LUKA BAKAR
Disusun oleh :
Arinda Rizky Febyantari
135070200111011
2. Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
4. Etiologi
Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung
meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera
kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok
dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan
pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan
pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan
ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai
permukaan cairan.
Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas
yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas
distal di paru.
Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas
dan oklusi jalan nafas akibat edema.
Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
Zat kimia (asam atau basa)
Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
5. Epidemiologi
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik
dari berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%)
merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak
yang baru belajar berjalan, bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah,
cedera karena arus listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta
rokok pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik
tersebut (Brunner & Suddarth, 2001).
6. Faktor resiko
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Natinal Burn Information Exchange
menyatakan 75 % semua kasus injuri luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Klien
dengan usia lebih dari 70 tahun beresiko tinggi untuk terjadinya luka bakar.
7. Manifestasi klinis
1. Karakteristik Luka Bakar Menurut Kedalaman
Kedalaman BagianKulit Gejala Penampilan Luka PerjalananKesem
dan Yang buhan
Penyebab terkena
Luka Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan Memerah;menjadi Kesembuhan
Tersengat Hiperestesia (super putih jika ditekan lengkap dalam
matahari sensitive) Minimal atau tanpa waktu satu minggu
Terkena Api Rasa nyeri mereda edema Pengelupasan kulit
dengan jika didinginkan
intensitas
rendah
Derajat Dua Epidermis Nyeri Melepuh, dasar luka Kesembuhan luka
Tersiram air dan Bagian Hiperestesia berbintik bintik dalam waktu 2 3
mendidih Dermis Sensitif terhadap merah,epidermisretak, minggu
Terbakar oleh udara yang dingin permukaan luka Pembentukan
nyala api basah parut dan
Edema depigmentasi
Infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat
tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri Kering ;luka bakar Pembentukan
Terbakar Keseluruhan Syok berwarna putih seperti eskar
nyala api Dermis dan Hematuri dan badan kulit atau Diperlukan
Terkena kadang kemungkinan berwarna gosong. pencangkokan
cairan kadang hemolisis Kulit retak dengan Pembentukan
mendidih jaringan Kemungkin bagian kulit yang parut dan
dalam waktu subkutan terdapat luka tampak hilangnya kountur
yang lama masuk dan keluar edema serta fungsi kulit.
Tersengat (pada luka bakar Hilangnya
arus listrik listrik) jaritangan atau
ekstermitas dapat
terjadi
(Brunner & Suddarth vol 3:1917)
2. Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan
menggunakan Rumus Sembilan. Rumus ini merupakan cara yang tepat untuk
menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan presentase
dalam kelipatan Sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.Wallace membagi
tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atua rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
8. Patofisologi
9. Pemeriksaan Diagnostik
Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
10. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan beratnya luka
bakar serta pertimbangan penyebabnya. Resusitasi cairan penting dalam
menangani kehilangan cairan intravascular. Oksigen diberikan melalui masker atau
ventilasi buatan. Luka bakarnya sendiri dapat di tutupi balutan steril basah atau
kering. Penambahan obat topkal dapat juga diindikasikan. Luka baka berat
memerlukan debridement luka dan transpalasi.Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010)
Penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar sebagai berikut:
Mematikan sumber api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh
(menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air).
11. Komplikasi
1. Burn shock (shock hipovolemik)
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka
bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
2. Sepsis
Kehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah
terinfeksi. Jika infeksi ini telah menyebar kepembuluh darah, dapat
mengakibatkan sepsis.
3. Pneumonia
Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi
sehingga rongga paru terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).
4. Gagal ginjal akut
Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal.
5. Hipertensi jaringan akut
Merupakan komplikasi kuloit yang biasa dialami pasien dengan luka
bakar yang sulit dicegah, akan tetapi bias diatasi dengan tindakan tertentu.
6. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan.
7. Dekubitus
Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang
cenderung bedrest terus.
A. PENGKAJIAN
1. Data biografi
Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi klien yang meliputi
nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak
nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas
yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan
karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian
atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode
yang ada, yaitu metode rule of nine atau metode Lund dan Browder
Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian
khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai
masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada
dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya
disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai
ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah
ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena
itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing)
serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai
mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina
dan menurunnya tajam penglihatan.
B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-otot pernafasan,
hiperventilasi
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi akibat luka bakar)
4. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka
6. Resiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun
7. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada penampilan tubuh (trauma)
8. Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan dan pola interaksi
9. Defisiensi pengetahuan b.d proses penanganan luka bakar
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.