Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL G1 P0 A0 UK 37/38 MINGGU DENGAN KPD


(KETUBAN PECAH DINI)
Dosen Pembimbing Asuhan Keperawatan Maternitas
Dr. Indah Lestari, S.Kep.Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH
KHUSNUL KHOTIMAH
(202003113)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020-2021
A. KONSEP DASAR KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada
saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma lalu keduanya menyatu
membentuk sel yang akan tumbuh (BKKBN 2015).
Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi
kondisi normal dapat menjadi patologis. Menyadari hal tersebut dalam melakukan
asuhan tidak perlu melakukan intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi
(Sulistyawati, 2009). Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung
sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang
menandai awal periode antepartum.(Helen Varney, 2007 ; 492). Kehamilan normal
adalah dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan kehamilan 280 hari ( 40 minggu )
dihitung dari hari pertama haid terakhir.(Sarwono, 2007; 84).
Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu:

1.Trimester I: dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan kehamilan.


2.Trimester II: dimulai dari bulan ke 4 sampai 6 bulan kehamilan.
3.Trimester III: dimulai dari bulan ke 7 sampai 9 bulan (Saifuddin,AB:89, 2002)

2. Proses Kehamilan
a. Fertilisasi
Yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya ovum dan sperma
paling sering adalah didaerah ampulla tuba. Sebelum keduanya bertemu, maka akan
terjadi 3 fase yaitu:
1) Tahap penembusan korona radiata
Dari 200 – 300 juta hanya 300 – 500 yang sampai di tuba fallopi yang bisa
menembus korona radiata karena sudah mengalami proses kapasitasi.
2) Penembusan zona pellusida
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel dizona pellusida, tetapi hanya satu
terlihat mampu menembus oosit.
3) Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid
(44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX unutk wanita
dan XY untuk laki - laki)

b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8 sel, sampai
dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun
longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membelah membentuk morula (4 hari).
Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk
kedalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar
sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut
blastokista (4 – 5 hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut
trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa masuk
endometrium dan siap berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat
lanjut.
c. Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista) kedalam
dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri
bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput lendir rahim sedang berada
pada fase sekretorik ( 2 – 3 hari setelah ovulasi). Pada saat ini, kelenjar rahim dan
pembuluh nadi menjadi berkelok – kelok.
Jaringan ini mengandung banyak cairan.(Marjati,dkk.2010 ; 37).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
a. Masa pre embrionic
Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya fertilisasi terjadi proses
pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama yaitu ekstoderm, endoderm serta mesoderm.
b. Masa embrionic
Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam tubuh telah ada didalam
bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Seringkali
disebut masa organogenesis/ masa pembentukan organ.

c. Masa fetal
Berlangsung setelah 2 minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir
- Minggu ke-12 : Panjang tubuh kira – kira 9 cm, berat 14 gram, sirkulasi tubuh
berfungsi secara penuh, tractus renalis mulsi berfungsi, terdapat refleks menghisap
dan menelan, genitalia tampak dan dapat ditentukan jenis kelaminnya.
- Minggu ke 16 : Panjang badan 16 cm, berat 10 gram, kulit sangat transparan
sehingga vaso darah terlihat, deposit lemak subkutan lemak terjadi rambut mulai
tumbuh pada tubuh.
- Minggu ke 20 : Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh PB, wajah
nyata, telinga pada tempatnya, kelopak mata, lais dan kuku tumbuh sempurna.
Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar X kelenjar minyak telah aktif dan
verniks kaseosa akan melapisi tubuh fetus, gerakan janin dapat ibu setelah
kehamilan minggu ke 18, traktus renalis mulai berfungsi dan sebanyak 7 – 17 ml
urine dikeluarkan setiap 24 jam.
- Minggu ke 24 : Kulit sangat keriput, lanugo menjadi lebih gelap dengan vernix
kaseosa meningkat. Fetus akan menyepak dalam merespon rangsangan.
- Minggu ke 28 : Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan
baik, rambut menutupi kepala, lebih banyak deposit lemak subkutan menyebabkan
kerutan kulit berkurang, testis turun ke skrotum.
- Minggu ke 32 : Lanugo mulai berkurang, tubuh mulai lebih membulat karena
lemak disimpan disana, testis terus turun.
- Minggu ke 36 : Lanugo sebagian besar terkelupas, tetapi kulit masih tertutup
verniks kaseosa, testis fetus laki – laki terdapat didalam skrotum pada minggu ke
36 ovarium perempuan masih berada di sekitar batas pelvis, kuku jari tangan dan
kaki sampai mencapai ujung jari, umbilikus sekarang terlihat lebih dipusat
abdomen.

- Minggu ke 40 : Osifikasi tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapi


keadaan ini merupakan keuntungan dan memudahkan fetus melalui jalan lahir.
Sekarang terdapat cukup jaringan lemak subkutan dan fetus mendapatkan
tambahan BB hampir 1 kg pada minggu tersebut.(Marjati,dkk, 2010; 39).
4. Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda presumtif kehamilan
a. Amenore (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de Graff
dan ovulasi di ovarium. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil
tidak dapat haid lagi selama kehamilan, dan perlu diketahui hari pertama haid
terakhir untuk menentukan tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan.
b. Mual muntah
Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada pagi hari.
Progesteron dan estrogen mempengaruhi pengeluaran asam lambung yang
berlebihan sehingga menimbulkan mual muntah.
c. Ngidam
Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada bulanbulan pertama
kehamilan tetapi menghilang seiring tuanya kehamilan.
d. Sinkope atau pingsan
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf
dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan menghilang setelah umur kehamilan
lebih dari 16 minggu.
e. Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomamotropin menimbulkan deposit
lemak, air, dan garam pada payudara menyebabkan rasa sakit terutama pada
kehamilan pertama.
f. Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan), tapi setelah itu
nafsu makan muncul lagi.

g. Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua
umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar keluar rongga
panggul.
h. Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh hormone
estrogen.
i. Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
j. Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
- Pipi : - Cloasma gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan
pigmentasi yang berlebihan pada kulit.
- Perut : - Striae livide Striae albican
Linea alba makin menghitam
- Payudara : - hipepigmentasi areola mamae
k. Varises atau penampakan pembuluh vena
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah
vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh
darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis serta payudara.
2. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
a. Pembesaran Perut
b. Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan.
c. Tanda Hegar
d. Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uterus.
e. Tanda Goodel
f. Pelunakan serviks
g. Tanda Chadwiks
h. Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga
porsio dan serviks.
i. Tanda Piskacek
j. Pembesaran uterusyang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada
daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
k. Kontraksi Braxton Hicks
l. Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin didalam otot
uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada
kehamilan 8 minggu.
m. Teraba Ballotement
n. Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan
ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
o. Pemeriksaan tes biolgis kehamilan (planotest) positif
p. Pemeriksaan ini adaah untuk mendeteksi adanya hCG yang diproduksi oleh
sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi diperedaran darah ibu
(pada plasma darah), dan diekskresi pada urine ibu.
5. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
a. Uterus
Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram, pembesaran ini
dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.
b. Vagina
• Elastisitas vagina bertambah
• Getah dalam vagina biasannya bertambah, reaksi asam PH :3,5-6
• Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga waran selaput lendirnya
berwarna kebiru- biruan (Tanda chadwick).

c. Ovarium (Indung Telur)


Ovulasi terhenti, masih terdapt corpus luteum graviditatis sampai terbentuknya
uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
d. Kulit
Terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola normal, papila normal, dan linea
alba.
e. Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan perobekan
selaput elestis di bawah kulit sehingga timbul strie gravidarum.
f. Payudara
Biasanya membesar dalam kehamilan, disebabkan hipertropi dari alveoli puting
susu biasanya membesar dan berwarna lebih tua. Areola mammae melebar dan
lebih tua warnannya.
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil tekadang mengeluh sering sesak nafas, yang sering ditemukan pada
kehamilan 3 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah
diafragma akibat pembesaran rahim, kapasitas paru meningkat sedikit selama
kehamilan sehingga ibu akan bernafas lebih dalam. Sekitar 20-25%.
h. Sistem urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang
membesar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan pemberian ASI (Sarwono,2007:94100).
6. Perubahan Psikologis Ibu Hamil
a. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh
maka akan segera muncul berbagai ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu
misalnya mual muntah , keletihan dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan
memicu perubahan psikologi seperti berikut ini.

1. Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan


dan kesedihan
2. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
3. Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada yang meningkat
libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang
mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami.
4. Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan, tetapi bercampur
dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga.
b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sdah terbiasa dengan kadar hormon
yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut
ibu pun belum terlalu besar sehingga belum terlalu dirasakan ibu sebagai beban.
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan waspada sebab pada
saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya
perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan lahir sewaktu – waktu. Ini
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalu –
kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. (Marjati dkk, 2010 ; 68 - 69).
7. Ketidaknyamanan Umum Selama Kehamilan
a. Nausea
Nausea terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari.
Penyebab morning sickness masih belum diketahui secara pasti, perubahan
hormon selama kehamilan, kadar gula darah yang rendah (mungkin disebabkan
oleh tidak makan sehingga mengakibatkan siklus yang tidak berujung pangkal),
lambung yang terlalu penuh, peristaltik yang lambat dan faktor – faktor emosi
yang lain.puncak nausea dan muntah pada wanita hamil adalah pada usia
kandungan 11 minggu dan menghilang antara umur kehamilan 14 – 22 minggu.
Cara meringankan: - Makan porsi kecil, sering bahkan setiap dua jam - Makan
biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur dipagi hari
- Jangan menyikat gigi segera setelah makan untuk menghindari stimulasi refleks
gag.
- Istirahat
- Gunakan obat – obatan
Tanda bahaya : hiperemesis gravidarum, kehilangan berat badan, tanda – tanda
kurang gizi
b. Peningkatan Frekuensi berkemih (TM I dan TM III)
Frekuensi kemih meningkat pada trimester pertama terjadi akibat peningkatan
berat pada fundus uterus sehingga membuat isthmus menjadi lunak (tanda hegar)
menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar akibat adanya
tekananlangsung pada uterus yang membesar. Frekuensi kemih meningkat pada
trimester ketiga sering dialami wanita primigravida setelah lightening terjadi efek
lightaning yaitu bagian presentasi akan menurun masuk kedalam panggul dan
menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih.
Cara meringankan: - Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan ingin
kencing
- Banyak minum di siang hari
- Kurangi minum di malam hari.
Tanda – tanda bahaya : dysuria, oliguria, asymtomatic bacteriuria
c. Sakit punggung Atas dan Bawah
Karena tekanan terhadap akar syaraf sehingga kejang otot, ukuran payudara yang
semakin bertambah atau keletihan. Sebagian besar disebabkan karena perubahan
sikap badan pada kehamilan lanjut karena titik berat badan berpindah kedepan
disebabkan perut yang membesar. Ini diimbangi dengan lordosis yang berlebihan
dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus Cara penanganan :
Istirahat cukup, menggunakan penyokong abdomen eksternal, gunakan
mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat benda.
d. Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan jumlah progesteron selama kehamilan mempengaruhi pusat
pernapasan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan meningkatkan kadar
oksigen. Peningkatan aktivitas metabolis yang terjadi selama kehamilan akan
meningkatkan karbondioksida. Hiperventilasi akan menurunkan karbon dioksida.
Sesak nafas terjadi pada trimester III karena pembesaran uterus yang menekan
diafragma. Selain itu diafragma mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama
kehamilan. Cara penanganan :
- Menjelaskan dasar fisiologis masalah tersebut
- Mendorong wanita untuk secara sadar mengatur kecepan dan kedalaman
pernafasannya saat sedang mengalami hiperventilasi
- Anjurkan wanita berdiri dan mereganggan tangannya diatas kepalanya secara
berkala dan mengambil nafas dalam
- Instruksikan melakukan peregangan yang sama ditempat tidur seperti saat
sedang berdiri.
e. Edema Dependen
Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada vena panggul pada saat
duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat tidur terlentang. Edema pada kaki
yang menggantung terlihat pada pergelangan kaki dan harus dibedakan dengan
edema karena preeklamsi.
Cara penanganan :
- Hindari menggunakan pakaian ketat
- Elevasi kaki secara teratur setiap hari
- Posisi menghadap kesamping saat berbaring
- Penggunaan korset pada abdomen yang dapat melonggarkan tekanan vena-
vena panggul
f. Nyeri ulu hati
Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II dan bertahan
hingga trimester III.
Penyebab :
- Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan
peningkatan jumlah progesteron.
- Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus
yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan
uterus
- Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan
penekanan oleh uterus yang membesar Cara penanganan :
- Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung menjadi
terlalu penuh
- Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang lebih besar bagi
lambung untuk menjalankan fungsinya
- Hindari makanan berlemak, karena lemak mengurangi motilitas usus dan
sekresi asam lambung yang dibutuhkan untuk pencernaan.
- Hindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat menyebabkan
gangguan pencernaan.
g. Konstipasi
Terjadi akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos usus
besar ketika terjadi peningkatan progesteron Cara penanganan :
- Asupan cairan yang adekuat
- Istirahat cukup
- Minum air hangat ( air putih, teh ) saat bangkit dari tempat tidur untuk
menstimulasi peristaltik
- Makan makanan berserat dan mengandung serat alami
- Miliki pola defekasi yang baik dan teratur
- Lakukan latihan secara umum, berjalan tiap hari, pertahankan postur tubuh
yang bai, mekanisme tubuh yang baik, kontraksi otot abdomen bagian bawah
secara teratur
h. Kram tungkai
Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan rasio dan
fosfor.selain itu uterus yang membesar memberi tekanan pembulu darah panggul
sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf yang melewati foramen doturator
dalam perjalanan menuju ekstrimitas bawah. Cara penanganan :
- Minta wanita meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya
(dorsofleksikan kakinya)
- Dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan memiliki kebiasaan
mekanisme tubuh yang baik guna meningkatkan sirkulasi darah
- Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari
- Anjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor
i. Kesemutan dan baal pada jari
Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur dengan posisi
bahu terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan penekanan pada saraf
median dan aliran lengan yang akan menyebabkan kesemutan dan baal pada jari-
jari Cara penanganan :
- Menjelaskan penyebab dari kesemutan dan baal jari-jari - Berbaring rileks
(Helen Varney, 2007 : 536-543)

8. Kebutuhan Ibu Hamil


a. Kebutuhan Fisik ibu Hamil
1. Kebutuhan oksigen
Selama kehamilan kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat sebanyak 20%. Hal ini
disebabkan karena selam kehamilan pembesaran uterus dapat menekan diafragma
sehingga tinggi diafragma bergeser 4cm dan kapassitas total (paru-paru berkurang
5%).
2. Kebutuhan nutrisi
Pada prinsipnya nutrisi selama kehamilan adalah makanan sehat dan seimbang
yang harus di konsumsi ibu selama masa kehamilannya meliputi karbohidrat,
protein, (60gr/hari), lemak,vitamin, dan mineral.
3. Kebutuhan personal hygiene
Macam-macam personal hygiene ibu hamil meliputi mandi, perwatan gigi dan
mulut ,perawatan kulit, perawatan payudara, dan pakaian.
4. Kebutuhan eliminasi
- Eliminasi urine dapat meningkat pada kehamilan trimester I dan trimester III
karena adannya penekanan kandung kemih oleh uterus.
- Eliminasi alvi cendrung tidak teratur karena adannya relaaksasi otot polos dan
kompresi usus bawah oleh uterus yang membesar pada kehamilan dan serta
karena adannya aksihormonal yang dapat mengurangi gerakan peristaltik usus.
5. Kebutuhan seksual
Biasanya gairah seksual ibu amil akan menurun pada trimester I dan trimester III
sedagkan pada trimester II gairah ibu akan kembali.
6. Kebutuhan Mobilitas
Ibu hamil boleh melakukan olahraga asal tidak terlalu capek/ada resiko cidera
bagi ibu/ janin. Ibu hamil dapat melakukan mobilitas misalnya dengan berjalan-
berjalan.Hindari gerakan melonjak,meloncat/mencapai benda yang lebih tinggi.
7. Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup ,setidaknya 1,5 jam pada siang hari dan 8-11
jan pada malam hari.
8. Imunisasi
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, misalnya tetanus neonatorum.
9. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi
Diberikan pada trimester I sampai trimester III meliputi persiapan fisik / fisiologis,
persiapan psikologis, persiapan keuangan, persiapan tempat melahirkan, persiapan
transportasi dan persiapan barang-barang kebutuhan ibu dan bayi.
Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil
1. Support Keluarga
Meliputi motifasi suami, keluarga, dan usaha untukmempererat ikatan keluarga.
Sebaiknya keluarga menjalin komunikasi yangbaik, dengan itu untuk membantu ia
dalam menyesuaikan diri dan menghadapi masalah selama kehamilannya karena
sering kali merasa ketergantungan atau butuh pantauan orang-orang di sekitarnya.
2. Support dari Tenaga Kesehatan
Dalam hal ini petugas kesehatan membantu ibu beradaptasi selama ibu hamil,
membantu mengatasi ketidaknyamanan yang dialami ibu dan mengenal serta
menghindari kemunglinan komplikasi. Selain itu petugas kesehan juga berperan
dalam membantu untuk mempersiapkan untuk menjadi orang tua dan dalam
mewujudkan kesehatan yang optimal.
3. Persiapan Menjadi Orang Tua
Dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan Antenatal untuk membantu
menyelesaikan ketakutan dan kehawatiran yang dialami para calon orang tua.
4. Persiapan Sibling
Dipersiapkan untuk orang tua yang sudah memiliki nanak hal ini bertujuan untuk
memudahkan anak sebelumnyaq beradaptasi dan menerima kenyataan terhadap
kehidupan atau suasana lingkungan mereka yang baru.(Bobak,2004 : 279-289)
10. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
Pemeriksaan diagnostik kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
memastikan seorang wanita sedang hamil atau tidak. Pemeriksaan ini terdiri atas
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul serta pemeriksaan laboratorium.
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat diketahui tanda – tanda sebagi berikut ini.
a) Terhentinya menstruasi/amenore
b) Mual dan muntah
c) Tingling (dilep), tegang, berbenjol – benjol, pembesaran payudara, dan
pelebaran puting susu.
d) Peningkatan frekuensi berkemih
e) Kelelahan
f) Perubahan warna pada payudara
g) Menonjolnya kelenjar Montgomery
h) Peningkatan suhu basal tubuh tanpa adanya infeksi
i) Pengeluaran kolostrum dari puting susu
j) Salivasi berlebihan
k) Tanda chadwick
l) Quickening biasanya UK 16 – 18 mg.
m) Pigmentasi kulit.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pengeluaran kolostrum
b) Perubahan warna pada payudara
c) Pembesaran pada abdomen
d) Teraba garis janin
e) Ballotement
f) Gerakan janin
g) Bunyi jantung janin
h) Pemeriksaan Pelvis
i) Pembesaran uterus
j) Perubahan bentuk uterus
k) Tanda piskacek
l) Tanda hegar
m) Tanda goodell
n) Teraba kontraksi baxton hicks
o) Tanda chadwick
p) Tes laboratorium dan pemeriksaan penunjang
q) Tes kehamilan positif
r) USG tampak keberadaan janin
s) Tampak rangkan jani pada rontgen (x-ray film)

B. KONSEP DASAR KPD (KETUBAN PECAH DINI)


1. Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Taufan,
2012).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau
ketuban pecah premature (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir sebelum
proses persalinan. (Sylvi, 2019).
Ketuban pecah dini adalah kelainan kehamilan dimana ketuban yang seharusnya
pecah dan keluar karena kontraksi rahim menjelang persalinan justru pecah sebelum
saat persalinan tiba. Pecah ketuban dini terjadi ketika air ketuban yang belum siap
menuju persalinan pecah yang biasanya terjadi pada usia kehamilan 37 minggu atau
sebelumnya (Arantika & Fatimah, 2019).
2. Etiologi

Ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD (ketuban pecah dini), namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya. Etiologi menurut
(Taufan, 2012). Namun faktorfaktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah sebagai berikut :
1) Infeksi :Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD (ketuban pecah dini).
2) Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan curetage).
3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamely
4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD (ketuban pecah dini) karena biasanya
disertai infeksi.
5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah. 6) Keadaan sosial ekonomi 7) Faktor lain:
1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbukan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
1. Beberapa Faktor risiko dari KPD (Ketuban Pecah Dini):
1) Inkompetensi serviks (leher rahim)
2) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3) Riwayat KPD sebelumnya
4) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5) Kehamilan kembar
6) Trauma
7) Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
8) Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban yang merembes melalui vagina
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris merah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah
biasanya “ mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Taufan, 2012).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Mengalami KPD
1. Faktor obstetrik terdiri dari multipara, malposisi, disproporsi dan serviks
inkompeten. Menurut senada dengan hasil ini penelitian Susilowati dan Astuti
(2010) yang melaporkan bahwa faktor obstetrik termasuk faktor predisposisi dari
KPD yang terdiri dari overdistensi uterus, serviks konisasi/pendek dan
sepalopelvik disproporsi (CPD). Overdistensi uterus yaitu makanan intra uterin
yang meninggi atau meningkat secara berlebihan.
2. Paritas
Paritas 1-2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal,
karena pada paritas ini ibu sudah memiliki pengalaman dalam menjalani proses
kehamilan dan persalinannya. Selain itu, pada ibu multipara mortilitas uterus dan
kelenturan leher rahim masih berfungsi dengan baik. Menurut hasil penelitian
Susilowati dan Astuti (2010) yang melaporkan bahwa paritas 0 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas maka akan lebih tinggi terjadinya kematian maternal. Risiko pada paritas 0
dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik. Sedangkan risiko pada paritas
tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
3. Pekerjaan
Pekerjaan juga termasuk salah satu faktor predisposisi terjadinya KPD, karena
pekerjaan yang berat dapat menimbulkan tekanan fisik yang tinggi dan dapat
menimbulkan trauma pada ibu hamil. Dan bekerja pada umumnya membutuhkan
waktu dan tenaga yang banyak, sehingga aktivitas yang berlebihan dapat
mempengaruhi kehamilan ibu untuk menghadapi proses persalinannya. Hal ini
senada dengan hasil penelitian Susilowati dan Astuti (2010) yang melaporkan
bahwa pada kondisi ekonomi sekarang banyak wanita hamil yang bekerja.
Asalkan tidak terlalu lelah dan perutnya yang membesar tidak mengganggu
pekerjaannya, serta kondisi industrial dikantor, pabrik atau tempat wanita bekerja
tidak terganggu kesehatan ibu atau janin. Dan juga setiap pekerjaan yang
menyebabkan wanita hamil akan mengalami tekananfisik hebat yang harus
dihindari.
4. Pendidikan
Faktor pendidikan karena tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Ibu
yang berpendidikan rendah akan lebih sulit untuk menerima gagasan baru, juga
cenderung tidak ingin memeriksakan kehamilannya. Berbeda dengan ibu yang
berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.
5. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhankebutuhan ibu
selama kehamilan, antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-
obatan, tenaga kesehatan dan transportasi/sarana angkutan. Faktor pendapatan
yang rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan ibu hamil seperti nutrisi yang
seimbang sampai dengan proses persalinannya
6. Umur Ibu
Umur ibu menjadi faktor predisposisi KPD karena umur sangat menentukan suatu
kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun.
7. Usia Kehamilan
Usia kehamilan dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal. Risiko infeksi ibu dan
anak meningkat pada KPD (ketuban pecah dini). Pada ibu terjadi
kariomakorioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada KPD premature,
infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada
ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten (Safitri,
2010).
Dampak Ketuban Pecah Dini Menurut (Fitrianti, 2015) penyebab terjadinya
ketuban pecah dini adalah paritas. Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan
oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Ibu hamil dengan
multipara lebih besar kemungkinan terjadinya infeksi karena proses pembukaan
serviks lebih cepat dari nulipara, sehingga dapat terjadi pecahnya ketuban lebih
dini. Infeksi tersebut dapat menyebabkann terjadinya proses biomekanik pada
selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah
5. Pathway

Sumber: (Carpenito,2006)
6. Diagnosa

Menegakkan diagnose KPD secara tepat sangat penting.


a. Karena diagnose yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan
bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria yang sebetulnya tidak ada
indikasinya.
b. Sebaliknya diagnose yang negatif palsu akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau
keduanya.
c. Oleh karena itu diperlukan diagnose yang cepat dan tepat.
d. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara:
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna
keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada
pengeluaran lender darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaaan ini akan
lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari ostium
uteri eksternum(OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan,
penderita diminta batuk, mengejan atau mengadakan maneuver valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada fornik anterior.
4. Pemeriksaan dalam
a. Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi
b. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah
rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa
dengan cepat menjadi pathogen
c. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin (Taufan, 2012).
7. Manifestasi Klinis
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
8. Komplikasi
1. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD (ketuban pecah dini) sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS= Respiratory
Distress Syndrome), yang terjadi pada 100-40% bayi baru lahir.
2. Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD (ketuban pecah dini).
3. Semua ibu hamil dengan KPD (kertuban pecah dini) prematur sebaiknya dievaluasi
untuk memungkinkan terjadinya karioamnionitis (radang pada korion dan amnion).
4. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadinya KPD
(Ketuban Pecah Dini).
5. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
6. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu (Taufan, 2012).
9. Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan, namun belum ada yang terbukti cukup
efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan atau kedua atau awal
triwulan ketiga dianjurkan.
Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila
plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian disebut
plasenta parsialis. Dan bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut rupture sinus
marginalis.
Perdarahan yang terjadi pada solusio tidak selalu terlihat dari luar.pada kasus
yang jarang, darah dapat mengalir, tetapi tertahan diantara bagian plasenta yang lepas
dan uterus sehingga terjadi perdarahan tersembunyi. Bahkan perdarahan dapat
menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantong ketuban (Sujiyatini et al.,
2009)
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH
nya.
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau sekret
vagina.
c. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning.
d. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
a. Pemeriksaan ini dimasukkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion (Taufan, 2012)
11. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Bila janin hidup dan ada prolaps tali pusat,
pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan
posisi bersujud. Kalau perlu kepala janin perlu ke atas dengan 2 jari agar tali pusat
tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang
dibungkus plastic. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan
atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik seperti penisilin 1,2 juta IU
intramuskular dan ampisilin 1 g peroral. Bila pasien tidak tahan ampisilin, diberikan
eritromisin 1 g peroral. Bila keluarga pasien menolak dirujuk, pasien disuruh istirahat
dalam posisi berbaring miring, berikan antibiotik penisilin prokain 1,2 juta IU
intramuskular setiap 12 jam dan ampisilin 1 kali diikuti 500 mg tiap 6 jam atau
eritromisin dengan dosis yang sama. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu
dilakukan tindakan konservatif, yaitu tirah baring, diberikan sedatif mengandung
fenobarbital 3x30 mg. Berikan antibiotik selama 5 hari dan glukokortikosteroid,
contoh deksametason 3x5 mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis. Bila terjadi
infeksi, akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 minggu, dilakukan terapi
konservatif selama 24 jam yang lalu induksi persalinan. Bila terjadi infeksi, akhiri
kehamilan.
Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan akselerasi
jika ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi peralinan bila ketuban pecah
kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam
dan skor pelvik lebih dari 5, seksio sesarea bila ketuban 5 jam dan skor pelvik kurang
dari 5. (Wahyu, 2013)

a) Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1) Riwayat keluarnya air ketuban yang mengandung cairan jernih dengan in-
spekulo, dapat dilihat adanya cairan ketuban yang keluar dari kavum uteri.
2) Pemeriksaan pH vagina wanita hamil sekitar 4,5, jika ada cairan ketuban pH-
nya sekitar 7,1-7,3.
3) Antiseptik yang alkalin (basa) akan menaikkan pH vagina
4) Dengan pemeriksaan ultrasound, adanya ketuban pecah dini dapat
dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion (Saifudin 2009).
b) Penanganan
1) Konsevatif:
a. Rawat di rumah sakit.
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin, jika tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2x500 mg 2x500 mg selama 7 hari.
c. Bila berumur kehamilan 32-34 minggu, diartikan selama air ketuban masih
keluar sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin; Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e. Bila usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
diberikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi ssudah 24 jam.
f. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).
g. Pada usia 32-37 minggu, diberikan steroid untuk memacu kematangan paru,
dan jika dapat diberikan kadar lesitin setiap minggu: Dosis betametason 12
mg sehari dosis tunggal selama dua hari, deksametason i.m. 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali (Wiknyosastro, 2006).

2) Aktif:
a. Kehamilan> 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal sek- sio
sesarea; dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal setiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan akhiri
persalinan:
i. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi; Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
ii. Bila skor pelvik> 5, induksi persalinan partus per vaginam.
c. Keterangan tentang nilai atau skor Bishop:
i. Skor atau nilai Bishop adalah suatu cara untuk menilai kematangan
serviks dan responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah
diketahui bahwa serviks dengan skor Bishop rendah (artinya serviks
belum matang) memberikan angka kegagalan lebih tinggi disbanding
serviks yang matang. ii. Kondisi yang dnilai dari serviks, antara lain:
a) Pembukaan (dilatasi).
b) Pendataran (penipisan).
c) Penurunan kepala janin (station)
d) Konsistensi (consistency).
e) Posisi ostium uteri (position
d. Perawatan Ibu Hamil dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
1) Pengertian: Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil yang menga- lami
ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm.
2) Tujuan:
a) Mempertahankan kualitas kesehatan ibu dan bayi.
b) Menurunkan angka kematian janin.
c) Mencegah adanya komplikasi.
d) Mencegah infeksi intra-uterine 3) Persiapan Alat:
Peralatan yang ada di kamar bersalin, ditambah:
a) Pembalut wanita steril.
b) Kertas lakmus.
c) Persiapan sintosinon drip.
d) Formulir laboratorium.
3) Pelaksanaan:
a) Ibu harus tirah baring.
b) Pasang pembalut wanita steril.
c) Cek tensi, nadi, pernafasan setiap 4 jam sekali.
d) Auskultasi DJJ dengan Laenec / Dopler / Monitor CTG setiap 1-4 jam;
hindari pemeriksaan dalam (pemeriksaan vaginal).
e) Observasi pengeluaran cairan amnion, warna, jumlah dan bau setiap 2-
4 jam.
f) Lakukan vulva hygiene dengan menggunakan desinfektan setelah
dihilangkan nasi atau setiap 4 jam atau jika perlu.
g) Jaga agar klien tetap bersih dan kering.
h) Palpasi fundus uteri untuk mengetahui aktivitas dan posisi janin.
i) Berikan aritibiotika sesuai program.
j) Siapkan induksi oksitosin sesuai program jika persalinan tidak ebelum
dimulai dalam 24 jam dari KPD.
k) Siapkan untuk persalinan.
l) Buat catatan pada status pasien (file) sehingga perawat / bidan yang
menangani bayi dapat mengobservasi bayi dari menggunakan gawat
nafas dan aspirasi meconium.
m) Lakukan pemeriksaan laboratorium: Protokol urin lengkap dan darah
lengkap sesuai protokol.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian Data.
Tanggal.................... Jam......... Tempat........
A. Data Subyektif
1. Biodata :
Nama suami/istri : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta mencegah
kekeliruan

Umur : kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat
menentukan proses kelahirannya. Proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia
ini sudah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita usia reproduksi
(20-35 tahun).

Agama : Mengetahui kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan asuhan saat


hamil dan bersalin

Pendidikan : Mengetahui tingkat pengetahuan untuk memberikan konseling sesuai


pendidikannya. Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas
perawatan bayinya.

Pekerjaan : Mengetahui kegiatan ibu selama hamil. Penelitian menunjukkan bahwa


ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan lebih baik daripada ibu yang tidak
bekerja

Alamat : Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya tentang


kehamilan serta untuk kunjungan rumah jika diperlukan.

Penghasilan : Mengetahui keadaan ekonomi ibu, berpengaruh apabila sewaktu –


waktu ibu dirujuk. Juga sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil

2) Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pasien datang apakah untuk kontrol atau kunjungan ulang
ataupun ada keluhan.
3) Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat pengkajian. Keluhan
yang disampaikan ibu pada kunjungan ulang sangat penting untuk mengontrol
kehamilan ibu.

4) Riwayat Kesehatan
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti: jantung, darah
tinggi, ginjal, kencing manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun
tumor
5) Riwayat kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama:
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular
seperti TBC, hepatitis.
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan
darah, jiwa, asma.
c. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, dan
paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan
anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun pada ibu
6) Riwayat Haid Mengenai :
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia
pubertas yaitu sekitar12-16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal / dianggap
sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur
sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari.
c. Lamanya Haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada wanita biasanya lama haid ini tetap.
d. Keluhan yang dirasakan.
e. Keputihan. Warnanya, bau, gatal / tidak.
7) Riwayat Pernikahan Ditanyakan tentang :

Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah


a. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko waktu melahirkan.
b. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, plasenta previa, pre-
eklamsia, KPD, persalinan tidak lancar / macet, perdarahan setelah bayi lahir,
BBLR
8) Riwayat kehamilan, persalinan, Nifas yang lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang terdahulu
apakah pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga dapat memperkirakan adanya
kelainan atau keabnormalan yang dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya.
9) Riwayat kehamilan sekarang.
Trimester I : berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya kehamilan, ANC
dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta
KIE yang didapat.
Trimester II : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil
muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat. Sudah atau belum merasakan
gerakan janin, usia berapa merasakan gerakan janin(gerakan pertama fetus pada
primigravida dirasakan pada usia 18 minggu dan pada multigravida 16 minggu),
serta imunisasi yang didapat.
Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil
muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
10) Riwayat KB
Apakah selama KB ibu tetap menggunakan KB, jika iya ibu menggunakan KB jenis
apa, sudah berhenti berapa lam, keluhan selama ikut KB dan rencana penggunaan
KB setelah melahirkan. Hal ini untuk mengetahui apakah kehamilan ini karena
faktor gagal KB atau tidak.
11) Pola kebiasaan sehari-hari.
a. Pola Nutrisi.
Nutrisi yang diperlukan ibu kamil: kalori, protein, kalsium, zat besi, vitamin A,
vitamin D, vitamin C, vitamin B, dan air. Bahan makanan yang banyak
mengandung lemak dan hidrat arang seperti manisan dan gorengan perlu
dikurangi untuk menghindari kelebihan berat badan yang berlebihan.
b. Pola Istirahat
Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup baik siang maupun malam untuk
menjaga kondisi kesehatan ibu dan bayinya, kebutuhan istirahat ibu hamil.
c. Pola eliminasi
Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh sering kencing, hal ini
dipengaruhi oleh uterus yang semakin membesar secara fisiologis dan pada akhir
kehamilan biasanya ibu juga mengeluh sering kencing karena kandung kemih
tertekan oleh kepala janin. Perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas usus
halus dan usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat terjadi
secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya gerakan ibu hamil, tekanan
kepala janin terhadap usus besar dan rektum
d. Pola Aktifitas.
Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari nemun tidak terlalu lelah dan
berat karena dikhawatirkan mengganggu kehamilannya, ibu hamil utamanya
trimester I dan II membuuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
agar tidak terlalu lelah. Kelelahan dalam beraktifitas akan banyak menyebabkan
komplikasi pada setiap ibu hamil misalnya perdarahan dan abortus.
e. Pola seksual
Trimester I : Tidak boleh terlalu sering karena dapat menyebabkan abortus
Trimester II : Boleh melakukan tetapi harus hati-hati karena perut ibu yang
mulai membesar.
Trimester III : Tidak boleh terlalu sering dan hati-hati karena dapat menyebabkan
ketuban pecah dini dan persalinan prematur.
12) Riwayat Psikososial
Faktor – faktor situasi, latar belakang budaya, status ekonomi sosial, persepsi tentang
hamil, apakah kehamilannya direncanakan/diinginkan. Bagaimana dukungan
keluarga. adanya respon positif dari keluarga terhadap kehamilannya akan
mempercepat proses adaptasi ibu dalam menerima perannya.
13) Pola Seksual
Gairah seksual menurun pada awal – awal kehamilan, kemudian meningkat pada
trimester kedua karena ibu sudah dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
tubuhnya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum.
K/U : Baik/cukup/lemah.
Kesadaran : Composmentis/apatis/samnolen
TD : tekanan darah pada orang normal rata – rata 120/80 mmHg dengan
diastole maksimal 140 mmHg dan sistole maksimal 90 mmHg.
Nadi : N= 70x/menit, ibu hamil 80 – 90x/menit.
Suhu : Normal (36,5oC-37,5oC), bila suhu tubuh hamil > 37,5 C dikatakan demam,
berarti ada infeksi dalam kehamilan.
RR : Normal (12-20 x/menit)
BB : ... Kg (trimester I bertambah 4 kg, trimester II dan III bertambah 0,5kg/hari) (Ari
S,2009; 69)
TB : < dari 145 cm.(resiko meragukan, berhubungan dengan kesempitan panggul)
(manuaba,1998;134)
Lila : > 23,5 cm. Jika <23,5 merupakan indikator status gizi kurang.
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi.
Rambut : Bersih/kotor, warna hitam/merah jagung, mudah rontok/tidak Muka :
Muka bengkak/oedem tanda eklampsi, terdapat cloasma gravidarum sebagai tanda
kehamilan. Muka pucat tanda anemia, perhatikan ekspresi ibu, kesakitan atau meringis.
Mata : Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu yang akan mempengaruhi
kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan, Sclera icterus perlu dicurugai ibu mengidap
hepatitis
Hidung : Simetris, adakah sekret, ada kelainan lain.
Mulut&gigi : Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering tanda dehidrasi, sariawan
tanda ibu kekurangan vitamin C. Caries gigi menandakan ibu kekurangan kalsium.
Leher : Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan ibu kekurangan iodium,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kretinisme pada bayi dan bendungan vena
jugularis/tidak
Dada : bagaimana kebersihannya, Terlihat hiperpigmentasi pada areola mammae tanda
kehamilan, puting susu datar atau tenggelam membutuhkan perawatan payudara untuk
persiapan menyusui. Adakah striae gravidarum Genetalia : bersih/tidak, varises/tidak,
ada condiloma/tidak keputihan/tidak. Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas
atas atau bawah dapat dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi dan Diabetes
melitus, varises.tidak, kaki sama panjang/tidak memepengaruhi jalannya persalinan.
(Ummi Hani dkk, 2006;96)
b. Palpasi.
Tujuan:
- Untuk mengetahu i umur kehamilan
- Untuk mengetahui bagian bagian janin
- Untuk mengetahui letak janin
- Janin tunggal atau tidak
- Sampai dimana bagian terdepanjanin masuk kedalam rongga panggul
- Adakah keseimbangan antara ukuran kepala dan janin
- Untuk mengetahui kelainan abnormal ditubuh
Letak palpasi
Kepala : adakah benjolan abnormal
Leher : Tidak tampak pembesaran vena jugularis. Jika ada hal ini
berpengaruh pada saat persalinan terutama saat meneran. Hal ini dapat menambah
tekanan pada jantung. Potensial terjadi gagal jantung. Tidak tampak pembesaran
kelanjar tiroid, jika ada potensial terjadi kelahiran prematur, lahir mati, kretinisme
dan keguguran.
Tidak tampak pembesaran limfe, jika ada kemungkinan terjadi infeksi oleh berbagai
penyakit misal TBC, radang akut dikepala
Dada : Adanya benjolan pada payudara waspadai adanya Kanker payudara
dan menghambat laktasi. Kolostrum mulai diproduksi pada usia kehamilan 12
minggu tapi mulai keluar pada usia 20 minggu.
Abdomen :
Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dan bagian yang
teraba di fundus uteri.
Pengukuran tinggi fundus uterus
1. Sebelum bulan III tinggi fundus uteri belum bisa diraba
2. 12 minggu TFU 1 – 2 jari diatas symphisis
3. 16 minggu TFU pertengahan antara symphisi dan pusat
4. 20 minggu TFU 3 jari dibawah pusat
5. 24 minggu TFU setinggi pusat
6. 28 minggu TFU 3 jari diatas pusat
7. 32 minggu TFU pertengahan antara pusat dan procesus xymphoideus
8. 36 minggu TFU 3 jari dibawah procesus xymphoideus
9. 40 minggu TFU pertengahan antara pusat dan procesus xymphoideus
a. Tanda kepala : keras, bundar, melenting
b. Tanda bokong: lunak, kurang bundar,kurang melenting.
Leopold II : Menentukan letak punngung anak padaletak memanjang dan
menentukan letak kepala pada ketak lintang
Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin, dan apakah bagian terbawah sudah
masuk PAP atau belum.
Leopold IV : Seberapa jauh bagian rerbawah masuk PAP,
Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat dicurigai
adanya hipertensi hingga Preeklamps i dan Diabetes melitus.
c. Auskultasi Tujuan:
- Menentukan hamil atau tidak
- Anak hidup atau mati
- Membantu menentukan habitus, kedudukan punggunh anak,
presentasi anak tunggal/ kembar yaitu terdengar pada dua tempat
dengan perbedaan 10 detik.
Dada : Adanya ronkhi atau wheezing perlu dicurigai adanya asma atau TBC yang
dapat memperberat kehamilan.
Abdomen : DJJ (+) normal 120-160 x/menit, teratur dan reguler.
d. Perkusi
Reflek patella : Reflek patella negatif menandakan ibu vit B1.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi (D.0019)
2. Gangguan Pola Tidur
D. Intervensi 1. Diagnosa keperawatan 1
Manajemen Nutrisi (I.03119)
1. Observasi
1) Identifikasi status gizi
2) Identifikasi alergi makanan dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5) Monitor asupan makanan
6) Monitor berat badan
7) Monitor hasil laboratorium
2. Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedomat diet (mis, piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makanan yang rendah tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi ptotein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
3. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

