Anda di halaman 1dari 102

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan

Keluarga Berencana

1. Konsep Dasar/Teori Kehamilan

a. Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan masa kehamilan yang dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280

hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir. Kehamilan juga dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan

pertama dimulai konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari

bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh

sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2013).

b. Proses Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari :

1) Ovum

Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap

bulan satu ovum atau kadang-kadang lebih menjadi matur,

dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung. Saat

ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum

tidak dapat berjalan sendiri. Kadar estrogen yang tinggi

11
12

meningkatkan gerakan tuba uterine sehingga silia tuba

tersebut dapat menangkap dan gerakannya sepanjang tuba

menuju rongga Rahim (Romauli, 2011).

2) Sperma

Pada saat coitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan kedalam

fornik posterior dengan jumlah spermatozoa sekitar 200-500

juta (Romauli, 2011).

3) Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan

antara sel mani/sperma dengan sel telur di tuba uterine. Hanya

satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi yang

dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitellus ovum.

Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga

tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses tersebut diikuti

oleh penyatuan kedua pronuklei yang disebut zigot, yang

terdiri atas acuan genetik dari wanita dan pria (Mochtar, 2013).

4) Implantasi

Implantasi atau nidasi adalah peristiwa tertanamnya/

bersarangnya sel telur yang telah dibuahi kedalam

endometrium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) akan segera

membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel-sel anak

yang lebih kecil yang disebut blostomer. Pada hari ke-3 bola

tersebut terdiri dari 16 sel blastomer dan disebut morula. Pada


13

hari ke-14 didalam bola tersebut mulai terbentuk rongga,

bangunan ini disebut blastula.

5) Pertumbuhan dan perkembangan janin

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim sangat

dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan

plasenta sebagai akar yang akan memberikan nutrisi. Umur

janin yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau

sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Pertumbuhan hasil

konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting yaitu tingkat

ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum

tampak terbentuk dalam pertumbuhan, embrio antara umur 3-8

minggu dan sudah terdapat rancangan terbentuk alat tubuh dan

janin sudah terbentuk manusia dan berumur diatas 8 minggu.

a) Pertumbuhan janin

i. Perkembangan awal embrio

Segera setelah fertilisasi, zigot yang dihasilkan mulai

mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut

pembelahan atau cleavage. Melalui serangkaian

tahapan, massa sel yang membelah disebut morula.

Setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan yang

masuk kedalam sel, morula menjadi blastosit.

Blastosit inilah yang tertahan pada lapisan uterus.

Saat proses implantasi berakhir pada hari ke-10 atau


14

ke-11 setelah fertilisasi, priode embrionik telah

dimulai.

ii. Perkembangan embrio lebih lanjut

(1) 14 hari pertama. Blastula diberi makan oleh

sitoplasmanya sendiri. Pembuluh darah primitif

untuk embrio mulai berkembang pada mesoderm.

(2) Hari ke-14-28. Pembuluh darah embrio

berhubungan dengan pembuluh darah villi

chorionplasenta primitif. Sirkulasi embrio/

maternal dengan demikian telah terbentuk dan

darah dapat beredar.

Perkembangan yang terjadi pada janin;

(a) Kepala embrio dapat dibedakan dari

badannya.

(b) Tunas tungkai dan lengan telah tampak.

(c) Terjadi sikap fleksi yang terjadi secara

perlahan.

(d) Sistem utama didalam tubuh telah ada dalam

bentuk rudimeter

(e) Jantung menonjol dari tubuh dan mulai

berdenyut.
15

(3) Hari ke-28-42. Panjang embrio kira-kira 12 mm

pada akhir minggu ke enam. Perkembangan

janin:

(a) Dengan memulai memanjang dan tangan

mendapatkan bentuknya

(b) Timbul mata dan telinga rudimeter

(c) Telinga tampak, tetapi terletak lebih rendah

(d) Gerakan pertama dapat dideteksi dengan

ultrasound mulai dari minggu ke-6

(4) Minggu ke-8. Menandai akhir dari masa embrio

b) Perkembangan fetus

i. Minggu ke-8-10 (perkembangan janin)

(1) Kepala mempunyai ukuran kira-kira sama dengan

tubuh

(2) Leher lebih panjang sehingga dagu tidak

menyentuh tubuh

(3) Pusat penulangan/osifikasi muncul pada tulang

rawan/kartilago

(4) Terbentuk kelopak mata, tetapi tetap menutup

sampai minggu ke-25 usus mengalami

penonjolan/herniasi kedalam funiculus

umbilicalis karena tidak tersedia cukup ruang

didalam perut
16

(5) Insersi funiculus umbilicalis, sangat rendah pada

abdomen. Apabila perut ibu diraba terlalu keras

maka fetus akan bergerak menjauh.

ii. Minggu ke-12

(1) Panjang tubuh kira-kira 9 cm dan berat 14 gram

(2) Sirkulasi fetal telah berfungsi secara penuh

(3) Traktus renalis mulai berfungsi

(4) Terdapat reflek menghisap dan menelan

(5) Genetalia eksterna telah nampak dan dapat

ditetapkan jenis kelaminnya.

iii. Minggu ke-12-16

(1) Panjang badan kira-kira 16 cm pada akhir

(2) Minggu ke-16 dengan berat 100 gram

(3) Kulit sangat tembus pandang/transparan sehingga

vasa darah dapat terlihat

(4) Deposit (timbunan) lemak subkutan terjadi

menjelang minggu ke-16

(5) Rambut mulai tumbuh pada kepala dan lanugo

(bulu halus) mulai tumbuh pada tubuh

(6) Tungkai lebih panjang dari pada lengan.

iv. Minggu ke-16-20

(1) Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang

(2) Kepala tegak merupakan separuh panjang badan


17

(3) Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang

terletak pada tempatnya yang normal

(4) Kelopak mata, alis mata dan kuku telah tumbuh

dengan sempurna

(5) Tungkai mempunyai proporsi relative yang baik

terhadap tubuh

(6) Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar-x

(walaupun sinar-x tidak digunakan untuk

keperluan diagnosis)

(7) Kelenjar minyak telah aktif dan vernix caseosa

(zat seperti salep) akan melapisi tubuh fetus

(8) Gerakan fetus dapat rasakan oleh ibu setelah

kehamilan minggu ke-18

(9) Jantung fetus dapat didengar dengan stetoskop

setelah minggu ke-20

(10) Traktus renalis mulai berfungsi dan sebanyak 7-

17 ml urine dikeluarkan setiap 24 jam

v. Minggu ke-20-24

(1) Kulit sangat berkeriput karena terdapat terlalu

sedikit lemak subkutan

(2) Lanugo menjadi lebih gelap dan verniks caseosa

meningkat
18

(3) Dari minggu ke-24 dan seterusnya, fetus akan

menyepak dalam merespon rangsangan (stimulus)

misalnya bising yang keras dari luar

(4) Bayi tampak tenang apabila ibu mendengarkan

musik yang tenang dan merdu

(5) Semua organ telah tumbuh

(6) Pemberian sakarin (gula) kedalam cairan ketuban

memperlihatkan adanya kecepatan menelan dua

kali lebih besar.

vi. Minggu ke-24-28

(1) Mata terbuka alis dan bulu mata telah

berkembang dengan baik

(2) Rambut menutupi kepala

(3) Lebih banyak deposit lemak subkutan yang

menyebabkan kerutan kulit berkurang

(4) Testes mengalami penurunan dari abdomen

kedalam skrotum pada minggu ke-28

(5) Fetus yang lahir pada akhir masa ini mempunyai

angka kematian atau mortalitas yang tinggi

karena gangguan pernafasan atau respirasi

vii. Minggu ke-28-32

(1) Lanugo mulai berkurang

(2) Testes terus turun


19

(3) Tubuh mulai lebih membulat karena lemak

disimpan disana.

viii. Minggu ke-32-36

(1) Lanugo sebagian besar terlepas/rontok tetapi kulit

masih tertutup oleh verniks caseosa

(2) Testes fetus pria terdapat didalam skrotum pada

minggu ke-36

(3) Ovarium perempuan masih berada disekitar

cavitas pelvic

(4) Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung jari

(5) Umbilicus sekarang terletak lebih dipusat

abdomen.

ix. Minggu ke-36-40

(1) Penulangan/osifikasi tulang tengkorak masih

belum sempurna, tetapi keadaan ini merupakan

keuntungan dan memudahkan lewatnya fetus

melalui jalan lahir.

(2) Gerakan pernafasan fetus dapat diidentifikasi

pada pemindaian ultrasound. Sekarang terdapat

cukup jaringan lemak subkutan, dan fetus

mendapat tambahan berat badan hampir 1 kg

pada minggu tersebut.


20

(Romauli, 2011)

c. Tanda gejala kehamilan

Secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam tiga

kategori besar yaitu : tanda tak pasti (probable signs) dan tanda-

tanda kepastian hamil dan kemungkinan.

1) Tanda tidak pasti (Presumtif)

Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu

atau seorang perempuan yang mengidikasikan bahwa ia telah

hamil. Tanda-tanda tidak pasti adalah sebagai berikut :

a) Amenorhea (Terlambat datang bulan)

Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus

(endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenorhea atau

tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan.

Namun, hal ini tidak dapat dianggap sebagai tanda pasti

kehamilan karena amenorhea dapat juga terjadi pada

penyakit kronik, tumor-hipofise, perubahn faktor-faktor

lingkungan, malnutrisi dan yang paling sering gangguan

emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil

atau malahan mereka yang ingin sekali hamil (dikenal

dengan pseudocyesis atau hamil semu).

b) Mual dan muntah


21

Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa

tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan atau

morning sickness karena munculnya sering kali pagi hari.

c) Mastodinia

Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara

disebabkan payudara membesar. Faskularisasi bertambah

asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh estrogen

dan progesteron.

d) Quickening (persepsi gerakan janin pertama)

Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama kali

biasanya disadari oleh wanita kehamilan 18-20 minggu.

e) Gangguan kencing

Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam,

disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan

tarikan uterus oleh uterus ke cranial. Pada akhir triwulan

III, gejala biasa timbul karena janin mulai masuk ke ruang

panggul dan kemali menekan kandung kencing.

f) Konstipasi

Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesteron

atau dapat juga karena perubahan pola makan.

g) Perubahan berat badan

Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat

badan karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah.


