Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

DM DENGAN KOMPLIKASI HIPOGLIKEMIA

NAMA : NUR AFNI ASWAR

NIM : PO714201171030

KELAS : 4.A

DIPLOMA IV KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

MAKASSAR

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).(Nabyl, 2009).
Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh sebab itu jika
gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena dampaknya adalah sistem
saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas,
kejang, dan koma. hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis
yang menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia.(CORWIN : 541,2000)

B. PENYEBAB HIPOGLIKEMIA
Penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Penyutikan Insulin pada pasien diabetes uyang melebihi dosis, seharusnya penderita
diabetes militus melakukan pengecekan gula dalam darah (gds) sebelum
menyuntikan insulin sehingga pasien mengetahui dosis yang akan digunakan.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang
dikonsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Pada
saat berolahraga,tubuh akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olahraga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan untuk mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika salah
mengkonsumsi obat misalnya meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan
setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama
akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan.
Penderita harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya
disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa
oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan
dengan glukosa. Insulin yang terlanjur beredar, ini akan menyebabkan kadar
glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini penderuta merasa sudah sehat akan tetapi belum
menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama

Gejala - gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga
dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak
keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%).

2. Fase kedua

Gejala - gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya
berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma
(glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
 Perubahan tingkah laku
 Serangan sinkop yang mendadak
 Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
 Keringat berlebihan waktu tidur malam
 Bangun malam untuk makan
 Hemiplegi/ afasia sepintas

D. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai
dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

E. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Pengobatan Hipoglikemia
a. Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10 - 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus
buah segar dan non diet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena
lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan
dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 gram karbohidrat kompleks.Bila
pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian
gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat
dicoba.

b. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam
10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon
tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar
pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4
sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam
bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan,
mengingat kerja    1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit
dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt
pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau
hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10-20 menit sampai pasien
sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
.      F. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya
cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes
maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang
mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika
hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan
gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah
kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode
hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar
glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor
penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan
obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan
penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan
hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMI

Data dasar yang perlu dikaji adalah :


1. Anamnesa
Biodata pasien
2. Keluhan utama :
Pasien merasakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala denagn skala 5 pada saat
beraktivitas,kejang, kegelisahan, berkeringat, serta pasien merasakan lapar terus menerus.
3. Keadaan umum
Pasien biasanya tampak pucat,lemas, gelisah, dan kesadaran menurun. Ini disebabkan
karena glukosa dalam darah kurang dari kebutuhan sehingga membuat pasien mengalami
kekurangan energi.
4. Pemeriksaan fisik
B1    : Breathing (Respiratory System) ada Sesak nafas, takipnea.
B2    : Blood (Cardiovascular system) misalnya takikardi, penurunan TD, aritmia jantung.
B3    : Brain (Nervous system) gangguan sistem syaraf pusat, terjadi peningkatan sistem
syaraf simpatis.
B4    : Bladder (Genitourinary system) ada  penurunan frekuensi / jumlah urine.
B5    : Bowel (Gastrointestinal System) ada Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi.
B6    : Bone (Bone-Muscle-Integument) ada kelemahan dan nyeri pada daerah
ekstremitas.
5. Pemeriksaan penunjang
 Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postprandial
oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
  Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali
negatif terhadap glukosa.
 EKG: Takikardia.
6. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan aliran darah
ke otak menurun dan nyeri dirasakan sepditusuk-tusuk di kepala dengan skala 5
pada saat beraktivitas.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh


7. NOC Dan NIC
DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan aliran
darah ke otak menurun dan nyeri dirasakan sepditusuk-tusuk di kepala dengan
skala 5 pada saat beraktivitas.
Noc : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam dapat mengontrol nyeri
KH :
 mengenali faktor penyebab
 Mengenali lamanya sakit
 Menggunakan metode pencegahan
 Penggunaan analgetik sesuiai kebutuhan
Nic :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
e. Tingkatkan istirahat
f. Tingkatkan keefektifan kontrol nyeri

DX 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


Noc :
 fluid balance
 Mampu mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan
 Hematokrit dibatas normal
 Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
KH :
 status hidrasi
 Tidak ada tabda-tanda dehidrasi
 Elastisitas turgor kulit baik
 Membran mukosa lembab
 Tak ada rasa haus yang berlebihan
NIC :

a. monitor tanda-tanda vital

b. Monitor status hidrasi

c. Kolaborasi pemberian cairan infus intravena

d. Motivasi pasien minum air putih banyak

DX 3 : Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh


NOC : Fatigue Level
KH :
 Klien tidak megalami kelelahan
 Terjadi peningkatan kualitas istirahat
 Peningkatan kualitas tidur
 Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
 Activity Tolerance
 Frekuensi nadi saat beraktivitas dalam rentang normal (60-100 x/menit)
 RR saat beraktivitas dalam rentang normal (12-20 x/menit)
 Mudah bernapas saat beraktivitas
 Tekanan systolik saat beraktivitas dalam rentang normal (120-140 mmHg)
 Tekanan diastolic saat beraktivitas dalam rentang normal (80-90 mmHg)
 Mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari

NIC :
1. Terapi Aktivitas Fisik
 Berkolaborasi dengan terapis kegiatan, fisik, dan / atau rekreasi dalam
perencanaan dan monitoring program aktivitas, yang sesuai.
 Tentukan komitmen pasien untuk peningkatan frekuensi dan / atau berbagai
aktivitas.
 Membantu untuk mengeksplorasi makna pribadi aktivitas biasa (misalnya,
bekerja) dan / atau aktivitas rekreasi favorit.
 Membantu untuk memilih aktivitas sesuai dengan fisik, capabiliti psikologi,
dan sosial.
 Membantu untuk fokus pada apa yang dapat pasien lakukan, bukan pada
ketidakmampuan.
 Membantu untuk mengidentifikasi dan memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk aktivitas yang diinginkan

2. Manajemen Energi
 Tentukan keterbatasan fisik pasien
 Tentukan pasien/ yang lainnya yang signifikan penyebab persepsi kelelahan
 Mendorong verbalisasi perasaan tentang keterbatasan
 Menentukan penyebab kelelahan (misalnya, perawatan, nyeri, dan obat-
obatan)
 Tentukan apa dan berapa banyak aktivitas yang dibutuhkan untuk
membangun ketahanan
 Memantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang memadai
 Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan
makanan berenergi tinggi
 Memantau pasien untuk bukti dari kelelahan fisik dan emosional yang
berlebihan
 Memantau respons kardiorespirasi terhadap aktivitas (misalnya, takikardia,
dysrhytmias lainnya, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik,
tingkat pernapasan).
 Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam tidur
DAFTAR PUSTAKA

 Herdman,T.Heather(2012).Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

 Corwin,Elizabeth j (2000).Buku Saku Patofisisologi Jakarta : EGC

 Sriyanti.2013.Askep Hipoglikemi.Retrieved from


http://chelyriyanti.blogspot.com/2013/08/askep-hipoglikemia_21.html

 Somantri.2014.Asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemia.Retrieved from


http://rianisomantri.blogspot.com/2014/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_12.html

Anda mungkin juga menyukai