2. Diagnosa Keperawatan 2
Dukungan tidur (I.09265)
1. Observasi
• Identifikasi pola aktivitas dan tidur
• Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis)
• Identifikasi makanan dan minuman yang menganggu tidur (mis, kopi, teh,
alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
• Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2. Terapeutik
• Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur)
• Batasi waktu tidur siang, jika perlu
• Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
• Tetapkan jadwal tidur rutin
• Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)

• Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
3. Edukasi
• Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
• Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
• Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu tidur • Anjurkan
penggunaan obat tidur yang mengandung supresor terhadap tidur REM
• Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis,
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
• Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.

E. Implementasi
Implementasi mengacu intervensi.
F. Evaluasi
Evaluasi mengacu pada implementasi
DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap (M. Ari (ed.)). Penerbit Buku
Kesehatan.

Arantika, P., & Fatimah. (2019). Patologi Kehamilan Memahami Berbagi Penyakit &
Komplikasi Kehamilan (D. Intan (ed.)). Pustaka Baru Press.

Ayu, I., Maha, A., Keperawatan, J., & Kesehatan, P. (2012). Ketuban pecah dini dengan
tingkat asfiksia bayi baru lahir.

Carpenito, LJ.2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik


Edisi.6.Jakarta:EGC

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Lestariningsih, Y. Y., & Ertiana, D. (2016). Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum di RSUD Kabupaten Kediri. 7, 1–10.

Linda, F. (2015). Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Di Rsud Dr.
Wahidin Sudirohusodo Kotamojokerto, (December 2014).

Marwiyah, N. (2016). Asfiksia baru 2.pdf. 258266.

Mayasari, B., Arismawati, D. F., Idayanti, T., & Wardani, R. A. (2018). Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Ruang. 7(1), 42–50.

Nova, R. (2018). Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungstoli. Jurnal Ilmiah
Kebidanan IMELDA, 4, No 1.

Nanda International, Nursing Diagnosis: Deffintion & Classification 2009-2011.

Safitri, N. L. (2010). Pada Ny . S Dengan Kehamilan Kurang Dari 37 Minggu Di Rumah


Sakit Islam Sunan Kudus Oleh. 2010, 1–6.

Sujiyatini, Mufdlilah, & Asri, H. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan (S. Ari (ed.)). medical
book.

Sylvi, A. (2019). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal (D. Intan (ed.)).
Pustaka Baru Press.

Saifuddin,AB:89. (2002). pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. jakarta: yayasan bina
pustaka sarwono prawiroharjo.

Taufan, N. (2012). Obgyn Obstetri dan Ginekologi. Nuha Medika.

Yuliani, N. W., & Wahyuningsih, M. (2019). Lahir Dengan Ketuban Pecah Dini Dan
Normal Ketuban Pecah Di Rsud Kota Yogyakarta The Differences Apgar Score Of First
Minute Newborns With Premature Rupture Of The Membrane And Normal Rupture Of
Membranes At Regional. 1–7.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS (OBSTETRI) PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO

PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 24-mei-2021 jam 13:00 WIB
Ruang : MNE
No. Register : xxx
Diagnosa Medis : KPD „‟ketuban pecah dini‟‟
Tanggal Pengkajian : 24-mei-2021
A. IDENTITAS PASIEN :
- Nama : Ny.G
- Umur : 23 tahun
- Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
- Bahasa : Indonesia
- Pekerjaan : Ibu rumah tangga
- Status : menikah
- Alamat : Singo galek RT:007 RW:003
- Nama Suami : Tn.A
- Pekerjaan : Karyawan Swasta

B. STATUS KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan perutnya kenceng-kenceng, keluar cairan dari jam 12:00
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien mengatakan saat dirumah perut terasa kenceng-kenceng dan keluar cairan
divaginanya, saat itu pasien langsung periksa ke RSAM jam 13:00 dan langsung
ke ruangan MNE, di MNE waktu diperiksa VT pembukaan 6, DJJ 137x/menit
dan pasien mengatakan masih merasa kenceng-kenceng, pasien tampak meringis
sambil memegang perut dan pinggangnya, skala nyeri 4, pada pukul 14:00
diperiksa lagi VT pembukaan sudah lengkap 10 eff:100% ket (-) DJJ:142x/menit,
pada jam 14:40 bayi lahir
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun seperti HT, Asma
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengatakan keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti hipertensi, DM, Hiv, TBC, atau asma
5. Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan Sekarang : G1 P0 A0
HPHT : 5-9-2020
Gerakan Janin : Aktif
Keluhan Tiap Semester : TM 1 : mual/muntah
TM 2 : kaki kram
TM 3 : punggung terasa kenceng-kenceng
Riwayat Nifas : Tidak ada masalah
Imunisasi TT : 2x
Obat yang Dikonsumsi Obat ( Folamil glod, genio, Anelat, Likukad, Etabion)
Jamu ( Tidak pernah )
6. Riwayat Haid
Menarche : Umur 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : ≤ 80 cc/hari
Desmenorhoe : Iya
7. Riwayat Kehamilan, Nifas Dan Persalinan Yang Lalu
Hamil Tgl Usia Jenis Penolong Penyulit
Anak Nifas
Ke Partus Kehamila Partus Kehamil
n an & JK BB PB ASI Penyulit
Persalin
an
1. Hamil 37/38 Normal Bidan Lk 3,3 52
ini

8. Riwayat Ginekologi
Infertilitas : Tidak Terkaji
Masa : Tidak Terkaji
Penyakit : Tidak Terkaji
Operasi : Tidak Terkaji
9. Riwayat Kb
Kontrasepsi yang dipakai : Tidak pernah KB
Keluhan : Tidak ada
Kontrasepsi yang lalu : Tidak pernah
Lama pemakaian :-
Alasan berhenti :-

POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. POLA PERSEPSI KESEHATAN /PENANGANAN KESEHATAN
Pasien mengatakan selalu rutin memeriksakan kehamilannya dibidan, dan didalam
keluarganya ada yang merokok dan juga disekitar lingkungannya
2. POLA NUTRISI /METABOLISME
Pasien mengatakan selama hamil nafsu makan meningkat dan makannya teratur
dengan nasi, lauk, sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada pantangan untuk
mengkomsumsi makanan dan tidak ada diet khusus, minum air 7-8 gelas+susu
3. POLA ELIMINASI
Pasien mangatakan BAB ≤ 3 hari sekali, pengeluaran fases lama, dengan konsistensi
keras berwarna kecoklatan. BAK 8x/hari berwarna kuning jernih dan bauk khas
4. POLA AKTIVITAS-LATIHAN
Pasien mengatakan sehari-hari kadang senam hamil, dan selain itu aktivitasnya
menjadi ibu rumah tangga
5. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Pasien mengatakan tidak ada kesulitan tidur sehari-hari terkadang ≤ 8 jam tidur, tetapi
setiap malam sering terbangun karena pinggangnya sakit
6. POLA KOGNITIF PERSEPTUAL
Pasien mengatakan cemas membayangkan proses persalinanya
7. POLA PERSEPSI DIRI/KONSEP DIRI
Pasien mengatakan senang dengan kehamilan pertamanya
8. POLA PERAN HUBUNGAN
Hubungan pasien dengan orang disekitarnya baik, dikeluarga maupun tetangganya
9. POLA SEKSUALITAS REPRODUKSI
Pasien mengatakan selama hamil tetap melakukan hubungan seksual dengan frekuensi
1x seminggu, tidak ada keluhan saat melakukan hubungan seksual
10. POLA KOPING-TOLERANSI
Pasien mengatakan saat ada masalah selalu diskusikan dengan suaminya untuk
menyelesaikan masalahnya
11. POLA NILAI-KEPERCAYAAN
Pasien mengatakan segala sesuatu hanya pasrah kepada Allah SWT dan selalu berdoa
disetiap selesai sholat

PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran
√ Compos Mentis
 Somnolen
 Sopor
 Sopor komatus
 Komatus
2. Tanda - Tanda Vital
Tensi :127/100 mmHg
Nadi : 100 x/Menit
Respirasi : 20 x/Menit
Suhu : 37 1 OC
BB : 61 kg
TB : 165 cm
TFU : 35 cm
Lila : 28 cm
3. Kepala
Rambut : Rambut hitam, lurus, tidak rontok
Mata : Konjungtiva : Anemis
Sclera : Putih
Penglihatan : Normal
Telinga : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
Hidung : Simetris, bersih tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut : Mukosa bibir lembab, bersih gigi/gusi tidak ada caries
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
4. Thorax
Dada
Mamae Tidak
Puting susu : Bentuk puting menonjol
Benjolan : Tidak ada benjolan
Ekstresi : Tidak terkaji
Paru – paru : Tidak ada suara nafas tambahan seperti ronchi/wheezing
Jantung : Irama jantung teratur

5. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : Simetris, Buncit
Striae : Terdapat garis memanjang
Bekas Luka Operasi : Tidak ada
Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 35 cm
Lingkar perut 82 cm
Posisi janin : Leopold I : TFU 35 cm
Leopold II : Letak punggung dikanan perut ibu
Leopold III : Bagian bawah perut ibu, kepala bayi
Leopold IV : Bagian kepala bayi sudah masuk PAP
Kontraksi Uterus : Frekuensi : 2x
Interval : 10 menit
Intensitas : 10 detik
Auskultasi : DJJ : 137x/menit
6. Genetalia Luar
Bentuk : Normal
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Massa / Kista : Tidak
Pengeluaran Pervaginam : Keluar cairan air ketuban keruh

7. Ekstremitas (Tangan & Kaki)


Bentuk : Kaki : Anatomis, lengkap Tangan : Anatomis, lengkap
Kuku : Kaki : Anatomis, lengkap Tangan : Anatomis, lengkap
Reflek patela : Baik
Oedema : Tidak
8. Kulit
Warna : Sawo matang
Tugor : Elastis, CRT < 2 detik

DATA PENUNJANG (LABORATORIUM)


a. Pemeriksaan Urine
Protein : Negatif
Reduksi : Negatif
b. Pemeriksaan Darah
Hb : 9,7
Golda : A Rhesus (+)
c. Pemeriksaan lain – lain bila diperlukan
- Tes rapid antibody (non reaktif)
- Lakmus (+) ket.keruh
- USG terakhir 30-4-2020
- ANC terpadu

TERAPI
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Asam mefenamat 3x1 500 ml
- Ramabion 1x1
- Obs. CHPB 6 jam
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny.G No. Reg : xxx


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: pasien mengatakan perut Kehamilan 38 mgg Nyeri akut
terasa kencang
P: nyeri kontraksi Tanda-tanda inpartus
Q: ditusuk-tusuk
R: seluruh perut Proses persalinan
S: 4
T: saat terjadi kontraksi Kontraksi uterus
DO :
- Pasien tampak meringis Nyeri akut
- TFU 35 cm
- Lingkar perut 82 cm
- DJJ 137x/menit
- Kesadaran Composmentis
- K/U cukup
- GCS 4-5-6
- TTV
TD : 127/100 mmhg
N : 100x/menit
S : 37 1 o C
RR : 20x/menit
- Pemeriksaan urine
Protein : Negatif
Reduksi : Negatif
- Pemeriksaan darah
- HB :9,7
- Golda : A Rhesus (+)
- Perut terasa kencang-
kencang
2. DS: pasien mengatakan cemas Proses biomekanik bakteri Ansietas
terhadap kondisi janin dalam mengeluarkan enzim
kandungan akibat dari ketuban proteolitik
pecah dan pasien
mencemaskan proses Selaput ketuban mudah pecah
persalinanya
DO: Ketuban pecah dini
- Tampak gelisah
- Tampak tegang Air ketuban terlalu banyak
- Muka tampak pucat keluar
- TTV
TD : 127/100x/menit Kecemasan ibu terhadap
N : 100x/menit keselamatam janin dan
RR : 20x/menit dirinya
S : 37 1 oC
Ansietas
DAFTAR DIAGNOSIS

Nama Pasien : Ny.G No. Reg :xxx

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TTD

Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus


1 G1P0A0 UK 37/38 minggu dengan KPD
Ansietas berhubungan dengan keadaan yang ditandai dengan ketuban pecah dini
2

3
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.G No. Reg :xxx


No. TUJUAN & KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
DX HASIL
1. Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
Asuhan Keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
selama 1x24 jam masalah karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristis, durasi,
nyeri akut teratasi dengan kualitas, intensitas nyeri frekuensi, kualitas,
kriteria hasil 2. Monitor intensitas nyeri dengan intencitas terjadinya nyeri
1. Keluhan nyeri menggunakan skala 2. Untuk mengetahui berapa
menurun 3. Identifikasi faktor yang skala nyeri
2. Wajah nampak memperberat dan memperingan 3. Untuk mengetahui faktor
meringis menurun nyeri yang memperberat dan
3. Gelisan menurun Terapeutik memperingai nyeri yang
4. Diaforesis menurun 4. Berikan posisi semi fowler dirasakan
5. Hindari menempatkan pada Terapeutik
posisi yang dapat meningkatkan 4. Memberikan kenyamanan
nyeri bagi pasien
Edukasi 5. Agar tidak timbul
6. Jelaskan penyebab, periode dan peningkatan nyeri
strategi meredakan nyeri Edukasi
7. Ajarkan teknik non farmakologi 6. Menjelaskan untuk
untuk mengurangi rasa nyeri mempermudahpengetahu
8. Jelaskan jenis obat, alas an an tentang periode dan
pemberian, tindakan yang pemicu nyeri yang timbul
diharapkan, dan efek samping 7. Teknik distraksi dan
sebelum pemberian relaksasi nafas dalam
dapat membantu
mengurangi rasa nyeri
8. Untuk mencegah
terjadinya nyeri atau
komplikasi lain
2. Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
Asuhan Keperawatan 1. Identifikasi saat ansietas 1. Untuk mengetahui
selama 1x24 jam masalah berubah adanya perubahan
ansietas teratasi dengan 2. Monitor tanda‟‟ ansietas (verbal ansietas pada pasien
kriteria hasil : & non verbal) 2. Untuk mengetahui
1. Verbalisasi khawatir Terapeutik adanya tanda‟‟ ansietas
akibat kondisi yang 3. Ciptakan suasan terapeutik verbal & non verbal
dihadapi menurun untuk menumbuhkan 3. Suasana terapeutik dapat
2. Perilaku gelisah kepercayaan meningkatkan
menurun 4. Temani pasien untuk kepercayaan pada diri
3. Perilaku tegang menurun mengurangi kecemasan pasien
4. Pola tidur membaik 5. Fahami situasi yang membuat 4. Situasi sendiri dapat
ansietas meningkatkan kecemasan
6. Gunakan pendekatan yang pada pasien
tenang dan menyakinkan 5. Memudahkan untuk
Edukasi mengidentifikasi ansietas
7. Anjurkan mengungkapkan 6. Pendekatan secara
perasaan dan persepsi terapeutik dapat
8. Informasikan secara factual meningatkan kepercayaan
mengenai diagnosi, pengobatan pasien terhadap tindakan
dan prognosis yang akan diberikan
9. Latih kegiatan pengalihan untuk 7. Untuk mengurangi
mengurangi ketegangan kecemasan dengan
10. Latih tektik relaksasi bercerita
8. Informasi yang factual
dan benar dapat
meningkatkan
pengetahuan untuk
mengurangi kecemasan
9. Kegiatan pengalihan
dapat mengurangi rasa
cemas pada pasien
10. Dengan melakukan
teknik relaksasi dapat
mengurangi kecemasan
dan lebih rileks
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.G No. Reg : xxx


No.
WAKTU IMPLEMENTASI TTD
DX
1. 24-5-2021 Observasi
13:00 WIB 1. Memantau keadaan umum pasien (TTV)
„‟TD :127/100 mmhg , N ; 100x/menit , S: 371oC , RR :
20x/menit , GCS 4-5-6
TFU : 35 cm , DJJ : 137x/menit , HIS: 2x10 mnt dalam 10
detik „‟
2. Mengidentifikasi skala nyeri
„‟Skala nyeri 4‟‟
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingai nyeri
„‟Saat terjadinya kontraksi‟‟
Terapeutik
4. Memberikan posisi semi fowler untuk kenyamanan pasien
„‟Lingkungan nyaman, pencahayaan cukup‟‟
5. Memfasilitasi istirahat tidur
„‟Posisi tidur nyaman‟‟
Edukasi
6. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
7. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
2. 24-5-2021 Observasi
13:00 WIB 1. Mengidentifikasi tanda-tanda ansietas (verbal & non verbal)
Terapeutik
2. Menciptakan suasana lingkungan yang nyaman
„‟Pasien mendingan tenang‟‟
3. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
„‟Mengajak berbicara, bercerita‟‟
4. Memahami situasi atau keadaan pasien yang membuatnya
ansietas
5. Menjalin hubungan pendekatan dengan pasien agar pasien
bisa merasa tenang dan yakin
Edukasi
6. Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi kecemasan
pasien
7. Menginformasikan secara factual mengenai diagnose,
pengobatan dan prognosis
8. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam (untuk
mengurangi kecemasan
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny.G No. Reg :xxx


No. EVALUASI S-O-A-P
TTD
DX
S : pasien mengatakan perutnya kenceng-kenceng
1. R/kehamilan : G1P0A0, HPHT : 5-9-2020 , HPL : 15-6-21
24-5-2021 P : nyeri kontraksi
13:00 WIB Q : ditusuk-tusuk
R : dibagian seluruh perut
S:4
T : saat kontraksi
O : pasien tampak meringis
k/u : cukup , GCS ;4-5-6, Ks : comosmentis
TFU :35 cm , DJJ : 137x/menit , Lingkar perut : 82 cm
TD : 127/100 mmhg , N : 100x/menit , S : 371oC , RR : 20x/menit
VT : pembukaan 6 Eff : 25% , ket (-) Letkep H1
A : nyeri akut (masalah belum teratasi)
P : intervensi dilanjutkan

14:30 Pasien mengatakan kenceng-kenceng semakin ingin sering mengejan


VT :pembukaan 10, dilakukan pimpinan persalinan
k/u : cukup , Kesadaran composmentis , GCS 4-5-6
TD :120/80 mmhg , S :36oC , N : 78x/menit , RR: 20x/menit , DJJ :
142x/menit

14:40 - Bayi lahir dengan spontan, JK (laki-laki) , langsung menangis


- BB : 3.3 kg , PB : 52 cm , LK :38 cm , LD : 39 cm
- Inj.oksitosin IM
- PTT (perenganan tali pusat )

14:45 - Placenta lahir spontan & lengkap


- Masase uterus UC(+)
- Terdapat laserasi gret

14:46 - Dilakukan heating dengan lidokain


- Total pendarahan + 100 cc
- Terapi : - Amox 3x1 , Asmef 3x1 , Ramabion 1x1
Nyeri akut (masalah teratasi sebagian )
Intervensi dihentikan pasien MRS

2. S : pasien mengatakan cemas atau khawatir terhadap kejadian Ketuban pecah


24-5- O : - pasien tampak gelisan
2021 - Pasien tampak pucat
- Perut terasa kenceng-kenceng , dilakukan VT pembukaan 6
13:00 - TD : 127/100 mmhg , N : 100x/mnt , RR : 20x/mnt , S : 371oC
WIB A : Ansietas (masalah teratasi sebagian)
P : intervensi dilanjutkan

14:40 - Pasien mengatakan sudah tidak cemas karena bayi sudah lahir dengan
normal
- k/u : cukup , Kesadaran composmentis , GCS 4-5-6
- TD :120/80 mmhg , S : 36oC , N : 78x/mnt , RR : 20x/mnt
14:45 - Placenta lahir spontan lengkap
14:46 - Inj. Lidokain , heating perineum
- Terapi : - Amoxcilin 3x1 , Asmef 3x1 , Ramabion 1x1
Ansietas teratasi , intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai