Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY.I G 1 P0-0 UK 42/43 MINGGU DENGAN POST DATE


DI RUANG KAMAR IGD (MNE) RSU ANWAR MEDIKA
Dosen Pembimbing : Dr. Indah Lestari S.Kep,Ns. M.Kes

DI SUSUN OLEH:
WIDIYAWATI NENGSE
NIM : 202003079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
KAB.MOJOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Saifuddin, 2009).
Dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kehamilanmerupakan proses yang terdiri dari ovulasi, konsepsi, pertumbuhan
zigot, nidasi hasil konsepsi, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil
konsepsi hingga lahirnya janin. Kehamilan berlangsung sampai lahirnya
janinpada usia kurang lebih 9 bulan lebih 7 hari atau 40 minggu.
2. Proses Kehamilan
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah
bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses 12 13kehamilan (gestasi)
berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari di hitung dari hari pertama
menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38minggu,karena dihitung
mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sel sperma dengan telur)
yangterjadi dua minggu setelahnya (Sulistyawati, 2009).
Fertilisasi pada manusia ini diawali dengan terjadinya persetubuhan
(koitus). Fertilisasi merupakan peleburan anatara inti spermatozoa dengan inti
sel telur. Proses fertilisasi ini dapat terjadi di bagian ampula tuba falopi atau
uterus yang berhasil menemukan ovum akan merusak korona radiata dan zona
pelusida yang mengelilingi membran sel ovum,lalu spermatozoa akan
melepaskan enzim. Enzim dari banyak spermatozoa akan merusak korona
radiata dan zona pelusida sehingga spermatozoa berhasil menembus membran
sel ovum,konfigurasi membran ovum langsung berubah sehingga spermatozoa
lain tidak. Spermatozoa menuju masa apa saja uang berbentuk telur yang
ditemuinya,dan hanya sedikit yang mencapai ovum sebenarnya. Spermatozoa
dapat msuk. Hanya kepala spermatozoon yang masuk ke dalam ovum,bagian
ekor akan ditinggalkan. DNA dalam nukleus spermatozoon akan dilepaskan dari
kepala,memicu pembelahan miosis akhir pada kromosom wanita. Bersatunya
inti spermatozoon dan inti sel telur akan tumbuh menjadi zigot.Zigot mengalami
pertumbuhan dan perkembangan melalui 3 tahap selama kurang lebih 280 hari.
Tahap-tahap ini meltiperiode implamantasi (7 hari pertama), periode
embrionik (7minggu berikutnya),dan periode fetus (7 bulan berikutnya).Selama
2-4 hari pertama setelah fertilisasi,zigot berkembang dari satu sel menjadi
kelompok 16 sel (morula). Morula kemudian tumbuh dan berdiferesiasi menjadi
100 sel. Selama periode ini zigot berjalan di sepanjang tuba falopi,setelah itu
masuk ke uterus dan tertanam dalam endomentrium uterus.Perkembangan Janin
di Dalam Uterus (Sulistyawati, 2010).
a. Trimester pertama (minggu 0-12)
Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode
germinal sampai periode terbentuknya janin.
1) Periode germinal (minggu 0-3). Proses pembuhan telur oleh sperma yang
terjadi pada minggu ke-2 di hari pertama menstruasi terakhir. Telur yang
sudah di buahi sperma bergerak dari tuba falopi dan menempel di
dinding uterus (endrometrium).
2) Periode embrionik (minggu 3-8). Proses dimana sistem saraf pusat, organ
organ utama dan struktur anatomi mulai tebentuk seperti mata,mulut dan
lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai memproduksi sel darah.
Janin mulai berubah dari blastosit menjadi embrio berukuran 1,3cm
dengan kepala yang besar.
3) Periode fetus (minggu 9-12). Periode dimana semua organ penting terus
bertumbuh dengan cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat
tinggi.
b. Trimester Ke-dua (minggu ke 12-24)
Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada
minggu ke-18 kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi
(USG) untuk mengecek kesempurnaan janin,posisi plasenta dan
kemungkinan bayi kembar. Jaringan kuku,kulit serta rambut berkembang
dan mengeras pada minggu ke-20 dan ke-21. Indra pengliatan dan
pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka
dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sosok manusia dengan panjang
30cm (Kusmiyati, 2009).
c. Trimester Ketiga (minggu 24-40)
Pada trimester ini semua oragan tumbuh dengan sempurna. Janin
menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi menendang atau
menonjok serta dia sudah mempunyai periode tidur dan bangun. Massa
tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun. Paru-paru berkembang
pesat menjadi sempurna. Pada bulanke sembilan,janin mengambil posisi
kepala di bawah dan siap untuk dilahirkan. Berat bayi lahir anatara 3kg
sampai 3,5kg dengan panajang 50cm (Kusmiyati, 2009).
A. Periode Germinal
Ovum yang kini berkembang menjadi blastosit, mencapau uterus sekitar hari ke-
5 setelah fertilisasi. Di uterus, blastosit terletak dekat dengan endometrium
selama satu sampai dua hari untuk memungkinkan trofoblas menyekresi enzim
proteolik yang memecah permukaan endrometrium. Dengan cara mencerna dan
mencairkan sel-sel endometrium uterus. Blastosit tertanam ke dalam
endometrium sehingga blastosit dapat dihidopi dan melanjutkan perkembangan
nya. Penonjolan kecil seperti jari berkembangan di sekitar keseluruhan blastosit
dan trofoblas, membantu proses implantasi dan melekatkan blastosit dengan
kuat ke dalam endometirum. Tonjolan tersebut disebut vili korionik primitif.
Bebebrapa vili korionik ini akan berkembang menjadi plasenta matur dan
sisanya akan atrofi dan menjadi membran korionik yang memmbatasi janin
dengan uterus.Implementasi plasenta sempurna normalnya pada hari ke-11,
setelah fertilisasi. Begitu tertanam, endometrium disebut desidua. Desidua
menjadi beberapa kali lebih tebal dibandingkandengan endometrium tidak hamil
akibat peningkatan kadar hormon kehamilan dan desidua menghidupi ovum
yang telah dibuhai selama kehamilan (Sulistyawati, 2010).
B. Periode Embrionik
Begitu blastosit tertanam dalam disidua,maka ini disebut sebagai embrioni.
Tahapan embrio dimulai dari perkembangan masasel sejak implementasi sampai
minggu ke-8 kehamilan. Embrio berkembang dengan sangat cepat. Tahap
pertama perkembangan embrio adalah pembentukan dua buah rongga tertutup
yang saling berdekatan satu sama lain yaitu rongga amnion dan yolk sac. Bagian
embrioyang terbentuk di antara kedua rongga ini disebut lempeng embrionik.
Ada tiga lapisan sel yang berkembang pada lempeng embrionik.
1) Lapisan yang terdekat dengan rongga amnion,disebut ektoderm,akan
berkembang mmenjadi kulit dan sistem syaraf pusat embrio.
2) Lapisan tengah disebut mesoderm akan berkembang menjadi tulang
otot,jantung dan pembuluh darah serta beberapa organ dalam seperti ginjal
dan organ reproduksi.
3) Lapisan dalam yang terdekat dengan yolk sac adalah endoderm. Endoderm
akan berkembang menjadi organ-organ pencernaan,kelenjar dan membran
mukosa (Sulistyawati, 2010).
3. Diagnosis Tanda gejala kehamilan
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan yang mudah
dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan
kehamilan. Tetapi sayangnya proses farmakologis atau patofisiologis kadang
memicu perubahan endokrin atau anatomis yang menyerupai kehamilan
sehingga dapat membingungkan.Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan
anatomis yang menyertai kehamilan menimbulkan gejala dan tanda
yangmemberikan bukti adanya kehamilan. Untuk menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala
kehamilan (Marjati,2011).
a. Tanda dugaan hamil
1) Amenorea (berhentinya menstruasi)
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
3) Ngidam (menginginkan makan tertentu)
4) Syncope (pingsan)
5) Kelelahan
6) Payudara tegang
7) Sering miksi
8) Kontipasi atau obstipasi
9) Pigmentasi Kulit
Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini:
a) Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi,
hidung, pipi, dan leher).
b) Sekitar leher tampak lebih hitam.
c) Dinding perut: strie lividae/gravidarum (terdapat pada seorang
primigravida, warnanya membiru), strie nigra, linea alba menjadi
lebih hitam (linea grisae/nigra).
d) Sekitar payudara: hiperpigmentasi aerola mamae sehingga terbentuk
areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada
yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita
kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar
montgometri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar
payudara.
e) Sekitar pantat dan paha atas: terdapat strie akibat pembesaran bagian
tersebut.
b. Tanda kemungkinan hamil (Problem sign)
1) Perubahan abdomen, yaitu perubahan ukuran uterus menyebabkan
pertambahan lingkar abdomen secara bertahap.
2) Perubahan uterus. Dimana dalam 12 minggu pertama uterus berbentuk
menjadi bulat kuat, membesar, lunak dan berbentuk seperti rongga.
3) Tanda hegar menggambarkan perlunakan ekstrem segmen bawah uterus
sampai kedaerah yang dapat dikompresi hampir setipis kertas
4) Ballotement. Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapt dirasakan oleh tangan
pemeriksa.
5) Perubahan serviks. Pada usia sekitar 8 minggu gestasi, serviks mulai
melunak dan lubang eksternal serviks memperlihatkan konsistensi atau
derajat pelunakan, seperti lobus telinga atau bibir (dikenal dengan istilah
tanda Goodell). Sebagai perbandingan konsistensi serviks pada wanita
yang tidak hamil terasa sama dengan ujung hidung.
6) Kontraksi Braxton Hicks. Apabila uterus di rangsang atau distimulasi
dengan rabaan akan mudah berkontraksi (Sulistyawati, 2012).
Peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya aktomiosin di dalam
otot uterus.
c. Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin,
yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa
1) Terdengarnya bunyi jantung janin , tanda ini baru timbul setelah
kehamilan lanjut diatas empat bulan. Jika dengan ultrasound bunyi
jantung janin dapat didengar pada kehamilan 12 minggu
2) Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak saat melakukan
pemeriksaan.
3) Melihat rangka janin pada sinar Ro atau dengan menggunakan
ultrasonografi.
4. Fisiologi Kehamilan
Menurut Manuaba (2011) proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan yang terdiri atas:
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20-35
tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses kematangan dan
terjadi ovulasi.
b. Spermatozoa
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang
mengandung 40–60 juta spermatozoa setiap cc, dan hanya beberapa ratus
yang dapat mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat
genitalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk
mengadakan konsepsi.
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai
berikut:
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata
yang mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma
yang disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida.
Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida.
Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas,
dindingnya penuh jonjot sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai
waktu hidup terlama dalam ampula tuba.
4) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
d. Proses nidasi atau implantasi
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot yang
dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan
seterusnya. Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan
menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam
ovum dan disebut stadium morula. Pembelahan berjalan terus dan di dalam
morula terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang disebut blastula.
Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili
korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi.
Sel trofoblas yang meliputi “primer vili korealis” melakukan destruksi
enzimatik-proteolitik, sehingga dapat menanamkan diri dalam endometrium.
Proses penanaman blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada
hari ke-6 sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke dalam
endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda Hartman.
e. Pembentukan Plasenta/Plasentasi
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau
belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata,
sehingga blastula dengan inner cell massakan tertanam dalam endometrium.
Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan
plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi (implantasi)
mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan
ruangan eksoselom membentuk “entoderm” dan yolk sac(kantong kuning
telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat
embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion
dan kantong yolk sac. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion
sehingga jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat dan
berkembang menjadi tali pusat.Awalnya yolk sacberfungsi sebagai
pembentuk darah bersama dengan hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada
minggukedua sampai ketiga, terbentuk bakal jantung denganpembuluh
darahnya yang menuju body stalk(bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat
dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan menggunakan ultrasonografi
atau sistem Doppler.
Selama sisa kehamilan,fisologi organ menjadi matur dan janin terus
memproduksi lemak dan otot. Sistem saraf terus bermielinisasi hingga cukup
bulan.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN POST DATE

A. Definisi
Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan dari
perhitungan usia kehamilan,seperti rumus Naegele atau dengan tinggi fundus
uteri serial (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi III.2008)
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut Naegele dengan siklus rata – rata 28 hari (Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo.2008)
B. Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori yang diajukan pada
umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post term sebagai akibat
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain
sebagai berikut (Sarwono,2008) :
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya merupakan
kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin. Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan karena
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
memberi kesan bahwa oksitosin ecara fisiologis memegang peran penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut.
3. Teori Kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruh pada
meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendah merupakan
tidak timbulnya HIS.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi tekanan
pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian
bawah maasih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm.
5. Heriditer
Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak permpuannya akan mengalami
kehamilan pos term
6. Kurangnya air ketuban

7. Insufisiensi plasenta

C. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian
mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan
dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2
menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan
janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi
darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin
lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar
sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan
metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin (Saifudin, 2005).
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara obyektif
dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
di kulit.
c. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat (Rustam, 2005) .
F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas
plasenta.
2. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes tekanan
oksitosin
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 % (Rustam,
2005)
G. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan atau
persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulit
bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang cukup.
Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan induksi
sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin, yang memerlukan
pertolongan segera. Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan
dengan metode (Saifudin, 2005) :
1. Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit dalam 500 cc
glukosa 5 %, banyak dipergunakan
- Teknik induksi dengan infuse glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan
8 tts/mnt, dengan maksimal 40 tts/mnt. Kenaikan tetesan setiap 15 menit
sebanyak 4-8 tts sampai kontraksi optimal tercapai.
- Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan
tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi
kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu 24-48 jam.
2. Amniotomi
- Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat
persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4-6 jam dengan
harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung.
- Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi
persalinan dengan infuse glukosa yang mengandung 5 IU oksitosin.
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
- Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirnagsang oleh
prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infuse
intravena (Nalator) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria)
- Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi
persalinan.
- Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa DJJ.
- Kaji ulang indikasi
- Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg ditempatkan
pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi 6 jam kemudian (jika
his tidak timbul)
- Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse oksitosin, jika
Ketuban pecah, pematangan serviks telah tercapai, proses persalinan
telah berlangsung, pemakaian prostaglandin telah 24 jam.
4. Pemberian misoprostol
a. Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pad kasus-
kasus tertentu misalnya,
- Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang sedangkan
seksio sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu premature
untuk bisa hidup.
- Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum inpartu dan
terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan darah.
b. Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan
jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam.
c. Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25 mcg, naikkan dosis
sampai 50 mcg tiap 6 jam
d. Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4
dosis/200 mcg.
e. Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian rupture uteri.
Oleh karena itu, hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan yang lengkap
(ada fasilitas operasi)
f. Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian misoprostol.
5. Kateter Foley
- Kateter foley merupakan alternative lain disamping pemberian
prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan
- Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat perdarhan, ketuban pecah,
pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi vaginal.
- Kaji ulang indikasi
- Pasang speculum DTT di vagina
- Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan menggunakan
forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri
internum
- Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
- Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai
12 jam.
- Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian
lanjutkan dengan infuse oksitosin.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa kematangan servik, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
e. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, terjadi
hipertensi, preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di rumah sakit.

f. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada insufisiensi


plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap,
persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin, atau pada primigravida tua,
kematian janin dalam kandungan, pereklamsi, hipertensi menahun, anak
berharga (infertilitas dan kesalahan letak janin.

g. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar, dan kemungkinan
disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu
janin postmatur lebih peka terhadap sedative dan narkosa, jadi pakailah anestesi
konduksi. Jangan lupa, perawatan neonatus postmaturitas perlu dibawah
pengawasan dokter anak.
H. Komplikasi
a. Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar dan moulding (moulage) kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka
morbiditas dan mortalitas.
b. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar
dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya
pada janin. Pengaruh post maturitas pad janin bervariasi: berat badan janin
dapat bertambah besar, tetap, dan yang berkurang, sesudah kehamilan 42
minggu . ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan
(Saifudin, 2005)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tanggal : tanggal dilakukan pengkajian
Jam : waktu dilakukan pengkajian
Tempat : tempat dilakukan pengkajian
No. Register : nomor urut yang ada di tempat pengkajian.
1. Data Subyektif
a. Biodata
- Nama perlu dikaji sehubungan dengan membedakan pasien atau
supaya tidak terjadi kesalahan pasien.
- Umur perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam usia
resiko tinggi untuk hamil.
- Agama perlu dikaji untuk mempermudah dalam melakukan
pendekatan di dalam asuhan kebidanan.
- Pendidikan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat penangkapan ibu
terhadap pertanyaan yang diajukan, dan kie yang diberikan oleh
petugas.
- Pekerjaan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat aktifitas ibu dan
social ekonominya.
- Penghasilan untuk mengetahui tingkat social ekonomi yang dapat
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi.
- Alamat untuk mempermudah jika melakukan kunjungan rumah.
- Biodata suami untuk mengetahui tingkat social ekonomi sehubungan
dengan pemberian obat atau terapi.
b. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu yang dapat
mempengaruhi jalannya persalinan, membuat intervensi.
c. Riwayat haid
Untuk mengetahui HPHT dan TP, meliputi umur menarche, siklus,
jumlah darah serta adakah gangguan waktu haid, misalnya: dismenorhe,
siklus yang tidak teratur.
d. Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui riwayat pernikahan
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu perlu dikaji untuk
mengetahui kehamilan yang keberapa dan bagaimana dengan persalinan
yang lalu, ditolong siapa, jenis persalinannya, tempat persalinan,
bagaimana keadaan setelah persalin, bagaimana keadaan bayi dan KB
apa yang digunakan setelah persalinan yang lalu.
f. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ANC selama hamil ini dan apa saja yang
diperoleh dari ANC.
g. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kroinis atau penyakit menular
misalnya DM, hipertensi yang dapat berpengaruh pada kehamilannya.
h. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang sedang diderita saat ini.
i. Riwayat psikososial dan budaya
Untuk mengetahui keadaan kondisi klien dalam keluarga dan lingkungan
keluarga, mengetahui tradisi yang dianut klien yang berpengaruh pada
kehailan, persalinan, nifas, dan pertumbuhan dan perkembangan
janinnya.
j. Riwayat spiritual
Untuk mengetahui kepecayaan dan agama yang dianut klien agar lebih
mudah melakukan pendekatan pada klien.
k. Pola kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah terpenuhi apa belum ada
pantangan apa tidak.
- Pola eliminasi
Untuk mengetahui ibu berapa kali BAB dan BAK
- Pola istirahat
Untuk mengetahui waktu istirahat ibu dalam 24 jam
- Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan apa saja, aktivitasnya berpengaruh atau
tidak terhadap kehamilannya
- Pola kebersihan (personal Hygiene)
Mengetahui tingkat kebersihan klien dengan dikaji berapa kali
mandi, ganti baju dan ganti celana dalam berapa kali sehari.
- Pola hubungan seksual
Untuk mengetahui hubungan seksual yang dilakukan saat hamil
dapat berpengaruh apa tidak pada kehamilannya.
- Kebiasaan lain
Untuk mengetahui kebiasaan lain yang ddilakukan oleh ibu yang
dapat membahayakan kehamilannya seperti merokok, minum
alcohol dan jamu-jamuan.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
K/U : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Kenaikan systole batasnya 15 mmHg
Kenaikan diastole batasnya 30 mmHg
Nadi : Normal 70-90 mmHg
Pernafasan : Normal 16-24 x/menit
Suhu Tubuh : Normal 36 oC-37 oC
- BB : Pertambahan BB lebih dari ½ kg perminggu diwaspadai
kemungkinan PE, hingga akhir kehamilan pertambahan BB normal
9-10 kg.
- TB : Kurang dari 145 waspadai CP
3. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Rambut : warna, bersih/tidak, rontok/tidak
Kepala : lurus/ikal/keriting tampak ada luka/tidak, tampak ada
benjolan/tidak
Muka : pucat/tidak, bengkak/tidak, adakah cloasma gravidarum,
ekspresi wajah
Mata : simetris/tidak, konjungtiva ka/ki pucat/tidak, sclera
Hidung : ka/ki kuning/tidak adakah pernafasan cuping hidung, adakah
pengeluaran scret/tidak, adakah pembesaran polip
Mulut : bibir pucat/tidak, kering/lembab, stomatitis/tidak, caries/tidak
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, adakah retraksi dinding
dada, payudara simetris/tidak, bersih/kotor, tegang/lembek
Payudara : kolostrum keluar/tidak, ada nyeri tekan/tidak
Abdomen : abnormal/tidak, sesuai usia kehamilan
Leopold I : menentukan TFU

Auskultasi DJJ : berapa kali per menit, menentukan


kesejahteraan janin

4. Pemeriksaan penunjang
USG : untuk mengetahui kondisi janin
5. Pemeriksaan khusus
VT :untuk mengetahui kemajuan persalinan.

1. Nyeri akut b.d. Agen cedera fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).

2. Risiko infeksi dengan faktor risiko pertahanan tubuh primer tidak adekuat
(integritas kulit di perinium tidak utuh)

3. Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan

4. Kurang pengetahuan : perawatan post partum b.d kurang terpapar informasi.


Diagnosa Keprawatan/Masalah Rencana Keprawatan
kolaborasi Tujuan dan kriteria Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen NOC : NIC :
injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), -Pain level - Lakukan pengkajian nyeri secara
kerusakan jaringan . -Pain control komprehensif termasuk lokasi,
DS: -comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
- Laporan secara verbal DO: Setelah dilakukan tinfakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
- Posisi untuk menahan nyeri selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, - Bantu pasien dan keluarga untuk
- Tingkah laku berhati-hati dengan kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
- Gangguan tidur (mata sayu, 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu - Kontrol lingkungan yang dapat
tampak capek, sulit atau gerakan penyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
kacau, menyeringai) menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Terfokus pada diri sendiri nonfarmakologi untuk - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Fokus menyempit (penurunan mengurangi nyeri, mencari menentukan intervensi
persepsi waktu, kerusakan proses bantuan) - Ajarkan tentang teknik non
berpikir, penurunan interaksi 2. Melaporkan bahwa nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
dengan orang dan lingkungan) berkurang dengan menggunakan distraksi, kompres hangat/ dingin
- Tingkah laku distraksi, contoh : manajemen nyeri - Berikan analgetik untuk mengurangi
jalan-jalan, menemui orang lain 3. Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri: ……...
dan/atau aktivitas, aktivitas intensitas, frekuensi dan tanda - Berikan informasi tentang nyeri
berulang-ulang) nyeri) seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
- Respon autonom (seperti 4. Menyatakan rasa nyaman setelah akan berkurang dan antisipasi
diaphoresis, perubahan tekanan nyeri berkurang ketidaknyamanan dari prosedur
darah, perubahan nafas, nadi dan
5. Tanda vital dalam rentang normal Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dilatasi pupil)
6. Tidak mengalami gangguan tidur pemberian analgesik pertama kali
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
iagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


Faktor-faktor risiko : - Immune Status - Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif - Knowledge : Infection control - Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan - Risk control - Cuci tangan setiap sebelum dan
peningkatan paparan lingkungan sesudah tindakan keperawatan
- Malnutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Gunakan baju, sarung tangan
- Peningkatan paparan lingkungan selama…… pasien tidak mengalami sebagai alat pelindung
patogen infeksi dengan kriteria hasil: - Ganti letak IV perifer dan dressing
- Imonusupresi 1. Klien bebas dari tanda dan gejala sesuai dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat pertahanan sekunder infeksi - Gunakan kateter intermiten untuk
(penurunan Hb, Leukopenia, 2. Menunjukkan kemampuan untuk menurunkan infeksi kandung
penekanan respon inflamasi) mencegah timbulnya infeksi kencing
- Penyakit kronik 3. Jumlah leukosit dalam batas normal - Tingkatkan intake nutrisi
- Imunosupresi 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat - Berikan terapi
- Malnutrisi 5. Status imun, gastrointestinal, antibiotik:.................................
- Pertahan primer tidak adekuat genitourinaria dalam batas normal - Monitor tanda dan gejala infeksi
(kerusakan kulit, trauma jaringan, sistemik dan lokal
gangguan peristaltik) - Pertahankan teknik isolasi k/p
- Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Monitor adanya luka
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
- Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
perubahan status kesehatan, ancaman - Koping - Gunakan pendekatan yang
kematian, perubahan konsep diri, kurang menenangkan
pengetahuan dan hospitalisasi Setelah dilakukan asuhan selama - Nyatakan dengan jelas harapan
DO/DS: ……………klien kecemasan teratasi dgn terhadap pelaku pasien
- Insomnia kriteria hasil: - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
- Kontak mata kurang 1. Klien mampu mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
- Kurang istirahat mengungkapkan gejala cemas - Temani pasien untuk memberikan
- Berfokus pada diri sendiri 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
- Iritabilitas menunjukkan tehnik untuk mengontol - Berikan informasi faktual mengenai
- Takut cemas diagnosis, tindakan prognosis
- Nyeri perut 3. Vital sign dalam batas normal - Libatkan keluarga untuk mendampingi
- Penurunan TD dan denyut nadi 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa klien
- Diare, mual, kelelahan tubuh dan tingkat aktivitas - Instruksikan pada pasien untuk
- Gangguan tidur menunjukkan berkurangnya kecemasan menggunakan tehnik relaksasi
- Gemetar - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Anoreksia, mulut kering - Identifikasi tingkat kecemasan
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR - Bantu pasien mengenal situasi yang
- Kesulitan bernafas menimbulkan kecemasan
- Bingung - Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Bloking dalam pembicaraan perasaan, ketakutan, persepsi
- Sulit berkonsentrasi - Kelola pemberian obat anti
cemas:........
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan : keterbatasan - Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
kognitif, interpretasi terhadap informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga
yang salah, kurangnya keinginan untuk selama …. pasien menunjukkan - Jelaskan patofisiologi dari penyakit
mencari informasi, tidak mengetahui pengetahuan tentang proses penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
sumber-sumber informasi. dengan kriteria hasil: dengan anatomi dan fisiologi, dengan
DS: Menyatakan secara verbal adanya 1. Pasien dan keluarga menyatakan cara yang tepat.
masalah pemahaman tentang penyakit, kondisi, - Gambarkan tanda dan gejala yang
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, prognosis dan program pengobatan biasa muncul pada penyakit, dengan
perilaku tidak sesuai mampu melaksanakan prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara benar - Gambarkan proses penyakit, dengan
2. Pasien dan keluarga mampu cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang - Identifikasi kemungkinan penyebab,
dijelaskan perawat/tim kesehatan dengan cara yang tepat
lainnya - Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
- Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengancarayangtepatatau
diindikasikan
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta
: EGC.
Kusmiyati, Yuni, 2010, Penuntun Praktikum Asuhann Kehamilan, Fitramaya : Yogyakarta
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, Ayu .2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.Jakarta:EGC.
Marmi.2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prawirohajo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT bina pustaka.
Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta :
Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta: EGC.
Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: Andi ofset.
Sulistyawati, Ari. 2012. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai