Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PREMATURITAS

1 Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem reproduksi wanita


1 Anatomi (dilengkapi gambar)

a. Rahim
Rahim adalah organ reproduksi wanita yang paling utama dengan salah satu
ujungnya adalah tabung falopian (tuba fallopi) dan ujung yang lainnya adalah
leher rahim (serviks). Rahim berfungsi menerima pembuahan ovum yang
tertanam kedalam endometrium danmendapatkan makanan dari pembuluh darah.
Ovum yang dibuahi tersebut akan berkembang menajdi embrio dan selanjutnya
menjadi fetus dan terus berkembang hingga kelahiran setelah berusia sembilan
bulan.
b. Indung telur (Ovarium)
Organ reproduksi ini berupa kelenjar kelamin yang dimiliki oleh wanita dan
berjumlah dua buah. Fungsi ovarium adalah memproduksi sel telur dan
mengeluarkan hormon peptide dan steroid seperti progesteron dan estrogen.
Kedua hormon tersebut akan mempersiapkan dinding rahim untuk implantasi
telur yang telah dibuahi sel sperma.

c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi adalah dua buah saluran halus yang menghubungkan ovarium dengan
rahim.
d. Leher rahim (serviks)
Leher rahim (serviks) adalah bagian dari anatomi organ reproduksi wanita yang
terletak di bawah rahim. Fungsi leher rahim (serviks) adalah membantu
perjalanan sperma dari vagina menuju rahim.
e. Vagina
Vagina adalah organ reproduksi wanita yang paling luar, berbentuk tabung dan
menjadi penghubung rahim ke bagian luar tubuh.

2 Fisiologi
a. Kehamilan
Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati yang menandai awal
periode antepartum (Helen Varney, 2007).
b. Proses Kehamilan
1 Fertilasi
Bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya didaerah ampulla
tuba. Sebelum keduanya bertemu maka akan terjadi 3 fase yaitu:
Tahap penembusan korona radiata. Dari 200-500 juta hanya 300-500 yang
sampai di tuba fallopi yang bisa menembus korona radiata karena sudah
mengalami proses kapasitasi.
Penembusan zona pellusida, spermatozoa lain ternyata bisa menempel di
zona pelusida tetapi hanya satu terlihat mampu menembus oosit.
Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma. Setelah menyatu maka
akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44 autosom dan
2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX untuk wanita dan XY
untuk laki-laki).

2 Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8 sel
sampai dengan 16 sel yang disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan me mbelah
membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pellusida setelah itu masuk kedalam ruang antar sel yang ada
dimassa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya
terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4-5 hari).
Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas. Zona
pellusida akhirnya menghilang sehingga trofiblast bisa masuk endometrium
dan siap berimplantasi 5-6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat lanjut.

3 Nidasi/Implantasi
Penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista) kedalam
dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars superior
korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput lendir
rahim sedang berada pada fase sekretorik (2-3 hari setelah ovulasi). Pada saat
ini kelenjar rahim dan pembuluh darah nadi menjadi berkelok-kelok. Jaringan
ini mengandung banyak cairan (Marjati dkk, 2010).

c. Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin dalam Kandungan


1) Bulan ke 0
Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan menempel pada
hari ke 11.
2) Minggu ke 4 / Bulan ke 1
Bagian tubuh embrio yang pertama muncul akan menjadi tulang belakang,
otak dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan pencernaan juga
sudah terbentuk.

3) Minggu ke 8 / Bulan ke 2
Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka dan
bagian utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di bawah
kulit yang tipis.

4) Minggu ke 12 / Bulan ke 3
Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang kemaluan).
Embrio menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG. Mulai ada
gerakan. Sudah ada pusat tulang, kuku dan ginjal mulai memproduksi urin.

5) Minggu ke 16 / Bulan ke 4
Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim setengah atas
simpisis pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang. Sistem saraf mulai
melakukan kontrol. Pembuh darah berkembang cepat. Tangan janin dapat
menggenggam. Kaki menendang aktif. Pankreas memproduksi insulin.
Kelamin luar sudah mulai ditentukan jenisnya.

6) Minggu ke 20 / Bulan ke 5
Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim setinggi pusat.
Verniks melindungi tubuh, lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak
pada kulit. Terbentuk alis, bulu mata dan rambut. Janin membuat jadwal
teratur tidur, menelan dan menendang.

7) Minggu ke 24 / Bulan ke 6
Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di atas pusat.
Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem pernafasan.

