Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO

A. DEFINISI
Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentuka oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak.
Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi prognosis (R. Sjamsuhidajat, 2010).
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk
luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (escar) yang
tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Menurut Sunita Almatsia,
(2004) Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh yang disebabkan oleh suhu
tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Sedangkan menurut
Pierce dan Neil, (2006) Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap
trauma suhu atau termal.
Luka bakar merupakan respon kulit terhadap suatu rangsangan dari luar berupa suhu
panas yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan sitem metabolisme tubuh.
B. ETIOLOGI
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Penyebabnya luka bakar dapat dibagi dalam beberapa
jenis, sebagai berikut:
a. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko atau minuman).
b. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
c. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yag disebabkan oleh merokok di
tempat tidur.
d. Benda panas (misalnya radiator).
e. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
f. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
g. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan
kerusakan kulit yang luas.
C. PATOFISIOLOGI
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2 pada dewasa. Bila kulit
terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena rusaknya pembuluh darah kapiler, dan

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
area-area sekitarnya. Sehingga terjadi kebocoran cairan intrakapiler ke intertisial sehingga
menimbulkan udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Kulit terbakar juga berakibat kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar > 20%
dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin, berkeringat, nadi
kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam dapat terjadi
pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel darah ikut rusak
sehingga berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar terjadi di wajah dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena asap, gas, atau uap panas yang terhirup, oedema laring
menyebabkan hambatan jalan napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara
parau, dan dahak bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO2, karena
hemoglobin tidak mampu mengikat O2 ditandai dengan lemas, binggung, pusing, mual,
muntah dan berakibat koma bahkan meninggal dunia.
Luka bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi kuman
gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan warna hijau pada kasa
penutup luka bakar. Infeksi ysng tidak dalam (non invasif) ditandai dengan keropeng dan
nanah. Infeksi invasif ditandai dengan keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik.
Bila luka bakar derajat I dan II sembuh dapat meninggalkan jaringan parut. Sedangkan
pada luka bakar derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka bakar berat akan dapat
ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat ini akan mudah mengalami tukak di
mukosa lambung “tukak Curling” dan apabila ini berlanjut kan menimbulkan ulcus akibat
nekrosis mukosa lambung. Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko
mengalami beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia.

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
D. PATHWAY

ARUS LISTRIK RADIASI API BAHAN KIMIA ASAP

KONTAK DENGAN
PERMUKAAN KULIT INHALASI ASAP

KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT EDEMA LARING


DAN TRAKHEA

DILATASI SEL SPASME DAN


AKUMULASI LENDIR

PERMEABILITAS KAPILER MENURUN KERUSAKAN


PERTUKARAN GAS

DEHIDRASI JARINGAN PEMAJANAN UJUNG


SARAF

RESIKO TINGGI KEKURANGAN VOLUME CAIRAN NYERI

RESIKO TINGGI PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN


E. MANIFESTASI KLINIS
Dalam manifestasi klinis luka bakar digolongkan dalam pengklasifikasian.Menurut
Sunita Almatsia, (2004) pengklasifikasian luka bakar adalah sebagai berikut:
a. Kedalaman Luka Bakar
Pengaruh panas terhadap tubuh, di kenal dengan “derajat luka bakar” I sampai dengan III
1) Derajat I
Adalah luka bakar dimana terjadi kematian pada lapisan atas epidermis kulit
disertai dengan pelebaran pembuluh darah sehingga kulit tampak kemerah-merahan.

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
2) Derajat II
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan dermis
sedangkan pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan mengeras. Selain timbul
warna kemerah-merahan pada kulit juga timbul gelembung-gelembung pada luka.
3) Derajat III
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh epitel kulit
(epidermis, dermis, kutis) dan otot pembuluh darah mengalami nombisit.
b. Luasnya Luka Bakar
Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luasnya luka bakar merupakan luasnya
permukaan tubuh yang terkena panas. Luka bakar dinyatakan dalam persen luas tubuh
untuk dewasa, perkiraan luas tubuh yang terkena didasarkan pada bagian tubuh yang t
yang terkena menurut “rumus 9” (rule of nine) yang dikembangkan walace (1940), yaitu:
1) Kepala 9 %
2) Tubuh bagian depan 18%
3) Tubuh bagian belakang 18%
4) Ekstremitas atas 18%
5) Ekstremitas kanan 18%
6) Ekstremitas kiri 18%
7) Organ genital 1%
Total 100%
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Marylin E. Doenges, (2000) Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan
pada pasien dengan luka bakar adalah:
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Initerutama penting
untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jampertama karena peningkatan
kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada
cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada
luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar
masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
i. complete blood cell count (CBC)
j. blood urea nitrogen (BUN),
k. serum glucose
l. elektrolit
m. arterial blood gases
n. serum protein
o. albumin
p. urine cultures
q. urinalysis
r. pembekuan darah
s. pemeriksaan servikal
t. kultur luka
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar
sebagai berikut:
a. Mematikan sumber api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh
(menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air).
b. Merendam atau mengaliri luka
Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar dalam air atau
menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada luka bakar ringan
tujuan ini adalah untuk menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan
menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi sehingga
sel-sel epitel mampu berfoliferasi.
c. Rujuk ke Rumah Sakit
Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang
memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.
d. Resusitasi
Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas . namun bila terjadi syok
segera di lakukan resusitasi ABC.

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
1) Airway Management
a) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada pasien tidak
sadar.
b) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
c) Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma silafasial/gagal intubasi.
2) Breathing/Pernapasan
a) Berikan supplement O2.
b) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
c) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
3) Circulation
a) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
b) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
c) Perawatan lokal
Untuk luka bakar derajat I dan II bias dilakukan perawatan lokal yaitu
dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh golongan: silver
sulfadiazine, moist exposure burn ointment, ataupun yodium providon.
4) Pemberian cairan intravena
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias menggunakan
rumus yang di rekomendasikan oleh Envans, yaitu:
Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jam
Luas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam
2000 cc gluksosa 5%/24 jam

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan 8 jam pertama sisanya 16 jam berikutnya.


Hari kedua diberikan setengah dari jumlah cairan hari pertama.
Hari ketiga diberikan setengah dari jumlah cairan hari kedua.
Penderita mula-mula dipuasakan karena keadaan syok menyebabkan peristaltik usus
terhambat. Dan di berikan minum setelah fungsi usus normal kembali. Jika diuresis
pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infuse dapat
dikurangi, bahkan dihentikan.
d) Pemberian obat-obatan

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Pemberian obat seperti antibiotic spectrum luas bertujuan untuk mencegah
infeksi terhadap pseudomonas yang dipakai adalah golongan aminoglikosida.
untuk mengatasi nyeri diberikan opiate dalam dosis rendah melalui intravena.
e) Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-
3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh, semua data atau informasi klien yang di butuhkan dikumpulkan untuk
menentukan masalah keperawatan pengkajian pada klien bronkitis.
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan
luka bakar adalah sebagai berikut:
a. Fase darurat luka bakar
1) Perawatan menginventaris data-data melalui petugas luar rumah sakit (petugas
penyelamat atau petugas gawat darurat)
2) Bila pasien mampu berbicara lakukan pertanyaan tentang proses dan mekanisme
cedera secara ringkas dan cepat.
b. Tanda-Tanda Vital (TTV)
1) Melakukan pemeriksaan secara sering.
2) Status respirasi, suhu dipantau ketat.
3) Denyut nadi apikal, karotid, dan femoral dievaluasi.
4) Pemantauan jantung dilakukan bila memiliki riwayat penyakit jantung.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat luka bakar.
2) Riwayat alergi.
3) Riwayat imunisasi tetanus.
4) Riwayat medis serta bedah masa lalu.
d. Intake dan Output
1) Dipantau dengan cermat dan diukur tiap satu jam.

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
2) Mencatat jumlah urine yang pertama kali keluar ketuka dipasang kateter untuk
menentukan fungsi ginjal dan status cairan sebelum pasien mengalami luka bakar.
Urine kemerahan menunjukkan adanya hemokromogen dan mioglobulin karena
kerusakan otot.
e. Pengkajian Fisik
1) Head to toe.
2) Berfokus pada tanda dan gejala, cedera atau komplikasi yang timbul.
f. Pengkajian Luas Bakar
1) Mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar terutama derajat II dan III.
2) Ukuran , warna, bau, eskar, eksudat, pembentukkan abses, perdarahan,
pertumbuhan epitel, penampakkan jaringan granulasi pada luka bakar.
g. Pengkajian Neurologik
1) Berfokus pada tingkat kesadaran
2) status fisiologik
3) tingkat nyeri
4) kecemasan
5) perilaku
6) pemahaman pasien dan keluarga terhadap cedera serta penanganannya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa adalah masalah keperawatan yang actual (yang sudah terjadi) dan
potensial (kemungkinan akan terjadi) yang dapat di tangani dengan intervensi
keperawatan.
Menurut Nanda, (2009) maka yang mungkin timbul pada penderita luka bakar adalah:
1. Risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.
2. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. peningkatan permeabilitas kapiler
dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
3. Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari luka
bakar.
4. Risiko tinggi infeksi b.d. hilangannya barier kulit dan terganggunya respon imun.
5. Gangguan intergritas kulit b.d. luka bakar terbuka.

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan di
laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah di tetapkan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Menurut Arif Muttaqin, (2011) Intervensi untuk klien dengan gangguan luka
bakar adalah sebagai berikut:
a. Risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.
1) Tujuan
Dalam waktu 1x 24 jam kebersihan jalan pasien tetap optimal
2) Kriteria Hasil
a) Jalan napas bersih, tidak ada obstruksi
b) Suara napas normal tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.
c) Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
Intervensi
1. Kaji dan monitor jalan napas
Rasional:
Deteksi awal untuk interprestasi selanjutnya.
2. Tempatkan pasien di bagian resusitasi
Rasional:
Memudahkan melakukan monitoring status kardiorespirasi dan intervensi
kedaruratan.
3. Beri oksigen 4 liter/menit dengan kanul atau sungkup
Rasional:
Membantu meningkatkan paO2 di cairan otak yang akan mempengaruhi pengaturab
pernapasan,
4. Lakukan tindakkan kedaruratan jalan napas agresif.
Rasional:
Tindakkan ini termasuk membalikkan tubuh pasien, mendorong pasien
bernapas dalam, mengeluarkan timbunan sekret melalui penghisapan trakea.
Pengaturan posisi tubuh pasien dapat mengurangi kerja pernapasan,
meningkatkan ekspansi dada yang maksimal, dan pemberian oksigen yang
dilembabkan dapat menurunkan stres metabolik dan oksigenasi jaringan adekuat.

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
5. Bersihkan jalan napas dengan suctioning bila kemampuan mengeluarkan sekret
tidak efektif.
Rasional:
Pernapasan menjadi adekuat bila jalan napas bersih
6. Intruksikan pasien untuk napas dalam dan batuk efektif
Rasional:
Pernapasan diafragma dapat meningkatkan ekspansi paru sehingga pasien
dapat melakuan inspirasi maksimal. Batuk efektif melonggarkan mukus.
7. Evaluasi dan monitor keberhasilan intervensi bersihan jalan napas.
Rasional:
Memantau status respirasi dan keberhasilan bersihan jalan napas
b. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
1) Tujuan
Dalam waktu 1x 24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2) Kriteria Hasil
a) Pasien tidak mengeluh pusing, TTV batas normal, kesadaran potimal, urine >
600ml/hari.
b) Keluhan diare, mual, muntah berkurang.
c) Hasil lab: nilai elektrolit dan analisis gas darah normal.
Intervensi
1. Identifikasi faktor penyebab, spesifikasi luka, luas luka bakar, kedalaman luka
bakar, dan riwayat penyakit lain.
Rasional:
Sebagai parameter dalam menentukan intervensi kedaruratan.
2. Kaji status dehidrasi.
Rasional:
Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi
dari individu.
3. Lakukan pemasangan IVFD (intravenous fluid drops).
Kompensasi awal hidrasi cairan di gunakan untuk mencegah syok hipovolemik.
4. Kaji penurunan kadar peurunan elektrolit
Rasional:

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Mendeteksi kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari hilangnya elektrolit
dari plasma.
c. Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari luka
bakar.
1) Tujuan :
Dalam waktu 1x 24 jam nyeri berkurang.
2) Kriteria hasil
Secara subyektif melaporkan nyaeri berkurang.
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Intervensi :
1. kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
Rasional:
Parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi kberhasilan intervensi manajement nyeri.
2. Atur posisi fisiologis.
Rasional:
Meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami peradangan.
3. Istirahatkan klien.
Rasional:
Meningkatkan suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan.
4. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam.
Rasional:
Menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
5. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
Rasional:
Memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks cerebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik preparat morfinAjarkan
teknik distraksi pada saat nyeri.
Rasional:
Memblok lintasan nyeri sehingga menurunkan nyeri.
d. Resiko tinggi infeksi b.d hilangnya barier kulit dan tergangguanya respon imun.
1) Tujuan :

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Dalam waktu 7x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan
lunak.
2) Kriteria Evaluasi
lesi luka bakar mulai menutup pada hari ke-7 minimal o,5 cm tanpa adanya tanda-
tanda infeksi dan peradangan pada area lesi.
Leukosit dalam batas norma TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji derajat, kondisi kedalaman, luasnya lesi luka bakar, serta apakah adanya
advice dokter dalam perawatan luka.
Rasional:
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.
2. Lakukan perawatan steril setiap hari
Rasional:
Menurunkan kontak kuman ke dalam lesi
3. Pantau ketat TTV ( respiratori, renal, atau gastrointestinal)
Rasional:
Mampu mendeteksi dengan cepat mulainya suatu infeksi.
4. Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering
Rasional:
Menghindari kontaminasi
5. Kolaborasi penggunaan antibiotik
Rasional:
Mencegah aktivasi yang masuk
e. Gangguan integritas kulit b/d luka bakar terbuka.
a) Tujuan :
Dalam 1x 24 ja, integritas kulit membaik secara optimal.
b) Kriteria Hasil:
Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoriasis berkurang.
Intervensi
1. Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada klien.
Rasional
Data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan yang akan digunakan
2. Lakukan perawatan luka terbuka

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Rasiomal:
Kadang-kadang luka bakar dibiarkan terbuka agar terkena udara. Dengan tetap
mempertahankan lingkungan poasien tetap bersih dan tetap membatasi infeksi luka
bakar.
3. Lakukan komunikasi efektif
Rasional:
komunikasi yang akbrab dan kerja sama antar pasien menghasilkan perawatan luka
yang optimal.
4. Lakukan perawatan luka tertutup.
Rasional
mencegah infeksi dan mempercepat proses perbaikan kulit

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba
Medika
DR. Sunita Almatsia, M.SC. 2004. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At Glace Ilmu Bedah. Surabaya. Erlangga
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan Nanda
Nic Noc. Yogyakarta. Nuha Medika
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran
EGC. Jakarta
R. Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC
Nanda, 2009. Pedoman Diagnosa Keperawatan

TIKA NOVA DHAMAYANTI / 1601300004


PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLTEKKES KEMENKES MALANG

Anda mungkin juga menyukai