DI SUSUN OLEH :
B. Etiologi
a) Luka bakar termal Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak
dengan objek panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cidera inhalasi
(cedera terbakar, kontak dan kobaran api).
b) Luka bakar listrik Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah
merupakan insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering
memasukkan benda konduktif ke dalam colokan listrik yang menggigit atau
menghisap kabel listrik yang tersambung (Herndon dkk, 1996). Terjadi dari
tufe/voltase yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan
mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil
dan tulang merupakan tahanan terbesar) dasar cedera menjadi lebih berat
dari cedera yang terlihat
c) Luka bakar kimia Terjadi dari tife / kandungan agen pencedera, serta
konsentrasi dan suhu agen d. Luka bakar radiasi Luka bakar bila terpapar pada
bahan radioaktif dosis tinggi. (doenges, E.M, 2000) & (long, 1996 Dalam Wijaya
& Putri, 2013).
C. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi, atau
luka bakar kimiawi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis, maupun jaringan sub kutan tergantung factor penyebab dan
lamanya kulit kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan
mempengaruhi keusakan / gangguan integritas kulit dan kematian sel -sel (Wijaya &
Putri, 2013).
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
sehingga air, natrium, klorida, dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hypovolemia
dan hemokonsentrasi (Wijaya & Putri, 2013).
Cedera panas menghasilkan efek local dan efek sistemik yang berkaitan
dengan luasnya destruksi jaringan. Pada luka bakar superfisial, kerusakan pada
jaringan minimal pada luka bakar ketebalan/sebagian terjadi edema dan
kerusakan kapiler yang lebih parah. Dengan luka bakar mayor lebih dari 30%
TBSA ,terdapat respon sistemik yang mentebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler, yang memugkinkan protein plasma, cairan, dan elektronik hilang.
Pembentukan edema maksimal pada luka krcil terjadi sekitar 8-12 jam setelah
cedera . setelah cedera yang lebih besar,hipovelimia , yang dikaitkan dengan
fenomena tesebut, akan melambatkan laju pembentukan edema, dengan efek
maksimum terjadi pada 18-24 jam (Wijaya & Putri, 2013).
Respon sistemik lainya adalah anemia, yang disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah secara langsungoleh panas, hemolisis sel darah merah
yang cedera , dan terjebaknya sel darah merah dalam trombi mikrovaskuler sel-
sel yang rusak . penurunan jumlah sel-sel darah merah dalam jangka panjang
dapat mengakibatkan pengurangan masa hidup sel darah merah. Pada awalnya
terdapat peningkatan aliran darah ke jantung, otak, dan ginjal dengan penurunan
aliran darah kesaluran gastrointestinal. Terdapat peningkatan metabolisnme untuk
mempertahankan panas tubuh, yang disediakan untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energy tubuh. (wong,2008 Dalam Wijaya & Putri, 2013). Fisiologi syok
pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara
massive dan berpengaruh pada system kardiov askular karena hilangnya atau
rusaknya kapiler , yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari
compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leokosit
tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit.
Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan
cairan (Wijaya & Putri, 2013).
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh
mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi system gastrointestinal yang mana
dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi
untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen
terhadap injury jaringan dan perubahan system . kemudian menurunkan perfusi pada
ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus
dan oliguri (Wijaya & Putri, 2013).
Respon luka bakar akan meningkatkan aliran darah keorgan vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital . respon
metabolic pada luka bakar adalah hipermetabolismeyang merupakan hasil dari
peningkatan jumlah energy, peningkatan katekolamin; dimana terjadi
peningkatan temperature dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya
pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolic yang kemudian terjadi
penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status
hipermetabolisme dan injury jaringan. Kerusakan pada sel daerah merah dan
hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah
jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan d apat terhambat oleh
depresi hormone pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan yang
rusak (Wijaya & Putri, 2013).
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan
pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dalam kapiler. terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal
antara sel dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel
dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan
sodium dalam intravaskuler (Wijaya & Putri, 2013).
PATHWAY Thermal burn (gas, cairan,padat), cemical, elektrikal,radisi
Tubuh
Trauma kulit
Combustio
Peninngkatan pemb.
Darah kapiler Cairan tubuh Tidak nyaman pada
menurun saat tidur
Ekstravasasi cairan,
elektrolit, protein Resiko tinggi kekurangan Perubahan pola
volume cairan tidur
Tekanan ankotik
menurun
Cairan intravaskuler
meningkat
Hemokonsentrasi
Gangguan sirkulasi
makro
Kerusakan perfusi
jaringan
D. Manifestasi Klinis
b) Breathing
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan
nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien
tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah:
dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open
chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
a. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan yanbg disebabkan karna
trauma inhalasi.
b. Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan
pneumotoraks.
c. Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu.
Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
Penilaian kembali status mental pasien.
d. Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
e. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
f. Pemberian terapi oksigen
g. Bag-Valve Masker
h. Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang
benar), jika diindikasikan
Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures
i. Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan.
c) Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung.
d. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
Menentukan ada atau tidaknya
Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
Regularity
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill).
f. Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
d) Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah
yang diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bisa dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal
e) Exposure
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika
pasien diduga memiliki luka bakar yang mempunyai derajad luka yang tinggi,
imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika
melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya
selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai
dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali
jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis.
5. Pengkajian sekunder
a) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dan psikososial (Wijaya & Putri, 2013):
1. Aktifitas/ istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih daro 20% APTT) :
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas yang
cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit
putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/ nyeri);
distrimia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka
bakar).
3. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan. Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan,
menyangkal, menarik diri, marah
4. Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun/ taka da selama fase darurat;
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi myoglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; dieresis (setelah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20% sebagai stress penurunan motilitas/ peristaltic
gastrik.
5. Makanan/ cairan
Tanda : oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah
6. Neurosensory
Gejala : area batas; kesemutan Tanda : perubahan orientasi; efek,
perilaku; penurunan reflex tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstermitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
rupture membrane timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik
pada aliran syaraf)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara
esteren sensitive untuk di sentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
8. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruangan tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Tanda : serak; batuk mengi; partikel
karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan
sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar llingkar dada; jalan nafas atau
stidor / mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laryngeal); bunyi nafas : gemerick (oedema paru); stridor
(oedema laryngeal); secret jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan
Tanda : kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin
dingin/ lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok.
- Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam
sehubungan dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan
terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering;
merah; lepuh pada faring posterior; oedema lingkar mulut dan atau
lingk ar nasal.
- Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan perut tebal. Cedera secara
umum lebih dalam arti tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut selama 72 jam setelah cidera.
- Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit di bawah nekrosis penampilan luka bervariasi dapat
meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif luka bakar dari
gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
- Adanya fraktur/ dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda
motor,
f) Data diagnostik/penunjang
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidak seimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cidera inhalasi asap.
4. Bun dn kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis menunjukkan myoglobin dan heokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalanpenuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
7. Koagulasi memeriksa factor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar massif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
c) Terapi medis
Untuk luka bakar pemula yaitu (Abadi, 2012: 122):
1. Menyelupkan luka bakar dengan segera dalam air es untuk
mengurangi dan mencegah bengkak dan melepuh.
2. Tempkan col pack ice dan kain basah pada luka bakar, jika dicelupkan
tidak memungkinkan.
3. Menentukan suatu derajat luka seperti lingkaran gelang atau alas kaki
sebelum kaki mulai bengkak.
4. Cuci luka dan tutup dengan kain steril Perlu diteliti perawatan luka
bakar, kapan pertama kali luka bakar diberikan untuk menghindari
prognosa selanjutnya pada luka dan kontaminasi luka oleh karena
itu:
1) Jangan menggunakan lotion, salf atau minyak.
2) Jangan menghirup, atau batuk berlebihan atau mnyentuh pada
area luka bakar
3) Jangan memecahkan lepuhan
4) Jangan memindahkan pakaian jika menempel pada luka bakar
Untuk yang lebih serius dan untuk menyusun pengobatan dan
pertolongan pertama mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Monitor pernafasan dan berikan pernafasan buatan jika diperlukan
2) Luka bakar pada area muka berikan dengan cahaya lampu, lebih
baik dicuci steril dengan kain piras/masage jaringan muka
3) Hati-hati perawatan luka lainnya dengan segera karena luka
mngancam kehidupan
4) Menghilangkan shock
5) Menyusun segera untuk transportasi kefasilitas pengobatan.
F. Analisa data
Analisa data etiologi Diagnosa
keperawatan
Gejala dan tanda mayor Nyeri akut
Ds : berhubungan
Mengeluh nyeri dengan kerusakan
Do :
jaringan kulit
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisahh
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Ds :
-
Do :
Tekanan darah meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan berubah
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis
Gejala tanda mayor hipovolemia b/d
Ds : kebutuhan cairan
Do : meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Nadi teraba lemah
Tekanan darah menurun
Turgor kulit menurun
Volume urin menurun
Gejala tanda minor
Ds :
Do :
Pengisian vena menurun
Status mental berubah
Suhu tubuh meningkat
Merasa lemah
Mengeluh haus
Gejala dan tanda mayor perfusi jaringan
Ds :; perifer tidak
Do : epektif b/d kardiak
Pengisian kapiler>3detik output meningkat
Akral teraba dingin
Warna kulit pucat
Turgor kulit menuun
Gejala dan tanda minor
Ds :
Oarastesia
Nyeri ekstremtas
Do :
Edema
Penyembuhan luka lambat
Bruit femoral
Gejala dan tanda mayor gangguan
Ds : integritas
Do : kulit/jaringan b/d
Kerusakan jaringan dan atau lapisan kerusakan jaringan
kulit kulit
Gejala dan tanda minor
Ds :
Do
Nyeri
Pendarahan
Kemerahan
hematoma
Gejala tanda mayor Intoleransi
Ds : aktivitas b/d
Mengeluh lelah hipoksia
Do :
Frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat
Gejala tanda minor
Ds :
Dispneu saat / setelah beraktifitas
Merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas
Merasa lemah
Do :
Tekanan darah berubah>20% dari
kondisi istirahat
Gambaran EKG menununjukan
iskemia
sianosis
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
2. hipovolemia b/d kebutuhan cairan meningkat
3. perfusi jaringan perifer tidak epektif b/d kardiak output meningkat
4. gangguan integritas kulit/jaringan b/d kerusakan jaringan kulit
5. Intoleransi aktivitas b/d hipoksia
Abadi, Nur. (2012). Jakarta Medical Service 119 Training Division. Jakarta: Royal Palace
Nugroho & Rahayu. (2015). Pengaruh Pemberian Aloe Vera Pada Pasien Luka Bakar.
Noer, Sjaifuddin., Perdanakusuma, David S., dkk. (2018). Emergency Manajement Of Major
Burn. Surabaya:PT Revka Petra Media
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Nuha Medika
Sheehy. (2010). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. Singapore: Elsevier
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar luaran keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI
Wijaya Andra Saferi & Putri Yessie Mariza. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedh
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medik