorum), artinyamenurunkan
kasus TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun.
d) Tercapainya RECAM (reduksi campak), artinya angka kesakitan
campak turun pada tahun 2006.
d. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan maanfaat sebagai berikut :
1) Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering terjangkit.
2) Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit.
3) Untuk Negara, bermaanfaat memperbaiki derajat kesehatan, mencptakan
bangsa yang yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
Negara.
(Depkes RI, 2002).
e. Persyaratan Pemberian Vaksin
1) Pada bayi atau anak yang sehat.
2) Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es, dan belum lewat masa
berlakunya.
3) Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat.
4) Mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur, dan jenis imunisasi,
jenis yang telah diterima.
5) Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan.
6) Memperhatikan dosin yang akan diberikan. (Marmi,2012)
f. Reaksi Pada Tubuh Bayi dan anak Paska Imunisasi
1) Reaksi local
Biasanya terlihat pada tempat penyuntikan, misalnya terjadi pembengkakan
yang kadang-kadang disertai demam, agak sakit.
2) Reaksi umum
Dapat terjadi kejang-kejang atau shock.
g. Pemeberian Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal
terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan
infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan menyerang tubuh
kita (Marmi, 2015).
Jadwal Pemberian Imunisasi
Jenis Dosis Lokasi Usia Efek samping
BCG 0,05 mL Lengan Dibawah 2 Umumnya tidak ada, namun
Secara kanan bulan, jika lebih sebagian anak timbul
intra atas dibutuhkan tes pembengkakan kelenjar getah
Cutan mantoux terlebih bening diketiak atau leher
dahulu bagian bawah. Biasanya akan
sembuh sendiri
Hepatitis 0,5 mL Pada Sekurang- Nyeri pada suntikan, demam
B Secara paha kurangnya 12 ringan, pembengkakan,tetapi
intra lewat jam setelah bayi umumnya tidak terjadi.
Muskule anterola lahir
r teral
Polio 0,5 mL Oral Pada usia Hampir tidak ada. Sebagian
Secara 0,2,4,6 bulan, kecil mengalami pusing diare
oral pemebrian ringan, dan sakit otot.
vaksin polio
selalu dibarengi
dengan vaksin
DPT
DPT 0,5 mL Pada Sebanyak 3 kali Umumnya muncul demam
Secara paha pada usia 2,4,6 yang dapat diatasi dengan
intra lewat bulan obat penurun panas.
Muskule anterola
r teral
Campak 0,5 mL Pada Sebanyak 1 kali, Umumnya tidak ada
Secara lengan pada usia 9
sub cutan bagian bulan
kiri
(Sumber : Marmi, 2015)

2. Konsep Imunisasi DPT


a. Definisi DPT
DPT merupakan vaksin yang mengandung tiga elemen yaitu toksoid
corynebacterium diptheriae (difteri), bakteri bordetela pertussis yang telah
dimatikan (seluruh sel), dan toksoid clostridium tetani (tetanus) (Depkes RI,
2002).
Imunisasi DPT adalah suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertuses, dan
tetanus (Aziz Alimul, 2008).
1) Toksoid difteri
Toksoid difteri adalah preparat toksin difteri yang di inaktifkan dengan
formaldehid dan diabsorbsi pada garam aluminium untuk menaikkan
antigenesitasnya. Pada anak yang telah mendapatkan imunisasi lengkap,
biarpun terjangkit difteri, gejalanya akan jauh lebih ringan tanpa komplikasi
yang berarti, DT diberikan pada anak yang mempunyai kontraindikasi
terhadap vaksin pertusis.
2) Toksoid tetanus
Toksoid tetanus (TT) adalah preparat toksin tetanus yang di inaktifkan
dengan dengan formadehid dan diabsorbsi pada garam aluminium untuk
meningkatkan antigenesitasnya. TT merangsang pembentukan antitoksin
untuk menetralkan toksin tetanus. Antitusin yang melewati plasenta ke janin
pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum.
TT adalah vaksin yang sangat efektif, presentasi kegagalannya sangat kecil,
efektifitas dua dosis Tt selama hamil dalam mencegah tetanus neonatorum
berkisar antara 80-100%.
3) Vaksin pertusis
Vaksin pertusis ada dua jenis, yaitu vaksin seluruh sel, yaitu vaksin yang
mengandung seluruh bakteri pertusis yang dimatikan dengan bahan kimia
atau panas, dan yang kedua adalah vaksin aseiuler yang mengandung protein
antigen pertusis murni yang diekstrasi dari bakteri (Samik, Wahab, 2002).
b. Kegunaan dan Susunan Vaksin DPT :
1) Kegunaan vaksin DPT
Adalah memberikan kekebalan terhadap penyakit diphteria, pertusis, dan
tetanus. Kadaluarsanya adalah 2 tahun setelah tanggal pengeluaran.
2) Susunan vaksin DPT
Vaksin DPT mengandung 10-20 if toksoid difteria perdosis dengan potensi
toksoid difteria sekitar 30 IU perdosis. Selain itu mengandung 15 IU tetanus
toksoid.
Dosis Pemberian 0,5 cc untuk tiap suntikan dan dapat diberikan 3x suntikan
dengan interval minimum 4 minggu. Jadwal Pemberian :
DPT I diberikan antara umur 2 bulan sampai 4 bulan
DPT II diberikan antara umur 3 bulan sampai 5 bulan
DPT III diberikan antara umur 4 bulan sampai umur 6 bulan
Cara Pemberian dengan intra muscular pada paha bagian luar sebelah
kanan atau kiri. Daya perlindungan / potensi vaksin difteria cukup baik yaitu
sebesar 80-95% dan daya proteksi tetanus sangat baik yaitu sebesar 90-95%.
Sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60%. Oleh
karena itu, tidak jarang anak telah mendapat imunisasi pertusis masih
terjangkit penyakit batuk rejam tapi dalam bentuk batuk yang lebih ringan.
Pada saat ini telah ada vaksin yang telah murni dan berdaya proteksi
lebih tinggi, namanya pertusis a-seluler, tetapi masih mahal dan belum
beredar di Indonesia. Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri ditempat suntikan selama 1-2 hari (Suryanah,
2009).
c. Efek samping
Pada umumnya efek samping yang terjadi setelah vaksin DPT ialah :
1) Demam > 39oC, akan sembuh dalam waktu setengah hari, kalau panas
muncul setelah 24 jam, berarti itu bukan efek samping dari DPT.
2) Bengkak local.
3) Abses steril.
d. Penanganan
Beberapa penanganan dari efek samping imunisasi DPT :
1) Untuk panas : berikan antiseptik ¼ tablet, puyer, atau sanmul drop 3-4x/ hari
0,5 ml, jangan diselimut dengan selimut yang terlalu tebal, kompres.
2) Rasa sakit didaerah suntikan, nyeri, merah dan bengkak akan hilang dengan
sendirinya. Jika perlu kompres dengan air hangat.
3) Radang atau bengkak selama 1 minggu atau lebih, bisa terjadi karena jarum
suntik yang tidak steril, solusi : rujuk ke tenaga kesehatan.
4) Kejang (karena vaksin pertusisnya) segera rujuk ke fasilitas Kesehatan
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita kejang demam kompleks, DPT juga tidak boleh diberikan
kepada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan
dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi umur).
Pada suntikan berikutnya jangan diberikan DPT lagi tetapi cukup DT (tanpa P)
sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan
kontraindikasi yang mutlak. (Samik Wahab, 2002).
3. Konsep Imunisasi Polio
a. Definisi polio
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit polio
melitis. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III yaitu :
1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah
dimatikan, cara pemberiannya dengan penyuntikan (vaksin saik).
2) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang masih hidup
tetapi telah dilemahkan, cara pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil
atau cairan (vaksin sabin).
Poliomelitis ialah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus polio.
Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah anak mendadak menjadi lumpuh
pada salah satu anggota geraknya, setelah dia menderita demam selama 2-5 hari
bila kelumpuhan itu terjadi pada otot pernapasan, mungkin anak akan meninggal
karena sukar bernafas. Penyakit ini dapat langsung menular dari seorang
penderita polio atau melalui makanan.
