Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Termoregulasi

NAMA : Naning Sofiyatin Ningsih


NIM : 20020064

PRODI ILMU PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGATURAN SUHU
TUBUH (TERMOREGULASI)

1.1. PENGERTIAN
Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan
produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara
produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui
mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu. Hipotalamus yang terletak
antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam
rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur adalah suatu subtansi
panas atau dingin. Sementara dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran
kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan.

a. Hipertermia Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana seorang
individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37°C
b. Hipotermia Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk  pengaturan
suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu dalam tubuh dibawah 35°C.
(Lysta, 2017)
1.2. ETIOLOGI
1) Hilangnya Panas dari Tubuh
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Stuktur kulit dan paparan
terhadap lingkungan secsra konstan, karena itu suhu tubuh harus dijaga dalam
kondisi normal. Hilangnya panas pada tubuh melalui empat cara :
a) Radiasi
Transfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lainnya tanpa
kontak lansung diantara keduanya. panas pada area luas permukaan tubuh
diradiasikan kelingkungan.
Vasokontriksi perifer meningkatkan aliran darah dari organ dalam ke kulit
untuk meningkatkan kehilangan panas. vasokontriksi perifermeminimalisasi
kehilangan panas. Radiasi akan meningkat saat perbedaan suhu antara dua
objek semakin besar. Sebaliknya jika lingkungan lebih panas dibandingkan
kulit, tubuh akan menyerap panas melalui radiasi. Contohnya : melepaskan
pakaian dan selimut.
b) Konduksi
Transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua objek. Beda padat,
cair, dan gas mengkonduksi panas melalui kontak. Saat kulit yang hangat
menyentuh objek yang lebih dingin, panas akan hilang. Konduksi hanya
berperan untuk sejumlah kecil kehilangan panas. Contohnya : memberikan
kompres es dan memandikan pasien dengan kain dingin.
c) Konveksi
Transfer panas melalui melalui gerakan udara.Panas konduksi keudara terlebih
dahulu sebelum dibaawa aliran konveksi, kehilngan panas melalui konveksi
sekitar 15%.Contohnya : kipas angin. Kehilangan panas konvektif meningkat
jika kulit yang lembab terpapar dengan udara yang bergerak.
d) Evaporasi
Transfer energi panas sat cairan berubah menjadi gas. Tubuh kehilangan panas
secara kontinu melalui evaporasi. Sekitar 600 –900 cc air tiap harinya
menguap dari kulit dan paru –paru sehingga terjadi kehilangan air dan panas.
tubuh menambah evaporasi melalui perspirasi ( berkeringat). Saat suhu tubuh
meningka,hipotalamus anterior menberikan sinyal kepada kelenjar keringat
untuk melepaskan keringat melalui saluran kecil pada permukaan kulit.
Keringat akan mengalami evaporsi, sehingga terjadi kehilangan panas.
2) Penyebab Peningkatan suhu tubuh
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 38,00C. Kondisi
ini terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk menyeimbangkan suhu
tubuh. hipertermia disebabkan oleh paparan suhu panas yang berlebihan dari luar
tubuh serta kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh.
1.3 KLASIFIKASI

Menurut Nelwan (2007) ada beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai antara
lain:
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam
septik.
3. Demam intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan
demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. Menurut Samuelson (2007), jenis demam terdiri
dari:
a. Demam Fisiologi
Demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuaian terhadap fisiologis tubuh,
misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya aktivitas tubuh
(olahraga).
b. Demam Patologis
Demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal. Demam yang terjadi
sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis terbagi lagi menjadi dua
sebagai berikut:
a) Demam Infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38°C. Penyebabnya
beragam, yakni infeksi virus (flu, cacar, campak, SARS, flu burung, dan lain-lain),
jamur, dan bakteri (tifus, radang tenggorokan, dan lain-lain).
b) Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun
seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).
1.4. PATOFISIOLOGI
Panas secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai efek hasil metabolisme
dan panas secara terus menerus dibuang dilingkungan sekitar.pembentukan panas akan
sesuai dengan laju hilangnya panas pada orang yang mempunyai keseimbangan panas.
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisaran 36,8oC oleh pusat
pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam pengatutaran suhu tersebut selalu
menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme
dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru-paru sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan dalam kisaran normal.
1.5. PATHWAY
Infeksi Toksemia Reaksi Pemakaian Obat

Tubuh bereaksi terhadap pirogen

Bakteri difagositosis

Sel mencerna hasil pemecahan bakteri

Zat pirogen leukosit sampai dari hipotalamus

Temperatur tubuh meningkat kulit kemerahan

Hangat pada sentuhan

FEBRIS

Hipertermia

Metabolisme basal meningkat

menggigil o2 ke otak menurun kehilangan nafsu makan

ketidak efektifan
termoregulasi kejang demam TIK meningkat dehidrasi

lemas ketidakefektifan Nutrisi kurang


perfusi jaringan dari kebutuhan
resiko cidera tubuh
1.6. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala adalah:


a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C -39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuh
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan LAB
2) Pemeriksaan darah perifer lengkap
3) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4) Pemeriksaan urin

1.8. PENATALAKSANAAN
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016)penanganan terhadap demam dapat dilakukan
dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
a) Tindakan farmakologisTindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu
memberikan antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.Paracetamol
dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya.
Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 –1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian
obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan
suhu tubuh.Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau
gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar
16(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan
atau kurang cairan.Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut,
reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit
karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8
jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung
3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen
memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan
saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosisberlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b) Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti(Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh
(Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.Kompres
hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyamandan menurunkan suhu tubuh
(Wardiyah, 2016).
1.9 Komplikasi
Menurut Nurarif (2015)komplikasi hipertermi yaitu:
a) Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangandalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
1.10. Konsep Keperawatan
1.1.1 Pengkajian
A. Identitas
B. Keluhan Utama
Kaji Alasan Masuk Rumah Sakit / Keluhan Yang Paling Dirasakan Dan Saat Dilakukan
Pengkajian.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji; saat kejadian, sifat-sifat terjadinya, lamanya, gejalanya ( dengan menggunakan
metode PQRST), faktor yang memperberat timbulnya gangguan , faktor yang
meringankan gangguan, tindakan yang telah dilakukan, hasil yang dicapai, pelayanan
kesehatan. Keterangan :
P: Provocatif/paliatif
- Apa penyebab keluhan
- Apa yang dapat membuatnya bertambah baik atau ringan
- Apa yang membuatnya bertambah buruk

Q : Quality ? quantity
- Bagaimana keluhan yang dirasakan pasien
- Sejauh mana sakit dirasakan R : Region/ Radiation
- Dimana letak sakitnya
- Dimana area penyebarannya S : Severity Scale
- Apakah mempengaruhi aktivitas
- Seberapa jauh skala ringan sampai berat ( 1 – 10 ) T : Timing
- Kapan mulai terjadi
- Berapa sering terjadi
- Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

D. Riwayat Penyakit Yang Lalu


Kaji penyakit: 1) masa kanak–kanak; 2) penyakit yang terjadi secara berulang ulang; 3)
perawatan/operasi yang pernah dijalani; 4) riwayant alergi; 5) kebiasaan–kebiasaan
(merokok, minum kopi, alcohol, makan obat tidur)
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji Penyakit Orang Tua, Saudara Kandung, Anggota Keluarga Yang Lain Yang
Mempunyai Resiko Kesehatan (Kanker, Hipertensi , Dm, Penyakit Jantung, Tbc,
Epilepsi Dll)
F. Riwayat Sosial
1. Tanyakan hubungan klien dengan keluarga, tim kesehatan dan klien yang lain;
2. Tanyakan pada klien siapaorang yang berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu,
tempat bicara minta bantuan atau dokongan;
3. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti masyarakat;
4. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam masyarakat.
G. Riwayat Psikologis
1. Kaji suasana hati klien yang paling menonjol (takut, khawatir, kecemasan);
2. Kaji ekspresi emosi klien apakah sudah sesuai dengan perasaannya;
3. Kaji masalah-masalah yang mengganggu status psikologis yang berhubungan dengan
lingkungan (pendidikan, pekerjaan, rumah, ekonomi, pelayanan kesehatan);
4. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam masyarakat.

H. Riwayat Spiritual
1. Nilai dan keyakinan tanyakan tentang;
2. Pandangan dan keyakinan, norma atau budaya yang dianut;
3. Pandangan masyarakat terhadap keyakinan, norma dan budaya yang dianut
4. Kegiatan ibadah;
5. Tanyakan tentang kegiatan ibadah yang dilakukan.

I. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kaji kebiasaan klien seperti merokok, penggunaan tembakau, penggunaan
obatobatan, penggunaan alcohol, olah raga dan gerak badan berapa lamanya dan
frekuensinya. Kaji persepsi klien tentang sakitnya dan harapannya
2. Pola nutrisi dan metabilismenya
a. Pemenuhan nutrisi : waktu jenis makanan atau cairan, jumlah
b. Minum berapa liter perhari
c. Kaji kesulitan makan / minum ada atau tidak
d. Kaji keadaan yang mengganggu nutrisi, temukan adanya alergi, nausea,
pantangan anauresia, kelelahan, vomiting, nyeri kronis dan stomatitis
e. Kaji status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh
3. Pola eliminasi
a.Kebiasaan defekasi sehari-hari
Berapa frekuensi sehari, adakah kesulitan untuk defekasi dan bagaimana
konsistensinya (warna, bau) dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi defekasi.
b. Kebiasaan miksi
Berapa miksi sehari, kualitas dan jumlahnya, konsentrasi , warna, bau, kesulitan
miksi, upaya mengatasi kesulitan
4. Pola tidur
a. Kaji lamanya tidur dan istirahat siang sehari (siang dan malam);
b. Penggunaan oabt tidur;
c. Suasana lingkungan;
d. Keluhan verbal;
e. Apakah merasa nyaman selama tidur;
f. Adakah gannguan selama tidur;
g. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur.
5. Pola aktivitas
a. Kaji aktivitas sehari-hari dan penggunaan waktu senggang;
b. Kaji kebutuhan gerak dan latihan;
c. Kaji kekuatan otot dan kesulitan yang dihadapi.
6. Pola hubungan dan peran
a. Kaji hubungan kerja klien, interaksi dengan orang lain dan keluarga;
b. Kaji apakah ada masalah dalam tugas/ peran dalam keluarga, kelompok,
masyarakat.
7. Pola persepsi dan konsep diri
a. Body image
1) Kaji respon verbal dan non verbal yang negative di sebabkan perubahan
fungsi dan struktur tubuh ;
2) Apakah pasien mau melihat badannya atau tidak;
3) Apakah pasien mau menyentuh bagian tubuhnya atau tidak;
4) Apakah pasien menyembunyikan / overaxplousing bagian badannya atau
tidak;
5) Apakah ada perubahan dari kegiatan sosialnya;
6) Apakah ada perasaan yang negative seperti ketidakberdayaan atau merasa
tidak punya harapan .
b. Self Esteem
1) Kaji bagaimana verbalisasi perasaan negative pada dirinya;
2) Apakah ada ekspresi rasa malu, bagaimana evaluasi diri bahwa dirinya tidak
cakap melakukan sesuatu;
3) Bagaimana pasien merealisasi diri bahwa dirinya tidak cakap melakukan
sesuatu;
4) Bagaimana pasien merasionalkan diri dan menolak feedback yang positif
tentang kelemahan dirinya;
5) Apakah pasien merasa canggung untuk mencoba hal-hal baru atau situasi
baru;
6) Apakah terdapat riwayat seringgnya ketidaksuksesannya di dalam hidupnya
atau pekerjaannya;
7) Apakah pasien banyak bergantung pada orang / pendapat orang lain;
8) Bagaimana kontak mata pasien ( jarang/sering) bagaiman perilaku tidak
aseratif dan apakah pasien terlalu banyak meminta perlindungan orang lain.
c. Identitas difusien (kekacauan identitas )
1) Apakah pegangan moral pasien;
2) Apakah pasien mempunyai perasaan yang kosong;
3) Apakah pasien mempunyai perasaan frustasi;
4) Apakah pasien mempunyai perasaan yang bingung terhadap jenis
kelaminnya;
5) Apakah bisa merasakan empati terhadap orang lain;
6) Bagaimana ada problem dalam hubungan intim; 7) Apakah bisa pasien
mengidealisasi.
d. Depersonalisasi
1) Bagaimana emosi pasien responsive atau tidak;
2) Bagaimana komunikasi klien ( tidak kongruen/idiosinkra);
3) Apakah klien bisa mengontrol diri terhadap rangsangan;
4) Apakah klien kehilangan inisiatif dan kemampuan untuk membuat decision;
5) Apakah klien menarik diri dari pergaulan, apakah klien mengalami
disorientasi waktu;
6) Apakah klien mengalami gangguan memori; 7) Pola sensori.
e. Sensori
1) Bagaimana daya penemuan klien;
2) Bagaimana daya rasa klien;
3) Bagaimana daya lihat dan daya pendengaran.
f. Kognitif
1) Kaji proses berfikir (lancer/ meloncat-loncat);
2) Bagaimana isi fikir klien (logic/koheren/ mudah dimengerti);
3) Bagaimana daya ingat klien ( tinggi/rendah/ sedang);
4) Apakah klien mengalami waham atau tidak; 5) Pola reproduksi seksual:
a) Bagaimana keharmonisan hubungan dalam anggota keluarga;
b) Bagaimana kualitas hubungan dengan partner klien (suami/istri);
c) Kaji berapa jumlah anak;
d) Kaji bagaimana status produksi (menstruasi, kehamilan, apakah klien
menggunakan kontrasepsi atau tidak dan bila mengunakan apa jenisnya);
e) Kaji fungsi seksual apakah ada masalah dengan hubungan seksual.
8. Pola pananggulangan stress
a. Kaji penyebab stress klien;
b. Bagaimana mekanisme klien terhadap stressor;
c. Bagaimana klien beradaptasi terhadap stress (pertahanan sementara dan
pemecahan masalah);
d. Bagaimana klien beradaptasi terhadap steess (pertahanan sementara dan
pemecahan masalah).

1.1.2 Diagnosa Keperawatan


Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit ditandai oleh fluktuasi
suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran normal.
Kode Keperawatan : 00008
1.1.3. Kreteria Hasil Dan Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Tujuan : Pengaturan suhu (3900)
termoregulasi Setelah dilakukan tidakan Aktivitas :
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor suhu paling tidak
dengan penyakit ketidakefektifan termoregulasi bisa setiap 2 jam, sesuai
ditandai oleh teratasi. kebutuhan
fluktuasi suhu Kriteria Hasil : 2. Tingkatkan intake cairan
tubuh di atas dan Termoregulasi (08000) dan nutrisi adekuat
di bawah kisaran Kode Indikator S.A. S.T. 3. Instruksikan pasien
normal. Peningkatan 3 5 bagaimana mencegah
Kode 08000 suhu tubuh keluarnya pana dan
Keperawatan : 1 serangan panas
08001 Penurunan 3 4
00008 4. Diskusikan pentingnya
8 suhu kulit
08000 Sakit kepala 2 4 termoregulasi dan
3 kemungkinan efek negative
5. Berikan pengobatan
Keterangan : antipiretik
1 : Sangat terganggu 6. Monitor TTV
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Ayu. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo. . Jurnal Ners dan
Kebidanan vol 3 No.1, 10-14.
DIPONEGORO, U. (2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Retrieved Juli 28, 2019
Kusuma, N. d. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Lysta. (2017). LP KDM Termoregulasi. Retrieved Agustus 6, 2019
Pradanie, R. (n.d.). PSIK FKp UNAIR. Retrieved Juli 14, 2019
Wardiyah, A. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan
Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalamidemam Rsud
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan -Volume 4, No.
1.
Asmadi. 2008.  Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.  Jakarta: Salemba Medika.
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara
NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik.  Edisi 4  volume 1. Jakarta : EGC.
Perry dan Potter, 2002. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Penerbit buku kedokteran :EGC
Anonim,2010,Laporan Pendahuluan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman,[internet],
Tersedia

Anda mungkin juga menyukai