22

h) Perubahan warna kulit

Perubahan ini antara lain cloasma yakni warna kulit yang

kehitaman pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah

tulang pipi. Biasanya muncul setelah kehamilan 16

minggu. Pada daerah areola dan puting payudara, warna

kulit menjadi lebih hitam. Perubahan ini disebabkan

stimulasi MSH (Melanocyte Stimulating Hormone).

i) Perubahan payudara

Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya

kehamilan, tetapi hal ini bukan merupakan petunjuk pasti

karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna

kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium,

pengguna rutin obat penenang, dan hamil semu

(pseudocyesis). Akibat stimulasi prolactin dan HPL,

payudara mengsekresi kolostrum, biasanya setelah

kehamilan lebih dari 16 minggu.

j) Mengidam (ingin makanan khusus)

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama. Ibu

hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu,

terutama pada trimester pertama. Akan tetapi menghilang

dengan makin tuanya kehamilan.

k) Pingsan
23

Sering dijumpai bila berada pada tempat ramai yang sesak

dan padat. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat

ramai pada bulan pertama kehamilan dan akan hilang

sesuadah kehamilan 16 minggu.

l) Lelah (fatigue)

Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic

rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan.

m) Varises

Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Terdapat pada

daerah genetalia eksterna, kaki dan betis. Pada

multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada

kehamilan terdahulu, timbul kembali pada triwulan

pertama.

2) Tanda kemungkinan hamil (Dugaan Hamil)

a) Perubahan pada uterus

Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan

konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak bentuknya

globular. Teraba balotemen, tanda ini muncul pada

minggu ke 16-20, setelah rongga rahim mengalami

obliterasi dan cairan amion cukup banyak.

b) Tanda piskacek’s

Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol

jelas ke jurusan pembesaran tertentu.


24

c) Suhu basal

Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara

37,2-38,80C adalah salah satu tanda adanya kehamilan.

Gejala ini sering dipakai dalam pemeriksaan kemandulan.

3) Tanda pasti kehamilan

Tanda pasti hamil adalah data atau kondisi yang

mengidentifikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang

diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa

(misalnya denyut jantung janin, gambaran sonogram janin, dan

gerak janin).

a) Denyut jantung janin (DJJ)

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17

sampai 18 pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan

stetoskop ultrasonik (Doppler), DJJ dapat didengarkan

lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. Melakukan

auskultrasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-

bunyi yang lain, seperti bising tali pusat, bising uterus dan

nadi ibu.

b) Gerakan janin dalam rahim

Gerak janin juga bermula pada usia kehmilan mencapai 12

minggu. Tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia

kehamilan 16 sampai 20 minggu karena diusia kehamilan

tersebut, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus janin


25

hingga tendangan kaki bayi di usia kehamilan 16 sampai

18 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir).

c) Tanda braxton-hiks

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Pada keadaan

uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan

misalnya pada mioma uteri, maka tanda ini tidak

ditemukan.

(Romauli, 2011)

d. Perubahan fisiologi kehamilan

1) Sistem Reproduksi

a) Vagina dan vulva

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada

waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,

mengendornya jaringan ikat dan hipertropi sl otot polos.

Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya

dinding vagina.

b) Servik Uteri

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan

lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya

menurun secara nyata dalam keadaan yang relatif dilusi


26

dalam keadaan menyebar (disperse). Proses perbaikan

serviks setelah persalinan hingga siklus kehamilan yang

berikutnya akan berulang.

c) Uterus

Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalm

rongga pelvik dan seiring perkembangan uterus akan

menyentuh dinding abdomen, mendorong uterus

kesamping dan ketas, terus tumbuh sampai menyentuh hati

Gambar II.1
TFU sesuai masa kehamilan

(Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2013)

d) Ovarium

Pada trimester III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi

karena telah tergantikan oleh plasenta yang telah terbentuk

2) Sistem Payudara

Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mammae membuat

ukuran payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32

minggu warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat

encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan


27

yang keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak

mengandung lemak yang disebut dengan kolostrum.

3) Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada

saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan

peningkatan vaskularisasi.

4) Sistem Perkemihan

Pada kehamilan kepala janin mulai turun kepintu atas panggul

keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih

akan mulai tertekan kembali.

5) Sistem Munculoskeletal

Perubahan tubuh dan peningkatan berat badan wanita hamil

menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara

mencolok.

6) Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni

berkisar antara 5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat

persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000.

7) Sistem Integumen (Kulit).

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam dan kadang juga kan mengenai daerah


28

payudara dan paha, perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu sering

kali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan

sikatrik dari striae sebelumnya. Pada kebanyakan perempuan

kulit digaris pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah

menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.

Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi

pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau

melasma gravidarum. Selain itu, pada aerola dan daerah

genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau

sangat jauh berkurang setelah persalinan.

8) Sistem Metabolisme

a) Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, teru-

tama pada trimester ketiga.

b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155

mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemo-

delusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.

c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan

organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan

diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau

sebutir telur ayam sehari.


29

d) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak, protein.

e) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:

i. Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk

pembentukan tulang janin.

ii. Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.

iii. Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari.

iv. Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan

dapat terjadi retensi air.

9) Sistem Pernafasan

Pada usia kehamilan 32 minggu keatas karena usus tertekan

uterus yang membesar kearah diafragma sehingga diafragma

kurang leluasa bergerak mengakibatkan wanita hamil derajat

kesulitan bernafas.

(Romauli, 2011)

e. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III

Menurut Romauli tahun 2011, perubahan psikologis pada ibu

hamil trimester III yaitu diantaranya :

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,

dan tidak menarik.

2) Merasa tidak senang ketika bayi tidak hadir tepat waktu

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya


30

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

6) Merasa kehilangan perhatian, dan Perasaan sensitif

7) Libido menurun

f. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester III

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk

ibu hamil. Berbagai pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga

akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu

yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung

2) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung

nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang

mahal harganya. Gizi pada watu hamil harus ditingkatkan

hingga 300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya

mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,

dan minum cukup cairan (menu seimbang ) (Romauli, 2011).

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan melalui :

a) Kalori : kebutuhan ibu hamil 2500 kalori per hari

b) Protein : konsumsi protein ibu hamil 85 gram per hari

c) Kalsium : kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram

per hari
31

d) Zat besi : diperlukan asupan zat besi bagi hamil dengan

jumlah 30 mg per hari terutama setelah trimester kedua.

e) Asam folat : ibu hamil memerlukan asam folat sebesar 400

mikrogram per hari

(Prawirohardjo, 2013).

3) Personal hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya 2 kali sehari karena ibu hamil cenderung

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri

terutama lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, daerah

genetalia).

4) Pakaian selama kehamilan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pakaian ibu hamil

adalah memenuhi kriteria berikut ini : Pakaian harus longgar,

bersih dan tidak ada ikatan ketat pada daerah perut, Bahan

pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat, Pakailah

bra yang menyokong payudara, Memakai sepatu hak yang

rendah, Pakaian dalam yang selalu bersih.

5) Eliminasi (BAB/BAK)

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan

eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalan dengan

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air


32

putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong.

Minuman air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong

dapat merangsang gerak peristaltic usus.

6) Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan

sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat

sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari

menjelang kelahiran.

7) Mobilisasi

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas fisik biasa

selama tidak terlalu melelahkan.

8) Body Mekanik

Sikap tubuh yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil : duduk,

berdiri, berjalan, tidur, bangun dan baring, membungkuk dan

mengangkat.

9) Istirahat

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang

teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya, tidur malam

hari selama ±8 jam dan istirahat dalam keaadaan rileks pada

siang hari selama 1 jam.

10) Travelling / perjalanan


33

Wanita hamil harus berhati – hati melakukan perjalanan yang

cenderung lama dan melelahkan karenan dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta

oedema tungkai karena kaki.

11) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi

Pertemuan konsultasi dan menyampaikan keluhan,

menciptakan hubungan saling mengenal antara calon ibu dan

bidan atau dokter yang akan menolongnya.

12) Imunisasi

Tabel II.1
Imunisasi TT
Lama
Interval (selang %
Antigen perlindunga
waktu minimal) Perlindungan
n
TT1 Pada kunjungan - -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah 3 tahun 80
TT1
TT3 6 bulan setelah 5 tahun 95
TT2
TT4 1 tahun setelah 10 tahun 99
TT3
TT5 1 tahun setalah 25 tahun 99
TT4 /seumur
hidup
(Sumber : Prawirohardjo, 2013).
13) Persiapan laktasi
34

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang

penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan

siap untuk menyusui bayinya.

(Romauli, 2011)

g. Kunjungan Ibu Hamil

Tabel II.2
Kunjungan Ibu Hamil dan Asuhan yang diberikan
Kunjungan Waktu Kegiatan
Kunjungan I Minggu 1. Penapisan dan pengobatan
ke 16 anemia
2. Perencanaan persalinan
3. Pengenalan komplikasi akiba
kehamilan dan pengobatannya
Kunjungan II Minggu 1. Pengenalan komplikasi akibat
ke 24-28 kehamilan dan pengobatannya
2. Penapisan preeklamsia, gamelli,
infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan, MAP.
Kunjungan Minggu 1. Pengenalan komplikasi akibat
III ke 32 kehamilan dan pengobatannya
2. Penapisan preeklamsia, gamelli,
infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan, MAP.
Kunjungan Minggu 1. Sama seperti kegiatan
IV 36 kunjungan II dan III
sampai 2. Mengenali adanya kelainan
akhir letak dan presentasi
3. Memantapkan rencana
35

Kunjungan Waktu Kegiatan


persalinan
4. Mengenali tanda-tanda
persalinan
(Sumber : Prawirohardjo, 2013).

h. Skrining/Deteksi Dini Ibu Resiko Tinggi

1) Pengertian: Kartu skor adalah alat sederhana dengan format (1)

daftar faktor resiko/FR dengan gambar yang cukup

komunikatif, mudah di mengerti, diterima, digunakan oleh ibu

hamil, suami, keluarga, dan masyarakat pedesaan, (2) sistem

skoring dengan nilai skor untuk tiap FR dan kode warna

pemetaan ibu Resti .

2) Pendekatan resiko pada ibu hamil dengan menggunakan Kartu

Skor Poedji Rochjati (KSPR). Kelompok resiko berdasarkan

jumlah skor kehamilan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2.

b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.

c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah

skor ≥ 12

Faktor resiko pada ibu hamil dikelompokkan menjadi:

a) Kelompok faktor risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetri /

APGO) dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah, yaitu :

i. Terlalu tua, hamil I ≥ 35 tahun.


36

ii. Terlalu muda, hamil pertama umur ≤ 16 tahun.

iii. Terlalu lambat hamil I, kawin > 4 tahun.

iv. Terlalu lama hamil lagi (≥10 tahun).

v. Terlalu cepat hamil lagi (≤2 tahun).

vi. Terlalu banyak anak, 4 atau lebih.

vii. Terlalu tua, umur ≥35 tahun.

viii. Terlalu pendek, tinggi badan ≤ 145 cm.

ix. Pernah gagal pada kehamilan yang lalu.

x. Pernah melahirkan dengan: tarikan tang / vakum, uri

dirogoh, diberi infus atau transfusi pada pendarahan

post partum.

xi. Pernah operasi sesar.

b) Kelompok faktor risiko II (Ada Gawat Obstetri / AGO)

i. Pre eklampsia ringan.

ii. Hamil kembar 2 atau lebih.

iii. Hamil kembar air (hidramnion).

iv. Bayi mati dalam kandungan.

v. Hamil lebih bulan.

vi. Letak Sungsang dan Letak Lintang.

c) Kelompok faktor risiko III (Ada Gawat Darurat Obstetri /

AGDO)

i. Perdarahan dalam kehamilan ini.

ii. Pre eklamsia berat atau Eklamsia.


37

Cara pemberian skor, sebagai berikut:

i. Pada umur dan paritas diberi skor 2 sebagai skor awal.

ii. Tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada letak

sungsang, luka bekas SC, letak lintang, perdarahan

antepartum, preeklamsia dan eklamsia (Romauli, 2011).

i. Ketidaknyamanan Yang Terjadi Pada Ibu Hamil

Pada ibu hamil ketidaknyamanan yang sering terjadi seperti sering

buang air kecil, striae gravidarum, hemoroid, kelelahan, keputihan,

keringat bertambah, sembelit, kram pada kaki, mengidam, nafas

sesak, nyeri ligamentum rotundum, panas perut, perut kembung,

pusing/sakit kepala, mual dan muntah, sakit punggung atas dan

bawah, varises pada kaki (Romauli, 2011).

j. Tanda Bahaya Kehamilan

Perdarahan pervaginam, Sakit kepala yang hebat, Penglihatan

kabur, Bengkak diwajah dan jari tangan, Keluar cairan pervaginam,

Gerakan janin tidak terasa, Nyeri perut yang hebat (Romauli, 2011)

k. Tujuan Asuhan Kehamilan

1) Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh

kembang anak sehat.

2) Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama

hamil (penyakit umum, keguguran, pembedahan)

3) Mempersiapkan kelahiran cukup bulan dengan selamat, ibu

dan bayi dengan trauma minimal


38

4) Mempersiapkan ibu, agar nifas berjalan normal dan dapat

membesikan ASI eksklusif.

5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang normal.

6) Membantu ibu mengambil keputusan klinik (Romauli, 2011).


39

2. Konsep Dasar/Teori Persalinan

a. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta

secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2014).

b. Teori Terjadinya Persalinan

Menurut Ilmiah (2015) proses terjadinya persalinan yaitu :

1) Teori penurunan hormon

1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi penurunan

kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone

bekerja sebagai penenang otot polos rahim dan akan

menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his

bila kadar progesterone menurun.

2) Teori penuaan Plasenta

Tuanya plasenta menyebabkan menurunnya kadar estrogen

dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh

darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.


40

3) Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan

iskemia otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-

plasenter.

4) Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus

frankenhauser) bila ganglion ini digeser dan ditekan, akan

timbul kontraksi uterus.

5) Induksi partus

Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan :

a) Ganggang luminaria : beberapa luminaria dimasukkan

kedalam servikalis dengan tujuan merangsang fleksus

frankenhauser

b) Amniotomi : pemecahan ketuban

c) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan

infuse

d) Misoprostol : Cytotec/gastru

c. Tanda Gejala Persalinan

1) Tanda Persalinan sudah dekat :

a) Terjadi Lightening

Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi

penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk

pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi


41

Braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan

ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala

kearah bawah. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul

dirasakan ibu hamil sebagai terasa ringan dibagian atas,

rasa sesaknya berkurang, dibagian bawah terasa sesak,

terjadi kesulitan saat berjalan, dan sering berkemih.

Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan

hubungan normal antara ketiga P yaitu, power (kekuatan

his), passage (jalan lahir normal), dan passanger (janinnya

dan plasenta) (Manuaba, 2010).

b) Terjadi his permulaan

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton

hicks. kontraksi Braxton hicks terjadi karena perubahan

keseimbangan estrogen, progesterone, dan memberikan

kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua usia

kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesterone

semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sebagai his

palsu. Sifat his permulaan (palsu) adalah rasa nyeri ringan

dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada

perubahan pada serviks atau pembawa tanda, durasinya

pendek, dan tidak bertambah bila beraktivitas (Manuaba,

2010).
42

2) Tanda dan Gejala Inpartu :

a) Penipisan dan pembukaan serviks

Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”.

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan

intensitas kontraksi Braxton hicks. Serviks menjadi matang

selama periode yang berbeda sebelum persalinan.

Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk

persalinan. Saat memasuki persalinan, serviks mengalami

penipisan dan pembukaan.

b) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

c) Blood show

Cairan lendir bercampur darah yang keluar melalui vagina.

(Ilmiah, 2015)

d. Pemeriksaan dalam

Vulva vagina apakah ada luka atau massa (benjolan), portio

konsistensi lunak, pembukaan serviks 1-10 cm, penipisan 100 %,

ketuban apakah sudah pecah atau utuh, presentasi belakang kepala,

denominator ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, atau fontanela

magna, dan hodge (JNPK-KR, 2014).


43

e. Tahap Persalinan

Tahap persalinan ada 4 yakni :

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan keluarnya

lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai

membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Lama kala I

untuk primigravida berlangsung 13-14 jam sedangan pada

multigravida berlangsung 6-7 jam.

kala 1 persalinan dibagi menjadi dua yaitu :

a) Fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat

sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam

b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam, dan dibagi atas 3

subfase :

i. Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

ii. Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

iii. Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu

2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

(Mochtar, 2013).
44

c) Penurunan Kepala Janin

Gambar II.2
Penurunan Kepala Perlimaan

Periksa Periksa
Keterangan
Luar Dalam

Kepala diatas PAP,


5/5
mudah digerakkan
Sulit digerakkan, bagian
4/5 H I-II terbesar kepala belum
masuk panggul
Bagian terbesar kepala
3/5 H II-III
belum masuk panggul
Bagian terbesar kepala
2/5 H III +
sudah masuk panggul
Kepala di dasar panggul
1/5 H III-IV

Di perineum
0/5 H IV

(Sumber : Saifuddin, 2010)

Keterangan :

i. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba

diatas simfisis pubis.

ii. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah

memasuki PAP.

iii. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah

memasuki rongga panggul.

iv. 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin

masih berada diatas simfisis (3/5).


45

v. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian

terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5

bagian telah masuk kedalam rongga panggul.

vi. 0/5 jika bagian terendah janin sudah tidak dapat

diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian

terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggul.

(JNPK-KR, 2014)

2) Kala II (pengeluaran janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan

lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun

dan masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada

otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks

menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum,

ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus

terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan

yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan

janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1.5 jam dan pada

multi setengah jam (Mochtar, 2013)

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :

a) His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit,

dengan durasi 40 sampai 100 detik.


46

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap

diikuti keinginan meneran karena tertekan fleksus

frankenhouser.

d) Dua kekuatan, yaitu his dan mengejan akan mendorong

kepala bayi sehingga kepala membuka pintu, suboksiput

bertindak sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun

besar, dahi, hidung, dan muka serta kepala seluruhnya

(Manuaba, 2010).

3) Kala III (kala pengeluaran uri) setelah bayi lahir, kontraksi

rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus

uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali

lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul

his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit,

seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan

lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis

atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30

menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2013).

Tanda lepasnya plasenta adalah sebagai berikut :

a) Rahim menonjol diatas simfisis

b) Tali pusat bertambah panjang


47

c) Rahim membundar dan keras

d) Keluar darah secara tiba-tiba

Cara mengetahui lepasnya plasenta :

a) Perasat Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/diatas

simfisis, tali pusat ditegangkan. Jika tali pusat masuk

kembali, berarti uri belum lepas. Jika tali pusat diam atau

maju, berarti uri sudah lepas.

b) Prasat Klein

Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit. Jika tali pusat

tertarik masuk, berarti uri belum lepas, sedangkan jika

tidak bergetar, artinya uri sudah lepas.

c) Prasat Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus. Jika tali pusat

bergetar, berarti uri belum lepas, sedangkan jika tidak

bergetar artinya uri sudah lepas.

Cara lepasnya uri ada beberapa macam :

a) Schultze

Cara ini yang paling sering terjadi, yang pertama terlepas

adalah bagian tengah, lalu terjadi hematoma retroplasenta

yang menolak uri, mula-mula bagian tengah, kemudian

seluruhnya. Menurut schultze, perdarahan biasanya tidak

ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.


48

b) Duncan

Lepasnya uri mulai dari pinggir. Jadi, bagian pinggir uri

lahir lebih dahulu. Darah akan mengalir keluar diantara

selaput ketuban. Serempak dari tengah dan pinggir

plasenta.

(Mochtar, 2013)

Tingkat robekan perineum :

a) Tingkat 1 : perlukaan tingkat fourchet, dengan otot

perineum tampak.

b) Tingkat II : Dinding vagina robek, otot perineum robek,

tetapi belum mencapai sfingter ani, sfingter ani masih

utuh.

c) Tingkat III : Robekan makin luas sampai mencapai

sfingter ani, mukosa rektum masih utuh

d) Tingkat IV : Robekan semakin luas sampai mengenai

mukosa rektum, kanalis rektum terbuka (Manuaba, 2010).

4) Kala IV (kala pengawasan) adalah kala pengawasan selama 1

jam setelah plasenta dan bayi lahir untuk mengamati keadaan

ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh

luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan

perineum. Jumlah perdarahan rata-rata yang dianggap normal

adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Apabila perdarahan lebih


49

dari 500 cc, hal tersebut sudah dianggap abnormal dan harus

dicari sebabnya. Yang harus diperhatikan yaitu kontraksi

rahim, perdarahan, kandung kemih, perlukaan, uri dan selaput

ketuban harus lengkap, keadaan umum ibu dan bayi dalam

keadaan baik (Mochtar, 2013).

e. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1) Faktor Passage (Jalan lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri

dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat

agar janin dal plasenta dapat lahir melalui jalan lahir tanpa ada

rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal (Ilmiah,

2015).

a) Bagian keras tulang panggul :

Os. Coxae (Os illium, Os. Ischium, Os. Pubis), Os.

Sacrum, Os. Coccyges.

Bagian lunak :

i. Pintu atas panggul (PAP) disebut inlet dibatasi oleh

promotorium, linea inominata dan pinggir atas

symphysis.

ii. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina

ischiadica, disebut midlet.

iii. Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simfisis dan

arkus pubis, disebut outlet.


50

iv. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity)

berada antara inlet dan outlet.

b) Sumbu Panggul

Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-

titik tengah ruang panggul yang melengkung kedepan

(sumbu carus).

c) Bidang Hodge

i. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP

bagian atas symphisis dan Promotorium

ii. Bidang Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi

pinggir bawah symphisis

iii. Bidang Hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi

Spina ischiadika kanan dan kiri

iv. Bidang Hodge IV: sejajar hodge I, II, III setinggin os

koksigis.

Gambar II.3
Bidang Hodge

(Sumber: Mochtar, 2013)


51

d) Stasion bagian presentasi atau derajat penurunan

i. Stasion 0 : sejajar spina ischiadica.

ii. 1 cm diatas spina ischiadica disebut stasion 1 dan

seterusnya sampai stasion 5.

iii. -1 cm dibawah spina ischiadica disebut stasion -1 dan

seterusnya sampai stasion-5.

e) Ukuran-Ukuran Panggul

i. Ukuran panggul luar : Distansia Spinarum (23-26

cm), Distansia cristarum (26-29 cm), Konjugata

externa (Boudeloque) : (18-20 cm), Lingkaran

panggul ( 80-90 cm), Konjugata diagonalis (periksa

dalam : 12,5 cm), Distansia Tuberum (dipakai

oseander) 10,5 cm.

ii. Ukuran dalam panggul

Konjungata vera : 10,5-11 cm, Konjungata tranvers :

12-13 cm, Konjungata oblique : 13 cm, Konjungata

obstetric : jarak bagian tengah simpisis ke

promotorium.

iii. Ruang Tengah Panggul

Bidang terluas ukurannya 13x12,5 cm, Bidang

tersempit ukurannya 11,5x11 cm, Jarak antara spina

ischiadica 11 cm.
52

iv. Pintu Bawah Panggul (outlet)

Ukuran anterio-posterior 10-11 cm, Ukuran

melintang 10,5 cm, arcus pubis membentuk sudut 90 o

lebih, pada pria kurang dari 80o.

f) Jenis panggul

Ginekoid, Android, Antropoid, Platipeloid.

2) Faktor Power

Adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri

dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.

Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang

dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot rahim.

Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :

a) His (kontraksi otot uterus)

b) Kontraksi otot dinding perut

c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

d) Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum

rotundum.

3) Faktor Passenger

a) Janin (kepala janin dan ukurannya)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah

kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi

jalan persalinan.
53

i. Tulang tengkorak (cranium) : bagian muka dan tulang

dasar tengkorak, bagian tengkorak (os frontalis, os

parientalis, os temporalis), sutura (sutura frontalis,

sutura sagitalis, sutura koronaria, sutura lamboidea),

ubun (frontanel mayor/bregma, frontanel minor).

ii. Ukuran kepala janin : Diameter (Diameter occipito

frontalis 12 cm, Diameter mento occipitalis 13,5 cm,

Diameter sub occippito bregmatika 9,5 cm, Diameter

biparientalis 9,25 cm, Diameter ditempotalis 8 cm),

ukuran cirkumferensial (keliling) (cirkumferensial

fronto occipitalis 34 cm, cirkumferensial mento

occipitalis 35 cm, cirkumferensial sub occipito

bregmatika 32 cm).

iii. Postur janin dalam Rahim : (Sikap janin, letak janin,

presentasi, Posisi janin).

b) Plasenta

c) Air ketuban

4) Faktor Psikis

5) Faktor Penolong

(Ilmiah, 2015).
54

f. Perubahan Fisiologis Persalinan

1) Perubahan Fisiologis kala I

a) Perubahan pada Uterus

i. Kontraksi otot rahim

Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri dan terus

menyebar kedepan dan kebawah abdomen. Sifat khas

kontraksi otot rahim yaitu tidak relaksasi setelah

kontraksi dan menjadi lebih pendek walaupun

tonusnya tidak berubah seperti sebelum kontraksi.

Kejadian ini disebut retraksi.

ii. SAR dan SBR

SAR (Segmen Atas Rahim) dibentuk oleh corpus

uteri yang pada saat kontraksi dindingnya bertambah

tebal dengan majunya persalinan serta mendorong

anak keluar. Sedangkan SBR (Segmen Bawah Rahim)

dibentuk oleh istmus uteri bersifat pasif dan dilatasi

makin tipis karena terus diregang dengan majunya

persalinan.

Gambar II.4
Pembentukan SBR dari isthmus uteri

(Sumber : Manuaba, 2010).


55

iii. Serviks

(1) Agar bayi dapat keluar dari rahim maka perlu

terjadi pembukaan dari serviks.

(2) Pembukaan dari serviks ini biasanya didahului

oleh pendataran dari serviks.

(3) Pendataran serviks adalah pendekatan kanalis

servikalis berupa sebuah saluran yang panjangnya

1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir

yang tipis.

(4) Pembukaan dari serviks adalah pembesaran dari

OUE yang tadinya berupa suatu lubang dengan

diameter beberapa millimeter menjadi lubang

yang dapat dilalui anak ±10 cm diameternya.

Gambar II.5
Penipisan dan pembukaan serviks

(Sumber : Prawirohardjo, 2010).

b) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

i. Dalam kala 1 ketuban ikut meregangkan bagian atas

vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan

sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui oleh anak.


56

ii. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama

pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan

dinding yang tipis.

iii. Waktu kepala sampai divulva, lubang vulva

menghadap kedepan atas. Dari luar peregangan oleh

bagian depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian

depan nampak pada perineum yang menonjol dan

menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.

c) Perubahan pada Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai

peningkatan sistole rata-rata 15-20 mmHg dan diastole

rata-rata 5-10 mmHg. Namun saat diantara waktu

kontraksi akan kembali normal kesebelum persalinan.

d) Perubahan pada Sistem Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat

secara berangsur. Ditandai dengan peningkatan suhu, nadi,

kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. Hal ini

disebabkan karena kecemasan, dan aktivitas otot skeletal.

e) Perubahan pada Suhu Tubuh

Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka Suhu

tubuh agak sedikit meningkat selama persalinan.

Peningkatan ini jangan melebihi 0,5oc–1ºc.


57

f) Perubahan pada Detak Jantung

Detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Pada

setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan

masuk kedalam sistem vaskuler ibu.

g) Perubahan pada Sistem Pernafasan

Terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan dianggap

normal selama persalinan.

h) Perubahan pada Sistem Renal (Ginjal)

Poliuria sering terjadi selama persalinan mungkin

disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan

filtrasi glomelurus dan peningkatan aliran plasma ginjal.

i) Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat berkurang,

pengurangan getah lambung berkurang, pengosongan

lambung menjadi sangat lambat, mual muntah biasa terjadi

sampai ibu mencapai akhir kala I. Bibir dan mulut dapat

menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut.

j) Perubahan pada Sistem Hematologi

Hemoglobin meningkat samapi 1,2 gr/100 ml, selama

persalinan dan kembali pada tingkat seperti sebelum

persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali ada

perdarahan postpartum.

(Ilmiah, 2015)
58

2) Perubahan Fisiologis Kala II

a) His menjadi lebih kuat dan sering

Air ketuban yang telah keluar membuat dinding uterus

menjadi lebih dekat dengan fetus, sehingga kekuatan

kontraksi lebih intensif untuk mendorong keluarnya fetus.

Vagina yang meregang karena turunnya kepala bayi akan

membuat kontraksi jadi lebih baik.

b) Timbulnya Tenaga Mengedan

His yang sering dan kuat disebabkan oleh kontraksi otot

dinding perut yang mengakibatkan tingginya tekanan intra

abdominal sehingga kepala bayi menekan otot dasar pada

panggul dan secara reflex menimbulkan rasa mengedan.

c) Perubahan dalam dasar panggul

Perubahan letak kandung kemih, kandung kemih akan

naik kearah rongga perut agar tidak mendapatkan tekanan

kepala bayi, inilah pentingnya pengosongan kandung

kemih agar jalan lahir lebih luas, dan kepala bayi dapat

lewat. Perubahan pada rectum akibat tertekan oleh kepala

bayi, dan membuat perineum menjadi tipis dan menonjol.

d) Lahirnya Janin

Dimulai dengan tampaknya kepala anak divulva, dengan

kontraksi uterus dan sedikit mengedan, secara bertahap

kepala bayi dapat keluar. Lalu diikuti pengeluaran bahu


59

bersama cairan ketuban yang tertinggal, membantu

melicinkan jalan lahir diikuti pengeluaran seluruh badan

(Ilmiah, 2015).

3) Perubahan Fisiologis Kala III

Otot uterus (miomitreum) berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran

ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan

plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan

terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.

Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau

kedalam vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan

kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum

uteri, tempat implantasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan

lepas dari tempat implantasinya (Ilmiah, 2015).

4) Perubahan Fisiologis Kala IV

a) Sistem Renal

Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih dalam

keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini

disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra

selama persalinan.
60

b) Serviks

Bentuk serviks setelah melahirkan agak menganga seperti

corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang

dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara

korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks

berwarna merah kehitaman karena penuh dengan

pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang-kadang

terdapat laserasi atau perlukaan kecil.

c) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi lebih kendur

karena sebelumya teregang oleh tekanan bayi bergerak

maju dan akan kembali sebagian tonus pada hari ke 5

pascapersalinan.

d) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina dalam beberapa hari pertama sesudah

proses tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu

vulva, vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur akan muncul kembali,

sementara labia menjadi lebih menonjol.

(Ilmiah, 2015)
61

g. Asuhan Persalinan Normal 60 langkah

Langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut :

Mengenali tanda gejala kala dua

1) Memeriksakan tanda berikut:

Ibu mempunyai keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan

yang semakin meningkat pada rectum/vaginanya, perenium

menonjol dan menipis, vulva vagina dan sfingterani membuka.

Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat esensial.

3) Pakai clemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan pada lengan dan

tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabun dan air kemudian

keringkan dengan handuk atau tisu bersih.

5) Pakai sarung tangan steril atau DTT untuk periksa dalam.

6) Masukan oksitosin ke tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik).

Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

7) Bersihkan vulva dan perenium, dari depan ke belakang dengan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap, Lakukan amniotomi bila

selaput ketuban belum pecah.


62

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan rendam selama 10 menit. cuci kedua tangan.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi

uterus mereda untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120-160 kali per menit).

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran

11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

12) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi meneran jika

ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran

14) Anjurkan ibu berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit.

Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi

15) Letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi. Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 5 cm

16) Letakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
63

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Membantu lahirnya kepala

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perenium dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan

kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu meneran sambil bernafas cepat dan dangkal.

20) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi.

21) Setelah kepala lahir tunggu hingga kepala bayi melakukan

putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.

Lahirnya bahu

22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk mneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke

atas dan distal untuk melahirkan bahu depan.

Lahirnya badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan untuk menyangga

kepala dan bahu. Gunakan tangan yang berada di atas untuk

menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.


64

24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran

tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai, dan

kaki bayi. pegang kedua mata kaki bayi (masukkan telunjuk

diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan

melingkaran satu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada

sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

Asuhan bayi baru lahir

25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pernyataan

berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi: apakah

kehamilan cukup bulan, apakah bayi menangis atau bernafas

tanpa kesulitan baik atau bayi bergerak aktif.

26) Keringkan mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya,

kecuali telapak tangan tanpa membersihkan verniks ganti

handuk basah dengan handuk kering.

27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi

lain dalam uterus (hamil tunggal).

Manajemen aktif kala III

28) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral

lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin.


65

30) Setelah 2 menit bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 5cm dari

pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan

sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali

pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan pada 3 cm

distal dari klem pertama.

31) Potong dan ikat tali pusat dengan sau tangan, angkat tali pusat

yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem

tersebut (sambil lindungi perut bayi). Ikat tali pusat dengan

benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian lingkarkan

kembali benang kesisi berlawanan dan lakukakan ikatan kedua

menggunakan simpul kunci. Lepaskan klem dan masukkan

dalam lrutan klorin 0,5%.

32) Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk melakukan kontak

kulit ibu ke kulit bayi.

33) Pindahan klem 5-10 cm dari vulva

34) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

di tepi atas simpisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan

tangan yang lain.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-

kranial secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setela 30-40

detik hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.


66

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke

arah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat e arah

distal maka lanjut dorongan ke arah kranial hingga plasenta

dapat dilahirkan.

37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lnjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Rangsang taktil (masase) uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan

lekukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut

hingga uterus berkontraksi dengan baik.

Menilai perdarahan

39) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan

utuh.

40) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perenium dan

lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Asuhan pasca persalinan

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,

lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam


67

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan

sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue

atau handuk pribadi yang bersih dan kering , memakai sarung

tangan DTT.

Evaluasi

43) Pastikan kandung kemih kosong

44) Ajarkan ibu atau keluarga massase uterus dan menilai

kontraksi

45) Evaluasi dan estimasi kehilangan darah

46) Memerisa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

47) Pantau kadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60 kali per menit).

Kebersihan dan keamanan

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas setelah

didekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

50) Bersihkaan ibu dari paparan darah dan air ketuban dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketubah, lendir dan

darah dirajang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dn kering.


68

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberi ASI.

Anjurkan keluarga memberi minuman dan makanan yang

diinginkan.

52) Dekontaminasi tempat bersalin degan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balik bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

selama 10 menit.

54) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan handuk pribadi yang bersih dan kering.

55) Pakai sarug tangan DTT untuk pemeriksaan fisik bayi

56) Dalam satu jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksisi

infeksi, Vit K1 dengan IM dibawah paha kiri bawah lateral,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi (normalnya

40-60 kali per menit) dan temperatur tubuh ( normal 36,5’C-

37’C) setiap 15 menit.

57) Setelah satu jam vit K1 di berikan suntikkan imunisasi

Hepatitis B di paha.

58) Lepas sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang

kering dan bersih.


69

60) Lengkapi partograf, Periksa kembali tanda-tanda vital dan

asuhan kala IV

(Ikatan Bidan Indonesia, 2016)

h. Penapisan Ibu Bersalin

Tujuan dari penapisan awal adalah untuk menentukan ibu

boleh bersalin di BPM atau rujuk ibu, apabila didapati salah satu

atau lebih penyulit seperti berikut : riwayat bedah sesar, perdarahan

pervaginam, persalinan kurang bulan (UK kurang dari 37 minggu),

ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental, ketuban

pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban pecah pada persalinan

kurang bulan (UK kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat,

tanda/gejala infeksi, preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan,

tinggi fundus 40 cm atau lebih, gawat janin, primipara dalam fase

aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5, presentasi

bukan belakang kepala, presentasi ganda, kehamilan gemelli, tali

pusat menumbung, syok (JNPK-KR, 2014)

i. Tanda Bahaya Persalinan

Ada beberapa tanda bahaya ibu bersalin diantaranya:

perdarahan lewat jalan lahir, tali pusar atau tangan bayi keluar dari

jalan lahir, ibu mangalami kejang, ibu tidak kuat mengejan, air

ketuban keruh atau bau, ibu gelisah atau mengalami nyeri kepala

yang hebat (Kemenkes RI, 2015).


70

3. Konsep Dasar/Teori Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas

ini dimulai setelah kelahiran plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil),

yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Marmi, 2015).

Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan

segera setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan

keadaan fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi kembali

mendekati keadaan sebelum hamil ( Marliandiani dkk, 2015).

b. Tahapan Masa Nifas

Menurut Marmi 2015, masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1) Puerperium dini, adalah suatu masa kepulihan dimana ibu

telah diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial, adalah masa kepulihan menyeluruh

dari organ reproduksi selama kurang lebih 6 sampai 8 minggu.

3) Remote puerperium, merupakan waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna.

c. Gejala fisik pada Masa Nifas

Ibu masih mengalami keletihan, Muncul keluhan sembelit, Secara

bertahap perut menjadi datar, Berat badan berkurang secara

bertahap, Rasa tidak enak pada payudara, Rasa sakit dilengan dan
71

leher akibat menggendong bayi, Rontoknya rambut, Pengeluaran

lokhea, Inkontinensia urine (mengompol), Kontraksi uterus

(penyusutan Rahim), Nyeri dan kebal pada perineal, Banyak

berkeringat, Merah dimata, lebam, tanda kehitaman disekitar mata

dan pipi (Marliandiani dkk, 2015).

d. Gejala Psikologi Masa Nifas

1) Gembira, depresi, atau perubahan diantara keduanya.

2) Merasa tidak mampu, bertambahnya rasa percaya diri, atau

berpindah-pindah perasaan diantara keduanya.

3) Baby blues yang berlanjut, 80% dialami wanita setelah

bersalin, perasaan sedih atau uring-uringan timbul dalam

jangka waktu dua hari sampai dua minggu, hal ini masih

normal dan bersifat sementara (Marliandiani dkk, 2015).

e. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus maka dimulailah masa nifas. Oksitosin yang

dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior menginduksi

kontraksi miomitrium yang saling berkaitan dan kuat.

Rongga uterus telah kosong, maka uterus secara

keseluruhan berkontraksi kearah bawah dan dinding

uterus kembali menyatu satu sama lain, dan ukuran uterus


72

secara bertahap kembali sebelum hamil. Proses involusi

uterus adalah sebagai berikut :

i. Iskemia myometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus

yang terus menerus setelah pengeluaran plasenta

sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi.

ii. Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormone estrogen saat pelepasan plasenta.

iii. Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik

akan memendekkan jaringan otot yang telah

mengendur hingga panjangnya sepuluh kali panjang

sebelum hamil dan lebarnya lima kali lebar sebelum

hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini

disebabkan karena penurunan hormone estrogen dan

progesterone.

iv. Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah


73

ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi

perdarahan.

(Marliandiani dkk, 2015)

Perubahan normal pada uterus selama masa nifas:

Table II.3
Perubahan normal pada uterus selama postpartum
Involusi Tinggi Berat Diameter
Uterus Fundus Uteri Uterus Uterus
Plasenta Setinggi pusat 1000 12,5 cm
lahir gram
7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm
(minggu 1) pusat dan
simfisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
(sumber : Marliandiani dkk, 2015)

b) Lochea

Pengeluaran lochea dimaknai sebagai peluruhan

jaringan desidua yang menyebabkan keluarnya sekret

vagina dalam jumlah bervariasi. Lochea mempunyai bau

amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda-beda setiap wanita. Secara

mikroskopis, lochea terdiri atas eritrosit, serpihan desidua,

sel epitel, dan bakteri. Lochea mengalami perubahan

karena involusi uterus.


74

Macam-macam lochea :

i. Lochea rubra (cruenta) : timbul pada hari ke 1-2

postpartum, berisi darah segar bercampur sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, sisa mekonium, sisa selaput

ketuban dan sisa darah.

ii. Lochea sanguinolenta : timbul pada hari ke 3-7

pospartum, berupa sisa darah bercampur lendir,

berawarna kuning

iii. Lochea serosa : cairan berwarna agak kuning berisi

leukosit dan robekan laserasi plasenta, timbul setelah

1 minggu postpartum

iv. Lochea alba : timbul setelah 2 minggu postpartum

dan hanya merupakan cairan putih

(Marliandiani dkk, 2015).

c) Serviks

Serviks juga mengalami involus. Perubahan yang

terdapat pada serviks postpartum adalah betuk serviks

yang akan menganga seperti corong. Warna serviks sendiri

merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat

dimasuki oleh 2 pada akhir minggu pertama hanya dapat

dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan

dengan bagian atas dari canalis cervikallis.


75

d) Vulva, Vagina dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali

kepada keadaan tidak hamil dengan rugae dalam vagina

secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara

labia menjadi lebih menonjol. Segera setelah melahirkan,

perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang

oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada

Postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan.

2) Sistem pencernaan

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem

pencernaan, antara lain :

a) Nafsu makan

Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap

makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat ditoleransi

dengan diet yang ringan. Kerapkali untuk pemulihan nafsu

makan, diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal.
76

b) Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

c) Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua

sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.

3) Sistem Perkemihan

Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak

mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman.

Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air

kecil bisa disebabkan :

a) Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi

sehingga terjadi retensi urin.

b) Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi

cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari

setelah melahirkan.

c) Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala

janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama

persalinan, sehingga menyebabkan miksi.

4) Sistem muskuloskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpsrtum.

Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi

dan mempercepat proses involusi uteri.


77

5) Sistem Endokrin

Hormon yang berperan pada proses tersebut antara lain :

a) Hormon plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon

yang diproduksi oleh plasenta. Yang menyebabkan kadar

gula darah menurun pada masa nifas.

b) Hormon pituitary

Hormon pituitary terdiri dari hormon prolaktin, FSH dan

LH. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran

peyudara untuk merangsang produksi susu.

c) Hipotalamik pituitary ovarium

Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi

lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang

menyusui maupun yang tidak menyusui

d) Hormon oksitosin

Hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan

mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah

perdarahan. Isapan bayi merangsang produksi ASI dan

sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.

e) Hormon esterogen dan progesteron

Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti

diuretik yang dapat meningkatkan volume darah.

Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus


78

yang mengurangi perangsangan dan peningkatan

pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih,

ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, dan

vulva serta vagina.

6) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu badan : Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari

37,2OC. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang

lebih 0,5 OC dari keadaan normal. Hal ini akibat dari kerja

keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun

kelelahan.

b) Nadi : Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80

x/menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi

bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang

melebihi 100 x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi

atau perdarahan postpartum.

c) Tekanan darah : Tekanan darah normal manusia adalah

sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.

Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah

biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi

lebih rendah paska melahirkan diakibatkan perdarahan.

Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum

merupakan tanda terjadinya pre eklamsia postpartum.


79

d) Pernafasan : Frekuensi pernafasan normal pada orang

dewasa adalah 16-24 x/menit. Pada ibu postpartum

umumnya pernafasan lambat atau bahkan normal.

Keadaan ini karena ibu dalam keadaan pemulihan atau

dalam kondisi istirahat. Apabila pernafasan pada masa

postpartum menjadi cepat kemungkinan ada tanda syok .

7) Sistem Kardiovaskular

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh

darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi

akibat adanya penurunan hormone estrogen, yang dengan

cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali.

Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun

kadarnya masih tetap tinggi dari pada normal.

8) Sistem Haematologi

Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan

eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah,

volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah.

Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan dehidrasi. Jika

hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik

2% atau lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal,

maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup

banyak, kurang lebih sebanyak 500 ml darah.

(Marmi, 2015)
80

f. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

a) Nutrisi

Wanita dewasa membutuhkan 2.200 kalori. Ibu menyusui

memerlukan kalori sebanyak ±700 kalori pada 6 bulan

pertama kemudian ±500 kalori bulan selanjutnya.

b) Karbohidrat

Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-

60% karbohidrat. Laktosa (gula susu) merupakan bentuk

utama dari karbohidrat.

c) Lemak

Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan

kira-kira setengah kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.

d) Protein

Jumlah protein yang diperlukan ibu pada masa nifas

adalah sekitar 10-15%. Sumber protein yaitu :

i. Nabati : tahu, tempe, dan kacang-kacangan

ii. Hewani:daging, ikan, telur, hati, susu, udang, kepiting

e) Vitamin dan Mineral

Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan

metabolisme tubuh. Vitamin dan mineral yang paling

mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit

B6, tiamin, asam folat, kalsium, seng dan magnesium.


81

i. Sumber vitamin : hewani dan nabati

ii. Sumber mineral : ikan, daging banyak mengandung

kalsium, fosfor, zat besi, seng dan yodium.

f) Kebutuhan Cairan

Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak

dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi

diberikan selama 40 hari postpartum. Minum kapsul Vit A

(200.000 unit) yang berfungsi dalam sistem penglihatan,

fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi.

2) Ambulasi pada masa nifas

Setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan

akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik maka ibu harus

cukup istirahat, dimana ibu harus tidur terlentang selama 8 jam

postpartum untuk mencegah perdarahan postpartum. Dalam 2

jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan

mobilisasi. Dilakukan secara bertahap mulai dengan miring

kanan kiri terlebih dahulu, duduk, berdiri dan berjalan.

3) Kebersihan Diri (Personal Hygiene).

4) Istirahat dan Tidur.

5) Seksual

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungna seksual

kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu

didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat


82

persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section

cesarean (SC) biasanya telah sembuh dengan baik.

6) Eliminasi BAK/BAB

a) Miksi/BAK

Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.

b) Defekasi/BAB

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum.

7) Latihan atau senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah

persalinan, keadaan ibu normal (pulih kembali).

Manfaat senam nifas :

a) Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah

terjadinya pembukaan (trombosit) pada pembuluh darah

terutama pembuluh tungkai

b) Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan

persalinan dengan menguatkan otot punggung

c) Memperbaiki tonus otot pelvis

d) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah

e) Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil

f) Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot

dasar panggul

g) Memperlancar terjadinya involusi uteri.

(Marmi, 2015)
83

g. Proses Laktasi dan Menyusui

1) Fisiologi Laktasi

Laktasi meliputi proses produksi ASI itu sendiri dan proses

pengeluaran ASI.

a) Produksi ASI (Prolaktin)

Pada proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan,

yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul

akibat perangsangan puting susu dikarenakan hisapan bayi

b) Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang

berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang

terdapat pada glandula pituitari posterior, sehingga keluar

hormon oksitosin.

2) Manfaat pemberian ASI

a) Manfaat ASI untuk bayi : kualitas dan kuantitas nutrisi

yang optimal, antibodi tinggi sehingga anak lebih sehat,

tidak menimbulkan alergi, menimbulkan efek psikologis

untuk pertumbuhan, mengurangi resiko karies gigi,

mengurangi resiko infeksi saluran pencernaan (muntah,

diare), mengurangi resiko infeksi saluran pernafasan dan

asma, meningkatkan kecerdasan, mudah dicerna.

b) Manfaat ASI untuk ibu : hisapan bayi merangsang

terbentuknya oksitosin sehingga meningkatkan kontraksi


84

rahim, mengurangi jumlah perdarahan nifas, mengurangi

resiko karsinoma mamae, mempercepat pemulihan kondisi

ibu nifas, berat badan cepat kembali normal, metode KB.

3) Komposisi Gizi Dalam ASI

a) Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar,

berwarna kuning keemasan, kental, dan lengket.

Kolostrum ini disekresikan oleh kelenjar payudara pada

hari pertama sampai hari keempat pascapersalinan.

Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,

vitamin A, nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang

tinggi dari pada ASI matur. Rendah lemak dan laktosa.

Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

b) ASI Transisi/peralihan

ASI peralihan diproduksi pada hari keempat/ ketujuh

sampai hari ke-10/ke-14 setelah kolostrum sampai ASI

matang. Pada ASI transisi kadar lemak, laktosa, dan

vitamin larut air lebih tinggi, kadar protein dan mineral

lebih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori.

c) ASI Matur

ASI matur keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. ASI

matur akan terlihat lebih encer dari pada susu sapi. Air

susu matur memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk.


85

Foremilk merupakan ASI yang keluar lebih dulu saat ibu

menyusui. Sifat foremilk lebih encer, tinggi laktosa, dan

protein yang penting untuk pertumbuhan otak dan

berfungsi sebagai penghilang rasa haus pada bayi.

Sementara hindmilk keluar beberapa saat setelah foremilk,

sifatnya lebih kental dan kandungan lemak lebih tinggi

sehingga memberi efek kenyang pada bayi.

4) Tanda Bayi Cukup ASI

a) Berat badan kembali setelah bayi berusia 2 minggu

b) Bayi sering mengompol (6 kali/hari atau lebih)

c) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”

d) Tiap menyusu, bayi menyusu dengan rakus, kemudian

melemah dan tertidur

e) Payudara akan terasa lunak setelah menyusui

f) Kurva pertumbuhan bayi pada KMS naik

(Marliandiani dkk, 2015).

h. Masalah pada Masa Nifas

1) Post partum blues

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang

disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat

hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.


86

Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa

lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena perubahan fisik

dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Faktor yang

menyebabkan postpartum blues :

a) Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen,

progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah.

b) Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan

gangguan pada emosional seperti payudara bengkak, nyeri

jahitan, rasa mules.

c) Faktor umur

d) Jumlah paritas (jumlah anak).

e) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

f) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan

seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan

yang tidak diinginkan, dan lain-lain.

Cara mengatasi post partum blues :

a) Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

b) Bicarakan rasa cemas yang dialami.

c) Dengan cara peningkatan support mental

d) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.

e) Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur


87

2) Depresi postpartum

Setelah melahirkan, banyak wanita memiliki suasana hati yang

berubah-ubah. Mereka mungking merasa bahagia disatu saat,

kemudian sedih saat berikutnya. Beberapa wanita juga dapat

kehilangan nafsu makan mereka, menderita masalah tidur, dan

merasa sedih. Tapi, gejala ini seringkali disebabkan oleh “baby

blues”- kondisi temporer yang dialami 50-80% wanita setelah

melahirkan.

a) Faktor penyebab depresi postpartum adalah sebagai

berikut : Faktor konstitusional, Faktor fisik, Faktor

psikologis, Faktor sosial.

b) Gejala depresi postpartum adalah Mimpi buruk, Insomnia,

Phobia, Kecemasan, Meningkatnya perasaan sensitivitas,

Perubahan mood.

3) Postpartum psikosa

Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6

minggu setelah melahirkan. Meskipun psikosis pada masa

nifas merupakan sindrom pascapartum yang sangat jarang

terjadi, hal itu dianggap sebagai gangguan jiwa paling berat

dan dramatis yang terjadi pada periode pascapartum.

a) Penyebab postpartum psikosa disebabkan karena seorang

wanita yang menderita bipolar disorder atau masalah

psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder.


88

Wanita tersebut mempunyai resiko untuk terkena

postpartum psikosa.

b) Gejala postpartum psikosa adalah meliputi perubahan

suasana hati, prilaku yang tidak rasional dan gangguan

agitas, ketakutan dan kebingungan karena ibu kehilangan

kontak dengan realitas secara cepat.

(Marmi, 2015)

i. Jadwal Kunjungan Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan

untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi. Frekuensi

kunjungan pada masa nifas adalah :

1) Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan :

a) Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

jika perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi

hipotermi
89

f) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilicus

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

perdarahan abnormal

c) Memastikan ibu cukup cairan, makanan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilicus

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

perdarahan abnormal
90

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan :

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang alami

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Marmi, 2015).

j. Komplikasi Masa Nifas

Komplikasi pada masa nifas adalah Perdarahan pervaginam, Infeksi

masa nifas, Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur,

Pembengkakan diwajah atau ekstremitas, Demam, muntah, rasa

sakit waktu berkemih, Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama ,

Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki

(trombopebitis), Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri

bayinya dan dirinya sendiri. Permasalahan dalam penyusuan seperti

payudara bengkak, mastitis dan abses payudara (Marmi, 2015).


91

4. Konsep Dasar/Teori Neonatus

a. Definisi Neonatus

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,

berusia 0 – 28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis

berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL

untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2015).

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dan umur kelahiran 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram (Ilmiah,

2015).

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Ciri bayi baru lahir normal yaitu lahir aterm antara berat badan

2.500-4.000 gram ; panjang badan 45-52 cm ; lingkar dada 30-38

cm ; lingkar kepala 33-35 cm ; lingkar lengan 11-12 cm; frekuensi

denyut jantung 120-160x/menit ; pernafasan 40-60x/menit ; kulit

kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup ;

rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia perempuan

labia mayora sudah menutupi labia minora pada laki-laki testis

sudah turun, skrotum sudah ada. Refleks rooting (mencari puting

susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah

terbentuk dengan baik ; refleks sucking dan swallowing (isap, dan

menelan) sudah terbentuk dengan baik ; refleks morro (gerakan


92

memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik ; refleks

graps (menggenggam) sudah baik, eliminasi baik yang ditandai

dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna

hitam kecoklatan (Marmi, 2015).

Tabel II.4
Tanda APGAR Score
Tanda 0 1 2
A= Appearance Pucat Badan merah, Seluruh
Color (warna ekstermitas tubuh
kulit) biru kemerahan
P= Pulse (denyut Tidak ada <100 x/menit >100
jantung) x/menit
G= Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,
(reflek) mimik batuk atau
(grimace) bersin
A= Activity (tonus Lumpuh Ekstermitas Gerakan
otot) lumpuh sedikit aktif
R= Respiration Tidak ada Lemah atau Baik
(usaha nafas) tidak teratur Menangis
kuat
(Sumber : Ilmiah, 2015)

c. Adaptasi Pada Bayi Baru Lahir

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan

diluar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga

homeostatis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit

(Marmi, 2015).
93

Konsep-konsep esensial adaptasi fisiologi bayi baru lahir yaitu :

1) Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola

sirkulasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan

ekstrauterin.

2) Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI),

hematologi, metabolik, dan sistem neurologi bayi baru lahir

harus berfungsi secara memadai untuk maju ke arah, dan

mempertahankan kehidupan ekstrauterin.

Periode transisi bayi baru lahir :

1) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam

pertama kehidupan, yang akan di alami oleh seluruh bayi,

dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan.

2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah bayi baru

lahir) pernafasan cepat (dapat mencapai ’80 kali per menit) dan

pernafasn cuping hidung sementara, retraksi dan suara seperti

mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapt mencapai 180

kali per menit selama beberapa menit pertama kehidupan.

3) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang rileks,

dan jtuh tertidur, tidur pertama ini (dikenal sebagai fase tidur)

dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit

sampai beberapa jam.

4) Periode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun, di

tandai dengan respon berlabihan terhadap stimulus, perubahan


94

warna dengan respon berlebih terhadap stimulus, perubahan

warna kulit dari merah muda menjadi agak sianosis dan denyut

jantung cepat.

5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah besar, misalnya

tersedak, tercekik, dan batuk.

(Marmi, 2015)

d. Kebutuhan Dasar Neonatus

Kemudahan akses ke ibu, air susu ibu, suhu lingkungan yang

sesuai, lingkungan yang aman, pengasuhan oleh orang tua,

kebersihan, pengawasan atau tindak lanjut pada gejala sakit, akses

ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila terdapat kecurigaan atau

terjadinya komplikasi, asuhan dan rangsangan kasih sayang,

perlindungan dari : penyakit, praktik membahayakan, kekerasan

(Prawirohardjo, 2013).

e. Perubahan Pada Bayi Baru Lahir

Beberapa perubahan pada bayi baru lahir dapat dilihat dari :

1) Sistem Pernapasan

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika

mengalami resistensi paru pada saat pernafasan pertama kali.

Perkembangan sistem pulnomer terjadi sejak masa embrio,

tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan

24 hari ini bakal paru-paru terbentuk.


95

2) Jantung dan Sirkulasi Darah

Peredaran darah janin, nutrisi berasal dari plasenta masuk ke

dalam tubuh janin melalui plasenta umbilikalis sebagian masuk

ke vena kava inferior melalui dukutus venosus arantii. Darah

dari vena kava inferior masuk ke atrium kanan dan bercampur

dengan darah dari vena kava inferior. Darah dari atrium kanan

sebagian melalui foramen ovale masuk ke atrium kiri

bercampur dengan darah yang berasal dari vena pulmonalis.

Darah dari atrium kiri selanjutnya keventrikel kiri yang akan

dipompakan ke aorta melalui arteri koronia darah mengalir ke

bagian kepala, ekstremitas kanan dan kiri.

Perubahan pada neonatus yaitu :

a) Aliran darah menuju paru dari ventrikel kanan bertambah.

b) Tekanan darah pada atrium kiri meningkat sehingga secara

fungsional foramen ovale tertutup.

c) Penutupan secara anatomis berlangsung lama sekitar 2-3

bulan.

d) Pada saat pemotongan tali pusat aliran darah vena

umbilikalis menuju vena umbilikalis menuju vena kava

inferior akan berhenti total.

3) Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan neonatus relative lebih panjang dan berat

dari pada orang dewasa. Adaptasi saluran pencernaan yaitu :


96

a) Pada hari ke 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.

b) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan

karbohidrat sederhana yaitu monosacarida dan disacarida.

c) Difesiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya

absorbs lemak.

d) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak

mengeluarkan ludah sampai usia bayi 2-3 bulan.

4) Hepar (Hati)

Metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan

didalam hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat

terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar.

Hepar masih belum berfungsi pada neonatus sehingga

mengakibatkan ikterus fisiologis.

5) Metabolisme

Pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran

karbohidarat dan pada hari ke dua energi didapatkan dari

pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada

hari ke-6 , pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkaan

dari lemak dan 40% dari karbohidrat.

6) Panas Suhu Tubuh

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan unutuk mengalami

stress fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Dibawah ini

mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :


97

a) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh

kehilangan panas tubuh bayi secara konduksi, ialah

menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong

yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan

stetoskop untuk memeriksa bayi baru lahir.

b) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang

sedang bergerak. Contohnya hilangnya panas tubuh bayi

secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan

bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir

di ruangan yang terpasang kipas angin.

c) Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2

objek yang mempunyai suhu berbeda) contoh bayi

mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah

bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan AC tanpa

diberi pemanas. Bayi baru lahir dibiarkan telanjang, bayi

baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruangan yang

dingin, misalnya dekat tembok.


98

d) Evaporasi

Kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.

Kehilangan panas juga dapat terjadi ketika saat BBL tidak

segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan

tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

7) Kelenjar Endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar didalam tubuh seperti

contohnya kelenjer tiroid. Penyesuaian pada system endokrin

adalah :

a) Kelenjar tyroid berkembang selama minggu ke-3 dan ke-4

b) Sekresi-sekresi thyroxin dimulai pada minggu ke-8.

c) Kortek adrenal dibentuk pada minggu ke-6 dan

menghasilkan hormon pada minggu ke-8 dan ke-9.

d) Pancreas dibentuk dari foregut pada minggu ke-5 sampai

minggu ke-8.

e) Hyperinsulinemia dapat memblok maturasi paru sehingga

dapat menyebabkan janin dengan resiko tinggi distress

pernafasan.

8) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal

Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna hal ini karena

jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, tidak

seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume


99

tobulus proksimal, aliran darah ginjal (renal blood flow) pada

neonatus relative kurang dibandingkan dengan orang dewasa.

9) Keseimbangan Asam Basa

Derajat keasaman (ph) darah pada waktu lahir rendah karena

glikolisis rendah karena glikolisis anaerobic. Dalam 24 jam

neonatus telah mengkompensasi asidosis.

10) Susunan Syaraf

Sistem neurologis bayi secara anatomis atau fisiologis belum

berkembang secara sempurna.

11) Imunologi

Pada neonatus hanya terdapat IgG (Imunoglobulin Gamma).

IgG berasal dari ibu melalui plasenta.

(Marmi,2012)

f. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

Tidak mau menyusu, kejang-kejang, lemah, sesak nafas (Lebih

besar atau sama dengan 60 kali/menit) tarikan dinding dada bagian

dalam, bayi merintih atau menangis terus menerus, tali pusar

kemerahan sampai dinding perut berbau dan bernanah,

demam/panas tinggi, mata bayi bernanah, diare/buang air besar cair

lebih dari 3 kali sehari, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat

buang air besar berwarna pucat (Kemenkes RI, 2015).


100

g. Neonatus Resiko Tinggi

Bayi Baru Lahir dengan resiko tinggi memiliki ciri-ciri sebagai

berikut : BBL dari kehamilan resiko tinggi, BBL dengan BB<2500

gram dana tau >4000 gram, BBL dengan usia kehamilan <37

minggu dan atau >42 minggu, BBL yang BB lahir kurang dari BB

menurut usia kehamilan (IDER), nilai APGAR <7, BBL dengan

infeksi intrapartum, trauma jalan lahir, atau kelainan kongenital,

BBL dari keluarga problem sosial. Berdasarkan ciri tersebut,

neonatus beresiko tinggi diklasifikasikan dalam beberapa,

misalnya BBLR, asfeksia neonaturum, sindroma gangguan

pernafasan, kejang, ikterus neonaturum, perdarahan tali pusat,

hypotermi, hipertermi, hypoglikemi, tetanus neonaturum, dan

penyakit yang diderita ibu selama kehamilan (Marmi, 2015).

Selain itu terdapat tanda kegawatdaruratan pada bayi baru lahir

yaitu antara lain sesak nafas, frekuensi pernafasan 60x/menit, gerak

retraksi di dada, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif,

berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum.

Sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu,

kejang/periode kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning

(Prawirohardjo, 2013).

h. Pemeberian Imunisasi Dasar Lengkap

Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem

pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri


101

dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum

mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan menyerang tubuh

kita (Marmi, 2015).

Table 11.5
Jadwal Pemberian Imunisasi
Jenis Dosis Lokas Usia Efek samping
i
BCG 0,05 Lenga Dibawah 2 Umumnya tidak
mL n bulan, jika ada, namun
Secara kanan lebih sebagian anak
intra atas dibutuhkan timbul
Cutan tes mantoux pembengkakan
terlebih kelenjar getah
dahulu bening diketiak
atau leher bagian
bawah. Biasanya
akan sembuh
sendiri
Hepatitis 0,5 mL Pada Sekurang- Nyeri pada
B Secara paha kurangnya 12 suntikan, demam
intra lewat jam setelah ringan,
Muskul antero bayi lahir pembengkakan,tet
er lateral api umumnya
tidak terjadi.
Polio 0,5 mL Oral Pada usia Hampir tidak ada.
Secara 0,2,4,6 bulan, Sebagian kecil
oral pemebrian mengalami pusing
vaksin polio diare ringan, dan
selalu sakit otot.
dibarengi
102

dengan
vaksin DPT
DPT 0,5 mL Pada Sebanyak 3 Umumnya
Secara paha kali pada usia muncul demam
intra lewat 2,4,6 bulan yang dapat diatasi
Muskul antero dengan obat
er lateral penurun panas.
Campak 0,5 mL Pada Sebanyak 1 Umumnya tidak
Secara lenga kali, pada ada
sub n usia 9 bulan
cutan bagia
n kiri
(Sumber : Marmi, 2015)

i. Kunjungan bayi baru lahir

Menurut Kemenkes RI (2015) kunjungan bayi baru lahir yaitu :

1) Kunjungan Neonatal I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48

jam setelah lahir.

Asuhannya adalah :

a) Timbang berat badan bayi, bandingkan dengan berat

badan lahir

b) Jaga selalu kehangatan tubuh bayi

c) Perhatikan intake dan output bayi

d) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak

e) Komunikasikan dengan orangtua bayi bagaimana caranya

merawat tali pusat

f) Dokumentasikan
103

2) Kunjungan Neonatal II (KN II) pada hari ke 3 sampai 7 hari.

Asuhannya adalah :

a) Timbang berat badan bayi, bandingkan berat badan saat

ini dengan berat saat bayi lahir

b) Jaga selalu kehangatan tubuh bayi

c) Perhatikan intake dan output bayi

d) Apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak

e) Dokumentasikan

3) Kunjungan Neonatal III (KN III) pada hari ke 8 sampai 28 hari

Asuhannya adalah :

a) Timbang berat badan bayi, bandingkan berat badan saat

ini dengan berat saat bayi lahir

b) Jaga selalu kehangatan tubuh bayi

c) Perhatikan intake dan output bayi

d) Bayi menyusu dengan baik atau tidak

e) Dokumentasikan
104

5. Konsep Dasar/Teori Keluarga Berencana (KB)

a. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga berencana yaitu pencegahan terbuahinya sel telur

oleh sel sperma (Konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur

yang telah dibuahi kedinding rahim (Mulyani, 2013).

b. Tujuan Program Keluarga Berencana

Menurut Setiyaningrum (2016) tujuan program KB secara

fisiologis adalah :

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang

menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan

mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya

pertumbuhan penduduk.

2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia

yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga

(Setiyaningrum, 2016)

c. Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB meliputi :

1) Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).

2) Konseling.

3) Pelayanan kontrasepsi.

4) Pelayanan infertilitas.

5) Pendidikan sex (sex education).


105

6) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.

7) Konsultasi genetik.

8) Tes keganasan.

9) Adopsi

(Setiyaningrum, 2016).

d. Macam Kontrasepsi

1) Metode sederhana

1) Metode sederhana tanpa alat

i. Metode kalender

Metode kalender atau pantang berkala merupakan

salah satu cara/ metode kontrasepsi sederhana yang

dapat dilakukan oleh pasangan suami istri dengan

tidak melakukan senggama atau hubungan seksual

pada masa subur/ ovulasi yang biasanya 12-16 hari

sebelum hari pertama masa menstruasi berikutnya.

ii. Metode suhu basal

Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai

oleh tubuh selama istirahat atau dalam keaadaan

istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan

pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan

sebelum melakukan aktivitas lainnya.


106

iii. Metode lendir serviks

Lendir serviks dapat diamati seorang wanita setiap

harinya, pada saat setelah menstruasi lendir serviks itu

sangat sedikit bisa dikatakan masa “kering”. Dimana

saat itu estrogen dan progesterone sangat rendah, dan

lendir yang sangat lengket dan bila direntangkan dua

jari akan terputus. Ketika ovum mulai matang, jumlah

estrogen yang dihasilkan meningkat, hal ini

menyebabkan peningkatan lendir serviks, hal inilah

yang menandai permulaan fase subur.

iv. Metode simtotermal

Metode simtotermal merupakan metode keluarga

berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi

masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode

simtotermal mengkombinasikan metode suhu basal

tubuh dan mukosa serviks. Metode ini mengamati tiga

indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal

tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan

perhitungan masa subur melalui metode kalendar.

v. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi

yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)

secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa


107

tambahan makanan ataupun minuman ataupun

lainnya. MAL adalah metode kontrasepsi dengan cara

memberikan ASI kepada bayinya secara penuh.

vi. Coitus Interuptus

Coitus Interuptus (senggama terputus) adalah metode

keluarga berencana tradisional/alamiah, dimana pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina

sebelum mencapai ejakulasi.

b) Metode sederhana dengan alat

i. Metode barier

(1) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis

yang dipasang pada penis sebagai tempat

penampungan sperma yang dikeluarkan pria

pada saat senggama sehingga tidak tercurah

pada vagina. Cara kerja kondom yaitu

mencegah pertemuan ovum dan sperma atau

mencegah spermatozoa mencapai saluran

genital wanita. Angka kegagalan dari

penggunaan kondom ini 5-21%.

(2) Barier intra vaginal

Metode ini merupakan metode untuk

menghalangi masuknya spermatozoa kedalam


108

traktus genitalia interna wanita dan mobilisasi/

mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.

Macam barrier intra vaginal : Diafragma, Kap

serviks, Spons, dan Kondom wanita.

ii. Metode kimiawi

(1) Spermicida

Spermicida adalah bahan kimia (biasanya non

oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau

membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk

aerosol (busa), tablet vagina, supositoria atau

dissolfable film dan krim

(Setiyaningrum, 2016).

2) Metode modern

a) Oral kontrasepsi

i. Pil kombinasi

(1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin dalam dosis yang sama,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin dengan dua dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.


109

(3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin dengan dua dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

ii. Kontrasepsi pil progestin (minipil)

(1) Kemasan dengan isi 35 pil: 3000 mg

levonorgestrel atau 350 mg noretridon.

(2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 mg desogestrel

b) Suntik

i. Suntikan kombinasi (Estrogen dan progesteron)

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medrosik

progesteron Asetat dan 5 mg estradino siponat yang

diberikan injeksi IM. Sebulan sekali (cyclofem), dan

50 mg noretindon enanat dan 5 mg estradiol valerat

yang di berikan injeksi Intra Muskuler.

ii. Suntik Progestin

Ada 2 macam jenis suntik progestin yaitu:

(1) Depo Medroksi progesteron Asetat

(Depoprovera), mengandung 150mg DMPA yang

diberikan setiap 3 bulan denagn cara

intramuskular (IM) pada daerah bokong.

(2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)

yang mengandung 200 mg Norestindron Enantat,


110

diberikan setiap bulan 2 bulan dan diberikan

secara Intra Muskuler

(Setiyaningrum, 2016).

b) Implant

Kontrsepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang

dibawah kulit. Mengandung levonorgetrel yang dibungkus

dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane).

i. Jenis-jenis implant

(1) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut

berongga dengan panjang 3,4 cm, dan diameter

2,4 cm mm, yang berisi dengan 36 mg

levonorgestrel dan lama kerjanya hingga 5 tahun.

(2) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur

dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2

mm, yang diisi dengan 68 mg ketodesogestrel dan

lama kerja dari implant jenis ini adalah 3 tahun.

(3) Jadena dan indoplant, ini terdiri dari 2 batang

yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan

lama kerja 3 tahun

(Setiyaningrum, 2016).

c) IUD (intra uterine device)

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam

Rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan


111

indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Jenis

AKDR: Copper-T, Copper-7, Medicated IUD ( Cu T 200,

Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T, Ml-Cu 375), Multi

Load, Lippes Loop (Setiyaningrum, 2016).

d) Metode kontasepsi mantap

i. MOW (Metode Operasi Wanita/Tubektomi)

Tubektomi/MOW adalah setiap tindakan pada kedua

saluran telur wanita yang mengakibatkan orang atau

pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat

keturunan lagi. Kontrasepsi mantap pada wanita atau

MOW atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan

pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat

dibuahi oleh sperma.

ii. MOP (Metode Operasi Pria/Vasektomi )

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan

kapasitas reproduksi dengan jalan melakukan oklusi

vas deference sehingga menghambat perjalanan

spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di

dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran

spermatozoa dari testis ke penis).

(Setiyaningrum, 2016)
112

e. Mekanisme metode suntik

Cara kerja keluarga berencana (KB) suntik 3 bulan yaitu :

1) Menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan

pembentukan releasing faktor dan hipotalamus

2) Leher serviks bertambah kental, sehingga menghambat

penetrasi sperma melalui serviks uteri

3) Menghambat implantasi ovum dalam endometrium.

f. Kekurangan metode KB suntik

Kekurangan keluarga berencana (KB) suntik 3 bulan yaitu :

1) Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak datang

haid pada setiap bulan selama menjadi akseptor keluarga

berencana suntik tida bulan berturut-turut. Spoting yaitu

bercak-bercak perdarahan yang berlebihan di luar masa haid.

Menoragia yaitu datangnya darah haid yang berlebihan

jumlahnya

2) Timbulnya jerawat di badan atau wajah dapat disertai infeksi

atau tidak bila digunakan dalam jangka panjang

3) Berat badan yang bertambah 2,3 kilogram pada tahun pertama

dan meningkat 7,5 kilogram selama enam tahun

4) Pusing dan sakit kepala

5) Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah

suntikan akibat perdarahan bawah kulit.

(Setiyaningrum, 2016)

Anda mungkin juga menyukai