Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Peraktek Profesi Ners


Depertemen Keperawatan Di Ruang Tertai RSUD Sidoarjo

Oleh

Aloysius Oktavinus Kusuma


NIM.2108.14901.323

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah,
2004).Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
[ CITATION Oki18 \l 1057 ]

B. Faktor Resiko
1. Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia.
2. Gangguan tiroid dan paratiroid.
3. Gangguan kelenjar adrenal.
4. Gagal jantung.
5. Kecanduan alkohol.
6. Luka bakar.
7. Penyakit ginjal.
8. Patah tulang.
9. Sirosis.

C. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain:[ CITATION Pen16 \l 1057 ]
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kg
BB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kg BB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-
50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus
berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang
terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar
30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).

D. Tanda dan Gejala


1. Hipovolemia
a. Pusing, kelemahan, keletihan
b. Sinkope
c. Anoreksia, mual, muntah, haus
d. Kekacauan mental
e. Konstipasi dan oliguria.
f. Peningkatan nadi, suhu.
g. Turgor kulit menurun.
h. Lidah kering, mukosa mulut kering.
i. Mata cekung.
2. Hipervolemia
a. Sesak nafas
b. Ortopnea.
c. Oedema.
E. Klasifikasi
1. Cairan intraseluler
 merupakan cairan yang terdapat di dalam sel 67 % dari total air tubuh
manusia terdapat di dalam intrasel Mengandung banyak ion kalium,
magnesium, fosfat
2. Cairan ekstraseluler
Merupakan cairan yang terdapat di luar sel 33% dari total air tubuh
manusia terdapat di luar sel Dibagi dalam 2 bagian,,cairan
intravaskuler/plasma darah dan cairaninterstisial Mengandung banyak ion
natrium, klorida, dan bikarbonat serta terdapatberbagai nutrient.

F. Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis
kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah
dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan
frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa
haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron.
Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.[ CITATION
Ran19 \l 1057 ]
Kebihan volume cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air
kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan
terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ekstraseluler, maka cairan
akan berpindah ke kompartemen cairan interstitial sehingga menyebabkan
edema,[ CITATION Win21 \l 1057 ]
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan interstisial ke plasma.

Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen


ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik
Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air
oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi
kardiovaskuler[ CITATION Pen16 \l 1057 ]

A. Patways

Usia, temperatur lingkungan, diet,stres


penyeakit tertentu, pembedahan

 Gagal ginjal
 Gangguan pertukaran gas
 Gangguan eliminasi fekal
 Batu ginjal
 Gangguan peroses berpikir
 Gangguan intergritas kulit
 Gangguan pengelihatan

 Ada suara saat bernapas


 Penurunan tekanan
 Gangguan eletrolit
darah
 Penurunan hematrosit
 Penurunanan
 Penurunan hemoglobin
denyut nadi
 Perubahan tekanan darah
 Penurunan volume
 Edema
nadi
 Asupan melebihi haluran
 Penurunan turgor
 Distensi vena jugularis
kulit
 Penurunan
pengeluaran

Kelebihan volume cairan

Kekurangan volume cairan


F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida,
ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

G. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada
pasien-pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan
atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan
minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1). Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2). Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1).Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakanyaitu 5% dextrosa
in water (DSW), amigen, dan aminovel.
2).Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik,
maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline
(isotonik) : NaCL 0,9%.
3).Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4).Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.

3. Menghitung balance cairan.


a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman,
makanan, ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik
secara oral maupun parenteral. Cairan yang termasuk input
yaitu[ CITATION Ran19 \l 1057 ]:
1.) Minuman dan makanan
2.) Terapi infus
3.) Terapi injeksi
4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5.) NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam.
Cairan tersebut berupa:
1.) Muntah
2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3.) Insensible Water Loss (IWL), menggunakan
rumus15cc/kgBB/hari
4.) Cairan NGT terbuka
5.) Urin
6.) Drainage dan perdarahan
4. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta
asam basa dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan:
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal
atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
ASUHAN KEPERAWATAN

Riwayat Kesehatan
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguankeseimbangancairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan
atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah
keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1). Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2). Feses : Jumlah dan konsistensi
3). Muntah
4). Tube drainage dan IWL
5. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya
sekitar 200cc.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan, otot, tetani dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik,
tingkatkesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau
resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau
intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan
cairan per oral.
b. Balancenegatif antara
asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa
kering (turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat
diabetes insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat
demam, drainase abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau
alkohol yang berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.

2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit :


a. Ketidkseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan inkontinensia air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi ( mis. Diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis. Pembedahan )
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsiregulasiendokrin
K. Intervensi (Perencanaan)
Tgl Diagnosa Keperawatan Kriteria hasil Intervansi
Askep Dengan Risiko L.03021 Keseimbangan Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Ketidakseimbangan Elektrolit Elektrolit
(D.0037) Setelah dilakukan tindakan Observasi
1. Ketidkseimbangan cairan keperawatan selama 3x24  Identifkasi kemungkinan
(mis. Dehidrasi dan jam diharapkan penyebab
inkontinensia air) kesimbangan elektrolit ketidakseimbangan
2. Kelebihan volume cairan meningkat. elektrolit
3. Gangguan mekanisme Dengan kriteria hasil :  Monitor kadar eletrolit
regulasi ( mis. Diabetes) 1. Serum natrium meningkat serum
4. Efek samping prosedur (mis. atau sesuai batas normal  Monitor mual, muntah dan
Pembedahan ) 2. Serum kalium, serum diare
5. Diare klorida,seum kalsium,  Monitor kehilangan cairan,
6. Muntah serum magnesium, serum jika perlu
7. Disfungsi ginjal fosfor meningkat atau  Monitor tanda dan gejala
8. Disfungsi regulasi endokrin dalam batas normal hypokalemia (mis.
3. Tanda tanda vital dalam Kelemahan otot, interval
batas normal QT memanjang, gelombang
T datar atau terbalik,
depresi segmen ST,
gelombang U, kelelahan,
parestesia, penurunan
refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus
menurun, pusing, depresi
pernapasan)
 Monitor tanda dan gejala
hyperkalemia (mis. Peka
rangsang, gelisah, mual,
munta, takikardia mengarah
ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi,
gelombang P datar,
kompleks QRS tumpul, blok
jantung mengarah asistol)
 Monitor tanda dan gejala
hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut,
sakit kepala, membrane
mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
 Monitor tanda dan gejala
hypernatremia (mis. Haus,
demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang,
membrane mukosa kering,
takikardia, hipotensi, letargi,
konfusi, kejang)
 Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis. Peka
rangsang, tanda IChvostekI
[spasme otot wajah], tanda
Trousseau [spasme karpal],
kram otot, interval QT
memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis. Nyeri
tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot,
segmen QT memendek,
gelombang T lebar,
kompleks QRS lebar,
interval PR memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis.
Depresi pernapasan,
apatis, tanda Chvostek,
tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
 Monitor tanda dan gejala
hipomagnesia (mis.
Kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi, koma,
depresi)

Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Hipovolemia SDKI D.0023 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia


Berhubungan Dengan : keperawatan selama Observasi:
 Kehilangan cairan aktif 3x24.makan statu cairan 1. Periksa tanda dan gejala
 Peningkatanpermeabilitas membaik, dengan kriteria hipovolemia
kapiler hasil : 2. Monitor intake dan output
 Kekurangan intakecairan cairan

 Evaporasi 1. Turgor kulit meningkat


2. Output urine meningkat Terapeutik :
 Kegagalan
3. Kekuatan nadi meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan
mekanismeregulasi dibuktikan
4. Frekuensi nadi membaik 2. Berikan asupan cairan oral
dengan
5. Tekanan darah membaik
 Frekuensi nadimeningkat
6. Tekanan nadi membaik Edukasi :
 ekanan nadimenyempit
7. Membrane
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosakering mukosamembaik 1. Anjurkan memperbanyak
 Volume urine menurun 8. Kadar hematokrit membaik cairan oral

 Hematokrit meningkat 9. Status mental membaik

 Mengeluh haus 10. Suhu tubuh membaik Kolaborasi :


11. Keluhan haus menurun 1. Kolaborasi pemeberian cairan
 Suhu tubuh meningkat
12. Mata cekung membaik intravena (cairan
 Status mental berubah
13. Berat badan membaik isotonis,hipotonis, dan koloid)
 Berat badan tiba-tiba turun
2. Kolaborasi pemberian produk
darah

Manajemen syok hipovolemik


Observasi :
1. Monitor status cairan
2. Monitor status kardiopulmonal
3. Monitor status oksigenasi
4. Periksa tingkat kesadaran

Terapeutik

1. Pertahankan jalan nafas


2. Berikan oksigen
3. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeberian cairan
infus kristaloid 20 ml/kg/bb
L. Implementasi Keperawatan
1. Risiko ketidakseimbangan Elektrolit
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Menurut (Wahyuni,
2016). Dan implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
gastroenteritis dengan masalah keperawatan risiko ketidakseimbangan
elektrolit adalah (SDKI,SIKI,SLKI,2018).
1) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab risiko ketidakseimbangan
elektrolit 43
2) Memonitor kadar elektrolit serum
3) Memonitor mual, muntah dan diare
4) Memonitor kehilangan cairan apabila perlu
5) Memonitor tanda dan gejala hypokalemia
6) Memonitor tanda dan gejala hyperkalemia
7) Memonitor tanda dan gejala hiponatremia
8) Memonitor tanda dan gejala hypernatremia
9) Mengatur interval waktu pemantuan sesuai dengan kondisi pasien
10) Mendokumentasikan hasil pemantauan
11) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
12) Menginformasikan hasil pemantauan

2. Kekurangan volume cairan


a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis:
siang 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi
yang adekuat Mencatat asupan dan haluaran.
d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis
urine.
DAFTAR PUSTAKA

Penggalih, Mirza Hapsari Sakti Titis, Marina Hardiyanti, dan Fadhila Ika Sani.
“Program Studi Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah
Mada, Indonesia.” Pengaruh Perbedaan Intensitas Latihan Atlet Sepeda
Terhadap Berat Badan dan, 2016.

Randi, dan Pudia M. PENGARUH PEMBERIAN CAIRAN ELEKTROLIT


TERHADAP PULIH ASAL, 2019: Volume 2, Nomor 6, Oktober 2019.

Suwarsa, Oki. “Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of


Dermatology and Venereology.” Terapi Cairan dan Elektrolit pada
Keadaan Gawat Darurat Penyakit Kulit, 2018: vol.30 / No. 2 / Agustus
2018.

Wina. “GAMBARAN STATUS ELEKTROLIT PASIEN YANG DIRAWAT DI.”


Jurusan Keperawatan ; Fakultas Keperawatan Universitas Riau, 2021.

Anda mungkin juga menyukai