8) Minggu ke 28 / Bulan ke 7
Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim antara
pertengahan pusat (prosessus xifodeus). Janin bisa bernafas, menelan dan
mengatur suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata mulai membuka
dan menutup. Bentuk janin dua pertiga bentuk saat lahir.

9) Minggu ke 32 / Bulan ke 8
Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua pertiga di
atas pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin mulai
menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Kulit berwarna merah dan bergerak
aktif.

10) Minggu ke 36 / Bulan ke 9


Panjang janin 46 cm. Berat rahim 2500 gram. Tinggi rahim setinggi
prosessus xifodeus. Kulit penuh lemak dan organ sudah sempurna.

11) Minggu ke 40 / Bulan ke 10


Panjang janin 50 cm. Berat rahim 3000 gram. Tinggi rahim dua jari dibawah
prosessus xifodeus. Kepala janin masuk PAP (Pintu Atas Panggul), kuku
panjang, testis telah turun. Kulit halus hampir tidak ada lanugo.

2 Konsep Prematuritas
1 Definisi/deskripsi
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau tua
kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).

Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu


hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terdapat 3 subkategori
usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health Organization (WHO),
yaitu:
1) Extremely preterm (< 28 minggu)
2) Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3) Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).

2 Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya adalah faktor ibu dan
faktor janin. Faktor ibu yang mempengaruhi bayi premature adalah riwayat kelahiran
prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, penyakit
jantung penyakit kronik lainnya, hipertensi, diabetes, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu
pekerjaan yang melelahkan, dan merokok. Manakala faktor janin adalah cacat
bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini (Mayo, 2013).

Selain itu, persalinan prematur dapat disebabkan oleh banyak faktor (Cunningham,
et.al., 2004) :
1. Komplikasi medis dan obstetric
Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan prematur disebabkan oleh halhal yang
berkaitan dengan komplikasi medis atau obstetrik tertentu misalnya pada kasus-
kasus perdarahan antepartum atau hipertensi dalam kehamilan yang sebagian
besar memerlukan tindakan terminasi saat kehamilan preterm. Akan tetapi, 2/3
dari kejadian persalinan prematur tidak diketahui secara jelas penyebabnya karena
persalinan prematur pada kelompok ini terjadi persalinan yang spontan atau
idiopatik (Feryanto, 2011).
2. Faktor gaya hidup
Perilaku seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan yang kurang baik
selama kehamilan, serta penggunaan obat seperti kokain atau alkohol telah
dilaporkan memainkan peranan penting pada kejadian prematur dan hasil akhir
bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et al, 2004). Penyalahgunaan alkohol
tidak hanya dikaitkan dengan kelahiran prematur melainkan dengan peningkatan
cedera otak pada bayi yang lahir prematur. Konsumsi alkohol yang berlebihan
selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan fetus dan harapan hidup
neonatus. Wanita yang mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas per hari dapat
meningkatkan risiko persalinan prematur sementara jika mengosumsi akohol
kurang dari 4 gelas tiap miggu tidak memberikan efek meningkatkan risiko
persalinan premature (Offiah, Donoghue, dan Kenny, 2012).

Faktor usia juga diduga berhubungan dengan kejadian persalinan prematur.


Wanita usia muda cenderung mempunyai pasangan seksual yang lebih banyak dan
infeksi pada vagina, sementara wanita usia yang lebih tua cenderung mengalami
kontaksi uterus yang irregular, seperti mioma (Chalermchockcharoenkit, 2002).
3. Faktor genetic
Kelahiran prematur juga diduga sebagai suatu proses yang terjadi secara familial
karena sifat persalinan prematur yang berulang dan prevalensinya yang berbeda-
beda antar ras (Cunningham et al, 2004).
4. Infeksi cairan amnion dan korion
Infeksi koriamnion yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme telah muncul
sebagai penyebab kasus pecah ketuban dini dan persalinan prematur. Proses
persalinan aterm diawali dengan aktivasi dari fosfolipase A2 (PLA-2) yang
melepaskan bahan asam arakidonat dari selaput amnion janin sehingga
meningkatkan penyediaan asam arakidonat benas untuk sintesis prostaglandin.
Banyak mikroorganisme yang menghasilkan fosfolipase A2 sehingga
mencetuskan persalinan prematur. Endotoksin bakteri (liposakarida) dalam cairan
amnion merangsang sel desidua untuk memproduksi sitokin dan prostaglandin
yang memicu persalinan (Cunningham, 2004).

Sedangkan Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi selama


kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan prematur yang dibagi dalam
dua faktor, yaitu:
1 Janin dan plasenta
a. perdarahan trimester awal
b. perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)
c. ketuban pecah dini (KPD)
d. pertumbuhan janin terhambat
e. cacat bawaan janin
f. kehamilan ganda/gemeli
g. polihidramnion

2 Ibu
a. penyakit berat pada ibu
b. diabetes mellitus
c. preeklamsia/hipertensi
d. infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
e. penyakit infeksi dengan demam
f. stress psikologik
g. kelainan bentuk uterus/serviks
h. riwayat persalinan prematur/abortus berulang
i. inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1cm)
j. pemakaian obat narkotik
k. trauma perokok berat
l. kelainan imunologik/kelainan resus

3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)


Dalam kebanyakan kasus, persalinan prematur dimulai tiba-tiba dan penyebabnya
tidak diketahui, tanda-tanda persalinan seperti:
- Kontraksi (perut mengencang seperti tinju) setiap 10 menit atau lebih sering.
- Perubahan cairan vagina (bocor cairan atau perdarahan dari vagina).
- Kram yang merasa seperti periode menstruasi dan Kram perut dengan atau tanpa
diare (Mathew TJ dan Macdoman, 2013)

4 Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan
yaitu :
1) Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2) Inflamasi/infeksi
3) Perdarahan plasenta
4) Peregangan yang berlebihan pada uterus

Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada
primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik maupun
psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal
(HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Aksis HPA ini
menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres
pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan
hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix
metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron
sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.

Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang


menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab potensial
terjadinya persalinan prematur. Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan mediator
inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF- ). Sitokin
akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin dan
menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk
sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi.
Sitokin juga berperan dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang
mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.

Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta


dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan kontraksi
miometrium. Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor
pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi
trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi
miometrium.

Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan
oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang disebabkan oleh
kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-
8, prostaglandin, dan COX-2.
5 Patway (diagram)
6 Komplikasi
Komplikasi dari persalinan preterm adalah penyebab tunggal langsung terbesar dari
kematian neonatal, yang bertanggungjawab pada 35% dari 3,1 juta kematian pertahun
dan penyebab kematian kedua paling sering pada kematian balita setelah pneumonia.
Dilahirkan secara prematur juga meningkatkan risiko bayi meninggal dikarenakan
penyebab lain, terutama dari infeksi neonatus. Persalinan preterm diperkirakan
menjadi faktor risiko pada setidaknya 50% dari semua kematian neonatal (Lawn et
al., 2010).

7 Prognosis
Persalinan prematurus merupakan faktor tersering yang menyebabkan mortalitas dan
morbiditas bayi. Bayi prematur dengan berat badan lahir rendah kemungkinan besar
akan mengalami kematian kurang dari 28 hari setelah kelahiran, gangguan respirasi
menjadi penyebab 74% dari kematian bayi prematur, lunaknya tulang kepala dan
immaturitas jaringan otak menyebabkan rentan terjadi kompresi kepala, perdarahan
intra cranial lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan bayi yang lahir aterm,
prognosis dari bayi preterm tidak sebagus bayi yang lahir aterm.

8 Penganan Medis
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah
morbiditas dan mortalitas neonates preterm adalah :
menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis
pematangan surfaktan paru janin kortikosteroid, dan
bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.

Tokolisis
Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan, tidak
ada yang benar-benar efektif. Namun ,pemberian tokolisis masih perlu
dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan
serviks.

Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :


- mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature
- memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan
paru janin
- memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengkap
- optimalisasi personel

Beberapa macam obat yang dapat digunakan dapat sebagai tokolisis adalah:
kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulangi 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.
obat -mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol, dapat

digunakan, terapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.


Sulfasmagnesikus dan antiprostaglandin (indometasin): jarang dipakai karena efek
samping pada ibu ataupun janin.
Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring.

Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bila manausia
kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan adalah: deksametason atau
betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:
- Betametason: 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam.
- Deksametason 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam.

Antibiotika

Antibiotika hanya diberikan bila mana kehamilan mengandung risiko terjadinya


infeksi. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah eritromisin 3 x 500 mg
selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan KPD/PPROM
(Preterm premature rupture of the membrane) adalah:
- Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril
- Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan pemeriksaan
spekulum.
- Padapemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan amnion (ICA) tanpa
adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya IUGR mengarah pada
kemungkinan KPD.
- Penderita dengan KPD/PPROM dilakukan pengakhiran persalinan pada usia
kehamilan 36 minggu. Untuk usia 32-35 minggu jika ada bukti hasil pemeriksaan
maturitas paru, maka kemampuan rumah sakit sangat menentukan kapan sebaiknya
kehamilan diakhiri.

Akan tetapi bila ditemukan adanya bukti infeksi (klinik ataupun laboratori), maka
pengakhiran persalinan dipercepat / induksi, tanpa melihat usia kehamilan.
Persiapan persalinan preterm perlu pertimbangan berdasar :
Usia gestasi
- Usia gestasi 34 minggu atau lebih: dapat melahirkan di tingkat dasar/primer,
mengingat prognosis relative baik.
- Usia gestasi kurang dari 34 minggu: harus dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas
perawatan neonatus yang memadai.
Keadaan selaput ketuban
Bila didapat KPD/PPROM dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, maka
ibu dan keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi
konseling dengan baik.

3 Rencana asuhan klien dengan Prematuritas


1 Pengkajian
Identitas
Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
Pemeriksaan fisik: Head To toe
1 Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK),
penyakit sebelumnya.
2 Integritas ego
Adanya ansietas sedang.
3. Makanan/ cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
4. Nyeri/ ketidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10
menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
5. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau
infeksi vagina.
6. Seksualitas : tulang servikal dilatasi, perdarahan mungkin terlihat,
membran mungkin ruptur (KPD), perdarahan trimester 3, riwayat aborsi,
persalinan prematur, riwayat biopsi konus, uterus mungkin distensi
berlebihan, karena hidramnion. Makrosomia atau getasi multiple.

Pemeriksaan penunjang
1 Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500
sampai 2500 gram)
2 Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin
terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk
maturitas paru janin, atau infeksi amniotic. Pemantauan elektronik :
memfalidasi aktifitas uterus/status janin.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Intoleransi Aktivitas
1 Definisi
Ketidakcukupan energi fisiologi atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
2 Batasan karakteristik
Subjektif
- Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
- Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.
Objektif
- Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap
aktivitas.
- Perubahan EKG jantung yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
3 Faktor yang berhubungan
- Tirah baring dan imobilitas
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Gaya hidup kurang baik

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


4 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
5 Batasan karakteristik
Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
Bising usus hiperaktif
Cepat kenyang setelah makan
Diare
Gangguan sensasi rasa
Ketidak mampuan memakan makanan
Kurang minat makanan
Kurang informasi
6 Faktor yang berhubungan
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Gangguan psikososial
Ketidak mampuan mencerna makanan
Kurang asupan makanan

3 Perencanaan
Diagnosa 1: Intoleransi aktivitas
1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, pengamatan energi kebugaran fisik, energi psikomotor dan
perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI).
Menunjukkan toleransi aktivitas: yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5 gangguan ekstrim, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami
gangguan:
Saturasi oksigen saat beraktivitas
Frekuensi pernafasan saat beraktivitas fisik
Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
Mendemonstrasikan pengamatan energi: yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu
ditampilkan)
Menyadari keterbatasan energi
Menyimbangkan aktivitas dan istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energi

2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar rujukan)


1 Terapi aktivitas: memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik,
kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang, frekuensi
atau durasi aktivitas individu (atau kelompok)
2 Terapi latihan fisik: Mobilitas sendi: mengggunakan gerakan tubuh katif atau pasif
untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi.
3 Terapi latihan fisik: pengendalian otot: menggunakan aktivitas atau protokol latihan
yan spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang terkontrol.
4 Bantuan perawatan diri: AKSI: membantu dan mengarahkan individu unruk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari instrumental (AKSI) yang diperlukan
untuk berfungsi dirumah atau dikomunitas.

Diagnosa 2:Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat daftar
rujukan)
Tujuan :
Status nutrisi intake makan dan minum
Berat badan dalam batas ideal
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar rujukan)
1 Kaji adanya alergi makanan
2 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
3 Monitor adanya penurunan berat badan
4 Monitor kulit kering dan adanya perubahan pigmentasi
5 Monitor mual dan muntah
6 Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal

III. Daftar Pustaka

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC

Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human

Labor and Birth). Yogyakarta : YEM


Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa

NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC.

https://www.academia.edu/11958456/PENATALAKSANAAN_PERSALINAN_PRETERM
https://www.scribd.com/doc/210669146/PENATALAKSANAAN-PERSALINAN-PREMATUR

Banjarmasin, Maret 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(................................................................ (................................................................
.) .)

Anda mungkin juga menyukai