DISUSUN OLEH
KHUSNUL KHOTIMAH
(202003113)
2. Proses Kehamilan
a. Fertilisasi
Yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya ovum dan sperma
paling sering adalah didaerah ampulla tuba. Sebelum keduanya bertemu, maka akan
terjadi 3 fase yaitu:
1) Tahap penembusan korona radiata
Dari 200 – 300 juta hanya 300 – 500 yang sampai di tuba fallopi yang bisa
menembus korona radiata karena sudah mengalami proses kapasitasi.
2) Penembusan zona pellusida
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel dizona pellusida, tetapi hanya satu
terlihat mampu menembus oosit.
3) Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid
(44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX unutk wanita
dan XY untuk laki - laki)
b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8 sel, sampai
dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun
longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membelah membentuk morula (4 hari).
Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk
kedalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar
sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut
blastokista (4 – 5 hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut
trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa masuk
endometrium dan siap berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat
lanjut.
c. Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista) kedalam
dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri
bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput lendir rahim sedang berada
pada fase sekretorik ( 2 – 3 hari setelah ovulasi). Pada saat ini, kelenjar rahim dan
pembuluh nadi menjadi berkelok – kelok.
Jaringan ini mengandung banyak cairan.(Marjati,dkk.2010 ; 37).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
a. Masa pre embrionic
Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya fertilisasi terjadi proses
pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama yaitu ekstoderm, endoderm serta mesoderm.
b. Masa embrionic
Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam tubuh telah ada didalam
bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Seringkali
disebut masa organogenesis/ masa pembentukan organ.
c. Masa fetal
Berlangsung setelah 2 minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir
- Minggu ke-12 : Panjang tubuh kira – kira 9 cm, berat 14 gram, sirkulasi tubuh
berfungsi secara penuh, tractus renalis mulsi berfungsi, terdapat refleks menghisap
dan menelan, genitalia tampak dan dapat ditentukan jenis kelaminnya.
- Minggu ke 16 : Panjang badan 16 cm, berat 10 gram, kulit sangat transparan
sehingga vaso darah terlihat, deposit lemak subkutan lemak terjadi rambut mulai
tumbuh pada tubuh.
- Minggu ke 20 : Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh PB, wajah
nyata, telinga pada tempatnya, kelopak mata, lais dan kuku tumbuh sempurna.
Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar X kelenjar minyak telah aktif dan
verniks kaseosa akan melapisi tubuh fetus, gerakan janin dapat ibu setelah
kehamilan minggu ke 18, traktus renalis mulai berfungsi dan sebanyak 7 – 17 ml
urine dikeluarkan setiap 24 jam.
- Minggu ke 24 : Kulit sangat keriput, lanugo menjadi lebih gelap dengan vernix
kaseosa meningkat. Fetus akan menyepak dalam merespon rangsangan.
- Minggu ke 28 : Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan
baik, rambut menutupi kepala, lebih banyak deposit lemak subkutan menyebabkan
kerutan kulit berkurang, testis turun ke skrotum.
- Minggu ke 32 : Lanugo mulai berkurang, tubuh mulai lebih membulat karena
lemak disimpan disana, testis terus turun.
- Minggu ke 36 : Lanugo sebagian besar terkelupas, tetapi kulit masih tertutup
verniks kaseosa, testis fetus laki – laki terdapat didalam skrotum pada minggu ke
36 ovarium perempuan masih berada di sekitar batas pelvis, kuku jari tangan dan
kaki sampai mencapai ujung jari, umbilikus sekarang terlihat lebih dipusat
abdomen.
g. Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua
umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar keluar rongga
panggul.
h. Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh hormone
estrogen.
i. Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.
j. Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas
- Pipi : - Cloasma gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan
pigmentasi yang berlebihan pada kulit.
- Perut : - Striae livide Striae albican
Linea alba makin menghitam
- Payudara : - hipepigmentasi areola mamae
k. Varises atau penampakan pembuluh vena
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah
vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh
darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis serta payudara.
2. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
a. Pembesaran Perut
b. Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan.
c. Tanda Hegar
d. Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uterus.
e. Tanda Goodel
f. Pelunakan serviks
g. Tanda Chadwiks
h. Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga
porsio dan serviks.
i. Tanda Piskacek
j. Pembesaran uterusyang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada
daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
k. Kontraksi Braxton Hicks
l. Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin didalam otot
uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada
kehamilan 8 minggu.
m. Teraba Ballotement
n. Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan
ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
o. Pemeriksaan tes biolgis kehamilan (planotest) positif
p. Pemeriksaan ini adaah untuk mendeteksi adanya hCG yang diproduksi oleh
sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi diperedaran darah ibu
(pada plasma darah), dan diekskresi pada urine ibu.
5. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
a. Uterus
Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram, pembesaran ini
dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.
b. Vagina
• Elastisitas vagina bertambah
• Getah dalam vagina biasannya bertambah, reaksi asam PH :3,5-6
• Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga waran selaput lendirnya
berwarna kebiru- biruan (Tanda chadwick).
Ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD (ketuban pecah dini), namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya. Etiologi menurut
(Taufan, 2012). Namun faktorfaktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah sebagai berikut :
1) Infeksi :Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD (ketuban pecah dini).
2) Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan curetage).
3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamely
4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD (ketuban pecah dini) karena biasanya
disertai infeksi.
5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah. 6) Keadaan sosial ekonomi 7) Faktor lain:
1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbukan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
1. Beberapa Faktor risiko dari KPD (Ketuban Pecah Dini):
1) Inkompetensi serviks (leher rahim)
2) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3) Riwayat KPD sebelumnya
4) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5) Kehamilan kembar
6) Trauma
7) Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
8) Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban yang merembes melalui vagina
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris merah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah
biasanya “ mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Taufan, 2012).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Mengalami KPD
1. Faktor obstetrik terdiri dari multipara, malposisi, disproporsi dan serviks
inkompeten. Menurut senada dengan hasil ini penelitian Susilowati dan Astuti
(2010) yang melaporkan bahwa faktor obstetrik termasuk faktor predisposisi dari
KPD yang terdiri dari overdistensi uterus, serviks konisasi/pendek dan
sepalopelvik disproporsi (CPD). Overdistensi uterus yaitu makanan intra uterin
yang meninggi atau meningkat secara berlebihan.
2. Paritas
Paritas 1-2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal,
karena pada paritas ini ibu sudah memiliki pengalaman dalam menjalani proses
kehamilan dan persalinannya. Selain itu, pada ibu multipara mortilitas uterus dan
kelenturan leher rahim masih berfungsi dengan baik. Menurut hasil penelitian
Susilowati dan Astuti (2010) yang melaporkan bahwa paritas 0 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas maka akan lebih tinggi terjadinya kematian maternal. Risiko pada paritas 0
dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik. Sedangkan risiko pada paritas
tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
3. Pekerjaan
Pekerjaan juga termasuk salah satu faktor predisposisi terjadinya KPD, karena
pekerjaan yang berat dapat menimbulkan tekanan fisik yang tinggi dan dapat
menimbulkan trauma pada ibu hamil. Dan bekerja pada umumnya membutuhkan
waktu dan tenaga yang banyak, sehingga aktivitas yang berlebihan dapat
mempengaruhi kehamilan ibu untuk menghadapi proses persalinannya. Hal ini
senada dengan hasil penelitian Susilowati dan Astuti (2010) yang melaporkan
bahwa pada kondisi ekonomi sekarang banyak wanita hamil yang bekerja.
Asalkan tidak terlalu lelah dan perutnya yang membesar tidak mengganggu
pekerjaannya, serta kondisi industrial dikantor, pabrik atau tempat wanita bekerja
tidak terganggu kesehatan ibu atau janin. Dan juga setiap pekerjaan yang
menyebabkan wanita hamil akan mengalami tekananfisik hebat yang harus
dihindari.
4. Pendidikan
Faktor pendidikan karena tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Ibu
yang berpendidikan rendah akan lebih sulit untuk menerima gagasan baru, juga
cenderung tidak ingin memeriksakan kehamilannya. Berbeda dengan ibu yang
berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.
5. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhankebutuhan ibu
selama kehamilan, antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-
obatan, tenaga kesehatan dan transportasi/sarana angkutan. Faktor pendapatan
yang rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan ibu hamil seperti nutrisi yang
seimbang sampai dengan proses persalinannya
6. Umur Ibu
Umur ibu menjadi faktor predisposisi KPD karena umur sangat menentukan suatu
kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun.
7. Usia Kehamilan
Usia kehamilan dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal. Risiko infeksi ibu dan
anak meningkat pada KPD (ketuban pecah dini). Pada ibu terjadi
kariomakorioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada KPD premature,
infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada
ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten (Safitri,
2010).
Dampak Ketuban Pecah Dini Menurut (Fitrianti, 2015) penyebab terjadinya
ketuban pecah dini adalah paritas. Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan
oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Ibu hamil dengan
multipara lebih besar kemungkinan terjadinya infeksi karena proses pembukaan
serviks lebih cepat dari nulipara, sehingga dapat terjadi pecahnya ketuban lebih
dini. Infeksi tersebut dapat menyebabkann terjadinya proses biomekanik pada
selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah
5. Pathway
Sumber: (Carpenito,2006)
6. Diagnosa
2) Aktif:
a. Kehamilan> 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal sek- sio
sesarea; dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal setiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan akhiri
persalinan:
i. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi; Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
ii. Bila skor pelvik> 5, induksi persalinan partus per vaginam.
c. Keterangan tentang nilai atau skor Bishop:
i. Skor atau nilai Bishop adalah suatu cara untuk menilai kematangan
serviks dan responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah
diketahui bahwa serviks dengan skor Bishop rendah (artinya serviks
belum matang) memberikan angka kegagalan lebih tinggi disbanding
serviks yang matang. ii. Kondisi yang dnilai dari serviks, antara lain:
a) Pembukaan (dilatasi).
b) Pendataran (penipisan).
c) Penurunan kepala janin (station)
d) Konsistensi (consistency).
e) Posisi ostium uteri (position
d. Perawatan Ibu Hamil dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
1) Pengertian: Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil yang menga- lami
ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm.
2) Tujuan:
a) Mempertahankan kualitas kesehatan ibu dan bayi.
b) Menurunkan angka kematian janin.
c) Mencegah adanya komplikasi.
d) Mencegah infeksi intra-uterine 3) Persiapan Alat:
Peralatan yang ada di kamar bersalin, ditambah:
a) Pembalut wanita steril.
b) Kertas lakmus.
c) Persiapan sintosinon drip.
d) Formulir laboratorium.
3) Pelaksanaan:
a) Ibu harus tirah baring.
b) Pasang pembalut wanita steril.
c) Cek tensi, nadi, pernafasan setiap 4 jam sekali.
d) Auskultasi DJJ dengan Laenec / Dopler / Monitor CTG setiap 1-4 jam;
hindari pemeriksaan dalam (pemeriksaan vaginal).
e) Observasi pengeluaran cairan amnion, warna, jumlah dan bau setiap 2-
4 jam.
f) Lakukan vulva hygiene dengan menggunakan desinfektan setelah
dihilangkan nasi atau setiap 4 jam atau jika perlu.
g) Jaga agar klien tetap bersih dan kering.
h) Palpasi fundus uteri untuk mengetahui aktivitas dan posisi janin.
i) Berikan aritibiotika sesuai program.
j) Siapkan induksi oksitosin sesuai program jika persalinan tidak ebelum
dimulai dalam 24 jam dari KPD.
k) Siapkan untuk persalinan.
l) Buat catatan pada status pasien (file) sehingga perawat / bidan yang
menangani bayi dapat mengobservasi bayi dari menggunakan gawat
nafas dan aspirasi meconium.
m) Lakukan pemeriksaan laboratorium: Protokol urin lengkap dan darah
lengkap sesuai protokol.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian Data.
Tanggal.................... Jam......... Tempat........
A. Data Subyektif
1. Biodata :
Nama suami/istri : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta mencegah
kekeliruan
Umur : kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat
menentukan proses kelahirannya. Proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia
ini sudah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita usia reproduksi
(20-35 tahun).
2) Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pasien datang apakah untuk kontrol atau kunjungan ulang
ataupun ada keluhan.
3) Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat pengkajian. Keluhan
yang disampaikan ibu pada kunjungan ulang sangat penting untuk mengontrol
kehamilan ibu.
4) Riwayat Kesehatan
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti: jantung, darah
tinggi, ginjal, kencing manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun
tumor
5) Riwayat kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama:
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular
seperti TBC, hepatitis.
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan
darah, jiwa, asma.
c. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, dan
paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan
anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun pada ibu
6) Riwayat Haid Mengenai :
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia
pubertas yaitu sekitar12-16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal / dianggap
sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur
sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari.
c. Lamanya Haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada wanita biasanya lama haid ini tetap.
d. Keluhan yang dirasakan.
e. Keputihan. Warnanya, bau, gatal / tidak.
7) Riwayat Pernikahan Ditanyakan tentang :
2. Diagnosa Keperawatan 2
Dukungan tidur (I.09265)
1. Observasi
• Identifikasi pola aktivitas dan tidur
• Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis)
• Identifikasi makanan dan minuman yang menganggu tidur (mis, kopi, teh,
alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
• Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2. Terapeutik
• Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur)
• Batasi waktu tidur siang, jika perlu
• Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
• Tetapkan jadwal tidur rutin
• Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
• Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
3. Edukasi
• Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
• Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
• Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu tidur • Anjurkan
penggunaan obat tidur yang mengandung supresor terhadap tidur REM
• Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis,
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
• Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.
E. Implementasi
Implementasi mengacu intervensi.
F. Evaluasi
Evaluasi mengacu pada implementasi
DAFTAR PUSTAKA
Anik, M. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap (M. Ari (ed.)). Penerbit Buku
Kesehatan.
Arantika, P., & Fatimah. (2019). Patologi Kehamilan Memahami Berbagi Penyakit &
Komplikasi Kehamilan (D. Intan (ed.)). Pustaka Baru Press.
Ayu, I., Maha, A., Keperawatan, J., & Kesehatan, P. (2012). Ketuban pecah dini dengan
tingkat asfiksia bayi baru lahir.
Lestariningsih, Y. Y., & Ertiana, D. (2016). Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum di RSUD Kabupaten Kediri. 7, 1–10.
Linda, F. (2015). Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Di Rsud Dr.
Wahidin Sudirohusodo Kotamojokerto, (December 2014).
Mayasari, B., Arismawati, D. F., Idayanti, T., & Wardani, R. A. (2018). Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Ruang. 7(1), 42–50.
Nova, R. (2018). Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungstoli. Jurnal Ilmiah
Kebidanan IMELDA, 4, No 1.
Sujiyatini, Mufdlilah, & Asri, H. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan (S. Ari (ed.)). medical
book.
Sylvi, A. (2019). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal (D. Intan (ed.)).
Pustaka Baru Press.
Saifuddin,AB:89. (2002). pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. jakarta: yayasan bina
pustaka sarwono prawiroharjo.
Yuliani, N. W., & Wahyuningsih, M. (2019). Lahir Dengan Ketuban Pecah Dini Dan
Normal Ketuban Pecah Di Rsud Kota Yogyakarta The Differences Apgar Score Of First
Minute Newborns With Premature Rupture Of The Membrane And Normal Rupture Of
Membranes At Regional. 1–7.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS (OBSTETRI) PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO
PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 24-mei-2021 jam 13:00 WIB
Ruang : MNE
No. Register : xxx
Diagnosa Medis : KPD „‟ketuban pecah dini‟‟
Tanggal Pengkajian : 24-mei-2021
A. IDENTITAS PASIEN :
- Nama : Ny.G
- Umur : 23 tahun
- Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
- Bahasa : Indonesia
- Pekerjaan : Ibu rumah tangga
- Status : menikah
- Alamat : Singo galek RT:007 RW:003
- Nama Suami : Tn.A
- Pekerjaan : Karyawan Swasta
B. STATUS KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan perutnya kenceng-kenceng, keluar cairan dari jam 12:00
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien mengatakan saat dirumah perut terasa kenceng-kenceng dan keluar cairan
divaginanya, saat itu pasien langsung periksa ke RSAM jam 13:00 dan langsung
ke ruangan MNE, di MNE waktu diperiksa VT pembukaan 6, DJJ 137x/menit
dan pasien mengatakan masih merasa kenceng-kenceng, pasien tampak meringis
sambil memegang perut dan pinggangnya, skala nyeri 4, pada pukul 14:00
diperiksa lagi VT pembukaan sudah lengkap 10 eff:100% ket (-) DJJ:142x/menit,
pada jam 14:40 bayi lahir
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun seperti HT, Asma
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengatakan keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti hipertensi, DM, Hiv, TBC, atau asma
5. Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan Sekarang : G1 P0 A0
HPHT : 5-9-2020
Gerakan Janin : Aktif
Keluhan Tiap Semester : TM 1 : mual/muntah
TM 2 : kaki kram
TM 3 : punggung terasa kenceng-kenceng
Riwayat Nifas : Tidak ada masalah
Imunisasi TT : 2x
Obat yang Dikonsumsi Obat ( Folamil glod, genio, Anelat, Likukad, Etabion)
Jamu ( Tidak pernah )
6. Riwayat Haid
Menarche : Umur 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : ≤ 80 cc/hari
Desmenorhoe : Iya
7. Riwayat Kehamilan, Nifas Dan Persalinan Yang Lalu
Hamil Tgl Usia Jenis Penolong Penyulit
Anak Nifas
Ke Partus Kehamila Partus Kehamil
n an & JK BB PB ASI Penyulit
Persalin
an
1. Hamil 37/38 Normal Bidan Lk 3,3 52
ini
8. Riwayat Ginekologi
Infertilitas : Tidak Terkaji
Masa : Tidak Terkaji
Penyakit : Tidak Terkaji
Operasi : Tidak Terkaji
9. Riwayat Kb
Kontrasepsi yang dipakai : Tidak pernah KB
Keluhan : Tidak ada
Kontrasepsi yang lalu : Tidak pernah
Lama pemakaian :-
Alasan berhenti :-
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran
√ Compos Mentis
Somnolen
Sopor
Sopor komatus
Komatus
2. Tanda - Tanda Vital
Tensi :127/100 mmHg
Nadi : 100 x/Menit
Respirasi : 20 x/Menit
Suhu : 37 1 OC
BB : 61 kg
TB : 165 cm
TFU : 35 cm
Lila : 28 cm
3. Kepala
Rambut : Rambut hitam, lurus, tidak rontok
Mata : Konjungtiva : Anemis
Sclera : Putih
Penglihatan : Normal
Telinga : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
Hidung : Simetris, bersih tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut : Mukosa bibir lembab, bersih gigi/gusi tidak ada caries
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
4. Thorax
Dada
Mamae Tidak
Puting susu : Bentuk puting menonjol
Benjolan : Tidak ada benjolan
Ekstresi : Tidak terkaji
Paru – paru : Tidak ada suara nafas tambahan seperti ronchi/wheezing
Jantung : Irama jantung teratur
5. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : Simetris, Buncit
Striae : Terdapat garis memanjang
Bekas Luka Operasi : Tidak ada
Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 35 cm
Lingkar perut 82 cm
Posisi janin : Leopold I : TFU 35 cm
Leopold II : Letak punggung dikanan perut ibu
Leopold III : Bagian bawah perut ibu, kepala bayi
Leopold IV : Bagian kepala bayi sudah masuk PAP
Kontraksi Uterus : Frekuensi : 2x
Interval : 10 menit
Intensitas : 10 detik
Auskultasi : DJJ : 137x/menit
6. Genetalia Luar
Bentuk : Normal
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Massa / Kista : Tidak
Pengeluaran Pervaginam : Keluar cairan air ketuban keruh
TERAPI
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Asam mefenamat 3x1 500 ml
- Ramabion 1x1
- Obs. CHPB 6 jam
ANALISA DATA
3
RENCANA KEPERAWATAN
14:40 - Pasien mengatakan sudah tidak cemas karena bayi sudah lahir dengan
normal
- k/u : cukup , Kesadaran composmentis , GCS 4-5-6
- TD :120/80 mmhg , S : 36oC , N : 78x/mnt , RR : 20x/mnt
14:45 - Placenta lahir spontan lengkap
14:46 - Inj. Lidokain , heating perineum
- Terapi : - Amoxcilin 3x1 , Asmef 3x1 , Ramabion 1x1
Ansietas teratasi , intervensi dihentikan