PREMATURITAS
a. Rahim
Rahim adalah organ reproduksi wanita yang paling utama dengan salah satu
ujungnya adalah tabung falopian (tuba fallopi) dan ujung yang lainnya adalah
leher rahim (serviks). Rahim berfungsi menerima pembuahan ovum yang
tertanam kedalam endometrium danmendapatkan makanan dari pembuluh darah.
Ovum yang dibuahi tersebut akan berkembang menajdi embrio dan selanjutnya
menjadi fetus dan terus berkembang hingga kelahiran setelah berusia sembilan
bulan.
b. Indung telur (Ovarium)
Organ reproduksi ini berupa kelenjar kelamin yang dimiliki oleh wanita dan
berjumlah dua buah. Fungsi ovarium adalah memproduksi sel telur dan
mengeluarkan hormon peptide dan steroid seperti progesteron dan estrogen.
Kedua hormon tersebut akan mempersiapkan dinding rahim untuk implantasi
telur yang telah dibuahi sel sperma.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi adalah dua buah saluran halus yang menghubungkan ovarium dengan
rahim.
d. Leher rahim (serviks)
Leher rahim (serviks) adalah bagian dari anatomi organ reproduksi wanita yang
terletak di bawah rahim. Fungsi leher rahim (serviks) adalah membantu
perjalanan sperma dari vagina menuju rahim.
e. Vagina
Vagina adalah organ reproduksi wanita yang paling luar, berbentuk tabung dan
menjadi penghubung rahim ke bagian luar tubuh.
2 Fisiologi
a. Kehamilan
Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati yang menandai awal
periode antepartum (Helen Varney, 2007).
b. Proses Kehamilan
1 Fertilasi
Bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya didaerah ampulla
tuba. Sebelum keduanya bertemu maka akan terjadi 3 fase yaitu:
Tahap penembusan korona radiata. Dari 200-500 juta hanya 300-500 yang
sampai di tuba fallopi yang bisa menembus korona radiata karena sudah
mengalami proses kapasitasi.
Penembusan zona pellusida, spermatozoa lain ternyata bisa menempel di
zona pelusida tetapi hanya satu terlihat mampu menembus oosit.
Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma. Setelah menyatu maka
akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44 autosom dan
2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX untuk wanita dan XY
untuk laki-laki).
2 Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8 sel
sampai dengan 16 sel yang disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan me mbelah
membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pellusida setelah itu masuk kedalam ruang antar sel yang ada
dimassa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya
terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4-5 hari).
Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas. Zona
pellusida akhirnya menghilang sehingga trofiblast bisa masuk endometrium
dan siap berimplantasi 5-6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat lanjut.
3 Nidasi/Implantasi
Penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista) kedalam
dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars superior
korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput lendir
rahim sedang berada pada fase sekretorik (2-3 hari setelah ovulasi). Pada saat
ini kelenjar rahim dan pembuluh darah nadi menjadi berkelok-kelok. Jaringan
ini mengandung banyak cairan (Marjati dkk, 2010).
3) Minggu ke 8 / Bulan ke 2
Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka dan
bagian utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di bawah
kulit yang tipis.
4) Minggu ke 12 / Bulan ke 3
Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang kemaluan).
Embrio menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG. Mulai ada
gerakan. Sudah ada pusat tulang, kuku dan ginjal mulai memproduksi urin.
5) Minggu ke 16 / Bulan ke 4
Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim setengah atas
simpisis pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang. Sistem saraf mulai
melakukan kontrol. Pembuh darah berkembang cepat. Tangan janin dapat
menggenggam. Kaki menendang aktif. Pankreas memproduksi insulin.
Kelamin luar sudah mulai ditentukan jenisnya.
6) Minggu ke 20 / Bulan ke 5
Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim setinggi pusat.
Verniks melindungi tubuh, lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak
pada kulit. Terbentuk alis, bulu mata dan rambut. Janin membuat jadwal
teratur tidur, menelan dan menendang.
7) Minggu ke 24 / Bulan ke 6
Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di atas pusat.
Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem pernafasan.
8) Minggu ke 28 / Bulan ke 7
Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim antara
pertengahan pusat (prosessus xifodeus). Janin bisa bernafas, menelan dan
mengatur suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata mulai membuka
dan menutup. Bentuk janin dua pertiga bentuk saat lahir.
9) Minggu ke 32 / Bulan ke 8
Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua pertiga di
atas pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin mulai
menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Kulit berwarna merah dan bergerak
aktif.
2 Konsep Prematuritas
1 Definisi/deskripsi
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau tua
kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
2 Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya adalah faktor ibu dan
faktor janin. Faktor ibu yang mempengaruhi bayi premature adalah riwayat kelahiran
prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, penyakit
jantung penyakit kronik lainnya, hipertensi, diabetes, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu
pekerjaan yang melelahkan, dan merokok. Manakala faktor janin adalah cacat
bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini (Mayo, 2013).
Selain itu, persalinan prematur dapat disebabkan oleh banyak faktor (Cunningham,
et.al., 2004) :
1. Komplikasi medis dan obstetric
Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan prematur disebabkan oleh halhal yang
berkaitan dengan komplikasi medis atau obstetrik tertentu misalnya pada kasus-
kasus perdarahan antepartum atau hipertensi dalam kehamilan yang sebagian
besar memerlukan tindakan terminasi saat kehamilan preterm. Akan tetapi, 2/3
dari kejadian persalinan prematur tidak diketahui secara jelas penyebabnya karena
persalinan prematur pada kelompok ini terjadi persalinan yang spontan atau
idiopatik (Feryanto, 2011).
2. Faktor gaya hidup
Perilaku seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang kurang baik
selama kehamilan, serta penggunaan obat seperti kokain atau alkohol telah
dilaporkan memainkan peranan penting pada kejadian prematur dan hasil akhir
bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et al, 2004). Penyalahgunaan alkohol
tidak hanya dikaitkan dengan kelahiran prematur melainkan dengan peningkatan
cedera otak pada bayi yang lahir prematur. Konsumsi alkohol yang berlebihan
selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan fetus dan harapan hidup
neonatus. Wanita yang mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas per hari dapat
meningkatkan risiko persalinan prematur sementara jika mengosumsi akohol
kurang dari 4 gelas tiap miggu tidak memberikan efek meningkatkan risiko
persalinan premature (Offiah, Donoghue, dan Kenny, 2012).
2 Ibu
a. penyakit berat pada ibu
b. diabetes mellitus
c. preeklamsia/hipertensi
d. infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
e. penyakit infeksi dengan demam
f. stress psikologik
g. kelainan bentuk uterus/serviks
h. riwayat persalinan prematur/abortus berulang
i. inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1cm)
j. pemakaian obat narkotik
k. trauma perokok berat
l. kelainan imunologik/kelainan resus
4 Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan
yaitu :
1) Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2) Inflamasi/infeksi
3) Perdarahan plasenta
4) Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada
primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik maupun
psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal
(HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Aksis HPA ini
menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres
pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan
hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix
metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron
sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan
oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang disebabkan oleh
kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-
8, prostaglandin, dan COX-2.
5 Patway (diagram)
6 Komplikasi
Komplikasi dari persalinan preterm adalah penyebab tunggal langsung terbesar dari
kematian neonatal, yang bertanggungjawab pada 35% dari 3,1 juta kematian pertahun
dan penyebab kematian kedua paling sering pada kematian balita setelah pneumonia.
Dilahirkan secara prematur juga meningkatkan risiko bayi meninggal dikarenakan
penyebab lain, terutama dari infeksi neonatus. Persalinan preterm diperkirakan
menjadi faktor risiko pada setidaknya 50% dari semua kematian neonatal (Lawn et
al., 2010).
7 Prognosis
Persalinan prematurus merupakan faktor tersering yang menyebabkan mortalitas dan
morbiditas bayi. Bayi prematur dengan berat badan lahir rendah kemungkinan besar
akan mengalami kematian kurang dari 28 hari setelah kelahiran, gangguan respirasi
menjadi penyebab 74% dari kematian bayi prematur, lunaknya tulang kepala dan
immaturitas jaringan otak menyebabkan rentan terjadi kompresi kepala, perdarahan
intra cranial lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan bayi yang lahir aterm,
prognosis dari bayi preterm tidak sebagus bayi yang lahir aterm.
8 Penganan Medis
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah
morbiditas dan mortalitas neonates preterm adalah :
menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis
pematangan surfaktan paru janin kortikosteroid, dan
bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.
Tokolisis
Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan, tidak
ada yang benar-benar efektif. Namun ,pemberian tokolisis masih perlu
dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan
serviks.
Beberapa macam obat yang dapat digunakan dapat sebagai tokolisis adalah:
kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulangi 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.
obat -mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol, dapat
Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bila manausia
kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan adalah: deksametason atau
betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:
- Betametason: 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam.
- Deksametason 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam.
Antibiotika
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan KPD/PPROM
(Preterm premature rupture of the membrane) adalah:
- Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril
- Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan pemeriksaan
spekulum.
- Padapemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan amnion (ICA) tanpa
adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya IUGR mengarah pada
kemungkinan KPD.
- Penderita dengan KPD/PPROM dilakukan pengakhiran persalinan pada usia
kehamilan 36 minggu. Untuk usia 32-35 minggu jika ada bukti hasil pemeriksaan
maturitas paru, maka kemampuan rumah sakit sangat menentukan kapan sebaiknya
kehamilan diakhiri.
Akan tetapi bila ditemukan adanya bukti infeksi (klinik ataupun laboratori), maka
pengakhiran persalinan dipercepat / induksi, tanpa melihat usia kehamilan.
Persiapan persalinan preterm perlu pertimbangan berdasar :
Usia gestasi
- Usia gestasi 34 minggu atau lebih: dapat melahirkan di tingkat dasar/primer,
mengingat prognosis relative baik.
- Usia gestasi kurang dari 34 minggu: harus dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas
perawatan neonatus yang memadai.
Keadaan selaput ketuban
Bila didapat KPD/PPROM dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, maka
ibu dan keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi
konseling dengan baik.
Pemeriksaan penunjang
1 Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500
sampai 2500 gram)
2 Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin
terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk
maturitas paru janin, atau infeksi amniotic. Pemantauan elektronik :
memfalidasi aktifitas uterus/status janin.
3 Perencanaan
Diagnosa 1: Intoleransi aktivitas
1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, pengamatan energi kebugaran fisik, energi psikomotor dan
perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI).
Menunjukkan toleransi aktivitas: yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5 gangguan ekstrim, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami
gangguan:
Saturasi oksigen saat beraktivitas
Frekuensi pernafasan saat beraktivitas fisik
Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
Mendemonstrasikan pengamatan energi: yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu
ditampilkan)
Menyadari keterbatasan energi
Menyimbangkan aktivitas dan istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energi
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar rujukan)
1 Kaji adanya alergi makanan
2 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
3 Monitor adanya penurunan berat badan
4 Monitor kulit kering dan adanya perubahan pigmentasi
5 Monitor mual dan muntah
6 Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC.
https://www.academia.edu/11958456/PENATALAKSANAAN_PERSALINAN_PRETERM
https://www.scribd.com/doc/210669146/PENATALAKSANAAN-PERSALINAN-PREMATUR
(................................................................ (................................................................
.) .)