Di Susus Oleh:
Sovia Fitria Tunizan (202003018)
Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik kinik Keperawatan Medikal Bedah.
2. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obat-obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, seperti : perhiasan,
logam dan jam tangan.
2) Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/aktifitas jasmani yang berat.
6) Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
3. PATOFISIOLOGI
Penyebab asma yang umum adalah hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig.E abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang melekat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan bronkeolus dan bronchus kecil.
Saat Ig.E abnormal meningkat, alergen bereaksi dengan antibody yang sudah terlekat
pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin zat anafilaksis yang bereaksi lambat. Reaksi yang sama terjadi jika
seseorang melakukan olahraga atau berada dalam cuaca dingin, stres, dan kecemasan juga
memicu dilepasnya histamin dan leukotrien. Histamin akan cepat sekali (dalam hanya
beberapa menit saja) merangsang reseptor H1 pada tunica muscularis dan reseptor H2
pada mukosa bronkus, sehingga segera timbul bronkokontriksi serta hipervaskularisasi
mukosa. Hipervaskularisasi ini selanjutnya menyebabkan edema mukosa dan hipersekresi
dahak yang lengket dan kental di dalam lumen bronkus (Danusantoso, 2012). Selsel
goblet menyekresi mukus yang sangat legket dan sulit dibatukkan keluarsehingga pasien
semakin batuk (Kolawak, Jennifer P., dkk, 2011). Keadaan hipersekresi mukosa saluran
pernafasan yang meghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama
udara akan mudah menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan
mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang menjebak di bagian distal
saluran pernafasan, maka individu akan berusaha keras untuk mengeluarkan udara
tersebut. Bila mukus yag terlalu banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan
pernapasan menjadi lebih sulit. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan
ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma dapat
diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan (Padilla,
2013).Bronkokontriksi yang diakibatkan pelepasan histamin menyebabkan penyempitan
bronkus sehingga tahanan saluran nafas naik akibatnya terjadi obstruksi berat pada saat
ekspirasi membuat karbon dioksida meningkat dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
dispnea dan hipoksia. Pada klien yang mengalami hipoksia penggunaan otot bantu nafas
yang lama menyebabkan kelelahan, selain itu hipoksia menyebabkan metabolisme
anaerob sehingga terjadi penurunan ATP. Klien yang mengalami dipsnea penggunaan
otot bantu nafas maksimal kontraksi otot abdomen meningkat sehingga menyebabkan
nyeri abdomen yang mengakibatkan menurunnya nafsu makan. Dalam keadaan hipoksia
juga mengakibatkan penurunan motilitas pada gester sehingga memperlambat
pengosongan lambung yang menyebabkan penurunan nafsu makan (Wahid, 2013).
4. PATHWAY Latihan fisik
Alergen Ekstrinsik Alergen Intrinsik
Polen (tepung sari) - Iritan Peningkatan
Bulu binatang - Stress emosi metabolisme
Debu rumah/kapang - Kelelahan
Bantal kapuk/bulu - Perubahan endokrin
Zat adiktif pangan mengandung sulfit - Perubahan suhu Peningkatan
Zat lain yang menimbulkan sensitisasi - Perubahan kelmbaban kebutuhan
- Faktor genentik
Pajanan asap berbahaya oksigen
Inflamasi
membran mukosa
Merangsang batuk
Penyempitan lumen/ GANGGUAN RASA NYAMAN
obstruksi lumen
KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN Dispnea POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
NAPAS
Kontriksi otot polos Tekanan gas
ASMA pneumothoraks
bronkus intrapleural dan
alveolar semakin
Inspirasi berjalan
meningkat
Stimulasi lancar Penurunan ventilasi
parasimpatis
Tahanan intratorakal Penurunan perfusi
GANGGUAN VENTILASI SPONTAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan asma dimulai dari anamnesis, riwayat penyakit,
pengkajian psiko-sosial-kultural, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan
pemeriksaan radiologi.
a. Anamnesis
Data yang dikumpulkan saat pengkajian meliputi nama, umur, dan
jenis kelamin. Hal ini perlu dilakukan pada pasien asma karena sangat
berkaitan. Status atopik sangat mungkin terjadi pada serangan asma di usia
dini karena dapat memberikan implikasi, sedangkan faktor non-atopik
menyerang pada usia dewasa. Lingkungan klien akan tergambarkan
berdasarkan kondisi tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan klien
berada. Melalui tempat tinggal tersebut, maka dapat diketahui faktor-faktor
yang memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Selain itu status
perkawinan dan gangguan emosional yang dapat muncul di keluarga atau
lingkungan juga merupakan faktor pencetus serangan asma. Perkerjaan serta
suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan
alergen. Hal lain yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis
medis. Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada,
dan adanya keluhan sulit untuk bernapas.
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti
dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu napas,
kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini
terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini
terjadi edema dan pembengkakan bronkhus. Stadium kedua ditandai dengan
batuk disertai mukus yang jernh dan berbusa. Klien merasa sesak napas,
berusaha untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi
(wheezing). Pada stadium ini posisi yang nyaman dan disukai klien adalah
duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat,
tampak gelisah serta warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga ditandai
dengan suara napas hampir tidak terdengar ini dikarenakan aliran udara kecil,
batuk (-), pernapasan tidak teratur dan dangkal, asfiksia yang mengakibatkan
irama pernapasan meningkat. Obat-obatan yang biasa dimiut harus dikaji oleh
perawat serta memeriksa kembali apakah obat masih relevan untuk digunakan
kembali.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya
infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip
hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen
dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan
untuk meringankan gejala asma.
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit asma memiliki hipersensitivitas yang lebih ditentukan oleh
faktor genetik dan lingkungan, sehingga perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma dan alergi pada anggota keluarga.
e. Pola kesehatan fungsional
11 Pola fungsional menurut Gordon :
1. Pola persepsi - menajemen kesehatan
Persepsi yang berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan umum dan
praktik pencegahan. Gaya hidup sangat berperan mengakibatkan serangan
asma, sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai
keadaan untuk menghindari terserang asma. Selain itu gejala asma dapat
membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal.
2. Pola nutrisi metabolic
Pola makan dan minum klien sehari-hari atau dalam jangka seminggu, berat
badan, hilang atau bertambahnya berat badan.
3. Pola eliminasi
Penderita asma jarang terjadi gangguan eliminasi baik buang air besar dan
kecil
4. Pola aktivitas latihan
Penderita asma kemungkinan akan terjadi penurunan aktivitas dan
latihannya sebagai dampak kelemahan fisik.
5. Pola istirahat tidur
Data yang sering muncul adalah mengalami kesulitan tidur karena sesak
napas.
6. Pola kognitif – perseptual
Persepsi sensorik, kemampuan berbahasa, ingatan, dan pembuatan
keputusan. Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi
konsep diri klien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stressor yang dialami
klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang pun akn
semakin tinggi
7. Pola persepsi diri – konsep diri
Terhambatnya respons kooperatif pasien juga dapat dipengaruhi oleh
persepsinya. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor
dalam kehidupan klien. Kemungkinan terserang asma pun akan semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya stress dalam kehidupan.
8. Pola peran – berhubungan
Gejala asma dapat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya secara
normal sehingga klien harus menyesuaikan kondisinya dengan hubungan
dan peran klien.
9. Pola seksual – reproduksi
Masalah atau masalah potensial dengan seksualitas atau reproduksi.
10. Pola koping – toleransi terhadap stress
Salah satu faktor intrinsik serangan asma ialah stres dan keteganggangan
emosional, sehingga pengkajian terhadap stres sangat diperlukan meliputi
penyebab, frekuensi dan pengaruh stress terhadap kehidupan klien serta
cara klien mengatasinya.
11. Pola nilai – kepercayaan
Klien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipecaya dapat meningkatkan
kekuatan jiwa klien. Mendekatkan diri dan keyakinan kepada-Nya
merupakan metode stres yang konstruktif.
(Potter & Perry, 2010)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: hal yan perlu dikaji perawat mengenai tentang kesadaran
klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk
dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.
1. B1 (Breathing)
Inpeksi: pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, serta penggunaan otot bantu napas. Inpeksi dada terutama melihat
postur bentuk dan kesimetrisan, peningkatan diameter anteroposterior, retraksi
otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan dan frekuensi.
Palpasi: biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal
Perkusi: pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
c. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas b.d hipersekresi jalan napas
d. Ansietas b.d krisissituasional
e. Gangguan Rasa Nyaman b.d gejala penyakit
f. Defisiensi Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
g. Gangguan Ventilasi Spontan b.d gangguan metabolisme
Intervensi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor status respirasi dan oksigenasi
3. Auskultasi bunyi napas
4. Berikan posisi semi fowler atau fowler
5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
6. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
7. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
8. Ajarkan teknik batuk efektif
9. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN :
IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
B. STATUS KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sering sesak sehabis beraktifitas apalagi saat cuaca dingin.
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluarga klien mengatakan klien menderita sesak sudah sejak lama sekitar 5
tahun yang lalu tetapi tidak terlalu sering, tetapi dalam 1 minggu terakhir asma nya
lebih sering kambuh sudah dibawa ke fasilitas kesehatan tetapi belum ada perubahan
sehingga saat kambuh membuat klien cemas dan gelisah.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Keluarga klien mengatakan klien menderita asma sejak 5 tahun yang lalu.
pernah dirawat karena asma sekitar 4 hari.
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga klien mengatakan kakeknya (ayah dari px) dahulu pernah menderita asma.
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung/tak mampu
2. B2 (BLOOD)
Inspeksi : ictus cordis terlihat, pulsasi kuat, akral hangat
Palpasi : tidak ada getaran , CRT < 2 dtk
Nadi : 110x/mnt TD: 140/90 mmHg Suhu : 36.5°C
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 S2 tunggal
Irama jantung teratur
3. B3 (BRAIN)
Inspeksi : GCS: Eye 4 Verbal 5 Motorik 6, kesadaran Composmentis, pupil isokor,
mata simetris, konjungtiva normal, sclera berwarna putih, reflek pupil kanan dan kiri
terhadap cahaya ada, terdapat kelainan mata yaitu katarak lensa mata kanan dan kiri
tampak keruh, telinga simetris,
4. B4 (BLADDER)
Inspeksi : tidak terpasang kateter urine, BAK lebih sedikit dari biasanya
Palpasi : tidak ada distensi blader, tidak ada nyeri tekan
5. B5 (BOWEL)
Inspeksi : mulut bersih, mukosa bibir lembab,tidak ada distensi abdomen, tidak ada
pembesaran hepar
Auskultasi : bising usus terdengar
Palpasi : tidak adanyeri tekan
Perkusi : tympani
6. B6 (BONE)
Inspeksi : warna kulit normal, tidak ada odema, tidak ada deformitas, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit lembab
Tidur malam mulai pukul 22.00 sampai 04.00 dan sering terbangun, siang sekitar 1
jam.
Beraktiftas ringan
Kemampuan Pergerakan Terbatas pada lengan atas kiri
Kekuatan Otot
kanan 5 4 kiri
5 5
- TTV hipoksia
TD: 140/90 mmHg
Pola Napas
Nadi : 110x/mnt Tidak Efektif
RR : 34x/mnt
Suhu : 36.5°C
DAFTAR DIAGNOSIS
Nama Pasien: Ny. T No. Reg:
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TTD
1. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan ditandai dengan
sering sesak sehabis beraktifitas apalagi saat cuaca dingin, terlihat otot
bantu pernafasan, terdapat pernafasan cuping hidung nafas terlihat cepat
dan dangkal wheezing di akhir ekspirasi TD: 140/90 mmHg Nadi :
110x/mnt RR : 34x/mnt Suhu : 36.5°C
2. Ansietas b.d krisis situasional d.d takut penyakitnya tidak sembuh-
sembuh, terlihat cemas dan gelisah TD: 140/90 mmHg Nadi : 110x/mnt
RR : 34x/mnt Suhu : 36.5°C
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: Ny. T No. Reg:
NO TUJUAN & INTERVENSI
Dx KRITERIA HASIL
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN