Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Teori Kebutuhan


1. Definisi
Termoregulasi merupakan salah satu hal penting dalam homeostasis.
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan homeostatik yang
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan
mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam
tubuh dan panas yang dikeluarkan (Brooker, 2008).
Manusia biasanya berada pada lingkungan yang suhunya lebih dingin
daripada suhu tubuh mereka. Oleh karena itu, manusia terus menerus
menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu
tubuhnya.
Sistem termoregulasi dikendalikan oleh hipotalamus di otak, yang
berfungsi sebagai termostat tubuh. Hipotalamus mampu berespon
terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01oC (Sloane, 2003). Pusat
termoregulasi menerima masukan dari termoreseptor di hipotalamus itu
sendiri yang berfungsi menjaga temperatur ketika darah melewati otak
(temperatur inti) dan reseptor di kulit yang menjaga temperatur eksternal.
Keduanya, diperlukan oleh tubuh unyuk melakukan penyesuaian. Dalam
individu yang sehat, suhu inti tubuh diatur oleh mekanisme kontrol
umpan balik yang menjaga hampir konstan sekitar 98,6oF (37oC)
sepanjang hari, minggu, bulan atau tahun (Sherwood, 2001).

2. Anatomi dan Fisiologi


Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting:
sensor di bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan
sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran
panas. (Kozier, et al., 2011)
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu
tubuh sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan
perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol
pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set
point,implusakan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme
pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran)
pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi
kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran
panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari
set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi
(penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran aliran darah ke kulit
dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui
kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila
vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran
panas, tubuh mulai mengigi. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau
korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan
perubahan yang serius pada kontrol suhu. (Potter dan Perry, 2005).

3. Faktor yang Mempengaruhi


Menurut Potter dan Perry (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh antara lain:
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan
suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis
terhadap lingkungan. Regulasi suhu tubuh baru mencapai kestabilan
saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin
tua. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena
perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor
(vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan
subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme
menurun.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan
pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga
meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas
terjadi peningkatan suhu tubuh.
c. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar.
Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar
progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini
dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan
suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya
mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30
detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh
sementara sebanyak 40C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini
diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
d. Irama Sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 0C selama periode 24
jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang
hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6
sore, lalu menurun lagi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak
mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan
tidur di siang hari.
e. Stress
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan
metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi
yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu
lingkungan.
Selain itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi panas
tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2011) antara lain :

g. Laju Metabolisme Basal (BMR)


Laju metabolisme basal (BMR) merupakan lagi penggunaan energi
yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting seperti
bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring dengan
peningkatan usia. Pada umumnya, semakin muda usia individu,
semakin tinggi BMR-nya.

h. Aktivitas otot
Aktivitas otot , termasuk menggigil akan meningkatkan laju
metabolisme.

i. Sekresi tiroksin
Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju metabolisme sel
di seluruh tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai termogenesis
kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas di seluruh tubuh
melalui peningkatan metabolisme seluler.

j. Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis.


Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme seluler di
banyak jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin langsung bekerja
mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian akan
meningkatkan laju metabolisme seluler.
k. Demam
Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian akan
meningkatkan suhu tubuh.

4. Gangguan atau Masalah Dalam Pemenuhan Pengaturan Suhu Tubuh


Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara
lain sebagai berikut:

a. Kelelahan akibat panas


Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal
yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu
memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermi.

c. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih
besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari
semua organ tubuh.
d. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien
menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak
ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).

e. Radang beku (frosbite)


Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan
jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan
secara bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena.

5. Pemeriksaan Penunjang
Jenis dan parameter Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah Lengkap : WBC Hb, PLT, HCT
b. Elektrolit : Albumin, Na, K, Mg

6. Penatalaksanaan Medis
Pada gangguan termoregulasi hipertermi diberikan antipiretik dan pada
hipotermi diberkan infus normal salin yang telah dihangatkan, beri terapi
oksigen.

B. Tinjauan Teori Askep Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam.
a. Identitas diri :
Umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat , dll.
b. Status kesehatan :Keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
1) Hipertermi : Pola Demam
a) Terus menerus : tingginya menetap >24 jam,bervariasi (1-
2)oC.
b) Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c) Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d) Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam.
2) Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara
berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu
tubuh turun menjadi 35 ºC, klien mengalami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika
suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan,
dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
d. Riwayat kesehatan lalu
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2) 2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan
timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan
menelan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak.
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
1) Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4
jam)
2) Inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun)
3) Kaji tanda-tanda dehidrasi
4) Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai
dengan sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih,
dll.

2. Diagnosa

a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan


hipertermia
b. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
c. Hipotermia berhubungan dengan penuaan

3. Intervensi

a Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan


hipertermia

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


suhu tubuh dalam rentang normal.

Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C


2) Kulit tidak teraba hangat
Intervensi :
1) Kaji tanda tanda vital
Rasional : pemantauan tanda-tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan.
2) Anjurkan pasien atau keluarga untuk minum secara adekuat
Rasional : dapat mengganti cairan tubuh yang hilang karena
penguapan oleh karena panas.
3) Instruksikan keluarga unutk mengenali tanda dan gejala awal
hipertermia : kulit kering, sakit kepala, penignkatan suhu,
iritabilitas, suhu diatas 37,8 0C, dan kelemahan
Rasional : pemantauan tanda-tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan.
4) Longgarkan pakaian ,berikan pakaian yang tipis yang menyerap
keringat.
Rasoinalnya : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang
ketat dan menyerap keringat.
5) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
Rasional : menurunkan panas pada hipotalamus dan sebagai
propilasis.

b Hipertermia berhubungan dengan penyakit

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


suhu tubuh dalam rentang normal.

Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C


2) Kulit tidak teraba hangat
3) Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit, sistole : 90 – 140
mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1) Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran mukosa )
Rasional : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi dan
mencegah syok hipovolemik.
2) Pantau TTV
Rasional : Pemantauan tanda-tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan.

3) Kompres dengan air hangat


Rasional : Kompres hangat membantu kehilangan panas secara
induksi
4) Berikan asupan cairan oral
Rasional : Mencegah dehidrasi dan resiko kekurangan volume
cairan
5) Lepaskan pakaian yang berlebihan
Rasional :Membantu penguapan panas tubuh lebih lancar
6) Ajarkan pasien atau keluarga dala mengukur suhu untuk mencegah
dan mengenali secara dini hipertermia.
Rasional : Meningkatan pengetahuan pasien tentang pengukuran
suhu tubuh, mencegah dan mengenali dini secara dini hipertermia.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik sesuai
dengan kebutuhan.
Rasional : antipiretik berfungsi sebagai penurun panas
8) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral infus
Rasional : Mengganti cairan yang hilang karena demam
c Hipotermia berhubungan dengan penuaan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


suhu tubuh kembali dalam rentang normal.

Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C


2) Kulit tidak teraba dingin
3) Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
4) TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit, sistole : 90 – 140
mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1) Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit, menggigil,
kelelahan, kelemahan, apatis, dan bicara yang bergumam ).
Rasional : Mengrtahui keadaan umum pasien
2) Kaji TTV paling sedikit setiap 2 jam sesuai kebutuhan.
Rasional : Pemantauan tanda-tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan.
3) Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat, alat –
alat pemanas mekanik, suhu ruangan yang disesuaikan, botol
dengan air hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi
Rasional : Untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal.
4) Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang tindakan
untuk mencegah hipotermia dari pajanan dingin.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan
pencegahan hipotermia.
5) Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal ( hemodialisa,
dialisis peritonial, irigasi kolon ).
Rasional : Meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai rentang
normal.

4. Implementasi
Merupakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan perlu ada validasi apakah tindakan yang akan dilaksanakan
perlu didokumentasikan untuk mengetahui tindakan tersebut sesuai
rencana atau tidak dan apakah tindakan kita memenuhi kriteria hasil baik
dari tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri ( independen )
atau tindakan kolaboratif ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 ).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, meskipun
evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data
perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah
dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah prilaku yang diobservasi telah
sesuai. Diagnosa juga perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan
kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi adalah untuk
menentukan apakah tujuan tersebut dicapai secara efektif
(Nursalam,2001).
Termoreseptor sentral (di
Termoreseptor hipotalamus bagian lain SSP dan
perifer (kulit) organ abdomen

WOC
Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus
7. Perubahan laju metabolisme, 1. Agens farmaseutikal
8. Sepsis 2. Aktivitas yang berlebihan
9. Suhu lingkungan ekstrem 3. Berat badan ekstrem,
10.Adaptasi Neuron dan
Usia ekstrem (bayi prematur 4. Sistem saraf
Dehidrasi Sistem saraf
perilaku
lansia) motorik 5. simpatisyang tidak sesuaisimpatis
Pakaian dengan
11. Kerusakan hipotalamus suhu lingkungan
12. Trauma. 6. Peningkatan kebutuhan oksigen

Otot rangka Pembuluh Kelenjar


darah keringat
Kontrol
produksi
panas/pengura Kontrol Kontrol
ngan panas produksi panas pengurangan panas

Risiko Hipertermi Hipotermi Ketidakefektifan


ketidakseimbanga termoregulasi
n suhu tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC


Nanda. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:

EGC.
Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Intervention Clasification (NIC) edisi bahasa

Indonsia. Elsevier.
Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Outcome Clasification (NOC) edisi bahasa

Indonsia. Elsevier.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai