1.2 Etiologi
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan
karbohidrat karena menunda ataumelewatkan makan, konsumsi alkohol,pening
katan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan
(Kedia, 2011).
1.4 Patofisologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative
ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penuruan
plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah baik penderita diabtes tipe I ataupun
pada penderita diaetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar
metabolism yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama
berkaitan dengan system saraf pusat, system pencernaan dan system
peredaran darah (Kedia, 2011)
1.6 Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak
akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat
menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan
sistem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara
yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.
1.7 Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung
pada keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati
dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa,
tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi
(2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan
larutan glukosa murni 20- 30gram (1 - 2 sendok
makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal,
antara lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan
darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50%
adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan
konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yangdapat dilakukan untuk hipoglikemia
berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena
dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon
dapatdiberikan oleh subkutan (SC),atau intramuskular (IM) injeksi
oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah
keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan
secara darurat.
1.8 Pathway Hipoglikemia
Glukosa meningkat
DIABETES MELITUS
Hipoglikemia
Glukagon Epinerin
Glikogenolisis
Penurunan
REflek batuk menurun Gemetar Banyak keringat
cardiac output
Tidak sadar, stupor,
kejang, koma Resiko
gangguan
Bersihan jalan Keseimbangan
napas tidak efektif cairan dan
Gangguan elektrolit
perfusi jaringan
serebral
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai
keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b. Riwayat Penyakit :
ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
Kanker
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
- Cek capillary refill
- Pemberian infus
- Auskultasi adanya suara nafas tambahan
- Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
- Cek Frekuensi Pernafasan
- Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
- Cek tekanan darah
Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang,
kaku,
Hightpitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea,
nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar,
menolak makan dan koma
Plasma glukosa < 50 gr
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas, peningkatan secret
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (NOC)
Bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan fisioterapi napas dan
penghisapan sekret
Kriteria Hasil
Hilangnya dyspnea
Bunyi napas bersih/tidak ada ronkhi
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
( ) ( )