Di Indonesia dipakai vaksin yang diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya setiap
4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BGG,
vaksin hepatitis B, dan DPT. Daya proteksi vaksin polio sangat baik yaitu sebesar
95-100%. Biasanya tidak ada reaksi, mungkin bayi akan terdapat berak-berak
ringan, diare ringan. Hampir tidak ada efek samping. Bila ada mungkin berupa
kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio sebenarnya.
Pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah, imunisasi polio
sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula pada anak yang menderita penyakit
gangguan kekebalan tidak imunisasi polio. Alasannya pada diare berat
kemungkinan terjadinya diare yang lebih parah. Pada penyakit batu, pilek,
demam, atau diare ringan imunisasi dapat diberikan seperti biasanya. (Depkes RI,
2000).
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN ANAK SEHAT IMUNISASI


PADA BY.”R” USIA 2 BULAN DENGAN IMUNISASI DPT 1 DAN POLIO 2

I. Pengkajian

(Tanggal/ jam Pengkajian :25-10-2021/ 17.00 WIB)

A. Data Subyektif
1. Biodata/ Identitas
Nama Bayi : By “J”
Umur : 3 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 9-07-2021
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny “M” Nama Ayah : Tn “A”
Usia : 23 Tahun Usia : 25 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/ Bangsa : Jawa/WNI Suku/ Bangsa : Jawa/WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Kembangan RT/RW 02/02, kec. semen, Kab. Kediri
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mendapatkan imunisasi DPT 1 dan Polio 2 untuk
anaknya dan saat ini anaknya sehat
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak sedang menderita penyakit
apapun seperti batuk, pilek, diare, penyakit panas seperti >37,5º C atau
yang lainnya.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan bahwa anaknya pernah menderita penyakit ringan
seperti penyakit batuk, pilek, diare, panas.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menurun
(DM, hipertensi) menahun (jantung, asma), menular (TBC, HIV,
hepatitis) dan tidak ada riwayat keturunan kembar didalam
keluarganya.
4. Riwayat Persalinan
Tanggal/ jam persalinan: 09 - 07- 2021/ 14.10 WIB
Cara Persalinan : Spontan B (Anak ke 1)
Lama Persalinan : ± 10 jam
Penolong Persalinan : Bidan
Penyulit Persalinan : Tidak ada
Berat bayi saat lahir : 3200 gram
Tempat persalinan : BPS
IMD : Dilakukan
APGAR scor : 7-8
Vit K : Diberikan
5. Riwayat Imunisasi
Tanggal 09 - 07- 2021 anak mendapat imunisasi Hb 0
Tanggal 22- 07- 2021 anak mendapat imunisasi BCG dan polio 1
6. Riwayat Tumbuh Kembang
- 1 bulan : (BB/ PB= 4000 gram/ 49 cm).
- Saat ini : (BB/ PB= 5400 gram/ 51 cm).
- Perkembangan= Bayi bisa menangis, tersenyum dan gerak aktif.
7. Riwayat Sosial Budaya
Keluarga lebih mengutamakan kesehatan dalam keluarganya, anak diasuh
oleh orang tua dan kesehatan lingkungan mengutamakan hidup bersih.
8. Pola Kehidupan Sehari-hari
a) Nutrisi : Bayi masih mengkonsumsi ASI ekslusif setiap 2 jam sekali
diberikan ASI atau setiap bayi menangis tanpa MPASI.
b) Eliminasi
BAK : 5-7x/ hari dengan konsistensi jernih, bau khas urine.
BAB : 1-3x/ hari dengan konsistensi lembek, kuning dan bau
khas feses.
c) Istirahat : 10-12 jam/ hari dan kadang-kadang tengah malam terbangun.
d) Aktifitas : Bayi bergerak aktif.
e) Personal hygiene
Mandi : 2x/ hari dengan air hangat
pakaian ganti setiap habis mandi
Setiap habis BAK dan BAB ganti popok.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
TTV, RR : 42 kali/menit
HR : 136 kali/menit
S : 36,5°C
Jenis kelamin : laki-laki
Berat badan : 5400 gram
Panjang badan : 51 cm
2. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
a) Kepala : Rambut hitam tipis, ubun-ubun besar belum menutup, tidak
kotor, tidak ada lesi.
b) Muka : Wajah tampak simetris, tidak ada luka, kulit kemerahan
c) Mata : Simetris, tidak ada strabismus, tidak terdapat secret pada mata,
tidak ikterus, tidak cyanosis.
d) Telinga : Simetris, tidak ada secret, tidak ada radang atau perdarahan.
e) Hidung : Tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung
f) Mulut : Tidak terdapat labio/palatoskisis, tidak terdapat oral trush,
tidak sianosis.
g) Leher : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
h) Dada : Normal chest, bunyi jantung regular, tidak ada ronchi, tidak
ada wheezing, tidak terdapat retraksi intercostae
i) Abdomen : Bentuk normal, tidak ada kelainan dan bersih
j) Punggung : Tidak ada spinabifida, tidak ada oedema, normal
k) Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada polidactil dan
syndactil, tidak terdapat fraktur.
l) Genetalia : Simetris, tidak ada kelainan pada testis normal, terdapat
lubang ureter
m) Anus : Berlubang, tidak ada kelainan
n) Kulit : Kulit tidak kering, tidak ada edema, tidak ada lesi dan terdapat
vernix caseosa dan ada lanugo
o) Refleks :
(1) Reflek Moro : Baik, positif
(2) Reflek Rooting : Baik, positif
(3) Reflek Sucking : Baik, positif
(4) Reflek Babynski : Baik, positif
(5) Reflek Grappe : Baik, positif
II. Interpretasi Data Dasar
(Tanggal/ jam Pengkajian : 18-05-2021/ 17.30 WIB)
1. Diagnosa
By ”J” usia 3 bulan dengan imunisasi DPT 1 dan polio 2
2. Data Subyektif
Ibu mengatakan ingin mendapatkan imunisasi DPT 1 dan polio 2 untuk anak
nya dan saat ini anaknya sehat
3. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
TTV, RR : 42 kali/menit
HR : 136 kali/menit
S : 36,5°C
Jenis kelamin : laki-laki
Berat badan : 3850 gram
Panjang badan : 51 cm
Pemeriksaan fisik
Muka : Wajah tampak simetris, tidak ada luka, kulit kemerahan
Mata : Simetris, tidak ada strabismus, tidak terdapat secret pada mata, tidak
ikterus, tidak cyanosis.
Dada : Normal chest, bunyi jantung regular, tidak ada ronchi, tidak ada
wheezing, tidak terdapat retraksi intercostae
Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada polidactil dan syndactil, tidak
terdapat fraktur.
Kulit : Kulit tidak kering, tidak ada edema, tidak ada lesi dan terdapat vernix
caseosa dan ada lanugo
III. Diagnosa Potensial
Tidak ada
IV. Kebutuhan Segera
Tidak ada
V. Intervensi
(Tanggal/ jam Pengkajian : 25-10-2021/ 17.30 WIB)
1. Diagnosa
By ”J” usia 3 bulan dengan imunisasi DPT 1 dan polio 2
2. Tujuan
Diharapkan ibu lega karena anaknya sudah mendapatkan imunisasi DPT 1
dan polio 1
3. Kriteria hasil
Imunisasi melindungi anak dari penyakit
Imunisasi mencegah anak cacat
Imunisasi mencegah kematian anak.
Keadaan umum : Baik
TTV, HR : 120-160 ×/menit
S : 36,5-37,5ºC
RR : 30-60 ×/menit
Intervensi :
1) Jalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga dan beritahu hasil
pemeriksaan pada bayi
R/ Langkah awal bagi bidan dalam membina hubungan komunikasi yang
efektif sehingga dalam proses KIE akan tercapai pemahaman yang
optimal. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan agar ibu tau keadaan bayinya
2) Lakukan vaksinasi DPT 1 dan polio 2
R/ Vaksinasi DPT Combo 1 dan polio 2 telah diberikan dan dapat mencegah
berbagai penyakit dan kecacatan.
3) Beritahu ibu efek samping setelah pemberian vaksinasi DPT 1
R/ Perlunya memberitahu efek samping imunisasi DPT membuat itu tidak
khawatir apabila muncul efek samping setelah imunisasi
4) Beritahu manfaat imunisasi DPT Combo 1 dan polio 2
R/ Agar ibu mengetahui manfaat imunisasi DPT Combo 1 dan polio 2 bagi
bayi.
5) Anjurkan ibu untuk tidak memberikan ASI setelah vaksinasi dilakukan
R/ Agar vaksin polio dapat tertelan dengan baik dan tidak menempel di putting
susu ibu.
6) Berikan puyer/ sirup paracetamol pada anak
R/ Pemberian paracetamol membantu menurunkan panas/ demam pada bayi
VI. Implementasi
(Tanggal : 25-10-2021 Jam : 18.00 wib)
Diagnosis : By ”J” usia 3 bulan dengan imunisasi DPT 1 dan polio 2
Implementasi
1) Menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga Merupakan langkah
awal bagi bidan dalam membina hubungan komunikasi yang efektif sehingga
dalam proses KIE akan tercapai pemahaman meteri KIE yang optimal. Dan
memberikan penjelasan kepada ibu tentang keadaan bayinya baik, S : 36,5º C,
BB : 5400 gram, PB : 51 cm. Saat ini anak tidak sedang menderita penyakit
apapun seperti batuk, pilek, diare dan panas. Dan saat ini anak akan
mendapatkan imunisasi DPT Combo 1 dan polio 2.
2) Melakukan vaksin DPT 1 dan polio 2 yaitu tepatnya pada 1/3 bagian atas
paha kiri dengan dosis 0,5 cc secara IM dengan tujuan memberikan kekebalan
aktif dan vaksin polio sebanyak 2 tetes untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap polio.
3) Memberitahu efek samping setelah pemberian vaksinasi DPT 1 yaitu:
a. Panas : Jika panas maka beri obat penurun panas yang diberikan bidan.
Apabila panas berlangsung lebih dari 3 hari maka menganjurkan ibu untuk
kontrol ulang.
b. Kemerahan : Jika kemerahan maka biarkan karena nanti akan sembuh
dengan sendirinya.
c. Bengkak : Jika bengkak maka kompres dengan air hangat dan dingin
bergantian selama ± 30 detik sebanyak 15 kali dimulai dari air hangat dan
diakhiri dengan air hangat selama 30 menit.
4) Memberitahu manfaat imunisasi DPT 1 dan polio 2 agar bayi terhindar dari
penyakit difteri, pertusis dan tetanus serta polio.
5) Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan ASI setelah vaksinasi polio agar
ibu mengetahui bahwa setelah mendapatkan vaksinasi polio bayi tidak boleh
diberi ASI selama ± 15 menit.
6) Memberikan puyer/sirup paracetamol diminumkan 3x/ hari dengan dosis ¼ mg
dan atau ½ (2,5 ml)
VII. Evaluasi
(Tanggal : 18 Mei 2021 Jam : 19.00 wib)
1) Ibu tampak kooperatif dan mau memberikan umpan balik, ibu senang dengan
hasil periksaan bahwa anaknya sehat
2) Ibu senang vaksin DPT 1 dan Polio 2 sudah diberikan pada bayinya
3) Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan bidan mengenai efek samping
yang terjadi setelah vaksin DPT dan cara mengatasinya
4) Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan bidan mengenai manfaat
pemberian imunisasi DPT dan Polio
5) Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan bidan bahwa tidak dianjurkan
memberikan ASI selama 15 menit setelah pemberian vaksin
6) Ibu telah diberikan obat paracetamol sirup dan mengerti anjuran cara
minumnya pada bayi

Anda mungkin juga menyukai